Anda di halaman 1dari 13

UPACARA LABUH SAJI DI KELURAHAN PELABUHAN RATU,

KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT

Dosen pengampu:
Mahendra Pudji Utama, S.S., M.Hum.

Di Susun oleh :

1. Desti Jayamanti (13030118130039)


2. M. Harrie Septian (13030118130048)

PROGRAM STUDI SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebudayaan merupakan suatu kebiasaan atau cara hidup manusia
yang terbagi dalam berbagai aspek dan terdapat dalam suatu masyarakat
tertentu. Menurtu ilmu antropologi, kebudayaan adalah keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Menurut A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn, kata “Kebudayaan” berasal
dari kata Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang
berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian ke-budaya-an dapat
diartikan : “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yang
mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-
daya, yang berarti “daya dari budi”. Karena itu mereka membedakan
“budaya” dari “kebudayaan”. Demikianlah “budaya” adalah “daya dari
budi” yang erupa cipta, karsa, dan rasa, sedangkan “kebudayaan” adalah
hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam istilah “antropologi-budaya”
perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya” di sini hanya dipakai sebagai
suatu singkatan saja dari “kebudayaan”dengan arti yang sama.
(Koentjaraningrat, 1990: 181)
Adat istiadat adalah bentuk kebudayaan yang kasat mata. Yang
termasuk dalam adat istiadat ialah tata karma masyarakat, upacara
tradisional, baik yang berkaitan dengan siklus hidup seseorang maupun
dengan berbagai peristiwa alam, hingga cara berakaian, bekerja, dan
mengolah makanan. Adat istiadat brsifat simbolik, artinya adat
mencermikan kepercayaan dan nilai-nilai luhuryang diyakini suatu
masyarakat. (Amalia, 2005: 19)
Indonesia merupakan negara pluralisme, sehingga memiliki banyak
budaya, suku, etnis dan lainnya. Ada beragam budaya masing-masing
pulau bahkan tiap daerah di Indonesia yang tentunya memiliki ciri khas
tersendiri. Salah satunya adalah di Sukabumi, Jawa Barat. Terdapat salah
satu daerah bernama Pelabuhan Ratu, disana hidup dan berkembang suatu
upacara adat, dimana upacara tersebut merupakan wujud nyata dari
masyarakat setempat sebagai bukti menjunjung tinggi para leluhur mereka.
Salah satu upacaranya adalah upacara labuh saji yang dilakukan di pesisir
pantai Pelabuhan Ratu sebagai wujud rasa syukur mereka kepada Sang
Hyang Widi atas segala kenikmatan bagi mereka.

B. Permasalahan
1. Apa itu Upacara Labuh Saji di Pelabuhan Ratu , Sukabumi?
2. Apa manfaat dari dilakukannya kegiatan upacara tersebut?
3. Bagaimana upaya masyarakat setempat dalam mempertahankan tradisi
tersebut?
4. Mengapa Upacara Labuh Saji menjadi suatu daya tarik bagi
wisatawan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apa itu Upacara Labuh Saji di Pelabuhan Ratu,
Sukabumi
2. Untuk mengetahui manfaat dari dilakukannya kegiatan upacara
tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana upaya masayrakat setempat dalam
mempertahankan tradisi tersebut.
4. Untuk mengetahui mengapa Upacara Labuh Saji menjadi suatu daya
tarik bagi wisatawan?
BAB II
PEMBAHASAN

