Anda di halaman 1dari 17

PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI

PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh :

1. Rifky Anindika 101011184


2. Alana Arumsari 101011193
3. Alfina Hapsari 101011190

IKM B 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, telah terjadi peningkatan suhu di berbagai belahan dunia. Suhu rata-rata global
pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Pemanasan global di Indonesia semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah yang
kurang berbasis pada ekologi. Pemerintah lebih fokus pada investasi dalam bidang industri
yang mengorbankan banyak sumber daya alam di Indonesia. Kebijakan di bidang kehutanan
juga telah berimbas besar pada kondisi lingkungan di Indonesia. Pemerintah lebih tertarik
untuk memanfaatkan sistem hidrologi dan menjadikannya objek wisata daripada menanam
pohon.
Dengan permasalahan-permasalahan alam yang terjadi seharusnya pemerintah sudah mulai
berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-
kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting
untuk dibahas dan juga diwujudkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas kami merusmuskan masalah, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi?
2. Apa peran manusia dalam pembangunan berbasis ekologi?
3. Bagaimana pengaplikasian pembangunan berbasis ekologi?

1.3 Tujuan
Dari makalah ini kami memiliki tujuan, antara lain:
1. Menelaah lebih dalam mengenai ekologi
2. Memahami peran manusia dala pembangunan berbasis ekologi
3. Memahami pembangunan berbasis ekologi
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Ekologi
Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai berhubungan dengan alam
lingkungan. Proses hidup yang mengantarnya pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari
perkembangannya dalam rahim induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak
berhenti berhubungan dengan lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang dan
berinteraksi lebih lanjut dengan lingkungan.
Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya, dimulai dari hirupan
oksigen dalam lingkungan menuju alat pernafasannya, asupan makanan alam menuju alat
pencernaannya. Namun bukan hanya hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan
menyeluruh yang terjadi, seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan
makhluk hidup mengadakan pembangunan dan perkembangan lingkungan untuk tetap
bertahan hidup. Sebelum membahas mengenai ekologi, harus ditelaah terlebih dahulu
mengenai konsep ekologi.

2.1.1 Pengertian Ekologi


Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk
ditelaah lebih dalam. Hal tersebut karena telah terjadi proses, hubungan, perkembangan
dan jalinan unik di dalamnya. Suatu makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan
kedudukan yang saling berkaitan dengan lingkungannya. Jalinan dan jaringan itu
dikembangkan dalam bidang penelaahan yang dikonsepkan sebagai “ekologi”.
Kata “ekologi” berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah
(house) dan logos yang artinya penelaahan atau ilmu. Oleh karena itu, Laurence Pringle
mendefinisikan ekologi sebagai berikut : “Ecology is the study of the ‘houses’, or
environments of living organisms – all of their surroundings, including other animals and
plants, climate, and soil ”. (Pringle, 1971).
Ada juga tokoh yang memberikan definisi ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungan mereka (Dasman, Milton, Freeman, 1973). Jadi,
fokus ekologi adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Erlich dan kawan-
kawan memberi batasan pada hubungan tersebut dalam mengartikan ekologi sebagai
subdisiplin dari biologi yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan
mereka pada populasi, komunitas dan level ekosistem (Erlich dkk, 1973).

2.1.2 Unsur-unsur Ekologi


Ekologi sebagai suatu penelaahan mempunyai dua unsur yaitu makhluk hidup dan
lingkungan. Makhluk hidup sebagai unsur pertama merupakan suatu subyek yang mengelola
interaksinya dengan alam. Di lingkungan, makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan
kedudukan yang saling berkaitan.
Unsur kedua setelah makhluk hidup yang tidak terlepas dari konsep ekologi adalah
“lingkungan”. Menurut Prof. Dr. Otto Soemarwoto , Lingkungan adalah segala sesuatu di
sekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupannya (Otto Soemarwoto, 1985).
Dalam Undang-Undang RI, Nomor 4 tentang Ketentun-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup tahun 1982 dijelaskan “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya”. Dari konsep lingkungan tersebut maka lingkungan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lingkungan alam
b. Lingkungan sosial
c. Lingkungan budaya

2.1.3 Asas Ekologi


Berlangsungnya suatu sistem ekologi yang membentuk jalinan kehidupan antara makhluk
hidup sesamanya dan dengan alam lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu. Asas-asas
ekologi, antara lain:
a. Asas keanekaragaman
Makhluk hidup di alam ini memiliki jenis yang beraneka ragam. Tiap makhluk hidup
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan dalam lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan
hidup secara alamiah mengalami keseimbangan yang stabil dan dinamis.
b. Asas Kerja Sama
Terciptanya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem adalah hasil dari adaptasi
makhluk hidup dengan lingkungan, yang menyediakan sumber daya, antara lain karena ada
asas kerja sama di antara mereka. Berlangsungnya asas kerja sama juga berkat adanya
keanekaragaman unsur-unsur ekologi dalam ekosistem yang bersangkutan. Bentuk kerja
sama yang saling menguntungkan itu biasa disebut “simbiosis mutualisme”.
c. Asas Persaingan
Bentuk hubungan di antara unsur-unsur ekologi selain dalam bentuk kerja sama juga dalam
bentuk persaingan. Asas persaingan ini berfungsi mengontrol pertumbuhan suatu unsur
yang terlalu pesat yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
2.2 Peran Manusia dalam Pembangunan Berbasis Ekologi
Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara
pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem.
Manusia, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, merupakan bagian dari
ekosistem.
Pembangunan bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat.
Dapat pula dikatakan sebagai pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup
rakyak. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan esensial bagi
hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup
hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan
untuk memilih.
Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk benyak anggota
masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih,
pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan
masih belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat
masih belum baik. Karena itu pembangunan masih harus diteruskan. Dalam usaha
memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak.

