Anda di halaman 1dari 15

1

ULUMUL HADIS,SEJARAH PERKEMBANGANNYA.

Disusun Oleh :

Kelompok V

Ina Amelia 03041810003

Safira Azahra Hsb 0304182079

Putri Wulandari 0304181045

Dosen Pembimbing : Dr.H.M.Rozali,MA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS


FAKULTAS ILMU TARBIYAHDAN KEGURUAUNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2

TA 2018/2019

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrohiim,
Puji syukur Kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas petunjuk, rahmat, dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan Makalah Ulumul Hadits
yangberjudul “ Ulumul Hadist, Sejarah Perkembangannya”
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat Islam di dunia yang
beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan sahabat yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang-benderang “Ila Dzulumati
Ilannur” serta kepada pengemban risalah mulia yang selalu mengikuti metode serta
langkah beliau yang menjadikan “Al-Qur‟an” sebagai pedoman sekaligus sumber hukum.
Penyusun sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan, demi kesempurnaan karya
ilmiah ini. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam
rahmat dan ampunannya, Aamiin.

Medan,18 april 2019

Penyusun,
3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………............................…………………………….2


DAFTAR ISI……………………………………...………………….............….3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....………………………………………………..…..4
1.2 Rumusan Masalah .....…………………………………………….....5
1.3 Tujuan penulisan Makalah..................................................................5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 .Defenisi Ulumul Hadits....................................................................6

2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis....................................................7

2.3 Sejarah perkembangan pemikiran Ulumul Hadits pada periode klasik,


Pertengahan dan Modern.........................................................................10

1.Periode Klasik...........................................................................11

2. Periode Pertengahan.................................................................12

3.Periode Modern.........................................................................12

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ………………………………………………….……..14
3.2 Saran...................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
4

BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan ulum al-hadits sebagai suatu disiplin ilmu melalui suatu tahapan
perjalanan sejarah yang panjang. Perjalanan sejarah yang dimulai dari masa Rasulullah
SAW sampai sekarang. Walaupun melalui pasang surut, akan tetapi semangat para
Ulama tidak pernah surut atau berhenti menghasilkan karya-karya besar karena mereka
termotivasi oleh semangat pengabdian yang tulus untuk memurnikan ajaran agama.
Karya-karya tersebut berupa kitab-kitab yang merupakan konstribusi berharga dari para
Ulama terhadap perkembangan ulum al-hadits. Karya-karya ulama itu kemudian
menjadi ilmu yang membahas secara spesifik hal-hal tertentu yang berkaitan dengan
Hadits Rasulullah SAW.
Alquran sebagai kalâm Allah (firman Allah) mencakup segala aspek persoalan
kehidupan manusia dalam berinteraksi dengan pencipta-Nya, sesama manusia dan alam
semesta yang merupakan persoalan mendasar dalam setiap kehidupan manusia.Alquran
sebagai kitab suci umat Islam sangat kaya dengan pesan-pesan yang mengandung nilai
nilai pendidikan1.

Sedangkan Hadits bermakna seluruh sikap, perkataan dan perbuatan Rasulullah


SAW dalam menerapkan ajaran Islam serta mengembangkan kehidupan umat manusia
yang benar-benar membawa kepada kerahmatan bagi semua alam, termasuk manusia

1
Muh. Haris Zubaidillah, “Epistemological Views of Islamic Education Philosophy as a Islamic
Education Basis,”Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan12, no. 1 (2018):
h.3.

.
5

dalam mengaktualisasikan diri dan kehidupannya secara utuh dan bertanggung jawab
bagi keselamatan dalam kehidupannya. Kedudukan al-Sunnah dalam kehidupan dan
pemikiran Islam sangat penting, karena di samping memperkuat dan memperjelas
berbagai persoalan dalam Alquran, juga banyak memberikan dasar pemikiran yang
lebih kongkret mengenai penerapan berbagai aktivitas yang mesti dikembangkan dalam
kerangka hidup dan kehidupan umat manusia.
Sebelum berbicara tentang pengertian, status, dan perkembangan ilmu hadis,
terlebih dahulu akan dijelaskan secara singkat, kapan ilmu hadis muncul. Ilmu hadis
muncul sejak masa Rasulullah SAW dan perhatian para sahabat terhadap hadis atau
sunnah sangat besar. Demikian juga perhatian generasiberikutnya seperti Tabi’in,Tabi’
Tabi’in,dan generasi setelah Tabi’in. Mereka memelihara hadis dengan cara menghapal,
mengingat, bermudzakarah, menulis, menghimpun, dan mengodifikasikannya ke dalam
kitab-kitab hadis yang tidak terhitung jumlahnya. Akan tetapi, di samping gerakan
pembinaan hadis tersebut, timbul pula kelompok minoritas atau secara individual
berdusta membuathadis yang disebut dengan hadis mawdhû’

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa aspek persoalan Alquran sebagai kalâm Allah firman Allah ?


2. Apa pengertian hadits ?

1.3 Tujuan penulisan Makalah

1. Untuk mengatahui dam lebih memahami apa itu ulumul hadts.

2. Lebih mengenal tokoh-tokoh yang mendirikan hadits hadits.


6

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Ulumul Hadits

Dari segi bahasa ilmu hadis terdiri dari dua kata, yaitu ilmu dan hadis.
Secara sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge,dan science. Sedangkan hadis
artinya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari
perkataan, perbuatan, maupun persetujuan. Para ulama ahli hadis banyak yang
memberikan definisi ilmu hadis diantaranya Ibnu Hajar Al-Asqalani:
Adalah mengetahui kaidah-kaidah yang dijadikan sambungan untuk mengetahui
(keadaan) perawi dan yang diriwayatkan.
Atau

lmu yang mempelajari tentang keterangan suatu hal yang dengan hal itukita dapat
mengetahuibahwa hadis itu diterima atau tidak2

Definisi lain, dari segi bahasa ilmu hadits terdiri dari dua kata yakni ilmu dan
hadits, secara sederhana ilmu artinya pengetahuan, knowledge, dan science dan hadits
artinya segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik dari
perkataan maupun persetujuan.

Sedangkan pengertian ilmu hadits secara terminologi ialah suatu ilmu yang
dengannya dapat diketahui betul tidak ucapan, perbuatan, keadaan atau lain-lainnya,
yang orang katakan dari Nabi Muhammad SAW.

Ulumul hadits adalah istilah ilmu hadits di dalam tradisi ulama hadits (Arabnya :
‘ulumul al-hadits). Sedangkan di kalangan ulama al-hadits berarti segala sesuatu yang

2
Mahmud al-Thahhan, Taisir Musthalahal al-Hadits(Beirut: Dar ats-Tsaqafah al-Islamiyah, t.t.), h. 15.
7

disandarkan kepada nabi Saw dari perbuatan, perkataan, taqrir, atau sifat.Pada mulanya,
ilmu hadits merupakan beberapa ilmu yang berdiri sendiri, yang berbicara tentang hadits
nabi dan pada perawinya, seperti ilmu al-hadits al-shahih, ilmu al-mursal, ilmu al-asma
wa al-kuna, dan lain-lain. Penulis ilmu-ilmu hadits secara parsial dilakukan, khususnya,
oleh para ulama abad ke-3 hijriyah. Ilmu-ilmu yang terpisah dan bersifat parsial
tersebut, disebut dengan ulumul hadits, karena masing-masing membicarakan tentang
hadits dan para perawinya dan masa berikutnya. Ilmu-ilmu yang terpisah mulai
digabungkan dan dijadikan satu. Yang dipandang sebagai disiplin ilmu yang berdiri
sendiri.

Tokoh-tokoh pada abad itu ialah Yahya Ibn ma’in (234 H/848 M) menulis thariq
al-rijal, muhammad Ibn sa’ad (230H/844M) menulis al-thabaqat, Ahmad Ibn
Hanbal(241H/855 M) menulis Al-‘ilal dan al-nasikh wa al-mansyukh.

2.2 Sejarah Perkembangan Ilmu Hadis.


Sesuai dengan perkembangan hadis, ilmu hadis selalu mengiringinya sejak masa
Rasulullah S.A.W, sekalipun belum dinyatakan sebagai ilmu secara eksplisit.Ilmu hadis
muncul bersamaan dengan mulainya periwayatan hadis yang disertai dengan tingginya
perhatian dan selektivitas sahabat dalam menerima riwayat yang sampai kepada mereka.
Dengan cara yang sangat sederhana, ilmu hadis berkembang sedemikian rupa seiring
dengan berkembangnya masalah yang dihadapi.Pada masa Nabi SAW masih hidup di
tengah-tengah sahabat, hadis tidak ada persoalankarena jika menghadapi suatu masalah
atau skeptis dalam suatu masalah mereka langsung bertemu dengan beliau untuk
mengecek kebenarannya atau menemui sahabat lain yang dapat dipercaya untuk
mengonfirmasinya. Setelah itu, barulah mereka menerima dan mengamalkan hadis
tersebut.

Sekalipun pada masa Nabi tidak dinyatakan adanya ilmu hadis, tetapi para
peneliti hadis memperhatikan adanya dasar-dasar dalam Alquran dan hadis Rasulullah
S.A.W. Misalnya firman Allah S.W.T dalam Q.S. Al-Hujurat/49: 6.
8

َ‫ﻖ ﺑِﻨَﺒَﺈٍ ﻓَﺘَﺒَﯿﱠﻨُﻮا أَنْ ﺗُﺼِﯿﺒُﻮا ﻗَﻮْ ﻣًﺎ ﺑِﺠَ ﮭَﺎﻟَ ٍﺔ ﻓَﺘُﺼْ ﺒِﺤُ ﻮا َﻋﻠ َٰﻰ َﻣﺎ ﻓَ َﻌ ْﻠﺘُ ْﻢ ﻧَﺎ ِدﻣِﯿﻦ‬
ٌ ِ‫ﯾَﺎ أَﯾﱡﮭَﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا إِنْ ﺟَ ﺎ َء ُﻛ ْﻢ ﻓَﺎﺳ‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal
atas perbuatanmu itu. “

Ayat-ayat di atas berarti perintah memeriksa, meneliti, dan mengkaji berita yang
datang dibawa seorang fasik yang tidak adil. Tidak semua berita yang dibawa seseorang
dapat diterima sebelum diperiksa siapa pembawanya dan apa isi berita tersebut. Jika
pembawanya orang yang jujur, adil, dan dapat dipercaya maka diterima.Akan tetapi
sebaliknya, jika pembawa berita itu orang fasik, tidak objektif, pembohong dan lain-
lain, maka tidak diterima karenaakan menimpakan musibah terhadap orang lain yang
menyebabkan penyesalan dan merugikan.

Pada masa awal Islam belum diperlukan sanad dalam periwayatan hadis karena
orangnya masih jujur-jujur dan saling mempercayai satu dengan yang lain.Akan tetapi,
setelah terjadinya konflik fisik (fitnah) antar elite politik, yaitu antara pendukung Ali
dan Mu’awiyah dan umat berpecah menjadi beberapa sekte; Syi’ah, Khawarij, dan
Jumhur Muslimin.Setelah itu mulailah terjadi pemalsuan hadis (hadis mawdhû’)dari
masing-masing sekte dalam rangka mencari dukungan politik dari masa yang lebih
luas.Melihat kondisi seperti hal di atas para ulama bangkit membendung hadis dari
pemalsuan dengan berbagai cara, di antaranya rihlah checkingkebenaran hadis dan
mempersyaratkan kepada siapa saja yang mengaku mendapat hadis harus disertai
dengan sanad. Sebagaimana ungkapanulama hadis ketika dihadapan suatu periwayatan:

Sebutkan kepada kami para pembawa beritamu.3

Ibnu Al-Mubarak berkata:

3
Ahmad Umar Hasyim, As-Sunnah An-Nabawiyyah, t.t., h. 363-364.
9

Isnad/sanad bagian dariagama, jikalau tidak ada isnad sungguh sembarang


4
orang akan berkata apa yang dikehendaki.

Keharusan sanad dalam penyertaan periwayatan hadis tidak diterima, tuntutan


yang sangat kuat ketika Ibnu Asy-Syihab Az-Zuhri menghimpun hadis dari para ulama
di atas lembaran kodifikasi.Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa periwayatan hadis
tidak di terima, kecuali disertai sanad.
Pada periode Tabi’in, penelitian dan kritik matan semakin berkembang seiring
dengan berkembangnya masalah-masalah matan yang para Tabi’in hadapi. Demikian
jugadikalangan ulama-ulamahadis selanjutnya. Perkembangan ilmu hadis semakin
Pesat ketika ahli hadis membicarakan tentang daya ingat para pembawa dan perawi
hadis kuat atau tidak (dhâbit), bagaimana metode penerimaan dan penyampaiaan
(thammul wa adâ), hadis yang kontra bersifat menghapus (nâsikh dan mansûkh) atau
kompromi, kalimat hadis yang sulit dipahami (gharîb al-hadîts), dan lain-lain. Akan
tetapi, aktivitas seperti itu dalam perkembangannya baru berjalan secara lisan (syafawî)
dari mulut ke mulut dan tidak tertulis.
Sesuai dengan pesatnya perkembangan kodifikasi hadis yang disebut pada masa
kejayaan atau keemasan hadis, yaitu pada abad ketiga Hijriyah, perkembangan
penulisan ilmu hadis juga pesat, karena perkembangan keduannya secara beriringan.
Namun, penulisan ilmu hadis masih terpisah-pisah, belum menyatu dan menjadi ilmu
yang berdiri sendiri, ia masih dalam bentuk bab-bab saja. Mushthafa As-Siba’i
mengatakan orang pertama kali menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-Madani,syaikhnya
Al-Bukhari, Muslim, dan Tirmidzi.Dr. 5Ahmad Umar Hasyim juga menyatakan bahwa
orang pertama yang menulis ilmu hadis adalah Ali bin Al-Madani dan permasalahannya
sebagaimana yang ditulis oleh Al-Bukhari dan Muslim6

4
an-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, Juz 1, t.t., h. 103.

5
as-siba’i, as-sunnah, t.t., h. 107.

6
Hasyim,-Sunnah An-Nabawiyyah, h. 398.
10

2.3 Sejarah perkembangan pemikiran Ulumul Hadits pada periode klasik,


Pertengahan dan Modern

Sesuai dengan perkembangan Hadits, ilmu hadits selalu mengiringinya sejak


masa Rasulullah Saw. sekalipunbbdinyatakan secara eksklusif. Pada masa nabi masi
hidup ditengah-tengah sahabat Hadits tidak ada persoalan karena jika menghadapi suatu
masalah atau skeptis dalam suatu masalah mereka langsung bertemu dengan beliau
untuk mengecek kebenaranannya. Pemalsuan hadits pun tidak pernah terjadi menurut
pendapat ahli Hadits.7

1.Periode Klasik
Pada masa rasulullah Saw sampai sebelum pembukuan Ulumul Al-Hadits istilah
Ulumul Al-Hadits, jelas belum ada. Tetapi prinsip-prinsip yang telah berlaku pada masa
itu sebagai acuan untuk menyikapi suatu informasi yang telah ada.

a. Masa Rasulullah Saw sampai masa Khulafaur Rasyidin


Rasul Saw adalah guru sunnah terbaik. Sejumlah penulis Ulumul al-hadits
mencatat metode yang dipakai Rasul Saw dalam mengajarkan ilmu (sunnah). Prinsip –
prinsip Ulum Al-Hadits pada masa Rasul sampai masa Khulafaur Rasyidin adalah
verifikasi, penyedikitan riwayat, kehati-hatian dalam menerima dan menyampaikan
riwayat, dan pemberlakuan sumpah.
Verifikasi terhadap sumber dari Rasul telah diajarkan beliau kepada para sahabat
ketika mendapatkan informasi dari seseorang. Sebagaimana pernah terjadi pada masa
Rasul bahwa seorang laki-laki datang kepada suatu kaum tersebut. Akan tetapi, setelah
kaum itu melakukan Verifikasi kepada Rasul terbukti bahwa orang itu telah berdusta.
Kasus ini adalah ketika Umar bin Khattab mendengar bahwa Rasul telah mence
raikan istri-istrinya.

7
Nuruddin ’Itr, Manhaj An-Naqd Fii ’Uluum al-Hadis(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012).
11

Perlakuan tersebut, dalam kaidah Ulum Al-Hadis adalah sesuatu yang harus
diluruskan untuk mempertegas suatu informasi. Penyelidikan Qalil Ar Riwayah mulai
berlaku setelah Rasul wafat atau pada masa sahabat sebagai usaha untuk menangkal
banyaknya hadits palsu dan kebohongan yang mengatas namakan Rasulullah Saw.
Selain itu, ada pemikiran dari sebagian sahabat bahwa Rasul telah melarang penulisan
Hadits yang membuat tersendatnya periwayatan Hadits.