1. Apa itu Upacara Labuh Saji di Pelabuhan Ratu , Sukabumi?


Upacara Labuh Saji merupakan salah satu tradisi yang dilakukan di
Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat setiap tanggal 6 April
sebagai peringatan Hari Nelayan. Upacara tersebut dilakukan di pesisir pantai
Pelabuhan Ratu. Upacara ini merupakan suatu tradisi yang turun temurun dari
masyarakat nelayan Pelabuhan Ratu yang dilakukan untuk memberikan
penghormatan kepada puteri yang bernama Nyai Puteri Mayangsagara atau
Nyai Puteri Mayangsari atas jasanya terhadap kesejahteraan nelayan
Pelabuhan Ratu.
Mayangsari mulai melakukan upacara ini sebagai tradisi tahunan
sejak abad ke-15 untuk mewujudkan rasa syukur atas limpahan rejeki yang
didapat serta memohon keselamatan dan kesuburan. Lebih jauhnya
Mayangsagara melakukan upacara itu agar rakyatnya mendapat dari
pekerjaan mereka sebagai nelayan. (Aris Munandar, 2016: 2-3)
Upacara tradisi tersebut selain dianggap sebagai suatu kegiatan yang
mengandung unsur-unsur sakral, masyarakat setempat juga menganggap
upacara tersebut seperti halnya sebagai pesta, dimana mereka dapat
mempererat hubungan kekeluargaan diantara mereka yang menjadi bagian
dari masyarakat nelayan di pesisir pantai Pelabuhan Ratu.
Tidak semua masyarakat nelayan di pesisir pantai Pelabuhan Ratu
mengetahui tentang sejarah atau asal-usul dari Upacara Labuh Saji tersebut,
mereka hanya sekedar tahu bahwa upacara tersebut merupakan suatu bukti
rasa syukur atas kesejahteraan dan limpahan rejeki yang telah dirasakan oleh
masyarakat. Dalam bahasa Sunda, “Labuh” mempunyai arti melabuhkan atau
menjatuhkan sesajen ke laut dengan haraan agar hasil tangkapan berlimpah
setiap tahun dan menjaga hubungan baik dengan Nyi Roro Kidul. Sehingga,
masyarakat juga berpandangan bahwa upacara tersebut juga sebagai kegiatan
sakral yang dilakukan dengan mengirim sesajen ke tengah laut untuk
disajikan kepada penguasa laut selatan yaitu Nyi Roro Kidul. Jadi hanya
orang tertentu saja yang mengetahui arti sesungguhnya dari Upacara Labuh
Saji tersebut.
Kebanyakan masyarakat pantai selatan, tak terkecuali masyarakat di
Pelabuhan Ratu masih percaya dengan adanya mitos tentang Nyi Roro Kidul.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat Pelabuhan Ratu, Ratu Kidul
adalah penguasa pantai selatan dan ada ritual upacara adat yang harus
dilaksanakan secara turun-temurun oleh masyarakat pesisir pantai Pelabuhan
Ratu. Dalam upacara ini, masyarakat mempersembahkan sesaji berupa kerbau
atau sapi disembelih, lalu bagian kepalanya yang nantinya akan dibuang ke
tengah laut.
Dalam Upacara Labuh Saji ini akan berkembang penanaman mental
dan watak. Upacara ini tidak hanya melibatkan masyarakat nelayan saja,
tetapi juga masyarakat keseluruhan di Pelabuhan Ratu karena mereka
menganggap bahwa kegiatan upacara itu merupakan suatu tanggungjawab
bersama.
Upacara Labuh Saji ini dilakukan dengan dua tahapan, yang pertama
Upacara Nembey atau bisa disebut upacara pembukaan. Upacara Nembey ini
biasanya dilakukan tiga hari sebelum pelaksanaan Upacara Labuh Saji.
Kemudian yang kedua adalah Upacara Labuh Saji itu sendiri, dimana upacara
tersebut berhubungan dengan sesaji dan doa-doa.
Masyarakat Pelabhan Ratu dalam melakukan upacara tersebut saat
akan membuang kepala kerbau atau sapi tadi memerlukan beberapa peralatan
yang diantaranya adalah:
- Bale lancuran
- Balandongan
- Kolek sajen
- Jampana anjung meru
- Jampana matur
- Saung talu
- Hajuang siang
- Pucuk
- Parukuyan
- Wawadahan
- Busana
Beberapa paparan diatas merupakan alat-alat atau pelengkapan yang
dipelukan saat melakukan kegiatan Upacara labuh Saji.
Pada zaman dulu, sesajen yang digunakan atau dibuang ke laut adalah
kepala kerbau atau sapi, namun mulai tahun 2004 sampai sekarang sesajen
tersebut diganti dengan penaburan benih ikan, benur atau bibit udang, dan
tukik atau anak penyu ke tengah laut Pelabuhan Ratu.

2. Apa manfaat dari dilakukannya kegiatan upacara tersebut?


Upacara Labuh Saji ini tentunya memiliki manfaat tersendiri. Ada
beberapa manfaat dari dilakukannya upacara tersebut,, yaitu dapat
mempererat tali persaudaraan atau hubungan keluarga antar masyarakat
pesisir Pelabuhan Ratu serta antar masyarakat nelayan. Dengan adanya
upacara ini, semua masyarakat nelayan di pesisir pantai Pelabuhan Ratu
berkumpul dan mempersiapkan perlengkapan yang akan digunakan untuk
melakukan Upacara Labuh Saji.
Dengan adanya keterangan tersebut, hubungan kekeluargaan antara
masyarakat nelayan dengan masyarakat nelayan lain dapat terjalin dengan
baik, dan tidak hanya antar sesama masyarakat nelayan, tetapi juga dengan
masayarakat secara umum yang tinggal di Pelabuhanratu.
Upacara Labuh Saji juga memiliki manfaat lain, yaitu selain dijadikan
sebagai upacara ritual dan sebagai pendorong eratnya hubungan kekeluargaan
antar masyarakat, upacara ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para
wisatawan. Sehingga banyak wisatawan lokal maupun asing yang
berdatangan ke Kelurahan Pelabuhan Ratu.
Jauh dari dua manfaat tersebut diatas, Upacara Labuh Saji juga
dijadikan sebagai sarana hiburan keluarga bagi masayarakat di sekitar
Pelabuhan Ratu. Dari pernyataan tersebut, maka banyak masayarakat yang
berdatangan hanya untuk menyaksiskan Upacara Labuh Saji itu berjalan.

