Anda di halaman 1dari 2

Fatahillah

Asal Usul
Banyak pendapat dan riwayat yang
dikemukakan oleh para sejarawan tentang
asal usul fatahillah salah satu pendapat mengemukakan
bahwa Fatahillah berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang
memilih untuk hijrah ke Mekkah setelah tanahnya dikuasai
Portugis. Setelah beberapa tahun di Mekkah, Fatahillah
kembali ke tanah air, tetapi bukan ke Aceh, melainkan ke
Jawa, tepatnya di Kerajaan Demak. Selain itu, ada
pendapat yang meyakini bahwa Fatahillah adalah
keturunan raja dari Arab dan masih keturunan Nabi
Muhammad, yang kemudian menikahi putri Raja
Pajajaran. Pendapat lain menyebutkan bahwa Fatahillah
lahir pada 1448 dari pasangan Sultan Syarif Abdullah
Maulana Huda dan Nyai Rara Santang. Fatahillah wafat
pada tahun 1570 di Cirebon, Kesultanan Cirebon

Hubungan Dengan
Sunan Gunung Jati
Sejarawan seperti Slamet Muljana dan Hoesein
Djajadiningrat berpendapat bahwa Fatahillah dan Sunan
Gunung Jati merupakan orang yang sama. Mereka meyakini
bahwa Fatahillah, selain sebagai penakluk Sunda Kelapa, juga
sebagai seorang pedakwah agama Islam di Cirebon hingga

akhir hayatnya pada 1570. Namun, pendapat itu dibantah,


bahwa Fatahillah dan Sunan Gunung Jati merupakan dua
orang yang berbeda. Hal ini dibuktikan dengan adanya makam
Fatahillah dan Sunan Gunung Jati yang berada di lokasi
berbeda. Selain itu, pendapat terkait sepak terjangnya juga
berbeda. Fatahillah dikenal sebagai seorang panglima perang
Demak. Sedangkan Sunan Gunung Jati adalah anggota dari
Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Jawa.
Fatahillah
Menaklukan sunda
kelapa

Terlepas dari perdebatan asal-usulnya,


Fatahillah diakui sebagai panglima perang yang
berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa. Para
Sejarawan berpendapat bahwa Fatahillah menginjakkan
kakinya di Jawa pada 1525, tepatnya di Tanah Sunda.
Kedatangannya disambut baik oleh Raja Sunda, Prabu
Surawisesa, yang dikenal oleh Portugis sebagai Raja
Samio. Kerajaan Sunda pada saat itu telah melakukan
kerja sama dengan Portugis guna melegitimasi
kekuasaannya di Sunda Kelapa dari kekuatan politik Islam di
wilayah Jawa atau Mataram. Namun, Fatahillah menilai
bahwa kehadiran Portugis di Sunda Kelapa merupakan
ancaman bagi seluruh wilayah Nusantara, terutama Jawa.
Fatahillah kemudian pergi ke Demak dan mengabdikan dirinya
kepada Sultan Trenggono, penguasa Kerajaan Demak saat
itu

Sultan Trenggono kemudian menikahkan adik perempuannya


dengan Fatahillah. Selain itu, Fatahillah juga diberikan
kuasa terhadap ribuan prajurit untuk mengislamkan Sunda
dan merebut Sunda Kelapa dari Portugis.
Dalam perjalanannya ke Sunda Kelapa, Fatahillah singgah
di Kesultanan Cirebon untuk menggabungkan kekuatannya.
Fatahillah diperkirakan membawa 20 kapal yang
mengangkut sekitar 1.500 pasukan di bawah pimpinannya.
Ekspedisi itu mulai dilancarkan pada 1526 dan berakhir pada
22 Juni 1527, ketika pasukannya berhasil mengalahkan
Portugis dan menguasai Sunda Kelapa.
Setelah berhasil mengusir Portugis, Fatahillah mengganti
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Penaklukkan

Fatahillah atas Portugis pada 22 Juni


1527 kemudian diperingati sebagai hari
jadi Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai