Disusun Oleh:
KELAS A
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat
kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam
serta juga untuk khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta informasi
yang semoga bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan
masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini
mohon kritik, saran dan pesan dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen Mata
Kuliah Sejarah Peradaban Islam yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kontemporer di Asia Tenggara ................... 6
2.1.1 Sejarah Islam di Asia Tenggara .......................................................................... 6
2.1.2 Kemajuan Agama Islam Asia Tenggara ............................................................. 7
2.1.3 Modernisasi Islam Asia Tenggara ...................................................................... 8
2.2 Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kontemporer di Eropa ................................... 8
2.2.1 Sejarah Islam di Eropa ....................................................................................... 8
2.2.2 Kemajuan Islam Eropa ...................................................................................... 9
2.2.3 Modernisasi Islam Eropa .................................................................................... 10
2.3 Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kontemporer di Anak Benua India .............. 11
2.3.1 Sejarah Islam di Anak Benua India .................................................................... 11
2.3.2 Kemajuan Islam Anak Benua India .................................................................... 12
2.3.3 Modernisasi Islam Anak Benua India................................................................. 15
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Sejarah Islam di Asia Tenggara
2. Untuk Mengetahui Kemajuan Agama Islam Asia Tenggara
3. Untuk Mengetahui Modernisasi Islam Asia Tenggara
4. Untuk Mengetahui Sejarah Islam di Eropa
5. Untuk Mengetahui Kemajuan Islam Eropa
6. Untuk Mengetahui Modernisasi Islam Eropa
7. Untuk Mengetahui Sejarah Islam di Anak Benua India
8. Untuk Mengetahui Kemajuan Islam Anak Benua India
9. Untuk Mengetahui Modernisasi Islam Anak Benua India
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah Islam di Asia Tenggara, khususnya pada masa awal, luar biasa galau dan
rumit. Kegalauan dan kerumitan itu bukan hanya disebabkan oleh kompleksitas di sekitar
sosok islam itu sendiri sebagaimana direfleksikan oleh kaum muslimin di kawasan ini, baik
melalui historiografi dan pengkajian-pengkajian sejarah Islam dengan berbagai aspeknya di
Asia Tenggara yang dilakukan kalangan sejarawan asing maupun pribumi. Mereka pun
hingga kini belum mampu merumuskan suatu paradigma historis yang dapat dijadikan
pegangan bersama. Terdapat perbedaan-perbedaan dasar di kalangan para ahli dalam
mengkaji Islam di Asia Tenggara, yang kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain.
Di kalangan masyarakat pribumi sebenarnya tidak kurang pula terdapat historiografi
berupa hikayat, silsilah, babad, cerita, syair dan lain-lain yang mengungkapkan
perkembangan awal Islam diberbagai kawasan Asia tenggara. Namun, para ahli seperti John
menilai bahwa kebanyakan literatur melayu seperti itu mempunyai nama yang kurang baik,
bukan hanya karena selintas tidak menarik, tetapi bahkan gayanya sulit dijelaskan.
Menurutnya, kategori-kategori barat semacam roman, balada, dongeng, kronik (risalah) atau
sejarah tidak cukup memadai untuk memberikan kerangka yang jelas mengenai karya-karya
melayu ini.
Para pengembara atau wartawan Barat menulis tentang Asia Tenggara, khususnya
bukanlah para ahli. Mereka umumnya membuat catatan-catatan berdasarkan kunjungan
singkat dan kebanyakan mengamati dari daerah perkotaan, sehingga mereka sebenarnya tidak
banyak tahu tentang keadaan nyata penduduk pedesaan, pola-pola sosial mereka dan lain-
lainnya.
Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori besar:
1) Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari arab, atau tepatnya
Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De
Hollander (1861), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari
arab, meskipun ia menyebut adanya hubungan dengan orang-orang “Mohammedan” di India
Timur.
2) Teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India, pertama kali dikemukakan
oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan
Sulaiman, Marco Polo, dan Ibnu Battuta, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang
bermadzhab Syafi‟i dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia
Tenggara.
3) Teori Fatimi, menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh). Islam
muncul pertama kali di Semenanjung Malaya, dari arah pantai timur, bukan dari barat
(Malaka) pada abad ke-11 melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu.
Beberapa ahli sejarawan menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama
karena penafsiranya atas prasasti yang ada dinilai merupakan “perkiraan liar belaka”.