3. Bagaimana upaya masyarakat setempat dalam mempertahankan tradisi


tersebut?
Di Kabupaten Sukabumi, memiliki masyarakat yang sangat peduli
dengan budayanya, karena mereka menganggap budaya itu sudah menjadi
bagian dari perkembangan masayarakat dari zaman dahulu hingga sekarang.
Pantai Pelabuhan Ratu di Sukabumi masih terjaga kelestarian alam dan
budayanya. Di pelabuhan Ratu juga memiliki kearifan lokal yang masih
melekat serta masyarakatnya masih memeprtahankan adat-istiadatnya yang
masih kental dan belum tercampur dengan budaya-budaya modern.
Masyarakat Pelabuhan Ratu mayoritas menganut agama Islam dan
bersuku Sunda. Mereka tidak tiggal dalam suatu kampung dengan tradisi
tertentu, tetapi mereka rutin menjalankan suatu tradisi yang sudah turun-
temurun. Dalam melaksanakan tradisi tersbut berjalan dengan harmonis
antara aturan adat dengan aturan agama, sehingga kegiatan yang dinamakan
Upacara Labuh Saji tersebut dapat berjalan dengan baik hingga sekarang.
Dalam upaya mempertahankan tradisi masyarakat Pelabuhan Ratu
dalam melakukan kegiatan Upacara Labuh Saji ini, masyarakat Pelabuhan
Ratu itu sendiri menyadari bahwa kegiatan tersebut merupakan sebuah tradisi
turun-temurun yang harus tetap dilestarikan. Dengan adanya anggapan seperti
itu, maka masyarakat di Pelabuhan Ratu dengan senidrinya akan melakukan
kegiatan Upacara Labuh Saji tersebut setiap tahunnya.
Masyarakat di Pelabuhan Ratu, khususnya masyarakat nelayan sudah
menjadikan kegiatan upacara tersebut sebagai bagian dari budaya mereka.
Terbukti hingga saat ini pun mereka masih melakukan kegiatan Upacara
Labuh Saji tersebut.
Ada beberapa cara ataupun upaya dari masayarakat untuk tetap
mempertahankan tradisi tersebut, diantaranya dengan cara mereka masih dan
tetap berpedoman pada nilai-nilai, adat-istiadat, norma-norma, peraturan serta
keyakinan yang ada di dalam masyarakat mereka dna sudah menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat di pesisir pantai selatan.
Dengan begitu, masayarakat di Pelabuhan Ratu juga mempercayai
bahwa jika kegiatan upacara itu tidak dilaksanakan maka akan terjadi
peristiwa atau bencana yang akan menyebabkan kesejahteraan nelayan dan
masyarakat terancam. Maka dari itu, kegiatan upacaa yang menjadi tradisi
turun-temurun ini akan tetap dilaksanakan dengan baik dan tidak pernah
diubah tata cara pelaksanannya dari zaman dulu oleh masyarakat setempat.
Di Kabupaten Sukabumi, memiliki masyarakat yang sangat peduli
dengan budayanya, karena mereka menganggap budaya itu sudah menjadi
bagian dari perkembangan masayarakat dari zaman dahulu hingga sekarang.

