Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ISLAM DAN PERADABAN MELAYU

SEJARAH PERKEMBANGAN DAN DINAMIKA ISLAM MELAYU


DI KAWASAN NUSANTARA ( JAWA, KALIMANTAN, SULAWESI )

Disusun Oleh :
Kelompok 9
1. Dewi Rukmana (1930201165)
2. Nabila Oktarina (1930201188)
3. Kurnia Pebriyani (1930201195)

Dosen Pengampu :
Dr. Maryamah, M.Pd.I.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2021
KATA PENGANTAR

‫َّحي ِْم‬
ِ ‫من الر‬ ِ ْ‫بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،
َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬. َ‫ف األَ ْنبِيَاء َو ْال ُمرْ َسلِ ْين‬
‫صحْ بِ ِه‬ ِ ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى أَ ْش َر‬
َّ ‫ َوال‬. َ‫ْال َح ْم ُد هللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬
‫ أَ َّما بَعْد‬، َ‫أَجْ َم ِع ْين‬
Dengan nama Allaah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allaah SWT yang telah memberi Taufiq, Hidayah, dan Rahmat-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Sejarah Perkembangan
dan Dinamika Islam Melayu di Kawasan Nusantara (Jawa, Kalimantan,
Sulawesi )”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Islam
dan Peradaban Melayu. Sehubungan dengan tersusunnya makalah ini kami
menyampaikan terima kasih kepada Ibu Dr. Maryamah, M.Pd.I. selaku dosen
pengampu mata kuliah tersebut.
Makalah ini dibuat dengan tujuan dapat memberikan pengetahuan kepada si
pembaca. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, November 2021

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................................ ..1

B. Rumusan Masalah...................................................................................2

C. Tujuan..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melayu Di Jawa................3

B. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melayu Di Kalimantan......4

C. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melayu Di Sulawesi..........6

D. BAB III PENUTUP

KESIMPULAN………………………………………………………………………9

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah Islam dari Makkah al Mukaromah melewati rentang waktu sampai ke


kepulauan Nusantara telah menghasilkan kajian penelitian yang banyak, tetapi selalu
menarik untuk dipelajari, dikaji, sehingga muncul lagi buku hasil kajian baru
masuknya Islam ke Nusantara, tidak jemu-jemu mempelajari sejarah nusantara dan
akan memperkaya pemahaman sejarah yang selalu menemukan hal-hal baru yang
menarik yang berbeda dari buku-buku sejarah lainnya.

Penyebaran Islam ke berbagai tempat di seluruh penjuru bumi dibawa oleh para
pedagang muslim, termasuk di Nusantara. Islam menyebar dengan damai, diterima
dengan baik oleh pribumi melalui berbagai jalan dakwah yang menyejukkan, seperti
perkawinan, akulturasi budaya, perdagangan dan lain sebagainya.

Awal-mula masuknya Islam ke Nusantara, bagian ini akan mengantarkan kita


pemahaman awal-mula masiknya Islam ke Nusantara, mulai dari pembawanya,
waktu, jalur, dan media yang digunakan Islam masuk ke Nusantara dan menyebar ke
sebagian besar Nusantara hingga menjadi agama dengan penganut terbesar saat ini
tentu saja tidaklah mudah, tetapi melalui proses yang sangat panjang dan militan.
Islam masuk ke Nusantara berawal dari wilayah pesisir yang kemudian bergerak ke
pedalaman ini, penyebaran Islam diambil alih dan dilakukan oleh ulama. Masuknya
Islam ke Nusantara ada 4 teori yang mendasarinya yang masing-masing mempunyai
pendukung dan kelemahannya, Teori Gujarat, Teori Makkah, Teori Persia, Teori
Tiongkok, setiap teori tersebut saling melengkapi teori yang lain, betapa luas
masuknya Islam ke Nusantara dari berbagai arah dan inilah yang memperkaya Islam
Nusantara. Teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara ada 3 pada abad ke 7, abad
ke 11, abad ke 13, pada abad ke 7 Islam sudah mulai masuk ke Nusantara, tetapi
belum berkembang, abad 11 mulai ada pemukiman Muslim di pelabuhan sebagai
pusat perdagangan, abad ke 13 mulai ada kerajaan Islam yang pertama yaitu di
samudera pasai.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu di jawa ?

2. Bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu di kalimantan ?

3. Bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu di sulawesi ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu


di jawa

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu


di kalimantan

3. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan dan dinamika islam melayu


di sulawesi

BAB II

PEMBAHASAN

2
A. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melayu Di Jawa

Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara, pada sejarah penyebaran Islam di Jawa,


Jawa adalah yang kedua memperoleh cahaya Islam, sekitar abad ke 10 Islam sudah
ada di Jawa dibuktikan dengan makam Fatimah binti Maemun di Leran Jawa Timur,
tetapi baru berkembang mulai abad ke 13, penyebaran Islam di Jawa berkembang
pesat setelah berdirinya kesultanan Demak Bintoro oleh Raden Pattah dibantu oleh
para Wali Sanga, dakwah selanjutnya dilakukan oleh ulama yang mendapat sebutan
Wali Sanga, penyebaran Islam pertama di pesisir utara Jawa setelah masyarakat
pesisir mengikuti Islam barulah para ulama Wali Sanga menyebarkan Islam ke ke
pedalaman selatan Jawa, masyarakat Jawa memeluk Islam tanpa ada kekerasan
ataupun peperangan.

Tanah Jawa terbentang ke arah Timur laut dan sedikit ke arah Selatan. Sejauh 105
derajat 11’ sampai 114 derajat 33’ Lintang Timur dan sedikit kearah Selatan. Di
Daerah Selatan dan Barat perbatasan dengan Samudera Hindia, arah Timur laut di
batasi Selat Sunda yang memisahkannya dengan Samatera dengan jarak ujung hanya
14 mil, dan di arah Tenggara di batasi selat Bali selebar 2 mil, yang memisahkan
dengan pulau Bali.1 Masyarakat Jawa atau lebih tepatnya suku bangsa Jawa, secara
antropologi budaya adalah orang-orang yang dalam hidup kesehariannya
menggunakan bahasa Jawa dengan berbagai ragam dialeknya secara turun-temurun.
Masyarakat Jawa adalah mereka yang bertempat tinggal di daerah Jawa Tengah dan
Jawa Timur, serta mereka berasal dari kedua daerah tersebut.2

Ciri masyarakat Jawa adalah berkeTuhanan. Suku bangsa Jawa sejak masa
prasejarah telah memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme. Animisme yaitu
suatu kepercayaan tentang adanya roh atau jiwa pada benda-benda, tumbuh-
tumbuhan, hewan dan juga pada manusia sendiri. Dinamisme yaitu kepercayaan
bahwa apa yang telah mereka bangun adalah hasil dari adaptasi pergulatan dengan
alam. Kekuatan alam disadari merupakan penentuan dari kehidupan
seluruhnya.3Paham animisme dianggap sebagai pilar pengenalan Tuhan. Paling tidak,
orang Jawa akan menghayati yang menguasai animis (anima) atau roh. Salah satu
getaran yang sering memojokan orang Jawa adalah paham animisme. Animisme jawa
1
Rachmad Abdullah, Walisongo, (Solo: Al Wafi, 2015), P. 50
2
Darori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa, (Jogjakarta: Gema
Media, 2002), P 3
3
Darori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa…, P. 5-9
3
adalah agama asli. Agama ini ada sejak orang jawa mengenal siapa Tuhan dan alam
sekitarnya. Pengenalan Tuhan, tentu diawali dengan proses panjang yang disebut
Laku. Sayangnya, di negeri ini masih ada anggapan minir terhadap paham animisme.4

B. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melayu Di Kalimantan

Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara, pada penyebaran Islam di Kalimantan.