2.2.1 Manusia sebagai Subyek dalam Lingkungan


Manusia dilahirkan ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmani dan rohani yang
berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akar dan pikiran yang membuatnya
berbeda dengan makhluk lain, sehingga diberi kelebihan memiliki akal-pikiran. Kelengkapan
akal-pikiran ini, manusia mampu menghadapi tantangan berat dan mampu menyelesaikan
masalah dan mampu memanfaatkan lingkunagn dengan sebaik-baiknya.
Sebagai makhluk biologi, manusia lahir menyendiri sebagai seorang individu. Selaku
individu, manusia memiliki potensi-potensi psikologis yang dapat dikembangkan. Untuk
perkembangan itu secara wajar dibutuhkan pertumbuhan jasmani yang baik, untuk
perkembangan dan pertumbuhan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya.
Manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi sebagai makhluk sosial bagi
kehidupan masyarakatnya. Ditinjau dari kondisi lingkungan, manusia di satu pihak menjadi
penjaga dan pelindung lingkungan. Dari keunikan sikap manusia bisa saja manusia menjadi
perusak lingkungan, perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi
lingkungan tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi kondisi masyarakat lain.
Diantara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi ekologis. Interaksi dapat berlaku
positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan dengan dalam menjamin
hidupnya, dapat pula berlangsung negatif dengan pengertian merusak lingkungan tersebut.
Hal ini dapat kita hayati dan dapat kita saksikan secara langsung.
Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, khususnya lingkungan fisis-biologis,
mengadakan interaksi demham lingkungannya. Dari hasil interaksi tadi, diperoleh
pengalaman yang mengembangkan nilai hubungan antar manusia, nilai hubungan antar
manusia dengan lingkungannya, dan bahkan nilai hubungan dengan Tuhan. Nilai tadi
menjaga kelestarian hubungan diantara sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan
sebagai Khaliknya.
Dari pengalaman yang berkesinambungan dan bermakna bagi kehidupan, khususnya
pengalaman tentang lingkungan, mengembangkan pengetahuan manusia tentang alam
lingkungan. Pengetahuan tadi mengembangkan nilai yang menjaga kelestarian lingkungan
yang menjamin kehidupannya. Nilai yang membentuk keyakinan pada manusia tentang
kelestarian tersebut antara lain pada tabu dan pantangan.
Bentuk tabu dan pantangan itu antara lain mengangkerkan hutan, pohon-pohon tertentu
dan bagian lingkungan perairan tertentu. Tabu yang kita bahas tadi merupakan bentuk
menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga menunjukkan keunikan manusia yang hidup
didalam lingkungannya. Menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan juga memiliki
suatu nilai ekologi. Karena merupakan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga rantai
makanan yang ada di alam agar selalu seimbang.
Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan
hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan ini dan kurangnya pengertian
tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana yang menimpa
masyarakat sebagai akibat tindakannya sendiri. Hal ini terutama benar bila manusia dilihat
dari segi makhluk yang berbudaya. Dalam konteks ini manusia akan merasakan kebutuhan
akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepuasan yang berkembang secara indefinitif.
Lain halnya, apabila manusia dilihat sebagai makhluk biologis, perasaan lapar atau dahaga
mudah dipenuhi dengan makan dan minum. Dengan sendirinya budaya akan terus
berkembang, lalu pemanfaatan sumber daya alam dan laju peningkatan jumlah dan kualitas
limbah juga bertambah. Apabila dampak intensitas kegiatan ini terhadap kualitas lingkungan
tidak diperhatikan akan terjadi peningkatan taraf pencemaran lingkungan yang akan
mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, usaha-usaha di bidang
kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas pengetahuan ekologi manusia.
Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara setiap segi kehidupan manusia (fiaik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya
(biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia
ini merupakan dasar esensiil untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam pengelolaan
lingkungan.
Hubungan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat dianalogkan dengan
hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Sebagai contoh,
ekologi manusia dapat diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai berikut:
a. Dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia terhadap faktor
disgenik.
b. Dalam ilmu kesehatan lingkungan meningkatkan daya guna faktor eugenik
(menguntungkan) dan mengurangi pengaruh faktor disgenik (merugikan).
c. Dalam ilmu kedokteran pengobatan membantu meningkatkan kekuatan manusia dalam
melawan faktor disgenik.

2.2.2 Manusia sebagai pelaksana pembangunan


Manusia memiliki banyak akal sehingga manusia bisa mengeluarkan ide sebanyak-
banyaknya untuk meningkatkan keseimbangan lingkungan. Dengan hal yang dimiliki
manusia, manusia melakukan tugasnya untuk menggunakan alam dengan sebaik-baiknya
dan menggunakan akal pikirannya, menjadikan alam ini lebih layak yaitu menggunakan alam
dengan sesuai aturan sehingga manusia memiliki kehidupan yang bersahabat dengan alam.
Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat
manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Manusia sebagai
pelaksana pembangunan sama saja dengan tugas manusia sebagai khilafah.
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungannya
tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya
mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat
tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah
lingkungan hidup sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-gunung dapat dibelah sesuai
dengan keperluannya, hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu singkat.
Contoh lain, manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam,
ia juga membuang lagi segala sesuatu yang tidak dipergunakan kembali ke alam. Tindakan
ini akan berakibat buruk bagi manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak
sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification
terlampaui)

