Universitas Jember
PENDAHULUAN
1
di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai macam bentuk dan ukuran yang
beragam. Bentuk-bentuk peninggalan megalithikum ini digolongkan menjadi 4
wilayah yaitu barat, utara, selatan, dan timur berdasarkan ciri-ciri keruangan.
Kebudayaan megalithikum ini salah satu bentuk buatan manusia bercirikan
bahannya dari batu berukuran besar sebagai medianya. Namun sebagian besar
peniggalan megalithikum yang berhasil diselidiki dan diteliti oleh para ahli
sejarah terdapat di Sumatera dan Jawa (Soelmono, 1993:74). Peniggalan
megalitikum yang diteliti termasuk didalamnya jejak-jejak peninggalan yang
berada di Jawa Timur. Jawa Timur merupakan salah satu dari sekian pulau yang
dimiliki oleh Indonesia yang banyak menyimpan bukti-bukti sejarah dari zaman
dahulu hingga sekarang, hal ini juga bukan hanya dilihat dari perspektif
kedaerahan, namun juga dilihat dari perspektif nasional (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1978:3).
2
berada di desa Grujugan terkenal dengan wisata sejarahnya yang sangat kental
dengan peninggalan zaman megalithikum. Salah satu peninggalan sejarah
megalithikum yang ada di Situs Pekauman salah satunya adalah bilik batu,
dolmen, arca batu, batu kenong, menhir (batu lawang), ekopak, kubur batu,
sarkofagus, lumpang batu. Penemuan benda megalithikum di Bondowoso tercatat
1220 temuan dalam penggolongannya. Selain memiliki objek wisata sejarah, desa
Pekauman juga terkenal dengan wisata alamnya berupa puncak P28, dan Tasnan
Forest.
3
situs Pekauman di Desa Grujugan-Bondowoso, 3) usaha apa saja untuk
melestarikian Situs Pekauman.
METODE PENELITIAN
4
cagar budaya di Bondowoso dimulai sejak masa kolonial Belanda yang dilakuka
secara perorangan oleh penduduk setempat. Pada tahun 1898 Steinmetz
melakuakan penlitian pertama yang dilakukan untuk meneliti kekayaan cagar
budaya yang berada di kota Bondowoso. Dalam (Simanjuntak, 2012: 30) H.E
Steinmetz menuliskan hasil penelitian berupa peninggalan megalithik di situs
Pekauman kabupaten Bondowoso seperti batu-batu berpahat hewan dan manusia,
dolmen, sarkofagus.
Situs Pekauman merupakan salah satu situs sejarah yang berlokasi di Desa
Pekauman kecamatan Grujugan kabupaten Bondowoso. Situs Pekauman
merupakan salah satu situ cagar budaya yang terkenal di Bondowoso sampai ke
luar negeri.Situs Pekauman tekenal dengan peniggalan megalithiknya yang cukup
lengkap sehingga disebut-sebut bahwa situs Pekauman merupakan tempat wisata
megalithik terlengkap di Bondowoso. Menurut wawancara Hery (tanggal 28
Oktober 2019) bahwa Desa Pekauman merupakan tempat wisata megalithik
terlengkap, mudah d,ijangkau olleh para wisatawan yang berada di Bondowowso.
5
Bangunan di Trowulan. SK residan No 75 tahun 1966 diganti menjadi Direktorat
Purbakala dan Peninggalan Nasional kantor Wilayah III yang terletak di
mojokerto, kantor tersebut dirubah lagi menjadi Lembaga Purbakala dan
Peninggalan Nasional Cabang III di mojokerto tahun 1970 menurut SK No
051a/1970. Berganti lagi menjadi Suaka Peniggalan Sejarah dan Purbakala Jawa
Timur di tahun 1979. Pada tahun 2002 dirubah lagi menjadi Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Jawa Timur Wilayah kerja provinsi Jawa Timur. Kantor ini
berubah lagi menjadi Balai Pelestarian mojokerto di tahun 2012 sampai saat ini
(Balai pelestarian Jawa Timur https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpjbjatim
riwayat-singkat-balai-pelestarian -cagar-budaya-jawa-timur).
Terdapat 6 jenis benda cagar budaya yang dimiliki Desa Pekauman yang
mewakili semua peninggalan megalithikum yang berada di Bondowoso.
1. Menhir
Kata menhir sendiri dari bahasa Breton, di Prancis sebelah utara bahasa ini
digunakan. Kata menhir berasal dari kata “men” yang berarti batu, kata “hir”
berarti tegak atau berdir, jadi menhir adalah batu tegak atau batu berdiri
(Sagimun, 1987:42). Berdasarkan bentuk fisiknya dapat kita lihat seperti tugu atau
tiang, yang memiliki kegunaan sebagai bentuk peringatan dan perlambangan roh
nenek moyang sehingga berfungsi sebagai bangunan tempat pemujaan
(Herimanto, 2012:62).
2. Dolmen
6
Dolmen adalah sebuah peninggalan aman megalithikum yang tersusun atas
batu kubur kemudian ditopang batu lain sehingga mirip seperti meja. Dolmen
sering di sebut “Pandhusa”. Dolmen dibuat dengan bahan utamanya yaitu batu
breksi. Fungsi dolmen sendiri adalah sebagai tempat pemujaan.
