Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH / RINGKASAN

OLEH

NAMA : YUSNI

KELAS : XI.IA.3
Kolonialisme barat menimbulkan reaksi masyarakat barat meliputi reaksi
politik , sosial , maupun agama. Bidang politik, berdampak munculnya perlawanan
perlawanan-perlawanan masyarakat terhadap kolonial barat. Bidang sosial,
klonialisme barat memicu pergerakan protes dari kaum petani dan kaum agam.

A. Perlawanan bangsa Indonesia terhadap Kongsi dagang


Kongsi dagang bangsa eropa dibentuk dengan tujuan untuk melakkan
kegiatan perdagangan yang menguntungkan. Kongsi dagang tersebut berubah
penjajahan atas beberapa wilayah Indonesia. Bangsa Indonesia adalah bangsa
cinta damai, harga diri dan kemerdekaanya di injak-injak , penentangan dan
perlawanan terhadap kongsi dagang tersebut sehingga menimbulkan
peperangan.

1. Perlawanan berbagai daerah terhadap kekuasaan portugis


VOC berkuasa, portugis telah menanamkan kekuasaan dikawasan
Malaka dan Maluku. Kemudian meluaskan pengaruh dan perdgangannyake
berbagai wilayah Indonesia. Portugis kemudian menguasai (Monopoli)
kegiatan perdagangan rempah-rempah di malulku. Perdagangan portugis
dikawasan malaka dan Maluku Sangat merugikan rakyat Indonesia.
Perlawanan dilatarbelakangi semangat bangsa Indonesia untuk mengusir
penjajah eropa.
a. Perlawanan kerajaan Aceh
Portugis dibawah pimpinan Alfonso De alquerque berhasil
menguasai malaka setelah menjajah Sultan Mahmud Syah (1488-
1528). Portugis menguasai pelabuhan malaka jalur perdagangan
berpindah ke pelabuhan lebih aman dan menguntungkan, yaitu
Aceh. Kemudian berkembang menjadi pusat perdagangan yang
ramai. Pelabuhan dagang di bagian barat sumatera dianggap
membahayakan portugis, Aceh menganggap dagang portugis
mengancam pusat perdagangan islam. Kedudukan portugis
dimalaka diawali oleh sultan alaudin riayatsyah. Sebelum
melakukan serangan, aceh mengirim utusan ke Konstantinopel
(Turki) untuk meminta bantuan militer dengan permintaan khusus
berupa pengiriman meriam-meriam, senjata api, dan penembak-
penemak ulung. Selain itu, aceh juga meminta bersekutu dengan
johor, demak, dan jepara. Aceh menyerang portugis dimalaka
pada tahun 1568. Sultan Alauddin telah menunjukkan
ketangguhan sebagai kekuatan militer yang disegani dan
diperhitungkan dikawasan selat malaka. Pada masa pemerintahan
Sultan Iskandar Muda. Pada tahun 1629 Aceh menggempur
portugis dimalaka dengan sejumlah kapal namun demikian,
serangan-serangan aceh itu belum berhasil mengusir portugis.
Permusuhan aceh dan portugis berlangsung terus menerus.
b. Perlawanan Kerajaan demak
Portugis juga berusaha menjalin hubungan dengan kerajaan
padjajaran di ujung barat pulau jawa dominasi portugis di malaka
telah mendesak dan merugikan kegiatan perdagangan orang-orang
islam. Sultan Demak Raden Patah mengirim pasukannya dibawah
Pati Unus untuk menyerang portugis di malaka. Pati unus
melancarkan serangannya pada tahun 1512 dan 1513 kemudian
pada tahun 1527 tentara demak kembali melancarkan serangan
nya terhadap portugis yang mulai menanamkan pengaruhnya di
sunda Kelapa. Dibawah kepemimpinan Patahillah tentara demak
berhasil mengusir portugis dari sunda kelapa. Nama sunda kelapa
di ubah menjadi Jayakarta.
c. Perlawanan kerajaan ternate
Pada masa pemerintahan Sultan Bayanullah (1500-1521),
Kerajaan ternate semakin berkembang, rakyatnya diwajibkan
berpakaian secara islami, senjata yang diperoleh dari orang arab
dan turki digunakan untuk memperkuat pasukan ternate. Pada
masa ini portugis dating ke ternate pada tahun 1512 di pimpin
Francisco Serrao atas persetujuan sultan bayanullah portugis di
ijinkan mendirikan pos dagang diternate. Portugis sangat tampak
tidak hanya ingin berdagang saja melainkan ingin memonopoli
nya. Untuk itu portugis harus menguasai ternate dan di pakai lah
siasat Adu domba diantara keluarga kerajaan. Setelah sultan
bayanullah meninggal kemudian diganti oleh sultan Tabaraji.
Waktu sultan Tabaraji menentang Portugis kemudian sultan
tabaraji di asingkan ke Goa. India. Sultan sempat dipaksa
menandatangani perjanjian untuk menjadikan kerajaan ternate
bercorak Kristen.
Penerus tahta ternate adalah sultan haerun (1534-1570) sultan
baru ini pun menolak mentah-mentah hasil perjanjian penuh
paksaan. Sultan Haerun mengobarkan perang mengusir portugis
dari ternate. Gubernur portugis Loves De Mesquita meminta
berunding dengan sultan ketika perundingan buntu ia
memerintahkan pasukannya membunuh sultan haerun yang datang
tanpa pengawalan memadai dan persenjataan. Pengganti tahta