Penyebaran Islam di Kalimantan dapat dibagi menjadi tiga yakni dakwah Islam di
kalimantan Barat yang dilakukan oleh ulama dari Sumatera dan Hadramaut, dakwah
Islam di kalimantan selatan oleh Wali Sanga dan murid Wali Sanga dari Jawa,
dakwah Islam di Kalimantan Timur oleh Datori Bandang dan Tuan Tunggang
Parangan.dari Sulawesi Selatan, menariknya Islam sampai ke Kalimantan melalui 3
daerah berbeda walaupun tidak ada kerjasama diantara mereka tetapi tujuan sama
yaitu sampainya dakwah Islam di bumi kalimantan.

Masuknya Islam di Kalimantan berasal dari dua sumber yaitu, Malaka (dari
Barat) dan Jawa (dari Selatan). Proses Islamisasi di pulau Kalimantan secara efektif
baru dimulai pada sekitar abad 15-16 Masehi. Berkembangnya Islam di Kalimantan
turut menggeser eksistensi agama Hindu-Buddha dan berdampak pada munculnya
kerajaan Islam di Kalimantan.

Berikut kerajaan-kerajaan Islam di Kalimantan:

Kerajaan Sukadana

Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012)


karya Daliman, kerajaan Sukadana berdiri pada sekitar awal abad 17 Masehi oleh
Muhammad Safiudin.Kerajaan ini terletak di bagian Barat Daya pulau Kalimantan.
Islamisasi kerajaan Sukadana dilakukan oleh ulama-ulama dari kerajaan Demak.
Selain dari Jawa, Islamisasi di kerajaan ini juga dilakukan oleh pedagang-pedagang
Islam dari luar negeri.

Kerajaan Sukadana bercorak ekonomi maritim dan pertambangan. Kerajaan ini


terkenal dengan hasil tambang emas, perak dan intan. Masyarakat kerajan Sukadana
4
Suwardi Endraswara, Agama Jawa (Jakarta: Pt. Buku Seru, 2015),
P.180.
4
telah mampu mengolah logam mulia dan batu mulia menjadi perhiasan-perhiasan
dengan nilai jual yang tinggi. Ibu Kota kerajaan Sukadana memiliki reputasi sebagai
pusat kerajinan intan terbaik di kawasan laut Nusantara.

Kerajaan Banjar

Kerajaan Banjar telah berdiri sebelum Islam masuk di Indonesia. Dalam buku
Islam di Indonesia (1974) karya Harry J Benda, disebutkan bahwa kerajaan ini
dulunya merupakan kerajaan Hindu yang berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Pasca keruntuhan Majapahit, Banjar menjalin perjanjian dengan kerajaan Demak


untuk menaklukan kerajaan Negara Dana. Sebagai balasannya, Kerajaan Demak
meminta Raden Samudra untuk memeluk Islam dan Kerajaan Banjar menjadi daerah
vassal (bawahan) dari Demak.

Pada masa Sultan Tahmidillah, terdapat seorang ulama besar dalam masyarakat
Islam Banjar. Ia mampu menyiarkan agama Islam hingga pedalaman Kalimantan.
Kerajaan Banjar terletak di pesisir Kalimantan Selatan. Ibu Kota dari kerajaan Banjar
adalah Banjarmasin. Kota ini terletak di muara Sungai Barito, sehingga
memungkinkan kapal-kapal besar untuk berlabuh atau transit di sana. Kerajaan ini
memiliki corak ekonomi perdagangan maritim dan pertambangan. Komoditas utama
dari kerajaan Banjar adalah intan, emas dan perak.

Letak kerajaan Banjar yang strategis menjadi keuntungan bagi sektor


perekonomian mereka. Kerajaan Banjar memiliki pelabuhan internasional yang
dijadikan sebagai tempat transit kapal-kapal dagang dari Asia Timur dan Asia Selatan.

C. Sejarah Perkembangan Dan Dinamika Islam Melay Di Sulawesi

Sejarah Penyebaran Islam di Nusantara, pada penyebaran Islam di Sulawesi.