2.3 Peran Ekologi dalam Pembangunan


2.3.1 Manfaat dan Risiko Lingkungan dalam Pembangunan
Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita dapat
melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung. Dengan bendungan itu kita dapatkan
manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah
tergenangnya kampung dan sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan
dan hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga, dan SO2. Di dalam
pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak dan risiko pada lain pihak.
Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan
selalu bersifat dilema. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya
para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan
risikonya.
Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang.
Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya
saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau
terlalu membesar-besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik
memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan
pertentangan.
Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan
apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda
oleh risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan
untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak
membangun, melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan
dengan demikian mutu hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan
lingkungan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL) merupakan alat untuk
pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan


Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya dalam pembangunan
negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat. Demikian pula dengan buangan
berbahayanya, sehingga kualitas lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis.
Beban lingkungan dalam menunjang pembangunan akan semakin berat.
Pertumbuhan industri di berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber daya alam
menyebabkan timbulnya permintaan, inovasi, dan produksi sumber bahan sintesis, yang
sering tergolong dalam bahan berbahaya, demikian pula buangannya. Industrialisasi akan
membawa serta kebutuhan akan pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah
urban/periurban. Kota-kota akan bertambah, baik jumlah maupun besarnya. Dengan
demikian permintaan akan pelayanan kesehatan lingkungan akan bertambah dan semakin
komplex.
Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk
dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya dukung
kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap lestari, dan kesehatan masyarakat tetap
terjamin.
Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat, yakni : setiap aktivitas harus (i) didasarkan atas
kebutuhan manusia, (ii) ditujukan pada kehendak masyarakat, (iii) direncanakan oleh semua
pihak yang berkepentingan, (iv) didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah, dan (v) dilaksanakan
secara manusiawi.
2.3.3 Pembangunan yang Terlanjutkan
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutka ialah i)
terpeliharanya proses kologi yang esensial, ii) tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii)
lingkungan siosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami
dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan.
Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk melakukan Analisis
Dampak Lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan.
Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih
luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap proyek, pengelolaan
lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini pengelolaan lingkungan
untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi belum
mempunyai rencana pembangunan.
2.3.4 Pengelolaan Proyek Pembangunan yang Memperhatikan Lingkungan
Pengelolaan proyek pembangunan yang biasa kita lakukan ialah secara sektoral. Misalnya,
proyek bendungan untuk PLTA dikelola oleh PLN dan proyek jalan raya oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga. Proyek yang besar mempunyai aspek yang banyak. Ambil sebagai
contoh proyek bendungan. Umur bendungan tergantung oleh laju erosi di daerah hulu dan
penyuburan air oleh limbah kota dan desa.
Waduk yang terbentuk akan menggenangi desa, sawah, ladang, dan jalan. Mungkin pula
hutan dan candi akan tergenang. Perkembangan dan sistem pasar rusak. Lapangan
pekerjaan banyak yang hilang. Sementara itu banyak orang tidak mau ditransmigrasikan dan
ingin tinggal di daerah itu. Karena itu tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Bahaya
erosi dan kerusakan tata air bertambah.
Kesulitan pokok ialah siapa yang bertanggung jawab dan harus melakukan penanggulangan
masalah itu? Misalnya, siapa yang harus melakukan pengendalian erosi di daerah hulu?
Siapa yang harus mengusahakan pemukiman kembali penduduk yang tidak mau
bertransmigrasi? Jelas PLN tidak dapat melakukan semuanya sendiri, karena keterbatasan
biaya dan keterbatasan tenaga ahli.
Kecuali itu juga akan bertentangan dengan pembagian tanggung jawab dan tugas aparatur
pemerinahan. Karena itu seharusnya masing-masing masalah itu menjadi tanggung jawab
dinas yang membawahi bidang masalah tersebut. Misalnya pengembangan perikanan untuk
pemukiman kembali dilakukan oleh Dinas Perikanan. Kesulitannya ialah masing-masing
dinas mempunyai program sendiri-sendiri.
Pengelolaan proyek menunjukkan perlunya pendekatan yang holistis terhadap pengelolaan
proyek pembangunan. Proyek itu haruslah dianggap sebagai komponen dalam ekosistem
lingkungan tempat proyek itu dilaksanakan. Komponen lingkungan lainnya yang terkait pada
proyek itu harus dimasukkan dalam perencanaan proyek. Hal ini mengharuskan keikut-
sertaan Bappeda dalam perencanaan proyek pusat, terutama proyek besar seperti
bendungan. Sebagai imbalan terhadap jerih payah Bappeda dan Pemerintahan Daerah
setempat, proyek harus berusaha untuk menyalurkan sebagian manfaat untuk
pembangunan daerah yang ditempati proyek itu.
Dengan demikian proyek tidak saja mempunyai arti penting secara nasional dan regional,
melainkan juga secara lokal. Proyek menjadi kekuatan pendorong pembangunan daerah.
Pemerataan manfaat pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Baik pihak proyek, maupun
Pemerintah Daerah saling beruntung. Misalnya, dalam hal bendungan sebagian listrik
disalurkan ke daerah tampung waduk dan daerah hulu sungai yang dibendung untuk
pengembangan industri yang menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk penduduk.
Tingkat kehidupan penduduk meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun. Erosi
berkurang. Keselamatan waduk lebih terjamin.
2.3.5 Pendekatan Ekologi pada Pembangunan Masa Mendatang
Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah sosial yang
terjadi di masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia mengatasi masalah tadi juga
tidak akan pernah berhenti. Tindakan manusia yang lebih positif dan terarah dalam
mengatasi masalah serta meningkatkan kesejahteraannya adalah dalam bentuk
pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat pula bahwa
pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah berhenti,
maka pendekatan ekologi baik bagi kepentingan preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun
untuk pembangunan, tetap akan berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia
akan terus berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan sampai
kepada batas kemampuan daya dukungnya.
Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai ANDAL maupun sebagai AMRIL, akan
tetap menempati kedudukan yang penting. Makin tinggi kesadaran manusia akan
pentingnya sumber daya lingkungan mampu menjamin kehidupan, makin penting pula
kedudukan pendekatan ekologi dalam kehidupan ini. Hanya barangkali pada masa yang
akan datang pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan teknologi
canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi itu sendiri adalah
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk
ditelaah lebih dalam. Di dalam pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang
sangat penting untuk melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia
sebagai subyek dalam lingkunan dan pelaksana dalam pembangunan.
Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam pembangunan, tantangan
pun harus dihadapi untuk terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga
pendekatan ekologi harus dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang
berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut agar mutu dan
kualitas hidup terjamin, serta lingkungan pun tidak akan rusak dengan pembangunan yang
terus berjalan mengikuti arus waktu.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan
pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia
haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT.
Penerbit Djambatan.
Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB.
Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University
Press.
Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT. Alumni.
PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI

