Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Indonesia

Perang Melawan Hegemoni dan


Keserakahan Kongsi

kelompok 2
Anggota Kelompok
IIN NURJANAH
NINDA DELIA ANDINI
DELLIS BELLA DITA
KHAILA NUR INTAN
FADHIL FADHILAH
M. FARISH AM
Topik Pembahasan
Aceh Versus Portugis Perlawanan Gowa
dan VOC
Maluku Angkat Senjata Rakyat Riau Angkat Senjata

Sultan Agung Versus Orang- Orang Cina


J.P Coen Berontak
Perlawanan Pangeran
Perlawanan Banten Mangkubumi & Mas Said
1.Aceh Versus
Portugis dan
VOC
Setelah maluku jatuh ke tangan portugis pada tahun
1511,justru membawa hikmah bagi aceh.pada masa
pemerintahan sultan alauddin Ri’ayat al-kahar (1537-1568)
terkenal sebagai tokoh yang meng-acehkan kawasan pantai
barat samudra.Pada tahun 1523 portugis melancarkan
serangannya ke aceh karena perkembangan aceh yang
begitu pesat.
Aceh melakukan beberapa langkah langkah antara lain;
1. melengkapi kapal kapal dagang aceh dengan persenjataan,
mariam dan prajurit
2. mendatangkan bantuan persenjataan,sejumlah tentara
dan beberapa ahli dari turki pada tahun 1567
Para pedagang belanda melalui pangeran maurits
pernah berkirim surat kepada raja aceh, Alauddin
tertanggal 23 agustus 1601.Bahkan pada tahun 1607 aceh
memberi izin kepada VOC untuk membuka loji tiku di pantai
barat sumatera.Pada masa pemerintahan sultan iskandra
muda (1607-1638), semangat juang mempertahankan tanah
air dan mengusir penjajah asing semakin meningkat.Pada
tahun 1629 iskandra muda melancarkan serangan ke
malaka.Portugis dapat di usir pada tahun 1641
2.Maluku Angkat Senjata
Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun
1521. Mereka memusatkan aktivitasnya di Ternate. Tidak
lama berselang orang- orang Spanyol juga memasuki
Kepulauan Maluku dengan memusatkan kedudukannya di
Tidore.
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan
Portugis. Penyebab perang ini karena kapal-kapal
Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan
membeli cengkih ke Tidore.
Terjadilah perang antara Tidore melawan Portugis.
Sementara itu konflik dan persaingan antara Portugis dan
Spanyol di Maluku ini harus segera diakhiri.Perjanjian damai
dilaksanakan di Saragosa pada tahun 1529./ Berdasarkan
Perjanjian Saragosa ini disepakati bahwa Portugis tetap
berkuasa di Maluku, sementara Spanyol berkuasa di wilayah
Filipina.
Melihat kesewenang-wenangan Portugis itu, pada tahun 1565 muncul
perlawanan rakyat Ternate di bawah pimpinan Sultan
Khaerun/Hairun.Dengan pertimbangan kemanusiaan, Sultan Khaerun
menerima ajakan Portugis Perundingan dilaksanakan pada tahun 1570
bertempat di Benteng Sao Paolo. Ternyata semua ini hanyalah tipu
muslihat Portugis.
Pada saat perundingan sedang berlangsung, Sultan Khaerun ditangkap
dibunuh
3.Sultan Agung Versus J.P
COEN
Karena keberadaan VOC di Jawa yang hendak melakukan
monopoli maka Sultan Ageng merencanakan penyerangan ke
Batavia.

•Serangan pertama pada tanggal 22 Agustus tahun 1628 pasukan


Mataram dibawah pimpinan tumenggung Baureksa menyerang
VOC di Batavia. Ditengah peperangan pasukan Mataram yang lain
berdatangan untuk mengepung Batavia dari berbagai tempat dan
terjadilah pertempuran sengit antara pasukan Mataram dan
tentara VOC. karna tentara VOC jauh lebih unggul persenjataan
nya akhirnya serangan pertama ini mengalami kegagalan dan
tumenggung Baureksa gugur dalam pertempuran itu.
•Serangan ke dua pada tahun 1629 dibawah pimpinan tumenggung
singaranu, kiai Dipati Juminah, dan Dipati Purbaya akan tetapi
informasi penyerangan diketahui oleh VOC hingga akhirnya
mereka menghancurkan kapal, senjata dan lumbung beras yang
berada di Tegal dan Cirebon. pasukan Mataram berhasil
menghancurkan benteng hollandia. hal ini membuat tentara VOC
marah mereka mengandalkan persenjataan yang lebih lengkap
hingga akhirnya serangan sultan agung yang ke 2 inipun
mengalami kegagalan. tetapi sultan agung yang cerdas kemudian
menggunakan kemampuan diplomasi untuk mengakui eksistensi
Mataram.
4. Perlawanan Banten