Kedatangan Islam sejak abad 7 sampai abad ke-12 di beberapa daerah Asia Tenggara
dapat dikatakan baru pada tahap pembentukan komunikasi Islam yang terutama terdiri dari
para pedagang. Abad ke-13 sampai abad ke-16, terutama dengan munculnya kerajaaan
bercorak Islam, merupakan kelanjutan dari penyebaran Islam. Perlu dibedakan antara tahap
kedatangan, penyebaran, dan pembentukan struktur pemerintahan atau kerajaan. Ketiga tahap
tersebut memerlukan waktu dan proses yang panjang, tergantung pada situasi dan kondisi
masyarakat yang dihadapi Islam.
Apabila gelombang pertama hanya menghasilkan komunitas Muslim yang terutama
terdiri dari pedagang Muslim dan penyebaran Islam yang sangat terbatas, pada gelombang
kedua, yang dimulai sejak abad ke-13, penyebaran Islam lebih mantab dan meluas. Hal ini
bisa dilihat dengan berdirinya kerajaan Islam. Kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara pada
abad ke-13 di pesisir utara Aceh Utara, tepatnya di daerah Lhokseomawe. Sejak kerajaan
Samudera Pasai tumbuh dan berkembang, yang umumnya diterima para ahli sejarah sebagai
kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara yaitu sejak abad ke-13 sampai akhir abad ke-16,
pelayaran dan perdagangan antara Muslim dari Arab, Persia, Irak, India Selatan, dan Srilanka
semakin ramai. Mereka bukan hanya mendatangi ibukota kerajaan Samudera Pasai, tetapi
juga meneruskan pelayaran dan perdagangannya ke negeri-negeri lain di kawasan Asia
Tenggara. Dari sinilah Islam di Asia Tenggara memperlihatkan kemajuan dan
perkembangannya.
Telah disepakati bahwa Islam pada mulanya mendapatkan kubu-kubu terkuatnya di
kota pelabuhan, seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan lainya di pesisir
utara Jawa. Berangkat dari teori bahwa Islam pada dasarnya adalah urban (perkotaan) dan
bahwa peradaban Islam pada hakekatnya adalah (juga) urban. John menyatakan bahwa proses
Islamisasi di Nusantara bermula dari kota-kota pelabuhan yang ada. Di perkotaan itu sendiri,
Islam adalah fenomena istana. Istana kerajaan menjadi pusat pengembangan intelektual Islam
atas perlindungan resmi penguasa, yang kemudian memunculkan tokoh-tokoh ulama‟
intelektual terkenal semacam Hamzah Fansuri, Shams al-Din Pasai, Nur al-Din al-Raniri, dan
„Abd al-Ra‟uf al-Singkili. Tokoh-totkoh ini mempunyai jaringan keilmuan yang luas baik
dalam maupun luar negeri, sehingga menunjang pengembangan Islam dan gagasan mereka
sendiri. Jaringan keilmuan semacam ini kemudian semakin diperkuat dan diperkaya terutama
sejak abad ke-17 oleh tarekat-tarekat tasawwuf yang berkembang luas di Nusantara. Karakter
organis yang inheren dalam jaringan semacam ini memberikan momentum yang terus-
menerus bagi pengembangan Islam.
Penyebaran dan pengaruh pembaharuan Islam modern di Asia Tenggara sejak awal
abad ke-20 dipelopori oleh gagasan pembaharuan Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad
Abduh menjadi lebih tersebar luas di seluruh Dunia Islam, tatkala seorang murid Muhammad
Abduh yang bernama Muhammad Rasyid Ridha (1865–1935) menerbitkan majalah Al-
Manar di Mesir. Majalah Al-Manar inilah yang secara kongkrit menjabarkan ide-ide
Jamaluddin al-Afghani dan Muhammad Abduh, serta berpengaruh langsung kepada gerakan
modernisme Islam di Asia Tenggara pada awal abad ke-20.
Tidak diragukan lagi bahwa media cetak merupakan perangkat yang instrumental
dalam penyebaran ide-ide kaum pembaru atau moderrnis di Asia Tenggara, terutama di
Dunia Melayu-Indonesia. Dalam konteks ini, kita bisa dengan tepat menempatkan jurnal Al-
Manar yang secara signifikan memengaruhi wacana pembaruan Islam. Jurnal ini tidak hanya
memengaruhi secara langsung penyebaran pembaruan Islam lewat artikel-artikelnya, tetapi
yang tak kurang pentingnya juga merangsang penerbitan jurnal dengan semangat yang sama
di Asia Tenggara, terutama di kawasan Melayu-Indonesia.