Rakyat Sulawesi mengenal Islam melalui para juru dakwah dari tanah Jawa peran
Wali Sanga sangat berperan yaitu melalui Sunan Giri di Gresik banyak para santrinya
dari Sulawesi dan Indonesia timur dari merekalah Islam menyebar ke Sulawesi. Juru
dakwah dari tanah sumatera juga sangat berperan dalam mengislamkan sulawesi
mereka adalah Dato ri Tiro, Dato ri Bandang, Dato Patimang, perkembangan pesat

5
Islam di Sulawesi pada masa kerajaan Gowa-Tallo dipimpin oleh Sultan Alauddin
yang diikuti oleh kerajaan taklukannya.

Sulawesi, terutama bagian selatan, sejak abad ke-15 M sudah didatangi para
pedagang Muslim dari Malaka, Jawa, dan Sumatra. Khusus kedatangan Islam di
Sulawesi Selatan agak terlambat jika dibandingkan dengan daerah-daerah lainnya di
nusantara, seperti Kalimantan, Sumatra, Jawa, dan Maluku.

Hal ini disebabkan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan, terutama Kerajaan


Lawu, Gowa dan Tallo sebagai cikal bakal wilayah tempat masuknya Islam, barulah
dikenal sebagai kerajaan besar yang berpengaruh dan menjadi kerajaan dagang pada
akhir abad XVI atau awal abad XVII.

Menurut Nasrudin, dalam jurnalnya yang berjudul Peranan Raja La


Maddaremmeng Dalam Penyebaran Islam di Bone, latar belakang kedatangan Islam
di Sulawesi Selatan bermula dari adanya hubungan harmonis antara raja-raja di
daerah ini dan berbagai raja di nusantara yang telah lebih dahulu menerima Islam.

Dalam Lontara Gowa disebutkan bahwa raja Gowa di Makassar telah menjalin
persahabatan dengan raja-raja Melayu di Aceh, Johor, Malaka, Pahang, ataupun
Patani. Demikian pula dengan kerajaan-kerajaan lainnya, seperti Banten, Banjar, dan
Ternate.

Lebih lanjut, J Noorduyn dalam Islamisasi Makassar menetapkan 1606 sebagai


tahun mulainya masyarakat Sulawesi Selatan memeluk agama Islam. Namun, terdapat
versi lain yang menjelaskan bahwa Islam sudah ada di Sulawesi Selatan dan oleh
perorangan-perorangan yang telah mempelajarinya sebelum agama itu dengan resmi
dinyatakan sebagai agama Kerajaan Gowa dan Tallo pada 9 November 1607 M.

Sebagai konsekuensinya, Islam selanjutnya disebarkan secara masif kepada


masyarakat, termasuk kepada kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan ketika
itu. Penyebaran Islam ke berbagai daerah di nusantara tidaklah berlangsung secara
bersamaan. Menurut Lontara Pattorioloang (Lontara sejarah), nantilah pada masa
pemerintahan Raja Gowa X (1546-1565), Tonipalangga, baru ditemukan sebuah
perkampungan Muslim di Makassar.

Penduduknya terdiri atas para pedagang Melayu yang berasal dari Campa, Patani,
Johor, dan Minangkabau. Pada masa pemerintahan raja berikutnya, Tonijallo (1565-
6
1590), telah berdiri sebuah masjid di Mangallekanna, tempat para pedagang itu
bermukim.

Sementara itu, Ahmad M Sewang, dalam bukunya yang berjudul Islamisasi


Kerajaan Gowa: abad XVI sampai abad XVII menjelaskan, penerimaan Islam Raja
Gowa dan Tallo, seperti termuat dalam Lontara terjadi pada malam Jumat, 9 Jumadil
Awal 1014 H/22 September 1605 M, yang ditandai dengan kedatangan tiga orang
datuk atau Datuk Tallua (Makassar) atau Datuk Tellue (Bugis).

Mereka berasal dari Koto Tengah Minangkabau. Orang pertama yang menerima
Islam adalah mangkubumi Kerajaan Gowa yang juga menjabat sebagai raja Tallo,
bernama I Malingkang Daeng Manyonri. Dia kemudian mendapat nama Islam, Sultan
Abdullah Awwalul-Islam.