Setelah Sultan Ageng Tirtayasa naik tahta ia berusaha memulihkan Banten


sebagai bandar perdagangan internasional.VOC memperkuat Batavia
dengan mendirikan benteng pertahanan seperti benteng noordwijk.
Sedangkan Sultan Ageng membangun saluran irigasi yang membentang dari
sungai untung Jawa sampai pontang yang ditujukan untuk memudahkan
transportasi perang. sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putra mahkota
salah satunya adalah sultan haji sebagai raja pembantu yang bertanggung
jawab urusan dalam negeri namun terhasut oleh VOC dan akhirnya
membuat persekongkolan dan membuat isi perjanjian yang sudah disetujui
oleh sultan haji. pada tahun 1681 VOC atas nama Sultan haji berhasil
merebut kesultanan Banten di istana Surosowan. Sultan Ageng Tirtayasa
mengepung istana Surosowan namun terdesak dan dipukul mundur hingga
ke benteng Tirtayasa. ia akhirnya berhasil ditangkap dengan tipu muslihat
dan ditawan di Batavia sampai wafatnya pada tahun 1629.
5. Perlawanan Gowa
• Pusat pemerintahan kerajaan Gowa berada di somba Opu yang
sekaligus menjadi pelabuhan kerajaan gowa. Gowa anti terhadap
tindakan monopoli perdangan. Namun, banyak pedagang asing yang
tinggal di kota itu. Misalnya, orang Inggris, Denmark, Portugis, dan
Belanda.
• Makasar/ pelabuhan somba Opu memiliki posisi yang strategis dalam
jalur pedagangan.
• VOC ingin menguasai pelabuhan somba Opu serta menerapkan monopoli
perdagangan.
• Pada tahun 1634, VOC melakukan blokade terhadap pelabuhan somba
Opu, tetapi gagal.
• Raja Gowa yaitu Sultan Hasanuddin, ingin segera menghentikan
tindakan voc, beliau menentang ambisi VOC yang ingin memaksakan
monopoli di Gowa.
• VOC menjalin hubungan dengan seorang pangeran dari
Bone yang bernama aru palaka.
• Tanggal 7 Juli 1667, perang dimulai.
• VOC mengirimkan ekspedisi yang berkekuatan 21 kapal
dengan mengangkut 600 orang tentara.
• Tentara itu dipimpin oleh Cornelis janszoob spelman

Isi perjanjian bongaya tanggal 18 November 1667 :


1) Gowa harus mengakui hak monopoli VOC
2) Semua orang barat, kecuali Belanda harus
meninggalkan wilayah Gowa
3) Gowa harus membayar biaya perang
• Pada tahun 1668 sultan Hasanuddin mencoba
menggerakkan kekuatan rakyat untuk kembali
melawan VOC.
• Penjelasan Heather Sutherland sebagai
pengakuan kegagalan VOC:
1) ketidakmungkinan membatasi perdagangan
karena kondisi geografis yang sulit terpantau,
sehingga mudah untuk penyeludupan dagang
2) VOC memiliki kelemahan dalam pemasaran
3) keterlibatan VOC dalam pembelian produk lokal
sangat kecil
6. Rakyat Riau Angkat Senjata
• kerajaan-kerajaan kecil seperti Siak, Indragiri, Rokan dan
Kampar semakin terdesak oleh ambisi monopoli dan tindakan
sewenang-wenang VOC.
• Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah ( 1723-1744 ) memimpin
untuk melawan VOC.
• Muhammad Abdul Jalil muzaffar Syah (1746-1760) sebagai
gantinya
• Pada tahun 1751 perang berkorban antara kerajaan Siak
melawan VOC.
• Terjadi pertempuran sengit di pulau Guntung (1752-1753)
siasat dikenal dengan "siasat hadiah sultan"
• Atas jasa raja Indra pahlawan diangkat sebagai panglima besar
kesultanan Siak dengan gelar : "Panglima perang raja Indra
7. Orang-orang Cina Berontak
Orang-orang Cina sebenarnya sudah datang ke Indonesia sejak abad ke-5 Masehi
dengan tujuan melakukan perdagangan. Pada awalnya, orang Cina dengan orang
Indonesia begitu damai hingga datangnya VOC yang mendatangkan sangat
banyak orang Cina ke pulau Jawa yang akhirnya menyulut pemberontakan.