3. Puden Berundak
Puden berundak adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang
memiliki bentuk bersusun atau bertingkat yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan dan tempat duduk.
4. Sarkofagus
Sarkofagus adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang memiliki
fungsi sebagai batu kubur (Hadi,2014:93). Bentuk dari sarkofagus ini terdiri dari 2
komponen yaitu wadah dan penutup wadah (Hidayat 2007:27).
5. Batu Kenong
Batu kenong adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang terbuat
dari batu andesit kemudian dipahat menyerupai silinder, diujungnya ada tonjolan,
sehngga terlihat seperti gamelan yaitu kenong (Hadi, 2014 :88; Hidayat, 2007:
29). Batu kenong berfungsi sebagai umpak pada bangunan rumah panggung
(Prasetyo, B, 2012: 313)
Upaya pelestarian situs Pekauman yang telah direalisasikan guna menjaga
cagar budaya dan kekayaan budaya megalithik yang ada di situs Pekauman
dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bondowoso dengan adanya pemberian
nomor registrasi terhadap benda purbakala yang berada di cagar budaya situs
Pekauman. Pelaksanaan peregistrasian benda-benda pubakala di situs Pekauman
hampir berjalan selesai sepenuhnya yang dilakukan oleh BPCB. Hal ini
dikarenakan pihak BPCB memiliki area penanganan yang luas bukan hanya di
Bondowoso, namun pihak BPCB juga menangani berbagai situs lain yang berada
di wilayah Jawa Timur dan wilayah Madura. Upaya peregistrasian benda
purbakala merupakan salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan situs purbakala ataupun cagar budaya. Jumlah benda cagar budaya
yang sudah teregristrasi adalah 209 buah sedangkan benda cagar budaya di Desa
Pekauman yang dilaporkan ke pihak BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya)
adalah 231 benda cagar budaya, sisanya yang belum teregistrasi 24 benda cagar
7
budaya. Dari keseluruhan benda-benda bersejarah di situs Pekauman, pihak BPCB
telah memberikan melakukan penomoran terhadap situs Pekauman yang dimulai
dari 1.1/BDW/1998 sampai dengan 1.207/2005. Berdasarkan kondisi cagar
budaya situs Pekauman saat ini masih terjaga keasliannya, namun ada beberapa
benda bersejarah yang sudah rusak karena faktor alam. Pelestarian yang dilakukan
oleh pemerintah kabupaten Bondowoso yang kedua adalah dengan adanya juru
pelihara yang telah ada secara turun temurun. Dengan adanya juru pelihara upaya
pelestarian cagar budaya situs Pekauman sangat efektif, hal ini dibuktikan dengan
adanya penemuan-penemuan baru setiap tahunnya di situs Pekauman. Upaya
pelestarian terakhir yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bondowoso adalah
dengan pembukaan museum terbuka. Pembukaan mueseum terbuka merupakan
upaya untuk menarik minat pengunjung agar datang dan melihat situs Pekauman
secara terbuka.
PENUTUP
Kesimpulan
Desa Pekauman merupakan satu dari beberapa desa yang berada di Kota
Bondowoso. Desa Pekauman adalah desa dimana tersimpan kekayaan yang belum
banyak dijamah seperti pemandangan bentang alamnya yang sangat asri dan
memikat setiap mata serta tanahnya yang begitu subur. Secara administratif Desa
Pekauman berada di Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Desa
Pekauman adalah desa yang strategis, sangat unik, dan juga memiliki harta yang
sangat berharga berupa hasil peninggalan zaman megalithikum atau zaman batu
yang bisa kita saksikan hingga saat ini. Benda cagar budaya peninggalan yang
berada di situs Pekauman ada 6 macam seperti menhir, dolmen, puden berundak,
sarkofagus, batu kenong, dan arca. Jumlah keseluruhan cagar budaya di situs
Pekauman berjumlah 234 cagar budaya terdiri atas 8 buah menhir, 14 buah
sarkofagus, 1 buah puden berundak, 192 buah batu kenung, dan 1 buah arca.
Jumlah benda cagar budaya yang sudah teregristrasi adalah 209 buah sedangkan
benda cagar budaya di Desa Pekauman yang dilaporkan ke pihak BPCB (Badan
Pelestarian Cagar Budaya) adalah 231 benda cagar budaya, sisanya yang belum
teregistrasi 22 benda cagar budaya. Dari keseluruhan benda-benda bersejarah di
8
situs Pekauman, pihak BPCB telah memberikan melakukan penomoran terhadap
situs Pekauman yang dimulai dari 1.1/BDW/1998 sampai dengan 1.207/2005.
Berdasarkan kondisi cagar budaya situs Pekauman saat ini masih terjaga
keasliannya, namun ada beberapa benda bersejarah yang sudah rusak karena
faktor alam.
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1978. Sejarah Daerah jawa Timur.
Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Dinas Pariwisata
Pemuda dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso. 2009. Mengenal Kebudayaan
Maegalithikum di Kabupaten Bondowoso. Bondowoso: Kesejarahan dan
Kepurbakalaan Disparporahub.
9
Gazalba, Zidi. 1966. Pengantar Sejarah sebaga Ilmu. Jakarta
Herimanto. 2012. Seajarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta: Ombak.
Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta: CV Haji Masagung.
Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutopo, H.B. metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian) Edisi 2. Surakarta: Universitas Seabelas Maret.
10