Perlawanan pertama untuk melawan keserakahan kongsi dagang (abad ke-16 samapi abad ke-18)
terjadi di daerah aceh dengan nama perlawanan Aceh Versus Portugis dan VOC yang terjadi pada tahun
1511-1641. permususahan antara Portugis dengan Aceh disebabkan oleh ketidak sukaan atau rasa iri
terhadap Aceh yang berkembang pesat menjadi pusat perdagangan sehingga portugis ingin
menghancurkan Aceh.
Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah bagi Aceh.
Banyak para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Hal ini telah mendorong
Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan. Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini
dipandang oleh Portugis sebagai ancaman. oleh karena itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan
Aceh.
Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan
menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini mengalami
kegagalan. Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan.
Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di manapun berada. Misalnya,
pada saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh
kapal-kapal Portugis untuk ditangkap.
Tindakan Portugis telah merampas kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan berdaulat berdagang dengan
siapa saja. Langkah-langkah Aceh dalam menghalau tentara Portugis, antara lain:
Mendatangkan bantuan persenjataan, sejumlah tentara dan beberapa ahli dari Turki pada tahun 1567
Setelah bermacam-macam bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis
di Malaka. Portugis wajib bertahan mati-matian di Formosa/ Benteng. Portugis wajib mengerahkan
semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun
1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh
pasukan Aceh.
Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh
sebab itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam. Pada
masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir
penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercita-cita
untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka. Iskandar Muda
berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal
besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit.
Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan
pasukan gajah dan milisi infanteri. Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin luas
meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalurperdagangan.
Namun, serangan Aceh kali ini tidak juga berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan
Portugis semakin memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi
Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari
Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.
Portugis berhasil memasuki Kepulauan Maluku pada tahun 1521. Mereka memusatkan
aktivitasnya di Ternate. Tidak lama berselang orang- orang Spanyol juga memasuki Kepulauan Maluku
dengan memusatkan kedudukannya di Tidore. Terjadilah persaingan antara kedua belah pihak.
Persaingan itu semakin tajam setelah Portugis berhasil menjalin persekutuan dengan Ternate dan
Spanyol bersahabat dengan Tidore.
Pada tahun 1529 terjadi perang antara Tidore melawan Portugis. Penyebab perang ini sebab kapal-
kapal Portugis menembaki jung-jung dari Banda yang akan membeli cengkih ke Tidore. Tentu saja Tidore
tidak dapat menerima tindakan armada Portugis. Rakyat Tidore angkat senjata. Terjadilah perang antara
Tidore melawan Portugis. Dalam perang ini Portugis mendapat dukungan dari Ternate dan Bacan.
Akhirnya Portugis memperoleh kemenangan. Dengan kemenangan ini Portugis menjadi semakin
sombong dan sering berlaku kasar pada penduduk Maluku. Upaya monopoli terus dilakukan.
Maka, wajar jika sering terjadi letupan-letupan perlawanan rakyat. Sementara itu untuk
menyelesaikan persaingan antara Portugis dan Spanyol dilaksanakan perjanjian damai, yakni Perjanjian
Saragosa pada tahun 1534. Dengan adanya Perjanjian Saragosa kedudukan Portugis di Maluku semakin
kuat. Portugis semakin berkuasa untuk memaksakan kehendaknya melakukan monopoli perdagangan
rempah-rempah di Maluku.
Setelah Sultan Khaerun dibunuh, perlawanan dilanjutkan di bawah pimpinan Sultan Baabullah (putera
Sultan Khaerun). Melihat tindakan Portugis yang tidak mengenal nilai-nilai kemanusiaan, semangat
rakyat Maluku untuk melawannya semakin berkobar. Seluruh rakyat Maluku berhasil dipersatukan
termasuk Ternate dan Tidore untuk melancarkan serangan besar-besaran terhadap Portugis. Akhirnya
Portugis dapat didesak dan pada tahun 1575 berhasil diusir dari Ternate. Orang-orang Portugis lalu
melarikan diri dan menetap di Ambon sampai tahun 1605. Tahun itu Portugis dapat diusir oleh VOC dari
Ambon dan lalu menetap di Timor Timur.