VOC adalah organisasi perdagangan Belanda yang ada di Indonesia dan VOC juga
mendatangkan orang-orang Cina ke Indonesia dalam rangka meningkatkan
kegiatan perdagangan yang terjadi di Indonesia. Namun, orang-orang Cina yang
datang ke Indonesia, tepatnya di pulau Jawa ini tidak semuanya merupakan
orang kaya dan bahkan didominasi oleh golongan tidak mampu sehingga
membuat banyak orang Cina tersebut yang menjadi pengemis dan cenderung
mengganggu di Batavia.
Melihat hal ini, VOC membuat peraturan bahwa semua orang Cina
harus memiliki surat pas atau surat izin untuk bisa bermukim di
Batavia yang ditetapkan memiliki harga dua ringgit. Akhirnya
banyak orang Cina yang ditangkap oleh VOC karena tidak memiliki
surat izin tersebut hingga akhirnya orang-orang Cina membuat
kelompok pemberontakan. Pada tahun 1740, terjadi kebakaran dan
VOC langsung menyalahkan peristiwa tersebut kepada orang-
orang Cina dan melakukan pembunuhan kepada orang-orang Cina.
8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan
Mas Said

Jalanya perlawanan Raden Mas Said adalah putra dari Arya Mangkunegara yang
merupakan adik dari Pakubuwono II.
Pada umur remaja, Raden Mas Said resah karena sikap Pakubuwono II yang
menempatkannya sebagai Gandhek Anom (Bangsawan Rendahan) di Mataram. Padahal
seharusnya ia mendapat kedudukan sebagai Pangeran Sentana. Raden Mas Said
memutuskan keluar dari istana dan melakukan pemberontakan di berbagai daerah
Mataram bersama para bangsawan yang merasa kecewa dengan pemerintahan
Pakubuwono II seperti Sutawijaya dan Suradiwangsa. Pemberontakan yang dilakukan
oleh RM Said dan pasukannya sangat meresahkan Pakubuwono II, sehingga ia membuat
sayembara untuk mengatasi pemberontakan tersebut. Barangsiapa mampu meredam
pemberontakan RM Said, ia akan diberi tanah seluas 3.000 hektar. Pangeran
Mangkubumi menerima sayembara tersebut dan mampu memukul mundur RM Said dan
pasukannya dari daerah Sokawati.
Namun, setelah mampu meredam perlawanan R.M said, Mangkubumi dikecewakan
dengan pelanggaran janji pakubuwono II yang telah dihasut oleh VOC sebelumnya.
VOC menganggap hadiah tanah seluas 3.000 hektar terlalu berlebihan dan
menyuruh Pakubuwono II untuk menyerahkan hanya 1000 hektar kepada
Mangkubumi. Peristiwa pengingkaran janji dan tindakan semena-mena
Pakubuwono serta VOC menyebabkan Mangkubumi berbalik arah melawan mereka.
Mangkubumi bergabung dengan perlawanan Raden Mas Said pada 1746. Dalam
buku Yogyakarta dibawah Sultan Mangkubumi 1749-1792 (2002) karya M.C Ricklefs,
disebutkan bahwa hingga akhir 1947 Mangkubumi memiliki 13.000 pasukan dengan
2.500 diantaranya adalah pasukan berkuda. Perlawanan Mangkubumi dan RM Said
meluas di seluruh wilayah Mataram hingga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka
mampu memenangkan pertempuran di Juwana, Grobogan dan sempat membakar
sejujlah rumah dan mengancam keraton.
Akhir Perlawanan
Akhir perlawanan Perlawanan Mangkubumi berakhir ketika VOC mengadakan
perjanjian damai dengan Mangkubumi. Perjanjian tersebut dilaksanakan pada
Februari 1755 di desa Giyanti (ejaan Belanda), sekitar desa Jantiharjo,
Karanganyar. Isi dari perjanjian Giyanti mengatur tentang pembagian
wilayah dan kedudukan Mataram menjadi 2, yaitu Kasunanan dan
Kasultanan. Mangkubumi memperoleh gelar Sultan dan memerintah wilayah
Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Kasunanan Surakarta tetap dipimpin oleh
Pakubuwono.

Sedangkan perlawanan RM Said mereda ketika diadakan perjanjian Salatiga


(1757). Perjanjian terebut berisi VOC dan Pakubuwono III memberikan RM Said
kadipaten Pura Mangkunegara dan memberinya gelar pangeran adipati arya
Thank You
for
attention!

Anda mungkin juga menyukai