PEMBANGUNAN BERBASIS EKOLOGI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas


mata kuliah Kesehatan Lingkungan

Disusun oleh :
1. Rifky Anindika 101011184
2. Alana Arumsari 101011193
3. Alfina Hapsari 101011190

IKM B 2010
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2011

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, telah terjadi peningkatan suhu di berbagai belahan dunia. Suhu rata-rata global
pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun
terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa,
"sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad ke-20
kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia" melalui efek rumah kaca.
Pemanasan global di Indonesia semakin diperparah dengan kebijakan pemerintah yang
kurang berbasis pada ekologi. Pemerintah lebih fokus pada investasi dalam bidang industri
yang mengorbankan banyak sumber daya alam di Indonesia. Kebijakan di bidang kehutanan
juga telah berimbas besar pada kondisi lingkungan di Indonesia. Pemerintah lebih tertarik
untuk memanfaatkan sistem hidrologi dan menjadikannya objek wisata daripada menanam
pohon.
Dengan permasalahan-permasalahan alam yang terjadi seharusnya pemerintah sudah mulai
berbenah diri untuk fokus pada kebijakan pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-
kebijakan pembangunan di Indonesia haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan
kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, pembangunan berbasis ekologi sangat penting
untuk dibahas dan juga diwujudkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah di atas kami merusmuskan masalah, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan ekologi?
2. Apa peran manusia dalam pembangunan berbasis ekologi?
3. Bagaimana pengaplikasian pembangunan berbasis ekologi?

1.3 Tujuan
Dari makalah ini kami memiliki tujuan, antara lain:
1. Menelaah lebih dalam mengenai ekologi
2. Memahami peran manusia dala pembangunan berbasis ekologi
3. Memahami pembangunan berbasis ekologi
BAB 2

PEMBAHASAN
2.1. Ekologi
Sejak dalam kandungan induk, suatu organisme sudah mulai berhubungan dengan alam
lingkungan. Proses hidup yang mengantarnya pada kehidupan lebih lanjut, dimulai dari
perkembangannya dalam rahim induk. Selanjutnya, ketika organisme tersebut lahir tidak
berhenti berhubungan dengan lingkungannya. Organisme tersebut mulai berkembang dan
berinteraksi lebih lanjut dengan lingkungan.
Perkembangan makhluk hidup sangat membutuhkan lingkungannya, dimulai dari hirupan
oksigen dalam lingkungan menuju alat pernafasannya, asupan makanan alam menuju alat
pencernaannya. Namun bukan hanya hubungan fisiologis saja yang terjalin, ada hubungan
menyeluruh yang terjadi, seperti hubungan psikologis. Hubungan tersebut mengharuskan
makhluk hidup mengadakan pembangunan dan perkembangan lingkungan untuk tetap
bertahan hidup. Sebelum membahas mengenai ekologi, harus ditelaah terlebih dahulu
mengenai konsep ekologi.

2.1.1 Pengertian Ekologi


Hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk
ditelaah lebih dalam. Hal tersebut karena telah terjadi proses, hubungan, perkembangan
dan jalinan unik di dalamnya. Suatu makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan
kedudukan yang saling berkaitan dengan lingkungannya. Jalinan dan jaringan itu
dikembangkan dalam bidang penelaahan yang dikonsepkan sebagai “ekologi”.
Kata “ekologi” berasal dari dua suku kata dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah
(house) dan logos yang artinya penelaahan atau ilmu. Oleh karena itu, Laurence Pringle
mendefinisikan ekologi sebagai berikut : “Ecology is the study of the ‘houses’, or
environments of living organisms – all of their surroundings, including other animals and
plants, climate, and soil ”. (Pringle, 1971).
Ada juga tokoh yang memberikan definisi ekologi sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
antara makhluk hidup dengan lingkungan mereka (Dasman, Milton, Freeman, 1973). Jadi,
fokus ekologi adalah hubungan antara makhluk hidup dan lingkungannya. Erlich dan kawan-
kawan memberi batasan pada hubungan tersebut dalam mengartikan ekologi sebagai
subdisiplin dari biologi yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungan
mereka pada populasi, komunitas dan level ekosistem (Erlich dkk, 1973).