Pada tahun 1680, VOC memaksakan sebuah perjanjian baru dengan penguasa Tidore. Kerajaan
Tidore yang semula sebagai sekutu turun statusnya menjadi vassal VOC, dan sebagai penguasa yang
baru diangkatlah Putra Alam sebagai Sultan Tidore (menurut tradisi kerajaan Tidore yang berhak sebagai
sultan semestinya adalah Pangeran Nuku). Penempatan Tidore sebagai vassal atau daerah kekuasaan
VOC sudah menimbulkan protes keras dari Pangeran Nuku. Akhirnya Nuku memimpin perlawanan
rakyat. Timbullah perang hebat antara rakyat Maluku di bawah pimpinan Pangeran Nuku melawan
kekuatan kompeni Belanda (tentara VOC).
Sultan Nuku memperoleh dukungan rakyat Papua di bawah pimpinan Raja Ampat dan juga
orang-orang Gamrange dari Halmahera. Oleh para pengikutnya, Pangeran Nuku diangkat sebagai sultan
dengan gelar Tuan Sultan Amir Muhammad Syafiudin Syah. Sultan Nuku juga berhasil meyakinkan Sultan
Aharal dan Pangeran Ibrahim dari Ternate untuk bersama-sama melawan VOC.
Bahkan dalam perlawanan ini Inggris juga memberi dukungan pada Sultan Nuku. Belanda
kewalahan dan tidak mampu membendung ambisi Nuku untuk lepas dari dominasi Belanda. Sultan Nuku
berhasil mengembangkan pemerintahan yang berdaulat melepaskan diri dari dominasi VOC.
menjadi raja ia juga terkenal sebagai seorang pujangga. Ia dikenal sebagai raja
. Pada masa
Salib antara Katolik Portugis Malaka dengan Protestan Belanda atau VOC di
Batavia.2
Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba saatnya bagi orang-orang
terdiri dari empat buah kapal dagang berangkat menuju ke Indonesia. Pelayaran
cukup lama yakni empat belas bulan. Perlu diketahui bahwa pelayaran pertama
Pada tahun 1596, ketika mereka tiba di Banten mereka disambut baik oleh
dengan Banten. Sama halnya dengan di Tuban dan Maluku, kedatangan orangorang Belanda di
pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan yang
baik dari para penguasanya serta rakyatnya. Bahkan hampir setiap pulau di
Barat itu maka orang-orang Belanda mendirikan serikat dagang yang disebut
VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1602 yang antara lain
Indonesia. Akan tetapi, tujuan utama mengkonsentrasi perdagangan rempahrempah itu lambat
laun bergeser menjadi mengembangkan perkebunanperkebunan besar yang hasilnya sangat
laku terjual di pasaran Eropa seperti kopi,
teh, gula, lada, dan lain sebagainya.4
Hindia.5
organisasinya sebagai organisasi niaga, tetapi, VOC oleh Staten General diberi
kebebasan untuk menyatakan perang atau damai dengan negara atau kesultananpenduduk. Di
beberapa tempat mereka menempatkan pasukannya untuk
Barat itu maka orang-orang Belanda mendirikan serikat dagang yang disebut
VOC ( Vereenigde Oost Indische Compagnie) pada tahun 1602 yang antara lain
Indonesia. Akan tetapi, tujuan utama mengkonsentrasi perdagangan rempahrempah itu lambat
laun bergeser menjadi mengembangkan perkebunanperkebunan besar yang hasilnya sangat
laku terjual di pasaran Eropa seperti kopi,
Hindia.5
organisasinya sebagai organisasi niaga, tetapi, VOC oleh Staten General diberi
kebebasan untuk menyatakan perang atau damai dengan negara atau kesultanan
lawan yang didatanginya. VOC ini digunakan oleh Imperialisme Barat untuk
untuk melumpuhkan pasar yang dibangun oleh umat Islam sebagai media
kekuasaan ekonomi dan politik Islam. Oleh karena itu, bangsa-bangsa di Asia
paksa6
dikarenakan orang-orang VOC sendiri sedang menghadapi saingan dari orangorang Portugis.