ternate sepeninggal sultan haerun adalah sultan Baabullah (1570-
1583) dendam atas kematian ayahnya menyebabkan ia
mengobarkan semangat perlawanan rakyat ternate untuk mengusir
portugis. Setelah peperangan selama 5 tahun akhir portugis terusir
dari Maluku untuk selamanya pada tahun 1575. Spanyol dieropa
yang telah menguasai portugis berusaha menguasai ternate
kekalahan demi kekalahan yang diderita memaksa ternate harus
membayar mahal bantuan VOC ternate harus menanda tangani
kontrak monopoli VOC. Pada tahun 1607 VOC membangun
Benteng Orange di ternate yang merupakan benteng pertama
mereka di Indonesia.
2. Perlawanan Rakyat Terhadap Bangsa Spanyol
Pada abad Ke-16 spanyol (orang minahasa menyebut Castilia) bangsa
barat yang pernah menginjakkan kaki nya di tanah minahasa (Tondano)
Sulawesi Utara. Spamyol melakukan pembelian hasil bumi terutama Beras
juga berupaya menyebarkan agama Kristen (Fransiscus Saferrus tokoh
penyebar Kristen yang terkenal saat itu) pada tahun 1617 dibangunlah
sebuah benteng didekat sungai menarau (manado) penampungan bahan-
bahan perdagangan sekaligus dijadikan benteng pertahanan daa ancaman
musuh. Bangsa kulit putih (Portugis, inggris, belanda) maupun dari pihak
pribumi, kebaikan penduduk minahasa disalahgunakan bangsa spanyol
memaksakan memonopoli beras dan memungut pajak kolonisasi. Perang
pun berlangsung sampai dua kali penduduk minahasa meminta bantuan
VOC untuk mengatasinya. VOC bersedia membantu sebagai imbalannya
diberi izin mendirikan benteng dimanado. Gubernur VOC Jesop Hustard
di ternate yang diserah terima kan kepada Simon Cos untuk memimpin
pasukan nya masuk dipelabuhan manado De Nederlandes Vastigheit VOC
juga menambahkan kekuatan militer yang didatangkan dari Batavia
diangkut kapal Moluco dan di aman serta member ultimatum kepada
pasukan Spanyol agar segera meninggalkan tanah Minahasa. Pasukan
Spanyol akhirnya muncul di kemah, Tomohon, Tondano, Tonsea, Dan
Amorang yamg dijadikan Markas Baru mereka spanyol ini akhirnya
terjadi pertempuran dengan penduduk setempat diantaranya dengan
penduduk Tondano. Pertempuran itu berhasil memaksa pasukan spanyol
mundur dan lari ke kawasan pantai timur minahasa spanyol yang lari
kesana dan menyususn kekuatan mereka kembali menyerang Tondano
serangan tersebut berhasil dipatahkan. Spanyol berlangsung terjadi sampai
tahun 1665.
3. Perlawanan Rakyat Terhadap VOC
pada tahun 1602 orang-orang belanda kemudian membentuk VOC,
VOC berhasil menanamkan kekuasaan di Indonesia VOC ternyata sangat
merugikan rakyat Indonesia. Indonesia kemudian mengadakan perlawanan
terhadap VOC. Perlawanan rakyat indoneisa terhadap VOC antara lain.
a. Perlawanan rakyat Mataram
Pada tahun 1613-1645 sultan Agung Hanyokrokusumo pada
masa pemerintahannya sultan agung berusaha memperluas wilayah
kekuasaaannya dengan menundukkan bupati-bupati pesisir. Ia
adalah seorang muslim yang taat dan berusaha memperluas daerah
pengaruh islam. Masa pemerintahannya merupakan masa kejayaan
kesultanan mataram islam sulta agung berusaha mempersatukan
wilayah pulau jawa menjadi satu kesatuan dibawah kekuasaan
mataram. Mempersatukan seluruh pulau jawa sultan agung
mendapat hambatan dari VOC di Batavia.
Pada tanggal 22 Agustus 1628 Tentara mataram dipimpin oleh
Tumenggung Bahurekso, pasukan pasundan yang dipimpin oleh
Dipati Ukkur menyerbu benteng Holandia di Batavia pada tanggal
21 September 1628 oleh tumenggung, Sura Agul-Agul, Kyai
Dipati Maduredjo, dan Kyia Dipati Uposonto pada tahun 1629
sultan agung menambah jumlah tentara dan mendirikan lmbung-
lumbung beras disekitar Batavia walaupun lumbung-lumbung
beras mataram di Tegal dan Cirebon dibakar oleh VOC tentara
mataram Pantang Mundur Dipati Puger berhasil menghancurkan
benteng Holandia. Pasukan mataram mengepung benteng Bomed
pada saat perngepungan benteng Bomed Jen Piterzoon coen
meniggal karna sakit Kolera. Sekalipun usaha untuk
menghancurkan VOC di Batavia dua kalli gagal sultan agung tidak
pernah kenal kompromi terhadapp VOC pada tahun 1645 sultan
agung wafat digantikan oleh puteranya yang bergelar Amangkurat
I (1645-1671) Amangkurat I ini berkompromi dengan VOC. VOC
mulai dirasakan di Mataram sehingga timbul pemberontakan-
pemberontakan terhadap kekuasaan Raja Amangkurat I,
Pemberontakkan tersebut diantaranya dilakukan oleh Trunojoyo
pada tahun 1674 Trunojoyo berhasil menyerbu Ibu kota Mataram
Akibatnya Sunan Amangkurat I terpaksa melarikan diri dan
meninggal dalam perjalanan. Sunan Amangkurat I digantikan
