Anda di halaman 1dari 10

SITUS PEKAUMAN SEBAGAI HASIL KEBUDAYAAN

MEGALITHIKUM DI DESA PEKAUMAN KECAMATAN


GRUJUKAN KABUPATEN BONDOWOSO

Mohammad Yunus & Mohammad Yusup

mohammadyunus@gmail.com & orgkurus46@gmail.com

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Universitas Jember

PENDAHULUAN

Prasejarah merupakan masa yang banyak meninggalkan jejak hasil


kebudayaan megalithikum. Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang
kaya akan sejarah, kebudayaan, dan peradabannya di masa lalu. Salah satu
contohnya adalah dengan ditemukannya peninggalan-peniggalan yang terbuat dari
batu inti. Peninggalan-peninggalan yang berupa batu umumnya merupakan hasil
dari kebudayaan zaman megalithikum. Kebudayaan megalithikum ini berlangsung
di Indonesia kira-kira muncul pada masa perundagian kurang lebih sekitar 500
SM. Akar dari hasil bentuk kebudayaan ini mendapat dukunga bangsa Astronosia
pada zaman neolitikum. Sesungguhnnya hasil kebudayaan megalithikum tersebar

1
di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai macam bentuk dan ukuran yang
beragam. Bentuk-bentuk peninggalan megalithikum ini digolongkan menjadi 4
wilayah yaitu barat, utara, selatan, dan timur berdasarkan ciri-ciri keruangan.
Kebudayaan megalithikum ini salah satu bentuk buatan manusia bercirikan
bahannya dari batu berukuran besar sebagai medianya. Namun sebagian besar
peniggalan megalithikum yang berhasil diselidiki dan diteliti oleh para ahli
sejarah terdapat di Sumatera dan Jawa (Soelmono, 1993:74). Peniggalan
megalitikum yang diteliti termasuk didalamnya jejak-jejak peninggalan yang
berada di Jawa Timur. Jawa Timur merupakan salah satu dari sekian pulau yang
dimiliki oleh Indonesia yang banyak menyimpan bukti-bukti sejarah dari zaman
dahulu hingga sekarang, hal ini juga bukan hanya dilihat dari perspektif
kedaerahan, namun juga dilihat dari perspektif nasional (Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, 1978:3).

Para peneliti yang pernah meneliti peninggalan megalithikum di Jawa


Timur seperti Steimenstz tahun 1898, Hubener tahun 1903, B. De Haan tahun
1921, Willies tahun 1921 serta Heekeren. Salah satu wilayah yang berada Jawa
Timur yang paling banyak diteliti oleh para ahli sejarah salah satunya adalah Kota
Bondowoso. Berdasarkan letak geografisnya Bodowoso terletak pada bagian
timur provinsi Jawa Timur. Bondowoso berbatasan dengan Jember sebelah
selatan, dengan Situbondo sebelah utara serta Banyuwangi di timur. Kota
Bondowoso terbagi menjadi 23 kecamatan, 10 kelurahan, 209 desa. Wilayah
Bondowoso merupakan salah-satu daerah yang memiliki potensi yang sangat
besar ditemukannya peninggalan-peninggalan megalithikum karena ditemukannya
peninggalan bersejarah berupa pengebumian yang terdapat di beberapa
pedukuhan, Pekauman, Wonosuko, Peradingan, Nangkaan dan Sumber Anyar hal
ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pelancong. Berdasarkan aspek
geografisnya cagar budaya di kota Bondowoso terbagi atas wilayah dataran tinggi
dan dataran rendah. Peninggalan bersejarah pengebumian yang ditemukan berupa
dolmen (meja batu) yang berjumlah kurang lebih sebanyak 90 buah (Departeman
Pendidkan dan Kebudayaan 1987:17). Di Kabupaten Bondowoso tepatnya di Desa
Pekauman Kecamatan Grujugan yang merupakan wilayah Bondowoso yang
berada di sebelah selatan yang berbatasan dengan Jember. Desa Pekauman yang

2
berada di desa Grujugan terkenal dengan wisata sejarahnya yang sangat kental
dengan peninggalan zaman megalithikum. Salah satu peninggalan sejarah
megalithikum yang ada di Situs Pekauman salah satunya adalah bilik batu,
dolmen, arca batu, batu kenong, menhir (batu lawang), ekopak, kubur batu,
sarkofagus, lumpang batu. Penemuan benda megalithikum di Bondowoso tercatat
1220 temuan dalam penggolongannya. Selain memiliki objek wisata sejarah, desa
Pekauman juga terkenal dengan wisata alamnya berupa puncak P28, dan Tasnan
Forest.