Sebaliknya, beberapa kerajaan Muslim waktu itu tengah
Pada tahun-tahun setelah J.P. Coen menjadi Gubernur Jendral VOC, dan
sejak saat itu arah politiknya tidak hanya untuk perdagangan saja tetapi juga
sebagian besar wilayah Indonesia dalam waktu yang cepat. 8 Oleh karena itu,
Maka sejak saat itu muncul reaksi-reaksi besar bahkan sampai terjadi
bersenjata juga dilakukan oleh beberapa kerajaan Islam di Jawa seperti kerajaan
Ageng Tirtayasa dan kompeni memang sudah ada, berbeda dengan putra sulung
Sultan Ageng yang lebih berpihak pada kompeni. Bagi kompeni sendiri, Banten
dianggap sebagai musuh yang sangat berbahaya. Sejak tahun 1680, keadaan
Sultan Ageng menjadi sulit, terutama karena Sultan Haji (putra Sultan Ageng
Tirtayasa) memotong politiknya. Akan tetapi, meskipun keadaan bagi Sultan dengan sistem
tradisonal yang dianut oleh masyarakat. Sikap Belanda yang keras
sebagian besar wilayah Indonesia dalam waktu yang cepat. 8 Oleh karena itu,
Maka sejak saat itu muncul reaksi-reaksi besar bahkan sampai terjadi
bersenjata juga dilakukan oleh beberapa kerajaan Islam di Jawa seperti kerajaan
Ageng Tirtayasa dan kompeni memang sudah ada, berbeda dengan putra sulung
Sultan Ageng yang lebih berpihak pada kompeni. Bagi kompeni sendiri, Banten
dianggap sebagai musuh yang sangat berbahaya. Sejak tahun 1680, keadaan
Sultan Ageng menjadi sulit, terutama karena Sultan Haji (putra Sultan Ageng
tertawan oleh pihak kompeni. Pada bulan Agustus 1682, putranya sendiri yakni
Sultan Ageng atas daerahnya, sehingga Sultan Ageng terusir dari Banten dan
Banten maka demikian halnya mereka yang juga menghadapi rekasi-reaksi serta
perang dari Mataram yang pada saat itu juga tengah meluaskan pengaruhnya di
bawah pimpinan Sultan Agung, raja ketiga dari kerajaan Islam Mataram.10
Belanda melihat kegiatan umat Islam mempunyai dwifungsi yakni sebagai da‟i
ancaman dari umat Islam tidaklah mengherankan jikalau Islam dijadikan sebagai
membaik. Pada tahun 1614, pihak Belanda mengutus seorang duta agar
Akan tetapi, Sultan Agung memberi peringatan kepada duta itu bahwa
persahabatan yang mereka inginkan tidak akan pernah terwujud jika VOC berniat
untuk merebut tanah Jawa. Hubungan pribadi antara Sultan Agung dengan VOC
Agung dengan seekor anjing dan telah mengotori masjid Jepara dan ada pula
Sultan Agung antara lain karena Sultan Agung merasa bahwa pihak Belanda
tanah untuk loji secara cuma-cuma, sedangkan pihak Belanda sendiri lupa pada
janji-janjinya yang terlalu berlebihan.13
menjadi lumpuh, namun, sebagai penghasil utama dan pengkespor beras, posisi
Raja ketiga dari kerajaan Islam Mataram ini disebut Sultan Agung
biasanya dapat diterima oleh para sejarawan. Dia adalah raja terbesar di antara
raja-raja pejuang dari Jawa. Tidak semua peperangan yang tertulis di dalam
Mataram sudah tepat. Sultan Agung memang sosok raja yang terkenal dengan
ekspansinya. Hal ini bisa dilihat dari usaha pertamanya dalam rangka meluaskan
ekspedisi militer ke daerah Jawa Timur pada tahun 1614 dan 1615. Adapun
Bahkan pada tahun 1615 Sultan Agung ikut memimpin penyerangan ke Wirasaba
(Mojoagung).15
Sayangnya, di era sekarang ini perjuangan seorang tokoh muslim masih
Akan tetapi, perjuangan gigih yang telah dilakukan Sultan patut dibanggakan.
kerajaan Islam Mataram pada masa pemerintahan Sultan Agung disebut sebagai
penjajahan Belanda khususnya VOC. Maka Penulis tertarik untuk menulis skripsi
yang berjudul „‟Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC (1628-1629)‟‟. Hal ini
dikarenakan pada waktu itu peranan tokoh Muslim tidak begitu terlihat dalam
masyarakat bahwa tokoh Muslim mempunyai andil yang besar dalam melawan
penjajah di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
VOC?
dan rakyatnya?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui alasan Sultan Agung melakukan perlawanan dengan
VOC.
terhadap VOC.
