kelompok 2
Anggota Kelompok
IIN NURJANAH
NINDA DELIA ANDINI
DELLIS BELLA DITA
KHAILA NUR INTAN
FADHIL FADHILAH
M. FARISH AM
Topik Pembahasan
Aceh Versus Portugis Perlawanan Gowa
dan VOC
Maluku Angkat Senjata Rakyat Riau Angkat Senjata
VOC adalah organisasi perdagangan Belanda yang ada di Indonesia dan VOC juga
mendatangkan orang-orang Cina ke Indonesia dalam rangka meningkatkan
kegiatan perdagangan yang terjadi di Indonesia. Namun, orang-orang Cina yang
datang ke Indonesia, tepatnya di pulau Jawa ini tidak semuanya merupakan
orang kaya dan bahkan didominasi oleh golongan tidak mampu sehingga
membuat banyak orang Cina tersebut yang menjadi pengemis dan cenderung
mengganggu di Batavia.
Melihat hal ini, VOC membuat peraturan bahwa semua orang Cina
harus memiliki surat pas atau surat izin untuk bisa bermukim di
Batavia yang ditetapkan memiliki harga dua ringgit. Akhirnya
banyak orang Cina yang ditangkap oleh VOC karena tidak memiliki
surat izin tersebut hingga akhirnya orang-orang Cina membuat
kelompok pemberontakan. Pada tahun 1740, terjadi kebakaran dan
VOC langsung menyalahkan peristiwa tersebut kepada orang-
orang Cina dan melakukan pembunuhan kepada orang-orang Cina.
8. Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan
Mas Said
Jalanya perlawanan Raden Mas Said adalah putra dari Arya Mangkunegara yang
merupakan adik dari Pakubuwono II.
Pada umur remaja, Raden Mas Said resah karena sikap Pakubuwono II yang
menempatkannya sebagai Gandhek Anom (Bangsawan Rendahan) di Mataram. Padahal
seharusnya ia mendapat kedudukan sebagai Pangeran Sentana. Raden Mas Said
memutuskan keluar dari istana dan melakukan pemberontakan di berbagai daerah
Mataram bersama para bangsawan yang merasa kecewa dengan pemerintahan
Pakubuwono II seperti Sutawijaya dan Suradiwangsa. Pemberontakan yang dilakukan
oleh RM Said dan pasukannya sangat meresahkan Pakubuwono II, sehingga ia membuat
sayembara untuk mengatasi pemberontakan tersebut. Barangsiapa mampu meredam
pemberontakan RM Said, ia akan diberi tanah seluas 3.000 hektar. Pangeran
Mangkubumi menerima sayembara tersebut dan mampu memukul mundur RM Said dan
pasukannya dari daerah Sokawati.
Namun, setelah mampu meredam perlawanan R.M said, Mangkubumi dikecewakan
dengan pelanggaran janji pakubuwono II yang telah dihasut oleh VOC sebelumnya.
VOC menganggap hadiah tanah seluas 3.000 hektar terlalu berlebihan dan
menyuruh Pakubuwono II untuk menyerahkan hanya 1000 hektar kepada
Mangkubumi. Peristiwa pengingkaran janji dan tindakan semena-mena
Pakubuwono serta VOC menyebabkan Mangkubumi berbalik arah melawan mereka.
Mangkubumi bergabung dengan perlawanan Raden Mas Said pada 1746. Dalam
buku Yogyakarta dibawah Sultan Mangkubumi 1749-1792 (2002) karya M.C Ricklefs,
disebutkan bahwa hingga akhir 1947 Mangkubumi memiliki 13.000 pasukan dengan
2.500 diantaranya adalah pasukan berkuda. Perlawanan Mangkubumi dan RM Said
meluas di seluruh wilayah Mataram hingga Jawa Timur dan Jawa Tengah. Mereka
mampu memenangkan pertempuran di Juwana, Grobogan dan sempat membakar
sejujlah rumah dan mengancam keraton.
Akhir Perlawanan
Akhir perlawanan Perlawanan Mangkubumi berakhir ketika VOC mengadakan
perjanjian damai dengan Mangkubumi. Perjanjian tersebut dilaksanakan pada
Februari 1755 di desa Giyanti (ejaan Belanda), sekitar desa Jantiharjo,
Karanganyar. Isi dari perjanjian Giyanti mengatur tentang pembagian
wilayah dan kedudukan Mataram menjadi 2, yaitu Kasunanan dan
Kasultanan. Mangkubumi memperoleh gelar Sultan dan memerintah wilayah
Kasultanan Yogyakarta, sedangkan Kasunanan Surakarta tetap dipimpin oleh
Pakubuwono.