Peniggalan zaman megalithikum yang berada di Desa Pekauman


Kecamatan Grujugan, Bondowoso salah satunya berupa menhir. Menhir
merupakan sebuah batu dengan posisi tegak yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan terhadap roh-roh leluhur di masa lampau yang umumnya memiliki
tinggi sekitar 1 meter.

Memperkenalkan Situs Pekauman terhadap masyarakat sekitar dan seluruh


masyarakat Bondowoso dan khususnya para generasi muda , merupakan tujuan
yang sangat penting, karena dengan memperkenalkan hasil kebuyaan zaman
megalithikum diharapkan masyarakat mendapat pemahaman terhadap nilai-nilai
sejarah, yang sangat penting bagi perkembangan dan pertumbuhan ilmu
pengetahuanbagi pendidikan, kekbudayaan, serta unsur-unsur dalam
menumbuhkan jati diri bangsa. Seperti yang kita ketahui pada zaman banyak
pemuda-pemudi yang lebih tertarik untuk mengetahui kebudayaan bangsa lain dan
mulai lupa dengan jati diri bangsa sendiri. Situs Pekauman yang berada di
Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso ini menarik untuk dikaji lebih
dalam, karena keberadaan situs Pekauman ini sekarang berada di bawah naungan
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bondowoso, meskipun
keberadaanya yang belum banyak diketahui dan belum banyak yang mengetahui
asal mula sejarahnya hingga sekarang.

Penelitian ini membahas mengenai : 1) asal mula keberadaan Situs


Pekauman sebagai hasil kebudayaan purbakala zaman megalithikum di Desa
Pekauman Grujugan-Bondowoso, 2) benda purbakala apa saja yang terdapat pada

3
situs Pekauman di Desa Grujugan-Bondowoso, 3) usaha apa saja untuk
melestarikian Situs Pekauman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dalam penulisannya menggunakan metode penelitian


sejarah, metode diskriptif, dan wawancara. Metode diskriptif di gunakan agar
dapat menceritakan semua hasil yang didapat dari observasi. Penggunaan metode
sjarah dalam penelitian ini menganalisa dan menguji peninggalan masa lampau.
Metode penelitian sejarah adalah rangkaian tatacara dalam penulisan bardasarkan
bukti yangditinggalkan masa lampau. Sedangkan wawancara dignakan untuk
mendapatkan informasi secara langsung dari informan terkait benda megallitik
yang akan diteliti. Terdapat beberapa langkah dalam metode penelitian sejarah
yaitu heuristic, kritik, interpretasi, dan historiografi.

Sesudah menggunakan langkah-langkah penelitian sejarah kita gunakan


metode dskriptif dan wawancara. Penggunaan metode deskriptif ini dapat
menginterpretasikan dengan sistematis karakteristik serta fakta subjek yang
diteliti. Penggunaan metode diskriptif dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
memperjelas penemuan-penemuan megalit yang berada di situs pekauman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada masa prasejarah di kota Bondowoso terdapat hasil peninggalan


tradisi megalithikum berbentuk batu kenong, dolmen, sarkofagus, arca polenisia,
puden berundak, dan lumpang batu. Orang pada zaman ini memiliki keyakinan
percaya pada roh leluhur dengan memujanya dengan menciptakan benda-benda
megalitikum sebagai media penghormatannya. Hal ini bertujuan agar terjalin
hubungan harmonis dengan dunia roh atau arwah agar terpelihara, serta digunakan
orang pada waktu itu untuk berdo’a untuk kesuburan, perlindungan, dan
keselamatan.