D. Kegunaan Penelitian
Dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan manfaat yang positif pada
masyarakat baik dari sisi keilmuwan akademik maupun dari sisi praktis:
2. Sisi Praktis
syarat dalam mendapatkan gelar strata satu dalam jurusan Sejarah dan
pihak VOC.
suatu kerangka pemikiran yang mencakup berbagai konsep dan teori yang akan
peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, yaitu dari segi mana kita
seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan
sasaran.19 Kepemimpinan merupakan suatu yang penting bagi setiap orang, sebab
dalam kenyataannya kelangsungan hidup suatu bangsa atau negara sangat
kepemimpinan itu tidak harus terikat dengan batasan-batasan dan ketentuanketentuan formal,
sehingga seorang yang melakukan fungsi „‟Kepahlawanan‟‟
kuat serta dia harus dapat menjelaskan cita-citanya kepada masyarakat dengan
penuh kepada seorang pemimpin yang dicintai, dihormati, dam dikagumi, bukan
Tuhan.22
Suatu tipe kepemimpinan yang mempunyai daya tarik yang amat besar
terdapat kekuatan yang luar biasa. Sehingga dalam waktu yang singkat banyak
dan perilaku serta gaya kepemimpinan yang digunakan oleh pemimpin yang
diikutinya itu, baik memakai gaya otokratik maupun demokratik, partisipatif atau
yang lainnya.24
dalam diskusi yang lebih luas tentang lembaga politik. Ia membedakan tiga jenis
tradisional legal hanya dapat berkembang dalam masyarakat Barat modern dan
hanya dalam sistem otoritas rasional legal itulah birokrasi modern dapat
berkembang penuh. Akan tetapi, masyarakat lain di dunia tetap didominasi oleh
pemimpin yang berkuasa karena garis keluarga atau sukunya selalu merupakan
kemampuan atau ciri-ciri luar biasa, atau mungkin dari keyakinan pihak pengikut
pribadi.
b. Otoritas tradisional yaitu yang dimiliki berdasarkan warisan.
gagal, akan tetapi perjuangannya telah menimbulkan rasa hormat bagi para
penguasa pribumi luar Jawa. Meskipun dalam buku yang dikarangan oleh H.J De
Graff disebutkan bahwa Sultan Agung adalah seorang raja yang keras dalam
meninggalkan khas keJawaanya. Di samping itu, Sultan adalah sosok yang taat
beragama. 26
F. Penelitian Terdahulu
Sultan Agung)’‟ karangan H.J. De. Graff . Kedua, buku yang berjudul
perlawanan seorang tokoh Islam dari Aceh yang berjudul ‘’Perlawanan Teuku
Umar terhadap Belanda dalam Perang Aceh Tahun 1873-1899’’ oleh Ana
Ujiati. Pada bagian pertama dibahas mengenai riwayat hidup Teuku Umar
termasuk mengenai geneologi dan pendidikan Teuku Umar dari kecil hingga
dewasa. Pada bab selanjutnya dibahas mengenai keterlibatan Teuku Umar dalam
Perang Aceh.
Selain itu ada juga skripsi yang membahas mengenai kerajaan Islam
Mataram. Adapun skripsi yang membahas tentang kerajaan Islam Mataram
Dari penelitian buku-buku dan skripsi yang ada, belum ada yang
membahas secara tuntas dan terinci mengenai perlawanan yang dilakukan Sultan
Agung terhadap pihak VOC. Oleh sebab itu, penulis lebih menekankan pada
1629
G. Metode Penelitian
Penulisan dalam karya ini adalah sebuah studi sejarah, maka metode yang
digunakan adalah metode penelitian historis. Semua kegiatan atau proses ini
harus mengikuti metode dan aturan yang benar. Adapun langkah-langkah yang
jejak sejarah yang diperlukan.27 Sumber dalam penelitian sejarah adalah hal
yang paling utama yang akan menentukan bagaimana aktualitas masa lalu
manusia bisa dipahami oleh orang lain. Sumber sejarah adalah bahan-bahan
yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang banyak.