2.1.2 Unsur-unsur Ekologi


Ekologi sebagai suatu penelaahan mempunyai dua unsur yaitu makhluk hidup dan
lingkungan. Makhluk hidup sebagai unsur pertama merupakan suatu subyek yang mengelola
interaksinya dengan alam. Di lingkungan, makhluk hidup memiliki fungsi, peranan, dan
kedudukan yang saling berkaitan.
Unsur kedua setelah makhluk hidup yang tidak terlepas dari konsep ekologi adalah
“lingkungan”. Menurut Prof. Dr. Otto Soemarwoto , Lingkungan adalah segala sesuatu di
sekeliling organisme yang berpengaruh pada kehidupannya (Otto Soemarwoto, 1985).
Dalam Undang-Undang RI, Nomor 4 tentang Ketentun-ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup tahun 1982 dijelaskan “Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan
semua benda, daya , keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lainnya”. Dari konsep lingkungan tersebut maka lingkungan dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Lingkungan alam
b. Lingkungan sosial
c. Lingkungan budaya

2.1.3 Asas Ekologi


Berlangsungnya suatu sistem ekologi yang membentuk jalinan kehidupan antara makhluk
hidup sesamanya dan dengan alam lingkungannya, mengikuti asas-asas tertentu. Asas-asas
ekologi, antara lain:
a. Asas keanekaragaman
Makhluk hidup di alam ini memiliki jenis yang beraneka ragam. Tiap makhluk hidup
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan dalam lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan
hidup secara alamiah mengalami keseimbangan yang stabil dan dinamis.
b. Asas Kerja Sama
Terciptanya keseimbangan alamiah dalam suatu ekosistem adalah hasil dari adaptasi
makhluk hidup dengan lingkungan, yang menyediakan sumber daya, antara lain karena ada
asas kerja sama di antara mereka. Berlangsungnya asas kerja sama juga berkat adanya
keanekaragaman unsur-unsur ekologi dalam ekosistem yang bersangkutan. Bentuk kerja
sama yang saling menguntungkan itu biasa disebut “simbiosis mutualisme”.
c. Asas Persaingan
Bentuk hubungan di antara unsur-unsur ekologi selain dalam bentuk kerja sama juga dalam
bentuk persaingan. Asas persaingan ini berfungsi mengontrol pertumbuhan suatu unsur
yang terlalu pesat yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.

2.2 Peran Manusia dalam Pembangunan Berbasis Ekologi


Pembangunan mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan hidup. Interaksi antara
pembangunan dan lingkungan hidup membentuk sistem ekologi yang disebut ekosistem.
Manusia, baik sebagai subjek maupun objek pembangunan, merupakan bagian dari
ekosistem.
Pembangunan bertujuan menaikkan tingkat hidup dan kesejahteraan rakyat.
Dapat pula dikatakan sebagai pembangunan bertujuan untuk menaikkan mutu hidup
rakyak. Karena mutu hidup dapat diartikan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidup dasar rakyat dengan lebih baik. Kebutuhan dasar merupakan kebutuhan esensial bagi
hidup kita. Ia terdiri dari atas tiga bagian, yaitu kebutuhan dasar untuk kebutuhan hidup
hayati, kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi dan derajat kebebasan
untuk memilih.
Banyak penelitian menunjukkan,banyak jenis kebutuhan dasar untuk benyak anggota
masyarakat kita belum dapat terpenuhi dengan baik. Misalnya pangan, air bersih,
pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal masih belum dapat tersedia dengan cukup. Dengan
masih belumnya terpenuhi kebutuhan masyarakat, mutu lingkungan hidup masyarakat
masih belum baik. Karena itu pembangunan masih harus diteruskan. Dalam usaha
memperbaiki lingkungan hidup, harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk
mendukung kehidupan pada tingkat yang lebih tinggi tidak menjadi rusak.