Islam masuk ke Eropa melalui jalur kekuasaan yakni pada masa daulat Bani Umayah,
dibawah kepemimpinan Khalifah Al Walid dan yang berkedudukan di Damaskus. Pada saat
itu, Khalifah Al walid mengirimkan pasukan ke Afrika Utara untuk memperluas wilayahnya.
Pada sekitar tahun 709 masehi, Mus bin Nusyair yang saat itu menjabat sebagai Gubernur
Afrika mengutus Thariq bin Ziad beserta pasukannya mengadakan penjajakan wilayah ke
daerah benua Eropa yakni Spanyol dan ternyata pasukan tersebut berhasil menduduki
wilayah Spanyol tanpa melakukan perlawanan yang berarti. Selanjutnya pada tahun 710,
Thariq bin Ziad dan pasukannya yang mayoritas merupakan masyarakat Arab dan barbar
mengulangi misinya untuk memperluas wilayah dengan menyebrangi laut Tengah menuju
daratan Spanyol dan ia serta pasukannya mendarat pada suatu bukit yang kemudian
dinamakan jabal Thariq atau yang dikenal dengan nama Gibraltar.
Pasukan Thariq bin Ziad harus berperang melawan pasukan Raja Spanyol yakni Raja
Roderick dan peperangan tersebut berlangsung selama delapan hari dan akhirnya
dimenangkan oleh pasukan Islam sedangkan raja Roderick dan pengikutnya melarikan diri ke
arah barat laut. Wilayah Spanyol yang dikuasai diantaranya adalah Archidona, Toledo, dan
Granada kemudian berhasil ditundukkan, dan Musa bin Nusyair menyusul ke Spanyol.
Selanjutnya dengan bantuan pasukan Spanyol yang tersisa dan dukungan rakyat Spanyol
yang tertindas oleh Roderick, Pasukan Islam berhasil menguasai Prancis dan negara-negara
tetangganya hingga ke Skandanavia, Jerman, Polandia, Albania Hongaria, rumania, dan
Bulgaria.
Selama delapan abad umat islam memerintah di Spanyol, banyak sejarah dan kemajuan yang
telah dicapai mengingat delapan abad bukanlah waktu yang singkat. Umat islam berhasil
membawa sejarah yang baik bagi penduduk Spanyol karena mereka tidak memperlakukan
penduduk Spanyol sebagai jajahan dan berlaku-semena-mena. Pemerintahan islam
memperlakukan penduduk Spanyol dengan baik dan tidak membatasi kegiatan mereka. Hal
inilah yang menyebabkan Spanyol memiliki catatan sejarah yang lebih baik dibandingkan
dengan sejarah negara Eropa lainnya. Berikut ini adalah beberapa kemajuan yang ditorehkan
umat muslim kala itu.
1. Sejarah agama islam mencatat pada masa itu pemerintahan islam diEropa banyak
melahirkan ulama besar seperti Imam Al Auza‟i, seorang tokoh ilmu Fiqih, dan juga
ulama-ulama lain di bidang tasawuf, fikih, hadits dan sebagainya.
2. Lahirnya filsuf dan ilmuwan islam seperti Ibnu Rusydi, seorang filusuf dan ahli di
bidang kedokteran. Serta beberapa ahli astronomi terkenal seperti Al Irqali dari
Toledo dan Al Majriti dari Kordoba dan Ibnul Aflah dari Sevilla.
3. Di masa pemerintahannya, islam mewariskan berbagai bangunan indah sebagai karya
di bidang arsitektur seperti Istana Ja‟fariah, Istana Al Hamra di Granada, Masjid
Cordova, Masjid Sevilla dan Tembok Toledo, serta Istana Al makmun. Masjid kala
itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunaikan shalat wajib, shalat jum‟at akan
tetapi kegiatan lain seperti zakat (baca penerima zakat dan syarat penerima zakat)
serta tempat pengajaran Alqur‟an
Setelah masa penjajahan tersebut dimulai maka hubungan negara Eropa dengan islam
terputus dan hal ini terjadi sebelum abad ke delapan belas. Setelah banyak negara islam dan
daerah yang lepas dari penjajahan bangsa Eropa barulah hubungan tersebut dimulai kembali.
