Anda di halaman 1dari 16

KERATON

A. Pengertian Keraton
Keraton (logat Jawa: kraton) adalah daerah tempat
seorang penguasa (raja atau ratu) memerintah atau
tempat tinggalnya (istana). Dalam pengertian sehari-hari,
keraton sering merujuk pada istana penguasa di Jawa dan
Kalimantan. Dalam bahasa Jawa, kata kraton (ke-ratu-an)
berasal dari kata dasar ratu yang berarti penguasa. Kata
Jawa ratu berkerabat dengan kata dalam bahasa Melayu;
datuk/datu dan bahasa Ambon; latu. Dalam bahasa Jawa
sendiri dikenal istilah kedaton yang memiliki akar kata dari
datu, di Keraton Surakarta istilah kedaton merujuk kepada
kompleks tertutup bagian dalam keraton tempat raja dan
putra-putrinya tinggal. Masyarakat Keraton pada umumnya
memiliki gelar kebangsawanan (www.Wikipedia.com).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
keraton bearti tempat kediaman ratu atau raja;
istana raja; kerajaan. Dalam pengertian sehari-
hari, keraton sering merujuk pada istana
penguasa jawa. Dalam bahasa Jawa, kata keraton
berasal dari kata dasar ratu yang bearti
penguasa. Kata Jawa ratu berkerabat dengan kata
dalam bahasa melayu; datuk/datu. Masyarakat
keraton pada umumnya memiliki gelar
kebangsawanan. Istilah keraton berasal dari kata
ka-ratu-an (keraton), maksudnya adalah tempat
bersemayam bagi ratu. Di samping keraton, ada
istilah kedaton yang sering juga digunakan untuk
menyebut pengertian yang sama.
B. Fungsi Keraton
1. Pada masa sebelum kemerdekaan Republik
Indonesia
a. Sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya
b. Sebagai pusat pemerintahan
c. Sebagai pusat kebudayaan dan
pengembangannya
2. Pada masa kemerdekaan Republik Indonesia
a. Sebagai obyek wisata dan pengembangan
ilmu pengetahuan
b. Sebagaii Museum Perjuangan Bangsa