2.2.1 Manusia sebagai Subyek dalam Lingkungan


Manusia dilahirkan ke permukaan bumi dengan kelengkapan jasmani dan rohani yang
berbeda dengan makhluk lainnya. Manusia mempunyai akar dan pikiran yang membuatnya
berbeda dengan makhluk lain, sehingga diberi kelebihan memiliki akal-pikiran. Kelengkapan
akal-pikiran ini, manusia mampu menghadapi tantangan berat dan mampu menyelesaikan
masalah dan mampu memanfaatkan lingkunagn dengan sebaik-baiknya.
Sebagai makhluk biologi, manusia lahir menyendiri sebagai seorang individu. Selaku
individu, manusia memiliki potensi-potensi psikologis yang dapat dikembangkan. Untuk
perkembangan itu secara wajar dibutuhkan pertumbuhan jasmani yang baik, untuk
perkembangan dan pertumbuhan, manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan,
baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial dan budaya.
Manusia tidak hanya sebagai makhluk individu, tetapi sebagai makhluk sosial bagi
kehidupan masyarakatnya. Ditinjau dari kondisi lingkungan, manusia di satu pihak menjadi
penjaga dan pelindung lingkungan. Dari keunikan sikap manusia bisa saja manusia menjadi
perusak lingkungan, perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh agar kondisi
lingkungan tidak menjadi bumerang bagi dirinya dan bagi kondisi masyarakat lain.
Diantara manusia dan lingkungannya terjadi interaksi ekologis. Interaksi dapat berlaku
positif dalam arti mengembangkan daya dukung lingkungan dengan dalam menjamin
hidupnya, dapat pula berlangsung negatif dengan pengertian merusak lingkungan tersebut.
Hal ini dapat kita hayati dan dapat kita saksikan secara langsung.
Manusia yang hidup dalam suatu lingkungan, khususnya lingkungan fisis-biologis,
mengadakan interaksi demham lingkungannya. Dari hasil interaksi tadi, diperoleh
pengalaman yang mengembangkan nilai hubungan antar manusia, nilai hubungan antar
manusia dengan lingkungannya, dan bahkan nilai hubungan dengan Tuhan. Nilai tadi
menjaga kelestarian hubungan diantara sesama manusia, hubungan manusia dengan Tuhan
sebagai Khaliknya.
Dari pengalaman yang berkesinambungan dan bermakna bagi kehidupan, khususnya
pengalaman tentang lingkungan, mengembangkan pengetahuan manusia tentang alam
lingkungan. Pengetahuan tadi mengembangkan nilai yang menjaga kelestarian lingkungan
yang menjamin kehidupannya. Nilai yang membentuk keyakinan pada manusia tentang
kelestarian tersebut antara lain pada tabu dan pantangan.
Bentuk tabu dan pantangan itu antara lain mengangkerkan hutan, pohon-pohon tertentu
dan bagian lingkungan perairan tertentu. Tabu yang kita bahas tadi merupakan bentuk
menjaga kelestarian lingkungan. Hal ini juga menunjukkan keunikan manusia yang hidup
didalam lingkungannya. Menjaga dan melestarikan hewan dan tumbuhan juga memiliki
suatu nilai ekologi. Karena merupakan bentuk menjaga kelestarian alam dan menjaga rantai
makanan yang ada di alam agar selalu seimbang.
Banyak kejadian di masa lalu menunjukkan bahwa kurangnya pengertian masyarakat akan
hubungan interaksi antara manusia dengan lingkungan ini dan kurangnya pengertian
tentang sifat-sifat manusia sendiri dapat menyebabkan berbagai bencana yang menimpa
masyarakat sebagai akibat tindakannya sendiri. Hal ini terutama benar bila manusia dilihat
dari segi makhluk yang berbudaya. Dalam konteks ini manusia akan merasakan kebutuhan
akan kekuasaan, kekayaan, pengetahuan, kepuasan yang berkembang secara indefinitif.
Lain halnya, apabila manusia dilihat sebagai makhluk biologis, perasaan lapar atau dahaga
mudah dipenuhi dengan makan dan minum. Dengan sendirinya budaya akan terus
berkembang, lalu pemanfaatan sumber daya alam dan laju peningkatan jumlah dan kualitas
limbah juga bertambah. Apabila dampak intensitas kegiatan ini terhadap kualitas lingkungan
tidak diperhatikan akan terjadi peningkatan taraf pencemaran lingkungan yang akan
mengakibatkan turunnya kesehatan masyarakat. Oleh karenanya, usaha-usaha di bidang
kesehatan lingkungan perlu didasarkan atas pengetahuan ekologi manusia.
Adapun yang dimaksud dengan ekologi manusia adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara setiap segi kehidupan manusia (fiaik, mental, sosial) dengan lingkungan hidupnya
(biofisis, psikososial) secara keseluruhan dan bersifat sintetis. Pengetahuan ekologi manusia
ini merupakan dasar esensiil untuk mengembangkan teknik-teknik baru dalam pengelolaan
lingkungan.
Hubungan ekologi manusia dengan usaha kesehatan lingkungan dapat dianalogkan dengan
hubungan antara ekologi dengan pertanian, kehutanan, dan sebagainya. Sebagai contoh,
ekologi manusia dapat diterapkan dalam berbagai bidang kesehatan sebagai berikut:
a. Dalam ilmu kedokteran pencegahan, meningkatkan daya tahan manusia terhadap faktor
disgenik.
b. Dalam ilmu kesehatan lingkungan meningkatkan daya guna faktor eugenik
(menguntungkan) dan mengurangi pengaruh faktor disgenik (merugikan).
c. Dalam ilmu kedokteran pengobatan membantu meningkatkan kekuatan manusia dalam
melawan faktor disgenik.

2.2.2 Manusia sebagai pelaksana pembangunan


Manusia memiliki banyak akal sehingga manusia bisa mengeluarkan ide sebanyak-
banyaknya untuk meningkatkan keseimbangan lingkungan. Dengan hal yang dimiliki
manusia, manusia melakukan tugasnya untuk menggunakan alam dengan sebaik-baiknya
dan menggunakan akal pikirannya, menjadikan alam ini lebih layak yaitu menggunakan alam
dengan sesuai aturan sehingga manusia memiliki kehidupan yang bersahabat dengan alam.
Manusia diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan umat
manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia. Manusia sebagai
pelaksana pembangunan sama saja dengan tugas manusia sebagai khilafah.
Kemampuan manusia untuk mengubah atau memodifikasi kualitas lingkungannya
tergantung sekali pada taraf sosial budayanya. Masyarakat yang masih primitif hanya
mampu membuka hutan secukupnya untuk memberi perlindungan pada masyarakat
tersebut. Sebaliknya, masyarakat yang sudah maju sosial budayanya dapat mengubah
lingkungan hidup sampai ke taraf yang irreversibel. Gunung-gunung dapat dibelah sesuai
dengan keperluannya, hutan dapat diubah menjadi kota dalam waktu singkat.
Contoh lain, manusia sebagai makhluk hidup selain mendayagunakan unsur-unsur dari alam,
ia juga membuang lagi segala sesuatu yang tidak dipergunakan kembali ke alam. Tindakan
ini akan berakibat buruk bagi manusia apabila jumlah buangan sudah terlampau banyak
sehingga alam tidak dapat lagi membersihkan keseluruhannya (proses self purification
terlampaui)

