Makalah
Oleh:
AEDIL AKBAR
NIM: 20700119011
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat
kesehatan dan nikmat kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah Islam Masa Dinasti Safawi di Persia ini. Tidak lupa pun kita kirimkan
sholawat serta salam kepada nabiullah, nabi yang menjadi suri tauladan kita,
jujungan kita, dan penutan kita yaitu nabi Muhammad SAW.
Pada kesempatan kali ini penulis memaparkan tujuan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas dari dosen pada mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Islam Masa Dinasti Safawi di Persia bagi para peambaca.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.
i
Aedil Akbar
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1
C. Tujuan...........................................................................................................1
D. Manfaat.........................................................................................................2
A. Kesimpulan...................................................................................................8
B. Saran..............................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................10
ii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setalah khilafah Abbasiyah di bagdad runtuh akibat serangan tentara Mongol,
kekuatan politik Islam mengalami kemunduran yang sangat drastis. Wilayah
kekuasannya tercabik-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang satu sama lain
bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan peradaban Islam
banyak yang hancur akibat serangan Mongol itu. Namun, kemalangan tidak
berhenti sampai di situ. sebagaimana telah tercatat dalam sejarah menghancurkan
pusat-pusat kekuasaan Islam yang lain.
B. Rumusan Masalah
Terkait materi yang akan dibahas dalam makalah ini, dapat kita rangkum
masalah sebagai berikut:
3. Siapa saja raja-raja yang telah menjabat pada era Dinasti Shafawi?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat kita simpulkan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
D. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat kita ambil dalam tulisan makalah ini dapat
kita rangkum sebagai berikut:
2. Mendapat sumber bacaan baru terkait Islam pada masa Dinasti Shafawi.
2
BAB II: PEMBAHASAN
Pada awalnya dinasti ini berdiri berasal dari gerakan tarekat oleh Shafi Ad-
Din di Ardabil kota Azerbaijan. Pada awalnya tarekat ini bertujuan memerangi
orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya memerangi orang-orang ahli bid’ah.
Tarekat ini menjadi semakin penting setelah mengubah bentuk tarekat itu dari
pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan keagamaan yang
besar pengaruhnya di wilayah Persia, Syiriah dan Anatolia.
3
Bermula dari prajurit akhirnya mereka memasuki dunia perpolitikan pada
masa Kepemimpina Juneid (1447-1460 M). Dinasti Shafawi memperluas
gerakannya dengan menumbuhkan kegiatan politik di dalam kegiatan-kegiatan
keagamaan. Perluasan kegiatan ini menumbulkan konflik dengan penguasa Kara
Koyunlu, salah satu bangsa Turki, yang akhirnya kelompok Juneid kalah dan
diasingkan ke suatu tempat. Di tempat baru ini ia mendapat perlindungan dari
penguasa Diyar Bakr, AK Koyunlu, juga suku bangsa Turki. Ia tinggal di istana
Uzun Hasan, yang ketika itu menguasai sebagian besar Persia.
Tahun 1459 M, Juneid mencoba merebut Ardabil tapi gagal. Pada tahun 1460
M, ia mencoba merebut Sircassia tetapi pasukan yang dipimpinnya dihadang oleh
tentara Sirwan dan ia terbunuh dalam pertempuran tersebut. Penggantinya
diserahkan kepada anaknya Haidar secara resmi pada tahun 1470 M, lalu Haidar
kawin dengan seorang cucu Uzun Hasan dan lahirlah Isma’il yang kemudian hari
menjadi pendiri Kerajaan Safawi di Persia dan mengatakan bahwa Syi’ahlah yang
resmi dijadikan Mazdhab kerajaan ini. Kerajaan inilah yang dianggap sebagai
peletak batu pertama negara Iran.
Gerakan Militer Safawi yang dipimpin oleh Haidar dipandang sebagai rival
politik oleh AK Koyunlu setelah ia menang dari Kara Koyunlu (1476 M). Karena
itu, ketika Safawi menyerang wilayah Sircassia dan pasukan Sirwan, AK Koyunlu
mengirimkan bantuan militer kepada Sirwan, sehingga pasukan Haidar kalah dan
ia terbunuh. Ali, putera dan pengganti Haidar, didesak bala tentaranya untuk
menuntut balas atas kematian ayahnya, terutama terhadap AK Koyunlu.
4
Periode selanjutnya, kepemimpinan gerakan Safawi diserahkan kepada
Ismail. Selama 5 tahun, Ismail beserta pasukannya bermarkas di Gilan untuk
menyiapkan pasukan dan kekuatan. Pasukan yang dipersiapkan itu diberi nama
Qizilbash (baret merah). Pada tahun 1501 M, pasukan Qizilbash dibawah
pimpinan Ismail menyerang dan mengalahkan AK Koyunlu (domba putih) di
Sharur dekat Nakh Chivan. Qizilbash terus berusaha memasuki dan menaklukkan
Tabriz, yakni ibu kota AK Koyunlu dan akhirnya berhasil dan mendudukinya.
Bahkan tidak sampai di situ saja, ambisi politik mendorongnya untuk terus
mengembangkan wilayah kekuasaan ke daerah-daerah lainnya,, seperti Turki
Usmani. Ismail berusaha merebut dan mengadakan ekspansi ke wilayah Kerajaan
Usmani (1514 M), tetapi dalam peperangan ini Ismail I mengalami kekalahan,
malah Turki Usmani yang dipimpin oleh Sultan Salim dapat menduduki Tabriz.