Abad tersebut kemudian dikenal dengan nama abad kebangkitan. Banyaknya imigran muslim
yang merantau dan menetap di Eropa selanjutnya menjadi cikal bakal berkembangnya islam
di zaman modern. Tidak hanya itu banyak pelajar muslim yang kemudian pergi dan menetap
di Eropa untuk menuntut ilmu. Kemudian berdirilah organisasi islam yang disebut Young
Muslim Association in Europa (YMAE). Organisasi tersebut bertanggung jawab untuk
mengembangkan dakwah dan upaya mengenalkan islam kepada masyarakat Eropa.
Banyaknya masjid dan makanan halal yang tersedia di Eropa adalah salah satu bukti
berkembangnya islam di benua ini.
Saat ini islam sudah banyak mengalami kemajuan di negara-negara Eropa dan banyak
masyarakat Eropa yang sudah menganutnya. Meskipun beberapa negara bertindak semena-
mena dan melarang muslim melakukan kewajibannya seperti Prancis yang melarang
warganya terutama wanita untuk mengenakan hijab (baca wanita dalam islam, kedudukan
wanita dan peran wanita dalam islam). Meskipun demikian, tetap saja hal ini tidak
menggentarkan iman dan keinginan mereka untuk tetap istiqamah melaksanakan perintah
Allah SWT dan menjahuhi larangannya.
2.3 Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Kontemporer di Anak Benua India
Islam diperkirakan masuk ke India pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Dalam rangka
perluasan wilayah Islam, Khalifah Umar bin Khattab dan Usman bin Affan pernah
merencanakan untuk menaklukkan India. Namun rencana itu baru bisa dilaksanakan secara
efektif pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada masa itu
awal dari kekuasaan Islam di India. Barulah gubernur Irak yang bernama Hajjaj bin Yusuf
As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik yang mengirimkan
eksepedisi untuk menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh suatu kelompok yang
dilakukan Raja Dahir (salah seorang penguasa di Sind) pada tahun 706 di Dybut (dekat
karachi sekarang). Kapal-kapal yang dirampok tersebut berisi hadiah tanda persahabatan Raja
Sri Lanka kepada khalifah al-Walid bin Abdul Malik. Eksedisi yang dipimpin oleh seorang
jendral perang yang berusia delapan belas tahun bernama Muhammad bin Qasim dan sejak,
itu Muhammad bin Qasim berhasil menguasai Dibul dan membebaskan para sandera. Bahkan
Raja Dhahir sendiri terbunuh dalam pertempuran tersebut. Kemudian pada 713, wilayah
Multan dikuasai Muhammad Qasim dan sejak itu Muhammad Qasim menjadi seorang
gubernur Sind untuk pemerintahan Umayyah. Kecakapannya memimpin Sind mendorong
banyak orang India masuk Islam.
Setelah Muhammad bin Qasim, ada 10 gubernur dari pemerintahan Umayyah dan 30 dari
gubernur dari pemrintahan Abbasiyah yang melanjutkan kekuasaan Islam di India sejak itu
melalui kontak senjata antara penguasa Hindu India dan penguasa Islam di berbagai wilayah
dekat India, secara bertahap bermunculan berapa wilayah kekuasaan Islam di daerah ini.
Sebagai contoh ialah keberhasilan Dinasti Gasnawi menguasai wilayah India, antara lain
Wahid Mulatan, Nardin, Thanisar, Barn, Mathura, setelah Gazanawi muncul sejumlah
penguasa Islam lainnya seperti Dinasti Guri di India yang berlangsung dari 1173 hingga
1556. Kesultanan Delhi ini tercatat ada beberapa Dinasti yang berkuasa yaitu Dinasti
Mamluk (1206-1290), Dinasti Khalji (1206-1320), Dinasti Tugluq (1320-1413), Dinasti
Sayid (1414-1451), dan Dinasti Lody (1451-1526). Penguasa Dinasti Lody yang berakhir
adalah Ibrahim Lody, tidak dapat memprtahankan kekuasaannya berbagai pemberontakan
dan pertentangan Interen keluarga. Penguasa, Kabul, Bubur, saat itu berhasil menyelesaikan
kericuhan dalam Dinasti Lody, sehingga pada 1526 ia berhasil menegakkan Dinasti Mughal
di anak benua India.