Penelitian mengenai situs-situs cagar budaya di Bondowoso dimulai sejak


tahun ke-19 tepatnya pada masa sebelum kemerdekaaan serta pelestarian situs

4
cagar budaya di Bondowoso dimulai sejak masa kolonial Belanda yang dilakuka
secara perorangan oleh penduduk setempat. Pada tahun 1898 Steinmetz
melakuakan penlitian pertama yang dilakukan untuk meneliti kekayaan cagar
budaya yang berada di kota Bondowoso. Dalam (Simanjuntak, 2012: 30) H.E
Steinmetz menuliskan hasil penelitian berupa peninggalan megalithik di situs
Pekauman kabupaten Bondowoso seperti batu-batu berpahat hewan dan manusia,
dolmen, sarkofagus.

Situs Pekauman merupakan salah satu situs sejarah yang berlokasi di Desa
Pekauman kecamatan Grujugan kabupaten Bondowoso. Situs Pekauman
merupakan salah satu situ cagar budaya yang terkenal di Bondowoso sampai ke
luar negeri.Situs Pekauman tekenal dengan peniggalan megalithiknya yang cukup
lengkap sehingga disebut-sebut bahwa situs Pekauman merupakan tempat wisata
megalithik terlengkap di Bondowoso. Menurut wawancara Hery (tanggal 28
Oktober 2019) bahwa Desa Pekauman merupakan tempat wisata megalithik
terlengkap, mudah d,ijangkau olleh para wisatawan yang berada di Bondowowso.

Menurut Simanjuntak (2012: 32; Poesponegoro, 2008:275) Williems


merupakan peneliti pertama yang melakukan penelitian tehadap situs megalithik
di Bondowoso. 94 buah benda yang telah ditemukan Williems dan terdaftar di
Bondowoso, terutama desa Pekauman menamainya “pandhusa”(kuburan Cina).
Pandhusa sendiri terdiri dari batu besar sebagi tutupnya, batu tegak dan papan
batu besar sebagai dinding dan lantainya. Ketika proses penggalian disebelah
timur memberikansebuah pemahaman kalau Pandhusa ini memang dibuat sebagai
kuburan, dibuktikan dari penemuan sisa-sisa tulang belulang manusia serta sisa
bekal kubur yaitu gigi binatang, pecahan keramik dan periuk. Batu kenong juga
ditemukan berdekatan dengan Pandhusa. Batu Kenong ini mempunya bentuk
silinder ditambah tonjolan pada puncaknya. Saat proses penggalian Williems
menemukan sebuah arca. Ciri-ciri arca ini memiliki panjang 1,6 m, kepala besar
dengan tiak ada wajah dan berbentuk stetopik, bagian bawah meruncing untuk
menancapkan pada tanah dangan kaki tidak ada (Poesponegoro,2008:275-276).

Temuan benda zaman megalithikum di Desa Pekauman dan daerah lainnya


tahun 1962 dalam data tersimpan di Dinas Purbakala dan Peninggalan Seksi

5
Bangunan di Trowulan. SK residan No 75 tahun 1966 diganti menjadi Direktorat
Purbakala dan Peninggalan Nasional kantor Wilayah III yang terletak di
mojokerto, kantor tersebut dirubah lagi menjadi Lembaga Purbakala dan
Peninggalan Nasional Cabang III di mojokerto tahun 1970 menurut SK No
051a/1970. Berganti lagi menjadi Suaka Peniggalan Sejarah dan Purbakala Jawa
Timur di tahun 1979. Pada tahun 2002 dirubah lagi menjadi Suaka Peninggalan
Sejarah dan Purbakala Jawa Timur Wilayah kerja provinsi Jawa Timur. Kantor ini
berubah lagi menjadi Balai Pelestarian mojokerto di tahun 2012 sampai saat ini
(Balai pelestarian Jawa Timur https://kebudayaan.kemendikbud.go.id/bpjbjatim
riwayat-singkat-balai-pelestarian -cagar-budaya-jawa-timur).

Berdasarkan temuan yang telah ditemukan di Situs Cagar Budaya Pekauman


terdapat 7 jenis benda. Benda-benda ini terdiri dari batu kenong, lumpang batu,
punden berundak, dolmen, batu kenong. Jumlah keseluruhan cagar budaya di situs
Pekauman berjumlah 234 cagar budaya terdiri atas 8 buah menhir, 14 buah
sarkofagus, 1 buah puden berundak, 192 buah batu kenung, dan 1 buah arca.
Jumlah cagar budaya di situs Pekauman setiap tahun selalu berubah-ubah, hal ini
karena banyaknya temuan-temuan baru yang ditemukan. Penemuan benda-benda
bersejarah di situs Pekauman terbuat dari batu breksi dan batu andesit. Cagar
Budaya Pekauman merupakan cagar budaya yang telah didaftarkan oleh
pemerintah kabupaten Bondowoso.