2.3 Peran Ekologi dalam Pembangunan


2.3.1 Manfaat dan Risiko Lingkungan dalam Pembangunan
Pembangunan tidak saja menghasilkan manfaat, melainkan juga membawa risiko. Kita dapat
melihatnya di sekitar kita. Sungai kita bendung. Dengan bendungan itu kita dapatkan
manfaat listrik, bertambahnya air pengairan dan terkendalinya banjir. Risikonya ialah
tergenangnya kampung dan sawah, tergusurnya penduduk, dan kepunahan jenis tumbuhan
dan hewan. Contoh lainnya adalah batubara, batubara kita manfaatkan untuk
membangkitkan tenaga listrik.
Dengan itu kita mendapatkan risiko pencemaran udara oleh debu, jelaga, dan SO2. Di dalam
pembangunan selalu didapatkan manfaat pada satu pihak dan risiko pada lain pihak.
Pasangan manfaat dan risiko tidak terpisahkan. Pada dasarnya pelaksanaan pembangunan
selalu bersifat dilema. Pandangan kita terhadap dilema ini suka berlainan. Pada umumnya
para pelaksana proyek pembangunan lebih melihat manfaatnya dan mengentengkan
risikonya.
Bagaimanapun baik manfaat maupun risiko harus kita perhitungkan secara berimbang.
Risiko kita terima sebagai biaya manfaat yang kita ambil. Hanya memperhatikan manfaatnya
saja dapat membahayakan lingkungan. Sebaliknya hanya memperhatikan risikonya atau
terlalu membesar-besarkan risikonya akan membuat kita menjadi takut untuk berbuat. Baik
memperhatikan manfaat saja atau sebaliknya memperhatikan risiko saja akan menimbulkan
pertentangan.
Tetapi dengan tidak berbuat sesuatu pun akan ada orang yang setuju dan tidak setuju. Dan
apabila kita tidak berbuat sesuatu, jadi menghentikan pembangunan, kita akan terlanda
oleh risiko lingkungan, sehingga mutu hidup kita akan terus merosot. Karena itu, keputusan
untuk membangun harus diambil. Masalahnya bukanlah membangun atau tidak
membangun, melainkan bagaimana membangun agar sekaligus mutu lingkungan-dan
dengan demikian mutu hidup-dapat terus ditingkatkan. Pembangunan itu berwawasan
lingkungan Analisis Manfaat dan Risiko Lingkungan (AMRIL) merupakan alat untuk
pembangunan yang berwawasan lingkungan.

