Sultan Iskandar Muda merupakan salah satu tokoh yang menjadi pemimpin rakyat Aceh
ketika melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis.
1
1. Sultan Ali Mughayat Syah yang memimpin Aceh pada tahun 1514-1530 berhasil
mengusir Portugis dari wilayah Aceh.
2. Sultan Alaudin Riayat Syah al-Qahar (1538-1571) menentang kekuatan Porutgis
dengan bantuan Turki.
3. Sultan Alaudin Riayat Syah, pengganti dari Sultan Alaudin Riayat al-Qahar juga
menyerang bangsa Portugis di Malaka tahun 1673 dan 1575,
4. Sultan Iskandar Muda (1607-1638) pernah dua kali menyerang bangsa Portugis di
Malaka, yaitu pada tahun 1615 dan 1629.
Perbesar
Sultan Baabullah merupakan salah satu tokoh yang menjadi pemimpin rakyat Ternate ketika
melakukan perlawanan terhadap bangsa Portugis.
2
1. Sultan Tabanji (Dajalo) adalah pemimpin pasukan kerajaan Ternate yang mengawali
perlawanan terhadap bangsa Portugis. Namun, hal tersebut digagalkan oleh pemimpin
Portugis, Antonio Glavao.
2. Sultan Hairun merupakan pemimpin dari perlawanan terhadap bangsa Portugis
selanjutnya. Pada tanggal 27 Februari 1570 terjalin kesepakatan damai dengan Portugis.
Namun, Sultan Hairun kemudian ditangkap dan dihukum mati pada 1570.
3. Sultan Baabullah adalah pemimpin perjuangan rakyat Ternate selanjutnya. Di bawah
Baabullah, bangsa Portugis berhasil diusir dari Maluku pada tahun 1575.
Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan
ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian.
Pada 1511, Portugis berhasil merebut Malaka dan ingin segera melebarkan kekuasaannya
sampai ke Maluku. Mengetahui hal ini, Kesultanan Demak tidak mau tinggal diam dan
melakukan penyerangan. Perlawanan terhadap Portugis dilakukan oleh Demak lebih dari satu
kali. Meski pada awalnya sempat menemui kegagalan, perjuangan Demak akhirnya membawa
hasil yang menggembirakan. Latar belakang perlawanan Demak terhadap Portugis Dengan
berkuasa di Malaka, Portugis otomatis menguasai jalur pelayaran dan perdagangan yang
penting di dunia.
Keberadaan Portugis itu tidak hanya menjadi penghalang Kesultanan Demak, tetapi juga
mematikan perdagangan kaum Muslim Indonesia. Terlebih lagi, Demak sendiri menjalankan
perdagangan beras dan bahan pangan lainnya dengan Malaka. Di samping itu, kedatangan
bangsa Portugis juga menyebarkan agama Katolik, yang dianggap menghalangi perkembangan
Islam di Nusantara. Karena sebab-sebab itulah, Kesultanan Demak mengirim armadanya ke
3
Malaka untuk menggempur kedudukan Portugis. Selain di Malaka, Kesultanan Demak juga
melakukan perlawanan terhadap Portugis yang hendak mendirikan loji di Sunda Kelapa.
Setelah Raden Patah wafat pada 1518, takhta Kesultanan Demak jatuh ke tangan Pati Unus,
yang kembali mempersiapkan armada untuk menggempur kedudukan Portugis di Malaka.
Maka pada 1521, ia kembali melakukan perlawanan ke Malaka. Namun, Portugis ternyata
menyambut pasukan Demak dengan pertahanan yang lebih baik. Lagi-lagi, Kesultanan Demak
mengalami kekalahan. Bahkan Pati Unus gugur di medan perang. Seteleh itu, Pati Unus disebut
masyarakat dengan gelar Pangeran Sabrang Lor atau Pangeran (yang gugur) di seberang utara.