Terdapat 6 jenis benda cagar budaya yang dimiliki Desa Pekauman yang
mewakili semua peninggalan megalithikum yang berada di Bondowoso.

1. Menhir
Kata menhir sendiri dari bahasa Breton, di Prancis sebelah utara bahasa ini
digunakan. Kata menhir berasal dari kata “men” yang berarti batu, kata “hir”
berarti tegak atau berdir, jadi menhir adalah batu tegak atau batu berdiri
(Sagimun, 1987:42). Berdasarkan bentuk fisiknya dapat kita lihat seperti tugu atau
tiang, yang memiliki kegunaan sebagai bentuk peringatan dan perlambangan roh
nenek moyang sehingga berfungsi sebagai bangunan tempat pemujaan
(Herimanto, 2012:62).
2. Dolmen

6
Dolmen adalah sebuah peninggalan aman megalithikum yang tersusun atas
batu kubur kemudian ditopang batu lain sehingga mirip seperti meja. Dolmen
sering di sebut “Pandhusa”. Dolmen dibuat dengan bahan utamanya yaitu batu
breksi. Fungsi dolmen sendiri adalah sebagai tempat pemujaan.
3. Puden Berundak
Puden berundak adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang
memiliki bentuk bersusun atau bertingkat yang berfungsi sebagai tempat
pemujaan dan tempat duduk.
4. Sarkofagus
Sarkofagus adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang memiliki
fungsi sebagai batu kubur (Hadi,2014:93). Bentuk dari sarkofagus ini terdiri dari 2
komponen yaitu wadah dan penutup wadah (Hidayat 2007:27).
5. Batu Kenong
Batu kenong adalah benda peninggalan zaman megalithikum yang terbuat
dari batu andesit kemudian dipahat menyerupai silinder, diujungnya ada tonjolan,
sehngga terlihat seperti gamelan yaitu kenong (Hadi, 2014 :88; Hidayat, 2007:
29). Batu kenong berfungsi sebagai umpak pada bangunan rumah panggung
(Prasetyo, B, 2012: 313)
Upaya pelestarian situs Pekauman yang telah direalisasikan guna menjaga
cagar budaya dan kekayaan budaya megalithik yang ada di situs Pekauman
dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bondowoso dengan adanya pemberian
nomor registrasi terhadap benda purbakala yang berada di cagar budaya situs
Pekauman. Pelaksanaan peregistrasian benda-benda pubakala di situs Pekauman
hampir berjalan selesai sepenuhnya yang dilakukan oleh BPCB. Hal ini
dikarenakan pihak BPCB memiliki area penanganan yang luas bukan hanya di
Bondowoso, namun pihak BPCB juga menangani berbagai situs lain yang berada
di wilayah Jawa Timur dan wilayah Madura. Upaya peregistrasian benda
purbakala merupakan salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan untuk
melestarikan situs purbakala ataupun cagar budaya. Jumlah benda cagar budaya
yang sudah teregristrasi adalah 209 buah sedangkan benda cagar budaya di Desa
Pekauman yang dilaporkan ke pihak BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya)
adalah 231 benda cagar budaya, sisanya yang belum teregistrasi 24 benda cagar

7
budaya. Dari keseluruhan benda-benda bersejarah di situs Pekauman, pihak BPCB
telah memberikan melakukan penomoran terhadap situs Pekauman yang dimulai
dari 1.1/BDW/1998 sampai dengan 1.207/2005. Berdasarkan kondisi cagar
budaya situs Pekauman saat ini masih terjaga keasliannya, namun ada beberapa
benda bersejarah yang sudah rusak karena faktor alam. Pelestarian yang dilakukan
oleh pemerintah kabupaten Bondowoso yang kedua adalah dengan adanya juru
pelihara yang telah ada secara turun temurun. Dengan adanya juru pelihara upaya
pelestarian cagar budaya situs Pekauman sangat efektif, hal ini dibuktikan dengan
adanya penemuan-penemuan baru setiap tahunnya di situs Pekauman. Upaya
pelestarian terakhir yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Bondowoso adalah
dengan pembukaan museum terbuka. Pembukaan mueseum terbuka merupakan
upaya untuk menarik minat pengunjung agar datang dan melihat situs Pekauman
secara terbuka.

