Anda di halaman 1dari 5

Kontroversi penafsiran sumber keruntuhan Majapahit.

1. N.J. Krom.
keruntuhan didahului oleh melemahnya pusat pemerintahan dan
pelemahan ini tidak disebabkan terutama sekali oleh pertentangan agama
Hindu yang sedang turun dan agama Islam yang sedang naik, melainkan
semata-mata oleh pertentangan dalam negeri yang berupa perang saudara
dan perpecahan kekuasaan. Di samping itu sistem sentralisasi yang
diterapkan oleh Gajah Mada semasa kepatihannya, tidak dapat lagi
dilakukan karena tidak adanya kaderisasi. Perkembangan selanjutnya,
setelah pemerintahan Wikramawardana, pertentangan dalam pemerintahan
Majapahit semakin meningkat. Namun tercatat beberapa penguasa di
Majapahit.
- Ratu Suhita (1429-1447)
- Raja Wijayaparakramawardhana (1447-1451)
- Raja Rajaswawardhana (1451-1453)
Ada selang tiga tahun tidak ada raja yang memerintah, yang
mungkin disebabkan oleh krisis pergantian raja, Masa pemerintahan dua
orang raja lagi dapat diketahui, yakni : Girisawardhana (1456-1466) dan
Singhawikra mawardhana (1446-1478). Singhawikramawardhana
dianggap sebagai raja terakhir kerajaan Majapahit. Tahun 1478 sering
dijadikan sebagai patokan keruntuhan Majapahit. Para ahli sejarah masih
memperdebatkan tentang keruntuhan Majapahit, sebab ada yang
menyebutkan bahwa keruntuhannya sekitar tahun 1518-1521.4)
Menurutnya setelah Majapahit ditaklukkan oleh Demak.

2. Muhammad Yamin
Dalam bukunya 6000 tahun sang merah putih, memperkirakan
keruntuhan Majapahit sekitar tahun 1522 - 1528, atau kiranya pada tahun
1525. Pendapatnya berdasarkan keterangan penjelajah Italia, Pigaffeta,
yang menyebut adanya Majapahit (Magepaher) pada 1522. Selain itu,
pendapat Yamin juga didasarkan pada keterangan Joao de Barros,
sejarawan Portugis, yang menyebut daerah Panarukan mengirim duta ke
Malaka pada 1528. Dengan adanya perjanjian antara Panarukan dan
Portugis pada 1528, Yamin menafsirkan kalau pusat politik Majapahit
sudah tak ada lagi.

3. B.J.O Schrieke
Beliau adalah indolog, etnolog, dan sejarawan Belanda,
mengemukakan Majapahit runtuh pada 1468 M ketika diserang oleh
Bhattara ring Dahanapura dengan bantuan raja-raja daerah pesisir.
Bhattara ring Dahanapura yang dimaksud tak lain adalah Bhattara I Klin
atau Dyah Wijayakarana Girindrawarddhana yang meninggal pada 1396
saka (1474 M). Pada waktu itu raja Majapahit adalah
Sinhawikramawarddhana.