Sunan Amangkurat II pada tahun 1677 berkat dukungan belanda
mataram tidak dapat lagi mengembangkan usaha maritimnya.
Dengan bantuan VOC di bawah pimpinan Antoni Hurd dibantu
Aru Palakka serta Kapitan Jongker Trunoyo bias ditangkap ia
diserahkan pada Amangkurat II dan dihukum Mati pada tahun
1680 Perlawanan Untung Suropati berlangsung dari tahun 1686
sampai tahun 1706 Suropati bersekutu dengan Sunan Amangkurat
II berbalik melawan VOC karena keberatan dengan perjanjian
yang dilakukan dengan VOC, VOC mengutus Kapten Tack ke
kesultanan Mataram, untung Suropati diangkat sebagai Bupati di
pasuruan pada tahun 1706 VOC bias mengalahkan Untung
Suropati DikartaSura.
b. Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan banten terus berlanjut sampai Sultan Ageng
Tirtayasa memegang tempuk pemerintahan di kesultanan banten.
Mengalami kemajuan sangat pesat karena dapat mematahkan
serangan VOC dan merusak perkebunan VOC. Sultan haji sudah
berhasil dipengaruhi oleh VOC, pada tahun 1683, sultan haji dapat
mengalahkan sultan Ageng Tirtayasa.
Pada tahun 1684, sultan Ageng menandatangani suatu
perjanjian dengan VOC yang menangani perdagangan, dan
bersedia mengusir semua orang eropa kecuali belanda. Pada tahun
1752, muncul perlawanan rakyat banten dibawah pimpinan Kyai
Tapa dan Ratu Bagus Buang.
c. Perlawanan Rakyat Makassar (Gowa-Tallo)
Gowa menjadi banda antara jalur perdagangan Malaka dan
Maluku. Rempah rempah dari Maluku di bawa sampai ke malaka
maka singgah dahulu di Gowa, maka VOC ingin sekali menguasai
Gowa, kapal-kapal juga diperintahkan untuk merusak dan
menangkap kapal-kapal pribumi maupun kapal-kapal Asing.
Perkembangan semakin genting maka raja Gowa Sultan
Hasanuddin mempersiapkan pasukan dengan segala perlengkapan
untuk menghadapi VOC.
VOC dalam rangka menerapkan politik adu domba, hubungan
dengan seorang pangeran bugis dan bone yang bernama Arung
Palakka. Ditanda tangani nya perjanjian Bongaya, yang isi nya (1)
Gowa harus Mengakui hak monopoli; (2) semua orang barat,
kecuali orang belanda harus meninggalka wilayah kekuasaan
Gowa; (3) Gowa harus membayar biaya perang; (4) dimakassar
dibangung benteng-benteng VOC
d. Perlawanan Rakyat Mataram
Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC disebabkan,
memonopoli rempah-rempah dimaluku, Pelayaran Hongi dan Hak
ekstirpasi yang dilakukan VOC.. Pelayaran patroli keamanan
untuk mencegah terjadinya penyelundupan perdagangan rempa-
rempah yang dilakukan rakyat Maluku. Pembakaran tanaman
Cengkih/rempah-rempah. Menjaga kestabilan harga rempah-
rempah dipasar dunia.
Perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC dipimpin oleh
Kakiali((1635), Tekulabesi((1646), Saidi(1950), Voc
menyebabkan terjadinya perang besar antara Tideore yang
dipimpin oleh Sultan Nuku (Putra Sultan Jamaluddin) Melawan
VOC. VOC kalah, Tentara Inggris disingkirkan dari Maluku, dan
Tidore terbebas dari kekuasaan asing untuk sementara waktu.
e. Prelawanan Rakyat Riau
Pada tahun 1723 daerah Siak sekitarnya dikuasai kerajaan
Johor Riau sebagai pewaris kesultanan Malaka. Pada tahun 1723
mendirikan kerajaan sendiri di “Bauntan” menjadi raja pertama
dengan gelar Sultan Abdul Jalil Rakmat Syah (1723-1746).
Pada saat yang sama VOC juga memperluas wilayah
kekuasaan nya di Nusantara termasuk di Sumatera, telah berhasil
menguasai Malaka berupaya menguasai Riau, melakukan Adu
Domba sebagai salah satu caranya Untuk menguasai wilayah yang
di incarnya.
VOC pernah dilakukan Sultan Abdul Jalil Rakmat Syah (1723-
1744), Kongsi dagang bermaksud untuk menguasai Wilayah
Malaka. Setelah berhasil merebut Johor kemudian ia membuat
benteng pertahanan di Pulau Bintan. Uniknya Raja Lela Muda
mengajak Putranya, pahlawan untuk ikut berperang. Mungkin
mempunyai sifat Ksatria, Cinta tanah Air, dan mahir dalam
mengatur strategi ataupun berperang.
Muhammad Abdul Jalil Muzafar Syah(1746-1760) yang juga
Anti-VOC dimalaka. Pada masa pemerintahannya, pimpinan Oleh
Raja Indra Pahlawan. Tahun 1751 berkobar Kembali peperangan
Melawan VOC. Melakukan Blokade Sungai Indragiri, Kampar,
sampai Pulau Guntung yang berada dimuara Sungai Siak. Ditahan
oleh VOC. Namun, Rakyat Kerajaan Siak Sri Inderapura pantang
menyerah dan bahkan berani melakukan serangan besar-besaran
ke pulau Guntung pertahanan VOC. Dimpin raja Pahlawan dan
Panglima Besar Tengku Muhammad Ali.
Raja Indra Pahlawan mengusulkan agar Sultan Siak Sri
Inderapura berpura-pura damai. Sebagai tanda bukti ajakan
perdamaian tersebut Sultan akan memberikan hadiah kepada VOC.