Suryanegara
yang dilakukan oleh sejarawan untuk melihat apakah isi sumber tersebut
dan yang telah diuji autentisitasnya terdapat saling hubungan antara satu
dengan yang lainnya atau tidak. Dalam hal ini, langkah pertama yang
dilakukan adalah menyusun dan mendaftar semua sumber yang didapat.
masa lampau berdasarkan data yang diperoleh.30 Setelah didapatkan faktafakta yang
diperlukan, maka langkah selanjutnya adalah menuliskannya ke
H. Sistematika Bahasan
mempermudah pemahaman terhadap penulisan ini, uraian bab demi bab bukan
Bab I
BAB II : Pada bab II ini menjelaskan tentang biografi Sultan Agung baik itu
BAB III : Pada bab III akan dijelaskan mengenai Mataram pada Sultan Agung
pada masa pemerintahan Sultan Agung yang pada waktu itu banyak terjadi
perlawanan Sultan Agung terhadap VOC dan bentuk perlawanan Sultan yang
dilakukan kepada VOC, dan pada bagian akhir juga akan disinggung sedikit
tentang kondisi Mataram atau dampak bagi rakyat Mataram dan bagi Sultan
Pasalnya, Selat Sunda dikala itu bukan termasuk jalur perdagangan. Laut Jawa
lah yang memiliki peranan penting dalam jalur pelayaran dan perdagangan.
Lalu, semenjak penyebaran Islam masuk di wilayah Jawa, Banten mulai agak
berarti. Hingga awal abad ke 16, wilayah Banten masih beragama hindu dan
Portugis bisa mendirikan wilayah dagang dan benteng di Sunda Kelapa. Pada
Juni 1527. Dari situlah, nama Sunda Kelapa diganti dengan Jayakarta yang
berarti kota kemenangan. Hanya dalam waktu singkat, seluruh kawasan pantai
utara dan Jawa Barat berhasil diduduki oleh Fatahilla sehingga agama islam bisa
menyebar di wilayah Jawa Barat. Dari situlah, Fatahilla diberi gelar nama Sunan
Gunung Jati. Pada tahun 1552, ditunjuklah putra Sunan Gunung Jati sebagai
penguasa Banten. Sedangkan, putra yang lainnya, yakni Pasarean ditunjuk
sebagai raja di Cirebon. Jadi pada awalnya, Kerajaan Banten merupakan wilayah
dan Maulana Hasanudin lah pemimpin pertama kerajaan Banten. yang memiliki
periode pemerintahan dari tahun 1522 sampai dengan 1570. Sultan Hasanuddin
kerajaan ini meliputi bagian barat Pulau Jawa, seluruh bagian Lampung dan
sebagai wilayah di bagian selatan Jawa Barat. Hal ini yang menjadikan
bagaimana sang Raja memimpin. Adapun silsilah Raja yang memimpin kerajaan
1. Sultan Hasanuddin
dari Sunan Gunung Jati. Saat Kerajaan Demak terjadi perebutan kekuasaan,
wilayah Cirebon dan Banten berusaha melepaskan diri. Hingga akhirnya,
yang memiliki banyak hasil rempah – rempah. Terlebih lagi, Selat Sunda yang
juga, Bandar Banten berhasil menjadi bandar yang ramai dikunjungi oleh para
saudagar dari Gujarat, Venesia dan Persia. Pada saat terjadi perebutan kekuasaan
melepaskan diri dari kekuasaan kerajaan Demak. Akhirnya Cirebon dan Banten
terlepas dari pengaruh Demak dan menjadi kerajaan berdaulat. Maka Sultan
Yusuf.
2. Maulana Yusuf
Raja kedua Kerajaan Banten adalah Maulana Yusuf yang berkuasa dari
rakyat Pajajaran kala itu masih bisa kita lihat sebagai suku baduy.