Pada saat yang sama, Raja Gowa XIV, I Mangarangi Daeng Manrabia, juga
menyatakan keislamannya yang kemudian diberi nama Sultan Alauddin. Peristiwa
masuknya Islam raja Gowa merupakan tonggak sejarah dimulainya penyebaran Islam
di Sulawesi Selatan. Karena setelah itu terjadi konversi ke dalam Islam secara besar-
besaran.

Konversi itu ditandai dengan dikeluarkannya sebuah Dekrit Sultan Alauddin pada
9 November 1607 untuk menjadikan Islam sebagai agama kerajaan dan agama
masyarakat. Sampai di sini penerimaan Islam berlangsung secara damai, tetapi
masalah timbul setelah raja Gowa menyerukan Islam ke kerajaan-kerajaan tetangga.
Tiga kerajaan Bugis yang tergabung dalam aliansi Tellunpoccoe menolak seruan itu
sehingga terjadi perang antara Kerajaan Makassar yang terdiri atas Kerajaan Gowa
dan Tallo dan Kerajaan Bugis yang terdiri atas kerajaan Bone, Soppeng, dan Wajo.
Perang tersebut menurut Lontara Bugis sebagai Musu sellenge yang oleh Christian
Pelras diterjemahkan dengan Islamic Wars.

7
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Penyebaran Islam ke berbagai tempat di seluruh penjuru bumi dibawa oleh para
pedagang muslim, termasuk di Nusantara. Islam menyebar dengan damai, diterima
dengan baik oleh pribumi melalui berbagai jalan dakwah yang menyejukkan, seperti
perkawinan, akulturasi budaya, perdagangan dan lain sebagainya.

Awal-mula masuknya Islam ke Nusantara, bagian ini akan mengantarkan kita


pemahaman awal-mula masiknya Islam ke Nusantara, mulai dari pembawanya,
waktu, jalur, dan media yang digunakan Islam masuk ke Nusantara dan menyebar ke
sebagian besar Nusantara hingga menjadi agama dengan penganut terbesar saat ini
tentu saja tidaklah mudah, tetapi melalui proses yang sangat panjang dan militan.
Islam masuk ke Nusantara berawal dari wilayah pesisir yang kemudian bergerak ke
pedalaman ini, penyebaran Islam diambil alih dan dilakukan oleh ulama. Masuknya
Islam ke Nusantara ada 4 teori yang mendasarinya yang masing-masing mempunyai
pendukung dan kelemahannya, Teori Gujarat, Teori Makkah, Teori Persia, Teori
Tiongkok, setiap teori tersebut saling melengkapi teori yang lain, betapa luas
masuknya Islam ke Nusantara dari berbagai arah dan inilah yang memperkaya Islam
Nusantara. Teori awal mula masuknya Islam ke Nusantara ada 3 pada abad ke 7, abad
ke 11, abad ke 13, pada abad ke 7 Islam sudah mulai masuk ke Nusantara, tetapi
8
belum berkembang, abad 11 mulai ada pemukiman Muslim di pelabuhan sebagai
pusat perdagangan, abad ke 13 mulai ada kerajaan Islam yang pertama yaitu di
samudera pasai.

DAFTAR PUSTAKA

Baso, Ahmad. 2015. Islam Nusantara: Ijtihad Jenius & Ijma’ Ulama
Nusantara, Jilid I. Jakarta:
Pustaka Afid Jakarta

Darori Amin, Islam Dan Kebudayaan Jawa, (Jogjakarta: Gema


Media, 2002).

Rachmad Abdullah, Walisongo, (Solo: Al Wafi, 2015).

Suwardi Endraswara, Agama Jawa (Jakarta: Pt. Buku Seru, 2015)

Daftar Website

https://amp-kompas
com.cdn.ampproject.org/v/s/amp.kompas.com/skola/read/2020/10/30/160159269/kera
jaan-islam-di-kalimantan?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQKKAFQArABIIACAw%3D
%3D#aoh=16354684228668&csi=1&referrer=https%3A%2F
%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s

https://m.republika.co.id/berita/odp2g19/tumbuh-kembang-islam-di-sulawesi

Anda mungkin juga menyukai