VOC masuk dalam jebakan dan setuju dengan ajakan perdamaian
tersebut.
VOC yang merasa di atas angin kembali mendesak Sultan Siak
Sri Inderapura agar mengakui kekuasaannya sebagai tanda
menyerah. Pada saaat VOC lengah, Sultan Sri Siak Inderapura
member Kode Khusus kepada Prajuritnya yang bersembunyi
bersiaga untuk menyerang menghancurkan loji tempat pertemuan
tersebut.
VOC tercerai-berai menyelamatkan diri, namun banyak
diantara mereka yang tewas. Sulta Sri Siak Inderapura kembali ke
kerajaan nya dengan membawa kemenangnan belum berhasil
mengenyahkan VOC dari Malaka. Beliau diangkat sebagai
panglima besar kesultanan SIak dengan gelar “Panglima Perang
Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”.
4. Perlawanan Terhadap EIC (Inggris)
Inggris berkuasa di Indonesia teidak terlalu lama perlawanan yang
muncul hanya dalam skala kecil dan jarang dibahas.
a. Perlawanan Sultan Hamengkubuwono II
Pada masa pemerintahan Raffles(1811-1816) menegakkan paham
liberal berbagai program pembaharuannya. Raffles tidak dapat
mewujudkan program sepenuhnya kerana meletakkan jabatan tahun 1916
terhadap hasil Traktat London I menetapkan pengembalian Indonesia ke
tangan belanda.
Raffles juga menimbulkan reaksi raja-raja pribumi. Perlawanan dari
kesultanan Yogyakarta yang dilakukan oleh sultan Hamengkubuwono II
(Sultan Sepuh). Berkat politik adu domba Sultan Hamengkubuwono II
dapat dikalahkan dan di asing kan ke Pulau Pinang, kemudian Ke Ambon.
b. Perlawanan di Bengkulu
1) Peristiwa penyerbuan Benteng Marlborough
Pangeran Ingallo (Alias pangeran Nata Diradja) dengan
penguasa EIC (Inggris). Pihak EIC tidak senang bahkan merasa di
rugikan pangeran Selebar masih menjalin hubungan dagang
dengan pihak colonial Hindia Belanda. Pangeran Nata Diradja
menaruh dendam atas kematian Pangeran Selebar yang diduga
dibunuh oleh orang-orang EIC di Fort York (Benteng York) pada
tanggal 4 November 1710. Pada malam hari tanggal 23 Maret
1719 benteng Inggris Marlborough diserbu sekitar 80 orang yang
sebgian besar diperkirakan dari suku Lembak dan Selebar yang
mengakibatkan orang-orang EIC melarikan diri Ke Btavia dan
Madras. Pangeran Intan Ali dari Selebar, Pangeran Sungai Itam,
dan juga Sykh Ibrahim (Siddy Ibrahim) seorang ulama besar yang
punya pengaruh pada masyarakat di Pegunugan.
2) Peristiwa Mount Felix
Mount Felix Atau Bukit Palik terjadi pada saat Bengkulu di
pegang oleh Resident Walter Ewer (1800-1805) berlanjut ke
pengganti yaitu Thomas Parr. Memerintah dibengkulu selama dua
Tahun (1805-1807) dengan membawa kematiannya secara Tragis.
Tampak semakin kompleks ketegangan-ketegangan social selama
pemerintahan Thomas Parr meletus pada tanggal 27 Desember
1807. Thomas Parr dibunuh pada tanggal 27 Desember 1807 di
kediamannya di Mount Felix yang berlokasi sekitar 3 Mil
sepanjang garis pantai dari Benteng Marlborough.
c. Perlawanan Kesultanan Palembang
Abad ke 18 Palembang dan wilayanya menjadi Incaran EIC atau
Inggris dan Belanda. Kontrak bangsa Eropa berniat menguasai
Palembang. Penjajahan bangsa Eropa ditandai dengan penempatan
Loji(Kantor Dagang). Loji pertama belanda dibangundi Sungai Aur.
Thomas Stamford Raffles adalah orang Eropa Pertama yang pernah
bertemu langsung dengan Sultan Mahmud Badaruddin II penguasa
Palembang.
Pada tanggal 14 september 1811 pembunmihangusan dan
pembantaian di loji Sungai Aur. Belanda Menuduh EIC yang
memprovokasi Palembang agar mengusir Belanda. EIC berupaya cuci
tangan dan menuduh Sultan Mahmud Badaruddin II yang
melakukannya tetapi masih berharap dapat berunding dengan Sultan
Palembang dan mendapatkan Bangka sebagai Kompensasi nya.
Akibatnya, EIC mengirimkan armada perangnya dengan alas an
menghukum Sultan Mahmud Badaruddin II. Palembang berhasil
dikuasai dan Sultan Mahmud Badaruddin II ke Muara Rawas, Jauh di
hulu Sungai Musi. EIC kemudian mengangkat Penguasa Boneka Yang
baru. Perjanjian dengan Syarat syarat yang menguntungkan EIC maka
pada tanggal 14 Mei 1812 Pangeran Adipati (adik kandung Sultan
Mahmud Badaruddin II) Sultan Boneka dengan Gelar Sultan
Najamuddin II atau Husin Diauddin.
Meares berambisi menangkap Sultan Mahmud Badaruddin II yang
telah membuat kubu di Muara Rawas. Pada tanggal 28 Agustus 1812
ia membawa pasukan dan persenjataan yang diangkut untuk menyerbu
Muara Rawas. Meares tertembak tertembak dan akhirnya tewas setelah
dibawa kembali ke Mentok.
Sultan Mahmud Badaruddin II kembali ke Palembang dan Naik
Takhta kembali pada 13 Juli 1813 hingga dilengserkan kembali pada
Agustus 1813.