3. Maulana Muhammad
oleh anaknya, yakni Sultan Maulana Muhammad. Namun, saat beliau naik tahta
masih dalam usia belia, yakni 9 tahun. Sehingga tahta kerajaan dipegang oleh
sendiri masih keturunan kesultanan Demak sehingga Kerajaan Banten yang juga
4. Pangeran Ratu
empat dan pengganti Sultan Maulana Muhammad. Pada saat tahta beliau masih
menjalin hubungan dengan negara luar, seperti Moghul dan Turki. Walaupun
Raja terakhir Kerajaan Banten adalah Sultan Abdul Nasar. Selama masa
pemerintahan, beliau masih bersikukuh tidak mau bekerja sama dengan Belanda.
runtuh.
sebagai sosok yang ahli dalam strategi perang. Selain itu, beliau juga menaruh
segala penjuru seperti Arab, Aceh, dan daerah lainnya. Salah seorang guru
agama tersebut adalah seorang ulama besar dari Makassar, yaitu Syekh Yusuf. Ia
kemudian dijadikan mufti agung, guru, dan menjadi menantu Sultan Ageng
Tirtayasa. Sultan Ageng terkenal sebagai seorang yang sangat menentang politik
yang dilakukan oleh pihak VOC seperti menerapkan perjanjian monopoli yang
sangat merugikan Kesultanan Banten. Ia menginginkan Banten sebagai akses
wilayah yang terbuka bagi bangsa-bangsa lainnya. Alasan lainnya, beliau ingin
adalah pusat politik VOC. Pada tahun 1655, VOC telah mengusulkan kepada
tahun dibuat oleh kakeknya pada tahun 1645. Akan tetapi, pihak Banten
menolak untuk memperbaruinya selama pihak VOC selalu ingin menang sendiri.
mereka tetap tidak berhasil karena Banten selalu berjuang dengan gigih untuk
memulihkan kedudukannya, bahkan pada tahun 1655 dua kapal Belanda dirusak
oleh pasukan Banten. Demikian pula kebun-kebun tebu di daerah AngkeTangerang milik
Belanda dirusak, sehingga VOC terpaksa menutup kantor
melakukan upaya perlawanan, sehingga Perang pecah lagi pada tahun 1656. Dua
kapal Belanda disita dan perompakan Di Batavia dan sekitarnya. Belanda
langsung mengirim empat sampai lima kapal dan mengadakan blokade terhadap
terganggu dan nyaris terhenti. Karena melihat hal itu, Sultan Ageng memutuskan
untuk berdamai dengan VOC. Perundingan pada akhir tahun 1657 gagal. Lalu
disusul dengan perjanjian pada tanggal 29 April 1658, dan perjanjian itu
disetujui. Namun perjanjian ini tidak lama, karena pada tanggal 10 Juli 1658
Banten mengerahkan lagi tentaranya sampai dengan bulan Juli 1659 ke daerah
diajukan oleh pihak VOC pada tanggal 10 Juli 1659 dengan perantaraan Sultan
Jambi.2 Namun, Sultan Ageng tetap waspada terhadap usaha VOC yang ingin
1. Ekonomi
Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten
Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera
dan sebagainya. Pada masa kejayaannya juga Banten memiliki sistem pertanian
yang unggul dengan irigasi. Awalnya dengan pembuatan saluran air yang dapat
dilayari oleh perahu-perahu kecil di sepanjang jalan lama, dari Sungai Untung
pertanian. Selain itu juga untuk mempercepat hubungan militer dari Banten ke
daerah perbatasan dengan Batavia. Produksi padi dan tanaman lainnya yang
dihasilkan dari daerah pesawahan, di kanan kiri saluran buatan itu tidak hanya
diekspor ke luar negri dan perbekalan dalam situasi perang pula. Pada tahun
1660 didirikan perkampungan baru di sebelah barat Sungai Untung Jawa yang
daerah pesawahan baru dan benteng pertahanan hidup serta persediaan tenaga
tempur dalam menghadapi kompeni. Karena hal inilah para penduduk pun relatif
Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan
juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda,
pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya
Hal ini berlangsung sampai tahun 1681, ketika Cirebon menjalin hubungan dan
kerja sama dengan VOC. Puncak konflik antara Banten dengan VOC terjadi
dan mendesak Mataram agar tidak mendekati VOC. Sultan Ageng gagal dalam
Cirebon dapat pula digagalkan Belanda.4 Bersamaan dengan hal itu, Banten
mengalami perpecahan dari dalam keluarga kerajaan. Putra mahkota, Sultan Abu
Nasr Abdul Kahar yang dikenal Sultan Haji diangkat menjadi pembantu ayahnya
4 Hj. Nina H. Lubis, dkk. Sejarah Banten Membangun Tradisi dan peradaban (Banten: 1014)
mengurus urusan dalam negeri, sedangkan urusan luar negri dipegang oleh
Sultan Ageng dan dibantu oleh putera yang satunya lagi yaitu Pangeran Arya
(Sultan Haji).5
Sultan Haji khawatir tidak akan bisa naik tahta kesultanan, jika masih ada putra
bersedia membantu Sultan Haji dengan empat syarat yaitu; (1) Banten harus
menyerahkan Cirebon kepada VOC; (2) monopoli lada di Banten dipegang oleh
VOC dan harus menyingkirkan Persia, India, dan Cina; (3) Banten harus
membayar 600.000 ringgit apabila ingkar janji; dan (4) pasukan Banten yang
Perjanjian diterima oleh Sultan Haji. Dengan bantuan pasukan VOC, pada tahun
1681 Sultan Haji melakukan kudeta kepada ayahnya dan berhasil menguasai
pasukan Sultan
istana Surasowan.