4. Mengapa Upacara Labuh Saji menjadi suatu daya tarik bagi wisatawan?
Upacara Labuh Saji juga memiliki beberapa manfaat diantaranya yaitu
upacara ini menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Sehingga
banyak wisatawan lokal maupun asing yang berdatangan ke Kelurahan
Pelabuhan Ratu. Upacara Labuh Saji juga dijadikan sebagai sarana hiburan
keluarga bagi masayarakat di sekitar Pelabuhan Ratu. Dari pernyataan
tersebut, maka banyak masayarakat yang berdatangan hanya untuk
menyaksiskan Upacara Labuh Saji itu berjalan.
Menurut Undang-Undang Republik Indonseia Nomor 10 Tahun 2009
Tentang Kepariwisataan , daya tarik wisata yaitu segala sesuatu yang
memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
tujuan kujungan wisatawan.(Andhika dan Nadya, 2018: 2-3)
Daya tarik adalah suatu tempat sebagai suatu bentukan atau aktivitas
dan fasilitas yang saling berhubungan dapat menarik wisatawan atau
pengunjung untuk datang kesuatu daerah atau tempat tertentu. (Marpaung,
2002: 78)
Daya tarik wisata adalah suatu objek ciptaan Tuhan maupun hasil
karya manusia, yang menarik minat orang untuk berkunjung dan menikmati
keberadaannya. (Yoeti, 2006: 15)
Dari beberapa pendapat diatas, Pantai Pelabuhan Ratu di Sukabumi
memiliki beberapa unsur yang memenuhi untuk bisa dikatakan sebagai
tempat wisata atau bisa diaktakan mempunyai daya tarik tersenidri untuk
dikunjungi oleh wisatawan baik lokal maupun asing. Hal tersebut karena di
Pantai Pelabuhan Ratu memiliki keunikan tersendiri, segai contoh adalah
tradisi Upacara Labuh Saji yang merupakan salah satu budaya masyarakat
Pelabuhan Ratu sebagai wujud tanda bersyukur mereka atas segala
kenikmatan dan kesejahteraan neayan yang telah diberikan oleh Sang Hyang
Widi. Maka dari itu, segi keunikan itu di perlihatkan dari kegiatan upacara
tersebut hanya dilakukan oleh masyarakat Pelabuhan Ratu dan tidak oeh
masyarakat lain, mungkin ada beberapa daerah yang melakukan ritual sama
namun tetap saja di tiap daerah memiliki ciri khas tersendiri.
Selain itu, terbukti juga bahwa dengan adanya Upacara Labuh Saji
tersebut, banyak warga sekitar Pelabuhan Ratu yang ikut menyaksikan
rangkaian acara dalam Upacara tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan
bahwa Upacara Labuh Saji tersebut dapat menarik wisatawan untuk datang
berkunjung ke Pelabuhan Ratu.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil pembahsan diatas dapat diperoleh bahwa Indonesia
merupaka negara yang memiliki banyak budaya, salah satu budayanya adalah
yang berada di Kelurahan Pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Di Pelabuhan Ratu terdapat suatu tradisi turun temurun yaitu Upacara Labuh
Saji. merupakan salah satu tradisi yang dilakukan di Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, Jawa Barat setiap tanggal 6 April sebagai peringatan Hari
Nelayan. Upacara tersebut dilakukan di pesisir pantai Pelabuhan Ratu.
Upacara ini merupakan suatu tradisi yang turun temurun dari masyarakat
nelayan Pelabuhan Ratu yang dilakukan untuk memberikan penghormatan
kepada puteri yang bernama Nyai Puteri Mayangsagara atau Nyai Puteri
Mayangsari atas jasanya terhadap kesejahteraan nelayan Pelabuhan Ratu.
Upacara dilakukan untuk mempererat tali persaudaraan atau hubungan
keluarga antar masyarakat pesisir Pelabuhan Ratu serta antar masyarakat
nelayan. Selain itu hal tersebut juga merupakan kesadaran dari masyarakat
mengenai arti dari Upacara Labuh Saji tersebut yang telah dianggap menjadi
budaya mereka dan harus tetap dilestarikan.
Selain itu, Upacara Labuh Saji juga memiliki daya tarik tersendiri
untuk mendatangkan banyak wisatawan dengan keunikan yang dimilikinya.
Banyak wisatawan dan masyarakat sekitar yang tertarik dan kemudian datang
ke Pelabuhan Ratu untuk menyaksikan keberlangsungan Upacara Labuh Saji
tersebut.
LAMPIRAN

Gambar 1 Ket. Proses Pembuangan Sesaji Ke Laut.

Gambar 2 Ket. Proses Pembuangan Sesaji Ke Laut.


Gambar 3 Ket. Masyarakat Membawa Sesaji Menuju Ke Kapal/Perahu Yang
Kemudian Untuk Dibuang Ke Laut.

Gambar 4 Ket. Proses Upacara Sebelum Pembuangan Sesaji Ke Laut.


DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat, 1990. Pengantar Ilmu Antropologi Jakarta: PT RINEKA


CIPTA

Andhika Chandra Lesmana dan Nadya Ajeng Astuti. 2018. Perayaan Pesta
Nelayan Sebagai Daya Tarik Wisata Dalam Mempromosikan Pariwisata di
Pelabuhanratu Sukabumi. Vol.8

Yoeti, O. A, 2006. Ilmu Pariwisata. Jakarta: PT Perca

Marpaung, 2002. Penngantar Pariwisata. Bandung: Alfabeta

http://a-research.upi.edu/operator/upload/s_sej_0603752_chapter1.pdf
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=249754
http://digilib.uinsgd.ac.id/4779/4/4_bab1.pdf

Anda mungkin juga menyukai