2.3.2 Kemajuan Agama Islam di Anak Benua India
Peranan muslim India dalam pengembangan Islam dapat dilihat dalam empat tahapan:
pertama, masa sebelum kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan Kerajaan
Mughal (1526-1858); ketiga, masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap keempat, Islam
pada negara India sekular (1947 sampai sekarang).
Masuknya kaum muslimin ke anak benua India terjadi dalam tiga gelombang yang
terpisah. Orang-orang Arab masuk pada abad ke-8, orang-orang Turki pada abad ke-12, dan
orang-orang Afghan pada abad ke-16. Jauh sebelum kerajaan Mughal berdiri, sebenarnya
sejak abad ke-1 Hijriah, Islam telah masuk ke India ketika Umar bin Khattab memerintahkan
suatu ekspedisi. Pada tahun 643, setelah Umar wafat, orang-orang Arab menaklukkan
Makran di Baluchistan. Pada masa pemerintahan Bani Umayah, Islam melanjutkan ekspedisi
ke sana di bawah Panglima Muhammad bin Qasim yang berhasil menguasai Sind, dan mulai
tahun 871 orang-orang Arab telah menjadi penghuni tetap di sana. Meskipun masih dalam
abad pertama Hijrah Nabi, tanah-tanah Sind telah menjadi wilayah Kerajaan Islam, namun
bagian terbesar dari tanah India belum takluk di bawah pemerintahan Islam. Raja-raja masih
memerintah dengan kuat dibeberapa negeri yang besar, dan alam Hindu masih kuat dengan
kuil-kuil dan pagoda.
Membicarakan kehadiran Islam di India serasa tidak lengkap kalau tidak menyebut
peranan dinasti Ghasnawiyah. Meskipun bukan yang pertama kalinya ke India paling tidak
pasukan Ghasnawiyah yang dipimpin oleh Sultan Mahmud makin meneguhkan posisi Islam
di India. Dia berhasil mengembalikan posisi Islam di wilayah ini dengan menaklukkan raja-
raja Hindu dan mengadakan pengislaman masyarakat India pada tahun 1020 M. Keberhasilan
ini ditopang oleh konsep ajaran Islam yang dibawanya, yang lebih menekankan persamaan
derajat menggantikan sistem kasta yang berkembang di tengah masyarakat Hindu. Sultan
Mahmud Gaznawi pada tahun 1020 berhasil menaklukan raja-raja Hindu di wilayah India dan
mengislamkannya. Setelah Dinasti Gaznawi runtuh, muncullah dinasti kecil seperti Mamluk,
Khalji, Tugluq, dan yang terakhir Dinasti Lody yang didirikan oleh Bahlul Khan Lody (w.
1489). Sampai akhirnya datang era kejayaan dinasti Mughal. Dengan demikian, Mughal
bukanlah kerajaan Islam yang pertama di India.
Orang yang mendirikan kerajaan Mughal di India adalah Zahiruddin Babur (1482-
1530M). Ia adalah salah seorang keturunan Timur Lenk ayahnya Umar Mirza adalah seorang
penguasa di Asia Tengah. Sementara ibunya merupakan keturunan Jengis Khan. Sepeninggal
ayahnya, Babur yang berusia 11 tahun mewarisi tahta kekuasaan wilayah Ferghana. Ia
berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang merupakan kota terpenting di
Asia Tengah pada saat itu. Pertama kali ia gagal mewujudkan cita-citanya. Berkat bantuan
dari Ismail, raja Safawi, ia meraih keberhasilan menaklukkan kota Samarkand pada tahun
1494. Kemudian pada tahun 1504 ia berhasil menaklukkan Kabul, ibukota Afghanistan. Dari
Kabul inilah mengadakan ekspansi ke India yang diperintah oleh Ibrahim Lodi. Dinasti Lodi
ketika itu sedang mengalami krisis dan mulai melemah pertahanannya sehingga inilah
kesempatan yang dimanfaatkan oleh Babur untuk menumbangkannya. Dalam upaya yang
sungguh-sungguh untuk menguasai India, pada tahun 1525, Babur berhasil menaklukkan
Punjab. Perjalanan Babur kemudian berhasil memperoleh kemenangan sehingga pasukannya
memasuki kota Delhi. Pada tanggal 21 April 1526M, terjadilah pertempuran yang dahsyat di
Panipat. Babur memasuki kota Delhi sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahannya di
sana. Dengan demikian, berdirilah kerajaan Mughal di India.
Ada beberapa faktor yang mendukung kemajuan tersebut, antara lain di bidang politik
dan militer adalah faktor dan keuletan para sultannya; di bidang seni dan budaya karena
terjadinya akulturasi budaya pendatang dengan suku-suku di India; dan di bidang ekonomi
adalah faktor kesuburan tanah dan strategis wilayahnya.
Sejak masuknya Inggris di India, rakyat India terutama umat Islam protes dan
melawan melalui beberapa wadah, diantaranya gerakan pemberontakan Faqir yang terjadi
selama 40 tahun. Karena itu, penjajahan Inggris atas India bagi muslim berarti kehilangan
pengaruh politik, ekonomi, budaya, dan agama Islamnya. Hal itu menyebabkan jatuhnya
imperium Mughal, sejak itu Muslim India (termasuk Pakistan dan Bangladesh sekarang)
merasa semakin dikesampingkan oleh kekuasaan penjajah Inggris. Penderitaan ini semakin
bertambah setelah Inggris bekerjasama dengan orang-orang Hindu dan Sikh dalam
memerangi kaum muslimin.
Umat Islam di India menyebar di negara-negara bagian: Uttar Pradesh, Bengali Barat,
Bihar, Kerala, Assam, Andra Pradesh, Maharashtra, Kashmir, Tamil Nadu, Gujarat,
Karnataka, dan Madya Pradesh. Kebanyakan muslim India adalah petani.
Pada saat ini, kebudayaan Islam India, dengan keserbasamaannya yang menyeluruh
dibanding dengan kebudayaan Hindu di anak benua ini, mempunyai dua praktik yang sedikit
berbeda antara Muslim di daerah Utara dan Selatan India. Di Utara, Muslim kebanyakan
menganut madzhab Hanafi, berbahasa Urdu atau Benggali. Di Selatan, Muslim mengikuti
madzhab Syafi‟i dan umumnya berbahasa Tamil.
Sekitar 90% Muslim di India beraliran Sunni dan umumnya menganut madzhab
Hanafi. Diantara aliran Sunni, ada sekitar empat juta muslim bermadzhab Syafi‟i,
kebanyakan di negara bagian selatan. Sisanya kebanyakan aliran Syi‟ah madzhab Ja‟fari di
negara-negara bagian barat laut.
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
1. Sejarah islam di Asia Tenggara, khususnya pada masa awal, luar biasa galau dan
rumit. Kegalauan dan kerumitan itu bukan hanya disebabkan oleh kompleksitas di
sekitar sosok islam itu sendiri sebagaimana direfleksikan oleh kaum muslimin di
kawasan ini, baik melalui historiografi dan pengkajian-pengkajian sejarah Islam
dengan berbagai aspeknya di Asia Tenggara yang dilakukan kalangan sejarawan asing
maupun pribumi. Mereka pun hingga kini belum mampu merumuskan suatu
paradigma historis yang dapat dijadikan pegangan bersama. Terdapat perbedaan-
perbedaan dasar di kalangan para ahli dalam mengkaji Islam di Asia Tenggara, yang
kadang-kadang sulit dipertemukan satu sama lain.
Mengenai tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara, sedikitnya ada tiga teori
besar:
• Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari arab, atau tepatnya
Hadramaut.
• Teori yang mengatakan bahwa Islam datang dari India, pertama kali dikemukakan
oleh Pijnapel tahun 1872.
• Teori Fatimi, menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (kini Bangladesh).
Sejak kerajaan Samudera Pasai tumbuh dan berkembang, yang umumnya diterima
para ahli sejarah sebagai kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara yaitu sejak abad
ke-13 sampai akhir abad ke-16, pelayaran dan perdagangan antara Muslim dari Arab,
Persia, Irak, India Selatan, dan Srilanka semakin ramai. Mereka bukan hanya
mendatangi ibukota kerajaan Samudera Pasai, tetapi juga meneruskan pelayaran dan
perdagangannya ke negeri-negeri lain di kawasan Asia Tenggara. Dari sinilah Islam di
Asia Tenggara memperlihatkan kemajuan dan perkembangannya.
2. Islam masuk ke Eropa melalui jalur kekuasaan yakni pada masa daulat Bani Umayah,
dibawah kepemimpinan Khalifah Al Walid dan yang berkedudukan di Damaskus.
Pada saat itu, Khalifah Al walid mengirimkan pasukan ke Afrika Utara untuk
memperluas wilayahnya. Pada sekitar tahun 709 masehi, Mus bin Nusyair yang saat
itu menjabat sebagai Gubernur Afrika mengutus Thariq bin Ziad beserta pasukannya
mengadakan penjajakan wilayah ke daerah benua Eropa yakni Spanyol dan ternyata
pasukan tersebut berhasil menduduki wilayah Spanyol tanpa melakukan perlawanan
yang berarti.
Berikut ini adalah beberapa kemajuan yang ditorehkan umat muslim kala itu.
Sejarah agama islam mencatat pada masa itu pemerintahan islam diEropa banyak
melahirkan ulama besar seperti Imam Al Auza‟i, seorang tokoh ilmu Fiqih, dan
juga ulama-ulama lain di bidang tasawuf, fikih, hadits dan sebagainya.
Lahirnya filsuf dan ilmuwan islam seperti Ibnu Rusydi, seorang filusuf dan ahli di
bidang kedokteran. Serta beberapa ahli astronomi terkenal seperti Al Irqali dari
Toledo dan Al Majriti dari Kordoba dan Ibnul Aflah dari Sevilla.
Di masa pemerintahannya, islam mewariskan berbagai bangunan indah sebagai
karya di bidang arsitektur seperti Istana Ja‟fariah, Istana Al Hamra di Granada,
Masjid Cordova, Masjid Sevilla dan Tembok Toledo, serta Istana Al makmun.
Masjid kala itu tidak hanya berfungsi sebagai tempat menunaikan shalat
wajib, shalat jum‟at akan tetapi kegiatan lain seperti zakat (baca penerima
zakat dan syarat penerima zakat) serta tempat pengajaran Alqur‟an.
3. 1. Masuknya Islam ke India diperkirakan pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Pada
masa pemerintahan Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus di mana gubernur Irak yang
bernama Hajjaj bin Yusuf As-Saqifi pada masa khalifah Umayyah, al-Walid bin Abdul Malik
yang mengirimkan eksepedisi untuk menangani perampokkan kapal yang dilakukan oleh
suatu kelompok yang dilakukan Raja Dahir yang dipimpin oleh Muhammad bin Qasim.
Keberhasilan Muhammad Qasim menangani masalah ini dan menjadi seorang gubernur Sind
untuk pemerintahan Umayyah mendorong banyak orang India masuk Islam.
2. Perkembangan Islam di India dapat dilihat dalam empat tahapan: pertama, masa sebelum
kerajaan Mughal (705-1526): kedua, masa kekuasaan Kerajaan Mughal (1526-1858); ketiga,
masa kekuasaan Inggris (1858-1947); tahap keempat, Islam pada negara India sekular (1947
sampai sekarang).
3.4 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari
kesempurnaan, baik dari segi penulisan maupun isinya. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran-saran yang dapat membangun demi kesempurnaan makalah
ini. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan
pembaca umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Azyumardi Azra.1999. Renaisans Islam Asia Tenggara. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Saifullah.2010. Sejarah dan Kebudayaan Islam di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Azyumardi Azra.1989. Perspektif Islam di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
http://gilalaw.blogspot.com/2017/10/sejarah-dan-kemajuan-islam-di-asia.html
https://dalamislam.com/sejarah-islam/perkembangan-islam-di-eropa
Abdullah, Taufiq. dkk, Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Ajaran (Jakarta: PT. Ichtiar Baru
Van Hoeve, t,th.
Ahmad, Jamil. Seratus Muslim Terkemuka (Cet. IV; Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Ali, K. Sejarah Islam (Tarikh Pramodern) (Cet. III; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2000.
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Cet. II; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1994.
Karim, M. Abdul. Sejarah Islam di India (Yogyakarta: Bunga Grafies Production, 2003.
---------------. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
,2007.
Kettani, M. Ali. Minoritas Muslim di Dunia Dewasa Ini (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,
2005.
Suyuti, Jalaluddin. Tarikh al-Khulafa‟ (Cet. I; Kairo: Dar al-Fajr li al-Turas, 1999.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam (Cet.I; Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2004.
Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX ( Jakarta:
Akbarmedia, 2009.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
http://abiavisha.blogspot.com/2015/06/perkembangan-islam-di-india.html?m=1
https://ejournal.iainkendari.ac.id/al-munzir/article/download/768/700