4. Hasan Djafar
Beliau berpendapat bahwa percaya kalau 1400 saka lebih masuk
akal jika ditafsirkan sebagai peristiwa perebutan takhta Majapahit oleh
Girindrawarddhana Dyah Ranawijaya terhadap Bhre Krtabhumi. Dalam
penyerangan itu, Bhre Krtabhumi gugur di kadaton dan Ranawijaya
sebagai pewaris sah berhasil menguasai kembali Majapahit. Menurut
Hasan, selain prasasti Raja Girindrawarddhana (1408 saka), bukti lain
yang menguatkan Majapahit masih lama berdiri yaitu pembangunan
tempat keagamaan bercorak Hindu di lereng Gunung Penanggungan pada
masa Ranawijaya antara 1408-1433 saka (1486-1511 M).
Hasan menjelaskan, antara 1518 dan 1521, terjadi pergeseran
politik di Majapahit yaitu beralihnya penguasaan Majapahit ke tangan
Adipati Unus yang memerintah di Demak. Hal itu berdasarkan
pemberitaan Pigafetta pada 1522 bahwa Pati Unus adalah raja Majapahit
yang sangat berkuasa ketika masih hidup. Pati Unus meninggal pada 1521.
Jadi memang benar jika pada 1522 Pigafetta menyebutkan Pati Unus
sebagai penguasa Majapahit dengan kata-kata ‘ketika rajanya (Pati Unus)
masih hidup.
Dengan dikuasainya Majapahit oleh Pati Unus, kerajaan ini pun
kehilangan kedaulatannya. Dengan demikian, pada 1519 untuk sementara
dianggap sebagai saat keruntuhan Majapahit. Namun, Hasan
menambahkan, dengan berakhirnya Majapahit, bukan berarti semua bekas
kekuasaan Majapahit menjadi Islam setelah direbut Demak. Pasalnya,
hingga abad 17, daerah Blambangan masih menjadi kekuasaan Hindu.
5. ThomasStamfordRaffles
Sampai sekarang masih banyak yang percaya berita tradisi bahwa
Kerajaan Majapahit runtuh pada 1400 saka (1478M). Keruntuhannya
disimpulkan dalam candra sengkala sirnailang kertaningbumi. Thomas
Stamford Raffles, salah satu yang mendukung pendapat keruntuhan
Majapahit pada 1400 saka. Dalam The History of Java, dia menyebut
Majapahit diruntuhkan Demak pada 1400 saka (sirna ilang kertaningbumi)
berdasarkan Serat Kanda.
Sejarawan Slamet Muljana dalam Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa
dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara menyatakan hal senada
dengan Raffles. Majapahit sirna pada 1400 saka akibat gempuran Demak.
Pendapatnya berdasarkan berita-berita tradisi dan resume laporan Residen
Poortman tentang naskah kronik Cina dari Kelenteng SamPoKong
Semarang dan Kelenteng Talang Cirebon.
6. MenurutSlametMuljana
Hadirnya Buku Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya
Negara-Negara Islam di Nusantara yang ditulis Prof Slamet Muljana pada
tahun 1968 yang beredar di Indonesia pernah dilarang oleh Kejaksaan
Agung tahun 1971, karena mengungkapkan hal-hal yang kontroversial
waktu itu tentang para Wali Songo berasal dari China. Pijakan yang di
pakai rujukan oleh Slamet Muljana hanya membandingkan dari tiga
sumber, yaitu Serat Kanda, Babad, Tanah Jawi dan naskah dari Kelenteng
SamPoKong yang ditulis Poortman dan dikutip oleh Parlindungan.
Residen Poortman tahun 1928 telah ditugasi pemerintah kolonial
untuk menyelidiki apakah Raden Patah itu orang China atau bukan sebagai
dasar rujukan awal. sebagian besar dari Wali Songo yang berjasa
menyebarkan agama Islam di pesisir Pulau Jawa dan mendirikan kerajaan
Islam pertama di Demak berasal dari etnik Tionghoa. Masuk dan
timbulnya negara-negara islam di nusantara salah satunya dibawa oleh
wali songo. Para wali tersebut antara lain Sunan Bonang (Bong Ang),
Sunan Kalijaga (Gan Si Cang), Sunan Ngampel (Bong Swi Hoo),Sunan
Gunung Jati(Toh A Bo)konon berasal dari Champa (Kamboja/Vietnam),
Manila dan Tiongkok.
Demikian juga Raden Patah alias Jin Bun(Cek Ko Po), sultan
pertama kerajaan Islam Demak, adalah putra Kung Ta Bu Mi (Kertabumi),
raja Majapahit (Brawijaya V) yang menikah dengan putri China, anak
pedagang Tionghoa bernama Ban Hong (Babah Bantong). Penyebaran
agama Islam di Nusantara ada pandangan yang menyatakan bahwa Islam
yang berkembang disini berasal Hadramaut, Arab Selatan. Penyebarannya
justru datang dari India dan Islam yang berkembang di kepulauan ini
berasal dari China. Tetapi Menurut sebagian sejarawan Islam, bahwa Islam
datang dari Gujarat, India antara lain, karena persamaan motif batu nisan
Maulana Malik Ibrahim di Gresik dengan yang ada di Gujarat. Hal ini
didukung pula karena faktor bahasa, istilah pinjaman dari bahasa Arab
tidak murni menurut lafal aslinya, seperti terlihat dalam kata salat, zakat,
dan seterusnya.
Daftar Pustaka
Atmadja, Nengah Bawa, Genealogi Keruntuhan Majapahit, Islamisasi
Toleransi, dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali.Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2010.
Slamet Muljono, Menuju Puntjak Kemegahan. Djakarta: Balai Pustaka,
1965.
NugrohoNotosusanto dan Marwati Djoened Poeponegoro, Sejarah
Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Slamet Muljana, Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit. Jakarta:
Inti Idayu Press, 1983.
Soekama. Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam. Jakarta:
Logos, 1996).
W.P.Groeneveldt, Historical Notes on Indonesia and Malaya Compiled
from Cinnese Sources, Jakarta, 1960
J.A. Robertson, Magellan’s Voyages Around the World by Antonio
Pigafetta, II, 1909
H. J. Van Den Berg, dkk, Dari Panggung Sejarah. Jakarta: Groningin ,
1951

Anda mungkin juga menyukai