Kerajaan Safawi terselamatkan dengan pulangnya Sultan Usmani ke Turki karena
terjadi perpecahan di kalangan militer Turki di negerinya.
5
Rasa pemusuhan dengan Kerajaan Usmani (ottoman) terus berlangsung
sepeninggal Ismail I, peperangan antara dua kerajaan besar Islam ini terjadi
beberapa kali pada masa pemerintahan Tahmasp I (1524-1576 M), Ismail II
(1576-1577 M) dan Muhammad Khudabanda (1577-1567M). Pada masa tiga raja
tersebut kerajaan Safawi mengalami kelemahan. Hal ini di karenakan sering
terjadinya peperangan melawan kerajaan Usmani yang lebih kuat, juga sering
terjadi pertentangan antara kelompok dari dalam kerajaan Safawi sendiri.
1. Isma’il I (1501-1524 M)
2. Tahmasp I (1524-1576 M)
3. Isma’il II (1576-1577 M)
5. Abbas I (1587-1628 M)
7. Abbas II (1642-1667 M)
8. Sulaiman (1667-1694 M)
9. Husein I (1694-1722 M)
Kondisi kerajaan Shafawi yang memprihatinkan itu baru bisa diatasi setelah
raja Shafawi kelima, Abbas I naik tahta (1588-1628 M). Langkah- langkah yang
ditempuh oleh Abbas I dalam rangka memulihkan kerajaan Shafawi adalah:
6
2. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Usmani dengan jalan
menyerahkan wilayah Azerbaijan, Georgia, dan disamping itu Abbas berjanji
tidak akan menghina tiga Khalifah pertama dalam Islam (Abu Bakar, Umar dan
Usman) dalam khutbah-khutbah Jum’at. Sebagai jaminan atas syarat itu, Abbas
menyerahkan saudara sepupunya Haidar Mirza sebagai sandera di Istambul.
7
BAB III: PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada bab sebelumnya telah kita bahas sejarah peradaban Islam pada masa
Dinasti Shafawi. Shafawiyah berasal dari kata Shafi, yaitu bagian dari nama Shafi
Ad-Din Al-Ardabily atau Syekh Ishak Safiuddin (1252-1334 M). Shafawi berasal
dari kata Shafi yaitu gelar yang diberikan kepada nenek moyang raja-raja
Shafawiyah. Kerajaan Shafawi berdiri di saat kerajaan Turki Usmani mencapai
puncak kejayaannya. Shafi Ad-Din merupakan keturuann dari Imam Syiah
keenam yaitu Musa al-Khazim. Pada awalnya dinasti ini berdiri berasal dari
gerakan tarekat oleh Shafi Ad-Din di Ardabil kota Azerbaijan. Pada awalnya
tarekat ini bertujuan memerangi orang-orang yang ingkar dan pada akhirnya
memerangi orang-orang ahli bid’ah. Tarekat ini menjadi semakin penting setelah
mengubah bentuk tarekat itu dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal
menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di wilayah Persia, Syiriah
dan Anatolia
Raja-raja yang pernah menjabat pada Dinasti Shafawi adalah Isma’il I (1501-
1524 M), Tahmasp I (1524-1576 M), Isma’il II (1576-1577 M), Muhammad
Khudabanda (1577-1587 M), Abbas I (1587-1628 M), Safi Mirza (1628-1642 M),
Abbas II (1642-1667 M), Sulaiman (1667-1694 M), Husein I (1694-1722 M),
Tahmasp II (1722-1732 M), Abbas III (1732-1736 M).
B. Saran
Pada bab sebelumnya kita telah mengetahui banyak peristiwa-peristiwa yang
telah terjadi pada masa Dinasti Shafawi, yang banyak terjadi penindasan,
pembunuhan dan lain sebagainya. Bahkan sesama Islam kita saling memerangi
8
satu sama lain. Maka dengan itu penulis sangat berharap bahwa kita dalam Islam
itu adalah saudara, tidak perlu ada kekerasan dalam ikatan persaudaraan kita, dan
juga sebagai seorang pemimpin, seperti halnya khilafah kelima dari Dinasti
Shafawi yaitu Abbas I, yang pada pemerintahannya dia membuat perdamaian
dengan banyak hal yang dia telah korbankan demi perdamaian tersebut, sehingga
pada masa itu Dinasti Shafawi berjaya, menjadi puncak kejayaan Dinasti Shafawi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Lutfi Mukhammad, Dinasti Safawiyah, Gerakan Politik yang Lahir dari Tarekat,
dari https://alif.id/read/mukhammad-lutfi/dinasti-safawiyah-gerakan-politik-
yang-lahir-dari-tarekat-b214615p/, diakses (2021, Maret 27).
Subarkah Muhammad, (2020, Mei 25). Sejarah Islam: Masa Kerajaan Safawi di
Persia, dari https://ihram.co.id/beruta/qav9y5385/sejarah-isam-masa-
kerajaan-safawi-di-persia-part2, diakses (2021, Maret 27).
Sulistiawan Bhayu, (2015, Desember 18). Sejarah Peradaban Islam pada Masa
Dinasti Shafawi, dari https://www.slideshare.net/mobile/bhayuabbad/sejarah-
peradaban-islam-pada-masa-dinasti-shafawi-56286598, diakses (2021, Maret
27).
10