B. Perlawanan Rakyat Terhadap Kekuasaan Hindia Belanda


1. Perang Tondano
Perang Tondano adalah perang patriotic besar dari rakyat Maesa
(Minahasa pada Umumnya) Belanda Berlangsung Secara Berulang-ulang
dalam kurun waktu satu setengah abad. Perang perlawanan yang pertama
telah di mulai pada Juni 1661, dan berakhir dengan perlawanan terbesar
pada 14 januari 1807 sampai 5 Agustus 1809.
a. Perang Tondano I
Perang Tondano I merupakan kisah pertempuran yang
dilakukan Maesa(Minahasa Pada Umumnya) melawan VOC.
Perang Tondano I adalah penolakan rakyat Minahasa, Penduduk
Tondano atas Monopoli beras yang dilakukan oleh VOC,
dimanifestasikan dalam bentuk perlawanan senjata atau perang
yang dimulai sejak tahun 1661 (Perang Tondano I)
Menyerahkan pemimpin-pemimpin pemberomtak mereka
kepada VOC, dan menyerahkan 50-60 orang budak sebagai ganti
rusaknya tanaman padi karena genangan air sungai Temberan.
Lamanya pertempuran berlangsung selama beberapa bulan dan
telah menimbulkan korban jiwa di kedua belah pihak. Tokoh
pemimpin dalam perang Tondano I dari Walak Tondano I adalah
Kawengian, Wengkang, Gerungan, Nelwan, Tawaluyan, dan
Rumambi. Perlawanan dari Walak Remboken yang membantu
penduduk Tondano, Seperti Kentei, Tellew, Tarumetor, dan
Wangko dari kakas. Menyebabkan simon Cos Gubernur VOC di
Maluku geram dan menarik mundur pasukannya ke Manado.
Karena mereka sekrang menghadapi kesulitan menjual hasil panen
yang melimpah. Pemimpin Walak Tondano kembali mendekati
VOC agar sudi membeli hasil Panennya. Terbukalah kembali
wilayah Minahasa oleh VOC dan berakhirlah Perang Tondano I.
b. Perang Tondano II (1681-1682)
Tanggal 10 Januari 1679 merupakan hari bersejarah bagi orang
Minahasa. Minahasa secara tidak langsung telah di akui sebagai
bangsa/Negara merdeka secara Internasional. Perjanjian dan
persekutuan antara Minahasa dan VOC(Belanda), ketika
menandatangani perjanjian (verbond) tanggal 10 januari 1679
adalah Ukung Mandij, aKapten Pacat Soepit, dan Pedro Rantly.
Gubernur Maluku Robertus Padtbrugge bertindak atas nama tuan
Besar Jenderal Rijckloff Van Goens dan Dewan Hindia yang
mewakili VOC.
VOC sebagai yang dipertuan, sebaliknya dari pihak VOC
hanyalah perlindungan dari serangan luar ke dalam MInahasa
suku-suku lainnya. Implementasi dari kebijakan-kebijakan ini
berjalan mulus sehingga ketimpangan kerja sama Minahasa-
Belanda, dalam hal ini VOC baik secara regional, ekonomi dan
persekutuan.
Verbond 10 Januari 1679, hal ini ditentang oleh Walak
Tondano. VOC menganggap Walak Tondano tidak patuh dan mau
mengakui eksistensi keberadaannya. Walak Tondano, tepatnya di
Minawanua, yang diseburkan Boven Tondano (tempat tinggal
orang tondano), merupakan kawasan yang dijadikan tempat
berkumpul para ektrimis.
c. Perang Tindano III (1707-1711)
Minahasa Bahwa, Verbond 10 januari 1967 tidak berimbang
maka kemudia di adakan revisi. 10 september 1699 perubahan
perjanjian Verdrag 10 September 1699/amandemen pasal 9
Minahasa dikatakan sebagai bawahan yang harus tunduk terhadap
semua kebijakan penjajah Belanda. Dasar turunan (ascribed),
menjadi kepala walak diperoleh secara demokratis melalui
pemilihan secara adat atas dasar kinerja (achieved).
Minahasa bersatu untuk mengadaka perlawanan terhadap VOC
dengan semboyan. Berbeda dengan perang pertama dan kedua
yang terjadi secara frontal, sedangkan perang ketiga ini
berlangsung dengan menggunakan taktik gerilya.
d. Perang Tondano IV (1807-1809)
Louis Napoleon mempertahankan wilayah Jawa dari serangan
Inggris. Residen Manado C,Ch, Predigger diperintah Daendels
untuk merebut pemuda-pemuda MInahasa untuk menjadi prajurit
guna melawan Inggris. Akhir musyawarah menghasilkan
keputusan, bahwa apabilia pihak Belanda (Konikrijk Holland)
tidak menghentikan pelanggaran terhadap Verbond 10 januari
1679, dalam musyawarah memutuskan hubungan dan melawan
Belanda yang berbentuk perlawanan seperti penghentian
pemasokan, perdagangan beras; tuntutan pemulangan serdadu-
serdadu dari luar Minahasa; Bila Resident Predigger terus
melakukan penekanan maka Minahasa terpaksa memutuskan
ikatan persahbatan dengan Belnda dan Mengadakan Perlawanan
Terbuka terhadap tiap bentuk pemaksaan.
Awal Agustus 1809 pertahanan Tondano berhasil dikepung
baik dari arah daratan maupun dari arah danau. Pada tanggal 4
Agustus 1809 Benteng . tanggal 5 agustus 1809 pertahanan dan
perkampungan Tondano dibumihanguskan musu. Semua
penghuninya tewas terbunuh.
2. Perlawanan Thomas Matulesy (Pattimura)
Kolonial HIndia Belandamenjalankan praktik-praktik lama yang
dijalankan VOC, yaitu monopolo perdangan dan pelayaran Hongi. Rakyat
dibebani berbagai kewajiban berat, seperti kewajiban kerja, penyerahan
ikan asin, dendeng, dan kopi.
Pada tanggal 15 Mei 1817, rakyat Maluku terhadap Belanda dimulai
dengan menyerang Pos Porto, kemudian ke benteng yang berada si
Saparua Yaitu Benteng Duurstede. Perlawanan meluas ke Ambon, Seram,
dan tempat-tempat lainnya. Pattimura dibantu oleh Paulus Tiahahu dri
Nusalaut, Anthony Rhebok wakilnya dari Saparua, dan Kapitan Philip
Latumahina.
Kolonial Hindia Belanda melakukan operasi besar-besaran setelah
pasukan yang lebih banyak dengan persenjataan yang lebih moern dari
Batavia. Panglima Armada Hindia Belanda menjadi komisaris jenderal I
atau orang pertama di Batavia. Benteng Durstese berhasil dikuasai
Kolonial Hindia Belanda lagi. Pattimura akhirnya kewalahan dan terpukul
mundur hingga ke Siri Tori. Malam tanggal 10 November 1817 Siri Tori
juga berhasil di kuasai oleh Kolonial Belanda.
Pada tanggal 11 november 1817 rumah Boo-Haria, Kapitan Pattimura
beserta pasukannya terkepung dan di tangkap oleh pasukan colonial
hindia-Belanda. Pengkhianatan yang dilakukan oleh raja Booi yang telah
meberitahukan kepada Kolonial Hindia Belanda tempat persembunyian
Kapitan Pattimura serta Pasukannya.
Pada tanggal 16 desember 1817 pattimura, Anthony Rhebok, dan
Philip Latumahina pengabdiannya di tiang gantungan di depan Benteng
New Victoria, Ambon. Pemimpin perlawanan rakyat Maluku digantikan
oleh Martha Chritina Tjahahu, seorang pejuang wanita. Perlawanan rakyat
Maluku ini, pemerintah Hindia Belanda menerapkan kebijakan ketat.
Terutama rakyat Saparua dihukum berat. Monopoli rempah-rempah
diberlakukan kembali oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda.
3. Perang Padri
Gerakan Padri mulai berkembang setelah pada sekitar tahun 1800,
setelah ada dakwah dari beberapa orang Pagaruyung yang baru pulang
dari berhaji.
Gerakan kaum Padri mendapat tantangan di bawah pmpinan Raja
Pagaruyung saat itu, yaitu Sultan Muning Alamsyah. Kelompok
Bangsawan dan pemangku adat Pagaruyung yang masih memegang teguh
dan menjalankan adat.
a. Perbedaan pendapat antar kaum padre dengan kamu adat. Kaum
Padri terpengaruh Wahabi menghendaki ajaran agama Islam
berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis.
b. Kaum Padri ingin memberantas kebiasaan buruk yang sering
dilakukan kaum Adat.
c. Perebutan pengaruh antara kaum adat dan kaum Padri.
Pertemuan antara kaum adat dan kaum padre menyelesaikan semua
persoalan di Koto Tengah tidak membawa hasil sehingga kaum adat
diserang oleh kaum padri. Kaum adat kemudian meminta bantuan kepada
Belanda di Padang Pada tahun 1821.
Pada tahun 1825 di Minangkabau antara kaum adat dan kaum Padri.
Kaum adat kemudian minta bantuan belanda. Sedang terdesak, akibat
perang menghadapi Pangeran Diponegoro. Maka belanda mengajak
berunding saja dan mengakui batas wilayah kekuasaan kaum Padri.
Tahun 1830, belanda mengobarkan perang antara kaum adat dan kaum
padre pertempuran itu terjadi, setelah kaum adat sadar akan bahaya
Belanda, mereka bergabung dengan Kaum Padri melawan Belanda sejak
tahun 1832 di bawah Van Den Bosch menggunakan Sistem Benteng
Stelsel dan dikirimkan lah bantuan pimpinan Sentot Ali Basya
Prawirodirjo kemudian memihak kaum Padri. Kemudian Belanda
Menyerang Kota Bonjol dan mengadakan perjanjian Plakat Panjang
(1833), yang isinya :
a. Penduduk dibebaskan dari pembayaran pajak dan kerja Rodi.
b. Belanda akan menjadi penengah bila terjadi perselisihan
antarpenduduk.
c. Perdagangan hanya dilakukan dengan Belanda, dan
d. Penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.