PENUTUP

Kesimpulan

Desa Pekauman merupakan satu dari beberapa desa yang berada di Kota
Bondowoso. Desa Pekauman adalah desa dimana tersimpan kekayaan yang belum
banyak dijamah seperti pemandangan bentang alamnya yang sangat asri dan
memikat setiap mata serta tanahnya yang begitu subur. Secara administratif Desa
Pekauman berada di Kecamatan Grujugan Kabupaten Bondowoso. Desa
Pekauman adalah desa yang strategis, sangat unik, dan juga memiliki harta yang
sangat berharga berupa hasil peninggalan zaman megalithikum atau zaman batu
yang bisa kita saksikan hingga saat ini. Benda cagar budaya peninggalan yang
berada di situs Pekauman ada 6 macam seperti menhir, dolmen, puden berundak,
sarkofagus, batu kenong, dan arca. Jumlah keseluruhan cagar budaya di situs
Pekauman berjumlah 234 cagar budaya terdiri atas 8 buah menhir, 14 buah
sarkofagus, 1 buah puden berundak, 192 buah batu kenung, dan 1 buah arca.
Jumlah benda cagar budaya yang sudah teregristrasi adalah 209 buah sedangkan
benda cagar budaya di Desa Pekauman yang dilaporkan ke pihak BPCB (Badan
Pelestarian Cagar Budaya) adalah 231 benda cagar budaya, sisanya yang belum
teregistrasi 22 benda cagar budaya. Dari keseluruhan benda-benda bersejarah di

8
situs Pekauman, pihak BPCB telah memberikan melakukan penomoran terhadap
situs Pekauman yang dimulai dari 1.1/BDW/1998 sampai dengan 1.207/2005.
Berdasarkan kondisi cagar budaya situs Pekauman saat ini masih terjaga
keasliannya, namun ada beberapa benda bersejarah yang sudah rusak karena
faktor alam.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh, maka diajukan beberapa saran sebagai


berikut:

1. Bagi semua warga masyarakat kota Bondowoso khususnya Desa


Pekauman, generasi penerus bangsa pemuda dan pemudi alangkah baiknya
ikut serta dalam melindungi dan melestarikan peninggalan-peniggalan
yang berada di Situs Pekauman, karena saat ini keadaannya Situs
Pekauman adalah bukti peninggalan hasil peradaban zaman megalithikum
atau zaman batu.
2. Bagi seluruh peneliti, terutama yang meneliti Situs Pekauman, utamanya
diharapkan bisa dapat meneruskan penelitian yang lebih spesifik dan
mendalam, terutam dalam hal-hal yang belum kami sentuh dalam
penelitian ini.
3. Kepada pemerintah kabupaten Bondowoso maupun pemerintah pusat
seharusnya memberikan perhatian lebih pada benda peninggalan di Desa
Pekauman sehingga nantinya bukti sejarah ini mempunyai niai sejarah
yang besar serta terawat dan terjaga keasliannya.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Rulam. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1978. Sejarah Daerah jawa Timur.
Jakarta: Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. Dinas Pariwisata
Pemuda dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso. 2009. Mengenal Kebudayaan
Maegalithikum di Kabupaten Bondowoso. Bondowoso: Kesejarahan dan
Kepurbakalaan Disparporahub.

9
Gazalba, Zidi. 1966. Pengantar Sejarah sebaga Ilmu. Jakarta
Herimanto. 2012. Seajarah Indonesia Masa Praaksara. Yogyakarta: Ombak.
Sagimun. 1987. Peninggalan Sejarah Tertua Kita. Jakarta: CV Haji Masagung.
Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Yogyakarta:
Kanisius.
Sutopo, H.B. metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian) Edisi 2. Surakarta: Universitas Seabelas Maret.

10

Anda mungkin juga menyukai