2.3.2 Tantangan Pembangunan dalam Kaitannya dengan Lingkungan


Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, serta aplikasinya dalam pembangunan
negara, pemanfaatan sumber daya alam akan meningkat. Demikian pula dengan buangan
berbahayanya, sehingga kualitas lingkungan hidup akan terus berubah secara dinamis.
Beban lingkungan dalam menunjang pembangunan akan semakin berat.
Pertumbuhan industri di berbagai bidang serta tekanan terhadap sumber daya alam
menyebabkan timbulnya permintaan, inovasi, dan produksi sumber bahan sintesis, yang
sering tergolong dalam bahan berbahaya, demikian pula buangannya. Industrialisasi akan
membawa serta kebutuhan akan pemukiman tenaga kerja yang terkonsentrasi di daerah
urban/periurban. Kota-kota akan bertambah, baik jumlah maupun besarnya. Dengan
demikian permintaan akan pelayanan kesehatan lingkungan akan bertambah dan semakin
komplex.
Perubahan kualitas lingkungan yang cepat ini merupakan tantangan bagi manusia untuk
dapat menjaga fungsi lingkungan hidup agar tetap normal sehingga daya dukung
kelangsungan hidup manusia di bumi ini tetap lestari, dan kesehatan masyarakat tetap
terjamin.
Oleh karenanya perlu ditumbuhkan strategi baru untuk dapat meningkatkan dan
memelihara kesehatan masyarakat, yakni : setiap aktivitas harus (i) didasarkan atas
kebutuhan manusia, (ii) ditujukan pada kehendak masyarakat, (iii) direncanakan oleh semua
pihak yang berkepentingan, (iv) didasarkan atas prinsip-prinsip ilmiah, dan (v) dilaksanakan
secara manusiawi.
2.3.3 Pembangunan yang Terlanjutkan
Faktor lingkungan yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang terlanjutka ialah i)
terpeliharanya proses kologi yang esensial, ii) tersedianya sumberdaya yang cukup, dan iii)
lingkungan siosial-budaya dan ekonomi yang sesuai. Ketiga faktor itu tidak saja mengalami
dampak dari pembangunan, melainkan juga mempunyai dampak terhadap pembangunan.
Karena itu untuk terlanjutkannya pembangunan tidak cukup untuk melakukan Analisis
Dampak Lingkungan (ADL) yang hanya berlaku untuk perencanaan proyek pembangunan.
Pengelolaan lingkungan untuk pembangunan harus didasarkan pada konsepsi yang lebih
luas. Konsepsi itu harus mencakup dampak lingkungan terhadap proyek, pengelolaan
lingkungan proyek yang sudah operasional dan perencanaan dini pengelolaan lingkungan
untuk daerah yang mempunyai potensi besar untuk pembangunan, tetapi belum
mempunyai rencana pembangunan.
2.3.4 Pengelolaan Proyek Pembangunan yang Memperhatikan Lingkungan
Pengelolaan proyek pembangunan yang biasa kita lakukan ialah secara sektoral. Misalnya,
proyek bendungan untuk PLTA dikelola oleh PLN dan proyek jalan raya oleh Direktorat
Jenderal Bina Marga. Proyek yang besar mempunyai aspek yang banyak. Ambil sebagai
contoh proyek bendungan. Umur bendungan tergantung oleh laju erosi di daerah hulu dan
penyuburan air oleh limbah kota dan desa.
Waduk yang terbentuk akan menggenangi desa, sawah, ladang, dan jalan. Mungkin pula
hutan dan candi akan tergenang. Perkembangan dan sistem pasar rusak. Lapangan
pekerjaan banyak yang hilang. Sementara itu banyak orang tidak mau ditransmigrasikan dan
ingin tinggal di daerah itu. Karena itu tekanan penduduk terhadap lahan meningkat. Bahaya
erosi dan kerusakan tata air bertambah.
Kesulitan pokok ialah siapa yang bertanggung jawab dan harus melakukan penanggulangan
masalah itu? Misalnya, siapa yang harus melakukan pengendalian erosi di daerah hulu?
Siapa yang harus mengusahakan pemukiman kembali penduduk yang tidak mau
bertransmigrasi? Jelas PLN tidak dapat melakukan semuanya sendiri, karena keterbatasan
biaya dan keterbatasan tenaga ahli.
Kecuali itu juga akan bertentangan dengan pembagian tanggung jawab dan tugas aparatur
pemerinahan. Karena itu seharusnya masing-masing masalah itu menjadi tanggung jawab
dinas yang membawahi bidang masalah tersebut. Misalnya pengembangan perikanan untuk
pemukiman kembali dilakukan oleh Dinas Perikanan. Kesulitannya ialah masing-masing
dinas mempunyai program sendiri-sendiri.
Pengelolaan proyek menunjukkan perlunya pendekatan yang holistis terhadap pengelolaan
proyek pembangunan. Proyek itu haruslah dianggap sebagai komponen dalam ekosistem
lingkungan tempat proyek itu dilaksanakan. Komponen lingkungan lainnya yang terkait pada
proyek itu harus dimasukkan dalam perencanaan proyek. Hal ini mengharuskan keikut-
sertaan Bappeda dalam perencanaan proyek pusat, terutama proyek besar seperti
bendungan. Sebagai imbalan terhadap jerih payah Bappeda dan Pemerintahan Daerah
setempat, proyek harus berusaha untuk menyalurkan sebagian manfaat untuk
pembangunan daerah yang ditempati proyek itu.
Dengan demikian proyek tidak saja mempunyai arti penting secara nasional dan regional,
melainkan juga secara lokal. Proyek menjadi kekuatan pendorong pembangunan daerah.
Pemerataan manfaat pembangunan dapat berjalan lebih lancar. Baik pihak proyek, maupun
Pemerintah Daerah saling beruntung. Misalnya, dalam hal bendungan sebagian listrik
disalurkan ke daerah tampung waduk dan daerah hulu sungai yang dibendung untuk
pengembangan industri yang menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk penduduk.
Tingkat kehidupan penduduk meningkat. Tekanan penduduk terhadap lahan turun. Erosi
berkurang. Keselamatan waduk lebih terjamin.
2.3.5 Pendekatan Ekologi pada Pembangunan Masa Mendatang
Akibat pertumbuhan, pertambahan, dan perkembangan manusia, masalah sosial yang
terjadi di masyarakat tidak ada kunjung reda. Usaha manusia mengatasi masalah tadi juga
tidak akan pernah berhenti. Tindakan manusia yang lebih positif dan terarah dalam
mengatasi masalah serta meningkatkan kesejahteraannya adalah dalam bentuk
pembangunan. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia dikenal sebagai pembangunan
yang berwawasan lingkungan.
Mengingat masalah sosial yang tidak akan pernah lenyap, dan mengingat pula bahwa
pembangunan yang menunjang kesejahteraan masyarakat tidak akan pernah berhenti,
maka pendekatan ekologi baik bagi kepentingan preventif, refresif, dan rehabilitatif maupun
untuk pembangunan, tetap akan berperan. Apalagi jika diingat bahwa populasi manusia
akan terus berkembang, sedangkan sumber daya lingkungan cepat atau lambat akan sampai
kepada batas kemampuan daya dukungnya.
Dengan demikian, pendekatan ekologi baik sebagai ANDAL maupun sebagai AMRIL, akan
tetap menempati kedudukan yang penting. Makin tinggi kesadaran manusia akan
pentingnya sumber daya lingkungan mampu menjamin kehidupan, makin penting pula
kedudukan pendekatan ekologi dalam kehidupan ini. Hanya barangkali pada masa yang
akan datang pendekatan ekologi ini akan lebih memanfaatka hasil kemajuan teknologi
canggih, sehingga hasilnya menjadi lebih meyakinkan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ekologi memiliki peranan penting di dalam pembangunan, karena ekologi itu sendiri adalah
hubungan antara makhluk hidup dan lingkungan merupakan bahasan menarik untuk
ditelaah lebih dalam. Di dalam pembangunan itu sendiri, manusia memegang peranan yang
sangat penting untuk melakukan pembangunan berbasis ekologi, karena kodrat manusia
sebagai subyek dalam lingkunan dan pelaksana dalam pembangunan.
Banyak manfaat dan risiko yang akan dialami lingkungan dalam pembangunan, tantangan
pun harus dihadapi untuk terus melakukan pembangunan yang berkelanjutan, sehingga
pendekatan ekologi harus dilakukan dalam setiap melakukan pembangunan, terutama yang
berhubungan dengan lingkungan. Sehingga pembangunan terus berlanjut agar mutu dan
kualitas hidup terjamin, serta lingkungan pun tidak akan rusak dengan pembangunan yang
terus berjalan mengikuti arus waktu.
3.2 Saran
Pemerintah seharusnya sudah mulai berbenah diri untuk fokus pada kebijakan
pembangunan yang berbasis ekologi. Kebijakan-kebijakan pembangunan di Indonesia
haruslah mengutamakan dan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Oleh karena itu,
pembangunan berbasis ekologi sangat penting untuk dibahas dan juga diwujudkan.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarwoto, Otto, 1991, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Jakarta : PT.
Penerbit Djambatan.
Soeriaatmadja,R.E, 1997, Ilmu Lingkungan, Bandung : ITB.
Slamet, Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gadjahmada University
Press.
Sumaatmadja, Nursid DR., 1989, Studi Lingkungan Hidup, Bandung : PT. Alumni.

Anda mungkin juga menyukai