Pada tanggal 25 Oktober 1937 imam Bonjol tertangkap dibuang ke


Cianjur. Pada Tahun 1854, Imam Bonjol Wafat Di Manado. Tuanku Imam
Bonjol sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI
Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.

Pada tahun 1837 Benteng Bonjol Belanda dan Tuanku Bonjol berhasil
ditipu dan ditangkap, tetapi masih berlanjut akhirnya benteng terakhir
Kaum Padri di Dalu-Dalu, jatuh pada tahun 28 Desember 1838. Akhirnya,
peperangan ini dianggap selesai dan kerajaan Pagaruyung ditetapkan
menjadi bagian dari Pax Neerlandica dan menyatakan wilayah Padangse
Bovenlanden berada di bawah pengawasan Belanda.

4. Perang Pangeran Diponegoro


Perang Diponegoro adalah perang besar yang dihadapi belanda di
Jawa. Pengaruh Mataram ikut menyatakan Perang terhadap Belanda.
Perang DIponegoro sering disebut perang Jawa, yang nama kecilnya
Raden Mas Ontowiryo adalah putra pertama Hamengkubuwono III. Lahir
dari seorang selir. Ketika masih kecil bernama Pangeran Ontowiryo.
a. Pengurangan terjadi sejak Daendels dan Raffles, sehingga daerah
Apanage menjadi kecil.
b. Apanage adalah daerah yang diberikan oleh keluarga Raja, tanpa jasa
kerja. Bermacam-macam pajak dari belanda, pajak tersebut
diborongkan orang-orang Tionghoa. Pajak tersebut antara lain pajak
Tanah, Rumah, jembatan, pintu, dsb.
c. Adanya aturan Van Der Capellen nelarang menyewa tanah dan
penduduknya untuk perkebunan kepada Swasta. Agar tidak menyaingi
perkebunan milik pemerintah. Sudah terlanjur menyewakan tanahnya
diminta mengembalikannya kepada pemerintah.
d. Kemiskinan rakyat dan adanya perlakuan yang tidak adil dari penjajah.
e. Campur tangan pemerintah belanda dalam urusan Intern Keraton.

Penyebab Diponegoro mengobarkan perang terhadap Belanda adalah :


a. Pengangkatan khatib dilakukan oleh Patih Danurejo, merupakan Hak
raja (wali Raja). Tindakan Patih dibenarkan Oleh Belanda, Pangeran
Diponegoro meninggalkan Istana dan pergi ke Tegarejo.
b. Belanda akan membuat jalan melalui tanah makam keluarga
Diponegoro. Patok patok sebagai tanda rencana pembuatan jalan
dicabut oleh Diponegoro. Belanda kemudian menyuruh Mangkubumi
untuk membujuk Diponegoro, pada Tanggal 20 Juli 1825 pecah
Perang Diponegoro.
Pangeran diponegoro mendapat bantuan dari banyak pihak, Pengeran
Mangkubuni(paman Pangeran Diponegoro). Sentot Alibasyah Mustafa
Prawirodirjo, (putra bupati Maospati, Madiun), Kiai Mojo (seorang
ulama), Pangeran Ngabehi Jaya Kusuma, dan rakyat yang memebrikan
dukungan penuh terhadap perjuangan Pangeran Diponegoro, Pangeran
Diponegoro dengan mudah dapat menghimpun kekuatan. Ia melancarkan
siasat Perang Gerilya dan menghindari perang terbuka dibandingkan
persenjataan Belanda. Pangeran Diponegoro terdapat di Gua Selarong,
Dekso, lereng Gunung Merapi, dan Daerah Bagelan. Diponegoro
menyebabkan Belanda melaksanakan system Benteng (Benteng Stelsel).
Tujuan Sistem benteng adalah untuk mempersempit ruang gerak pasukan
Pangeran Diponegoro.
Dalam keadaan yang sangat sulit ini, Pangeran Diponegoro diajak
berunding oleh Jenderal Hendrick Marcus de Kock di Magelang, Jawa
Tengah. Ternyata hal tersebut merupakan tipu daya. Perundingan itu
mengalami kegagalan. Pangeran Diponegoro ditangkap. Ia di asingkan ke
Manadao (1830), pada tahum 1839, ia di pindahkan ke Makassar, wafat di
Makassar pada 8 januari 1855. dengan demikian, perlawanan Diponegoro
dapat dipatahkan.
5. Perang Aceh
Pada tahun 1871 membuka kesempatan kepada Belanda untuk mulai
melakukan ntervensi ke kerajaan Aceh. Karena kerajaan Aceh menolak
dengan Keras untuk mangakui kedaulatan Belanda. pasukan Aceh dengan
sebagian tentara Belanda yang mulai mendarat. Memaksa pasukan Aceh
memundurukan diri ke Masjid Raya. Perlawanan sehingga Mayor Jenderal
Kohier sendiri Tewas. Masjid Raya dapat di rebut kembali oleh pasukan
Aceh.
Para pemimpin aceh di perhitungkan Belanda adalah Cut Nyak Dien,
Teuku Umar, Tengku Cik Di Tiro, Teuku Cik Bugas, Habib
Abdurrahman, dan Cut Mutia. Siasat konsentrasi stelsel yaitu system garis
pemusatan dimana Belanda Memusatkan Pasukannya di Benteng-benteng
sekitar kota termasuk Kutaraja.
Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje yang paham agama
islam untuk mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat Aceh.
Dr. Snouck Hurgronje member saran dan masukan kepada pemerintah
Hindia Belanda hasil penyelidikannya terhadap masyarakat Aceh yang
ditulis dengan judul De Atjehers.
Siasat kekerasan dengan mengadakan serangan besar-besaran ke
daerah-daerah pedalaman. Pasukan Belanda membinasakan semua
penduduk daerah yang menjadi Targetnya.pertempuran yang terjadi di
Meulaboh, Teuku Umar gugur. Jatuhnya benteng Kuto Reh pada tahun
1904, memaksa Aceh harus menandatangani Plakat Pendek atau perjanjian
Singkat (Korte Verklaring)
Perang Aceh berakhir pada tahun 1904, rakyat Aceh terus berlangsung
sampai tahun 1912. Daerah tertentu di Aceh masih muncul perlawanan
sampai menjelang perang Dunia II tahun 1939.