Sumber : (www.wikipedia.com)
Keraton-keraton di Indonesia
Sejarah Keraton di Indonesia
1. Keraton Surosowan
Keraton Surosowan
memiliki tiga buah gerbang
masuk, yang masing-masing
terletak di sisi timur, utara dan
selatan. Akan tetapi, pintu yang
ada disebelah selatan telah
ditutup dengan tembok yang
belum diketahui apa sebabnya.
Pada pertengahan Keraton
Surosowan terdapat sebuah
kolam yang berisi air berwarna
hijau, yang sudah dipenuhi
ganggang dan lumut. Didalam
keraton ini juga terdapat banyak
ruangan yang berhubungan
dengan air atau ritual mandi
(petiratan).
2. Keraton Kaibon
Keraton Kaibon merupakan
salah satu bangunan utama pada
masa Kesultanan Banten (1526-
1684), terpisah dari kompleks
Keraton Surosowan sebagai
pusat pemerintahan. Hal ini
merupakan tradisi masyarakat
Jawa dimana Keraton Kaibon
merupakan tempat tinggal para
istri (Ratu) dan Putri-putri
Kesultanan. Dengan kata lain yang
lebih populer bahwa Keraton
Kaibon adalah Keputrennya
Kesultanan Banten. Terletak
kurang lebih 2 km dari Pusat
Pemerintahan Keraton
Surosowan yang dikelilingi
persawahan dan jalur
transportasi sungai (atau lebih
tepatnya kanal khusus yang
dibuat pada waktu itu).
3. Keraton Kasepuhan Cirebon
Keraton Kasepuhan adalah
keraton termegah dan paling
terawat di Cirebon. Makna di setiap
sudut arsitektur keraton ini pun
terkenal paling bersejarah. Halaman
depan keraton ini dikelilingi tembok
bata merah dan terdapat pendopo
didalamnya. Keraton ini memiliki
museum yang cukup lengkap dan
berisi benda pusaka dan lukisan
koleksi kerajaan. Salah satu koleksi
yang dikeramatkan yaitu kereta
Singa Barong. Kereta ini saat ini
tidak lagi dipergunakan dan hanya
dikeluarkan pada tiap 1 Syawal
untuk dimandikan. Bagian dalam
keraton ini terdiri dari bangunan
utama yang berwarna putih.
Didalamnya terdapat ruang tamu,
ruang tidur dan singgasana raja.
4. Keraton Kanoman
Keraton Kanoman adalah
pusat peradaban Kesultanan
Cirebon, yang kemudian
terpecah menjadi Keraton
Kanoman, Keraton Kasepuhan,
Keraton Kecirebonan, dan
Keraton Kaprabonan Kebesaran
Islam di Jawa Barat tidak lepas
dari Cirebon.
Sunan Gunung Jati adalah
orang yang bertanggung Jawab
menyebarkan agama Islam di
Jawa Barat, sehingga berbicara
tentang Cirebon tidak akan
lepas dari sosok Syarif
Hidayatullah atau Sunan Gunung
Jati. Sunan Gunung Jati juga
meninggalkan jejaknya yang
hingga kini masih berdiri tegak,
jejak itu bernama Keraton
Kanoman.
5. Keraton Kacirebonan
Kecirebonan dibangun pada tanggal 1800
M, Bangunan kolonial ini banyak menyimpan
benda-benda peninggalan sejarah seperti
Keris, Wayang, perlengkapan Perang, Gamelan
dan lain-lain. Seperti halnya Keraton
Kasepuhan dan Keraton Kanoman,
Kecirebonan pun tetap menjaga,
melestarikan serta melaksanakan kebiasaan
dan upacara adat seperti Upacara Pajang Jimat
dan sebagainya. Kacirebonan berada di
wilayah kelurahan Pulasaren Kecamatan
Pekalipan, tepatnya 1 km sebelah barat daya
dari Keraton Kasepuhan dan kurang lebih 500
meter sebelah selatan Keraton Kanoman.
Kacerbonan merupakan pemekaran dari
Keraton Kanoman setelah Sultan Anom IV
yakni PR Muhammad Khaerudin wafat, Putra
Mahkota yang seharusnya menggantikan tahta
diasingkan oleh Belanda ke Ambon karena
dianggap sebagai pembangkang dan
membrontak. Ketika kembali dari pengasingan
tahta sudah diduduki oleh PR. Abu sholeh
Imamuddin.
Sejarah Keraton di Palembang
Sejarah Kesultanan Palembang dimulai pada
pertengahan abad ke-15 pada masa hidupnya
seorang tokoh bernama Ario Damar. Beliau adalah
putra Raja Majapahit Prabu Kertabumi Brawijaya V
terakhir, yang berkuasa tahun 1455-1486 di
Palembang Lamo, yang sekarang letaknya di kawasan
1 Ilir. Saat Ario Damar ke Palembang, penduduknya
sudah banyak memeluk Islam dan ia juga kemudian
memeluk Islam. Namanya pun berubah menjadi Ario
Abdillah atau Ario Dillah. Ia mendapat hadiah dari
ayahnya salah seorang isterinya keturunan Cina yang
telah memeluk Islam. Saat putri ini diboyong ke
Palembang ia sedang mengandung Raden Fatah.
Kuta Besak adalah keraton pusat
Kesultanan Palembang Darussalam, sebagai
pusat kekuasaan tradisional yang mengalami
proses perubahan dari zaman madya menuju
zaman baru di abad ke-19. Pengertian KUTO di
sini berasal dari kata Sanskerta, yang berarti:
Kota, puri, benteng, kubu (lihat ‘Kamus Jawa Kuno
– Indonesia’, L Mardiwarsito, Nusa Indah Flores,
1986). Bahasa Melayu (Palembang) tampaknya
lebih menekankan pada arti puri, benteng, kubu
bahkan arti kuto lebih diartikan pada pengertian
pagar tinggi yang berbentuk dinding. Sedangkan
pengertian kota lebih diterjemahkan kepada
negeri.
Sanitasi Keraton
Menurut WHO Sanitasi merupakan suatu usaha untuk
mengawasi beberapa faktor lingkungan fisik yang
berpengaruh kepada manusia terutama terhadap hal-hal
yang mempunyai efek merusak perkembangan fisik,
kesehatan, dan kelangsungan hidup.
Sedangkan pengertian Keraton atau kraton (bahasa
Jawa) adalah daerah tempat seorang penguasa (raja atau
ratu) memerintah atau tempat tinggalnya (istana).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa sanitasi keraton
merupakan suatu usaha atau upaya yang dilakukan untuk
menjaga kebersihan keraton yang sering digunakan untuk
menjalankan aktivitas hidup sehari-hari agar terhindar dari
ancaman penyakit yang merugikan kesehatan.
Langkah-langkah Melakukan STTU
Sanitasi tempat-tempat umum adalah suatu
usaha untuk mengawasi dan mencegah kerugian
akibat dari tidak terawatnya tempat-tempat
umum tersebut yang mengakibatkan timbul
menularnya berbagai jenis penyakit, atau
Sanitasi tempat-tempat umum merupakan suatu
usaha atau upaya yang dilakukan untuk menjaga
kebersihan tempat-tempat yang sering
digunakan untuk menjalankan aktivitas hidup
sehari-hari agar terhindar dari ancaman
penyakit yang merugikan kesehatan.
Kegiatan yang mendasari sanitasi tempat-
tempat umum (STTU), yaitu:
1. Pemetaan (monitoring)
2. Inspeksi sanitasi
a. Fasilitas kerja pengelola.
b. Fasilitas sanitasi, seperti penyediaan air bersih,
bak sampah, WC/Urinoir, kamar mandi,
pembuangan limbah.
Usaha-usaha yang dilakukan dalam sanitasi
tempat-tempat umum dapat berupa :
1. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap
factor lingkungan dan factor manusia yang
melakukan kegiatan pada tempat-tempat
umum.
2. Penyuluhan terhadap masyarakat terutama
yang menyangkut pengertian dan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya-bahaya yang
timbul dari tempat-tempat umum.
Peran sanitasi tempat-tempat umum dalam
kesehatan masyarakat adalah usaha untuk
menjamin :
1. Kondisi fisik lingkungan TTU yang memenuhi syarat :
a. Kualitas kesehatan.
b. Kualitas sanitasi.
2. Psikologis bagi masyarakat :
a. Rasa keamanan (security) : bangunan yang kuat dan kokoh
sehingga
tidak menimbulkan rasa takut bagi pengunjung.
b. Kenyamanan (confortmity) : misalnya kesejukkan.
c. Ketenangan (safety) : tidak adanya gangguan kebisingan,
keramaian kendaraan.
3. Penyuluhan
Penyuluhan terhadap masyarakat (education) terutama untuk
menyangkut pengertian dan kesadaran masyarakat terhadap
bahaya-bahaya yang timbul dari STTU.

Anda mungkin juga menyukai