Surasowan. Sultan Haji segera dilindungi oleh Jacob de Roy dan dibawa ke Loji
milik VOC. Di bawah pimpinan Kapten Sloot dan W. Caeff, pasukan Sultan
Haji bersamasama dengan pasukan VOC mempertahankan loji itu dari kepungan
pasukan Sultan Ageng. Akibat perlawanan yang sangat kuat dari Sultan Ageng,
bantuan militer yang dikirim dari Batavia tidak dapat mendarat di Banten.
Bantuan militer yang lebih besar segera dikirim dari Batavia dengan syarat
Sultan Haji akan memberi hak monopoli kepada VOC di Banten. Sultan Haji
menyetujui syarat itu. Pada tanggal 7 April 1682 bantuan Kompeni yang
dijanjikan itu datang dengan kekuatan besar membalas serangan Sultan Ageng
berhasil membebaskan loji dari kepungan Sultan Ageng. Sultan Ageng terus
dibantu oleh pasukan Makassar, Bali, dan Melayu. Markas besar pasukannya
umum dimulai dari daerah pantai menuju Tanara dan Tangkurak. Pada tanggal
Pihak Kompeni berusaha untuk mencari Sultan Ageng dan membujuknya untuk
sendiri yang berkerja sama dengan Belanda, namun Pangeran Arya Purbaya
Banten.9
Dan setelah wafatnya Sultan Haji, Banten sepenuhnya dikuasai oleh Hindia
Jendral Hindia Belanda. Akhirnya, Sultan Abu Fadhl Muhammad Yahya dipilih
sebagai pengganti Sultan Haji, kemudian digantikan oleh Sultan Abdul Mahasin
Muhammad Zainal Abidin. Penyerangan Banten terjadi saat pemerintahan
Hingga tahun 1813, Kerajaan Banten runtuh dan dipegang oleh Inggris.
. Peninggalan Arkeologis
yang dimilikinya adalah bentuk menara yang mirip seperti mercusuar. Bagian
atap masjid mirip pagoda. Pada bagian kanan dan kiri terdapat serambi dan
makam Kesultanan Banten dan keluarganya.
4. Benteng Speelwijk
5. Danau Tasikardi
6. Vihara Avalokitesvara
dengan seluruh agama. Pada dinding wihara terdapat relief legenda siluman ular
putih.
7. Meriam Ki Amuk
karena konon katanya meriam ini memiliki daya tembakan jauh dan ledakan
yang besar.
KESIMPULAN
sudah membuktikan sebagai negara anti penjajah. Mereka bersatu padu dengan
rakyat berusaha mengusir penjajah dari tanah air tercinta ini. Meskipun banyak
yang harus mereka korbankan dan mereka berikan buat negara kesatuan tercinta ini.
dari negeri ini. Terlebih khususnya di Banten, susah payah rakyat Banten berjuan
untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera, yang aman dan damai, hingga
bahkan dengan politik adu domba sekalipun, hingga akhirnya Banten berada di
bawah kekuasaan Belanda. Selain memiliki sumber ekonomi yang cukup baik,
Banten juga memiliki beberapa bukti peninggalan yang menjadi kunci sejarah
kejayaannya terdahulu, yaitu masjid Agung Banten, Istana Keraton Kaibon, Istana
Negara tercinta Indonesia harusnya lebih bisa menjaga keutuhan dan kesatuan agar
tidak mudah untuk dipecah belah. Banyak hal yang bisa kita contoh dan kita