6. Perang Bali (1846-1849)


Perang Bali pada tahun 1844, dagang Belanda kandas di Daerah
Prancak (Daerah Jembara), saat itu berada dibawah kekuasaan kerajaan
Buleleng. Insiden inilah yang memicu pecahnya perang Bali, atau di kenal
juga dengan nama Perang Jagara. Pada tahun 1846. Sasaran pertama dan
utama dalah kerajaan Buleleng. Patih I Gusti Ktut Jelantik beserta pasukan
menghadapi serbuan Belanda dengan Gigih.
Akhirnya pasukan I Gusti Ktut Jelantik terdesak dan mengundurkan
diri ke daerah luar Benteng Jagaraga. Belanda kemudian berusaha
menaklukkan kerajaan kerajaan lainnya dipulau Bali. Ternyata perlawanan
sengit dari Rakyat setempat membuat pihak Belanda cukup Kewalahan.
Perang puputan pecah dimana-mana, seperti perang Puputan
Kusamba(1849), perang Puputan Badung(1906) dan perang Puputan
Klungkung(1908)
7. Perang Banjar
Pada tahun 1859-1905 Belanda menguasai bidang perkebunan dan
pertambangan batu bara. Pangeran Hidayatullah sebagai penggantinya,
Belanda tidak setuju dan mengangkat Pangeran Tamjid Ulah sebagai
pengganti Sultan Adam. Sultan Adam Wafat pada tahun 1857.
Pada tahun 1859, Pangeran Antasari menggerakkan rakyat Banjar
melawan Belanda. Pangeran Hidayatullah tertangkap pada tahun 1861.
Bahkan rakyat ia diangkat sebagai pemimpin tertinggi dengan gelar
Amirudi Khalifatul Mukminin. Pada tahun 1862, Pangeran Antasari
Wafat. Perlawanan Rakyat Banjar tidak pernah reda dan berlangsung lama
sampai tahun 1905.
8. Perang Batak
Perang Batak (1878-1907) merupakan perang antara kerajaan Batak
dan Belanda. Berlangsung selama 29 tahun. Dipimpin oleh
Sisingamangaraja XII tokoh pemersatu.
a. Raja Sisingamangaraja XII tidak senang daerah ekuasaan nya di
perkecil oleh Belanda. Kota Natal, Mandaling, Angkola dan Sipirok di
Tapanuli selatan Dikuasai oleh Belanda.
b. Belanda berusaha mewujudkan Pax Netherlandica.
c. Sisingamangaraja XII memandang gerakan Kristenisasi akan
membahayakan Tanah Batak.
Belanda ingin menguasa seluruh Tapanulidan Sumatera timur dengan
menempatkan pasukannya di Taruntung di bawah pimpinan Nommensen.
Tahun 1878, Sisingamangaraja menyerang Belanda di Tapanuli Utara
kemudian ke Bakal Batu, Buntar, Siborong-borong, Balige, Lumban, Julu,
Laguboti, maupun di Pak-Pak Dairi. Pasukan Morsose Belanda yang
dipimpin Kapten Chritoffle dapat menguasai gerakan Sisingamangaraja
XII dan pasukannya.
Pada tanggal 17 juni 1907 bersama seorang putrinya, yaitu Lapian dan
dua orang putranya, yaitu Patuan Nagari dan Patuan Anggi serta sepuluh
pengikutnya. Sisa pengikutnya yang tertangkap dibawa ke tarutung.
Sisingamangaraja XII kemudian dikebumikan secara militer oleh Belanda
pada tanggla 22 Juni 1907 di Silindung. Makamnya baru dipindahkan ke
Soposurung, Balige seperti sekarang ini sejak 17 Juni 1953.

Anda mungkin juga menyukai