b. Masa Khulafaur Rasyidin sampai Pemisahan dari Hadits Setelah masa


Khulafaur Rasyidin, khususnya pada munculnya kekacauan politik sebelum dan
sesudah masa Ali, banyak muncul Riwayat yang di identifikasi sebagai riwayat
maudhu. Usaha penangkalannya adalah dengan melakukan seleksi terhadap
setiap informasi yang muncul sebagai usaha kehati-hatian dalam menerimanya,
dengan cara-cara yang telah dilakukan oleh para sahabat sebelumnya, yaitu
metode sumpah, atau dengan melakukan evaluasi terhadap para penyampai
riwayat (rawi).
Oleh sebab itu, pada masa ini isnad menjadi sesuatu yang sangat penting,
sampai akhirnya uji Shahih isnad menjadi suatu yang mesti dalam menyeleksi
suatu kebenaran informasi. Kedudukan isnad dalam islam telah menjadi bagian
dari ilmu-ilmu agama dan menjadi sumber kebanggaan masyarakat muslim.

2.Periode Pertengahan
Masa ibn shalah disebut Nur Ad-Din itr adalah masa kesempurnaan pertama
karena ibnu sholah dianggap sebagai tokoh yang menyusun ulumul hadits yang
sistematis dan mencakup seluruh pembahasan. Tokoh-tokoh setelah ibnu shalah banyak
yang mengikuti karyanya, oleh sebab itu karya yang muncul berupa syar, ikhrisyar,
12

nazham, nukat atau naqdi, hasyiyah, atau talkhis. 8Untuk melihat beberapa jauh
pengaruh pemikiran ulumul hadis ibnu shalah terdapat tokoh-tokoh setelahnya yaitu:
Imam muhyi ad-din bin syar an-nawawi. An-nawawi memiliki karya ulumul hadits
yang menginduk kepada kitap asal karya ibnu shalah yaitu irsyad tuhulab al-haqaiq
kemudian kitab belliau ikhtisar kembali yang diberi nama at-taqrib waat-taysyir lima
maqrifat sunan al-bazir an-nazir, dan ikhtisarnya lebih masypur kembali dari al-irsyat.
Sebagai salah satu bukti bahwa at-toqri yaitu syar toqrib an-nawawi, karya aliraqi dan
lain-lain.
Manhaj an-nawawi dalam penyusunan al-irsyad, sebagaiman dijelaskan dalam
muqqaddima hnya bertujuan :
1.)memberikan penjelasan dengan ungkapan yang sangat mudah dimengerti oleh
pembaca.
2.)meringkas dengan menghilangkan ungkapan yang dianggap tidak perlu.

3.Periode Modern
Periode ini dapat dinyatakan oleh ibnu taymiyah yang mengumandangkan:
terbukanya pintu ijtihad, sebagai awal untuk memperbaharui islam. Akan tetapi,
perkembangan selanjutnya ada pada masa syah wali yullah, ibn abdul wahhab, said
jamaluddin al- afghani, dan muhammad abduh. Setelah mengalami stagnasi, yakni
dari abad ke-10 sampai awal abad ke-14 H, ulumul al-Hadist mengalami kebangkitan
kembali dengan munculnya karya yang lebih menonjolkan sitematika yang sesuai
dengan sistematika modern hal tersebut dilatar belakangi oleh konflik yang terjadi
antara timur dan barat yang menyentuh tataran teologis.
Pada periode ini selain munculnya ulumul hadits yang mencakup seluruh kajian
cabang hadits juga muncul kajian ulumul hadits secara khusus, yang lebih menitik

8
Muh. Haris Zubaidillah, “Nilai-Nilai Pendidikan Adversity Quotient pada Cerita Nabi Musa dalam
Alquran,”Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan11, no. 24 (2017): h. 22.
13

beratkan pada pemikiran, baik yang berkaitan dengan sejarah, manhaj, kritik,
pertahanan terhadap berbgai tuduhan yang di lontarkan untuk menilai sunnah.

Periode ini dimulai dengan munculnya tokoh-tokoh berikut: Jamlluddin al-qasim


karya ini ditunjukkan kepada orang yang kepada mereka kitab-kitab lain
dipersembahkan yang sangat diharapkan para ulama, yaitu orang-orang yang memiliki
lima sifat yang dominan adalah ikhlas cerdas dan objektif.
14

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Ulumul Hadits adalah istilah ilmu hadits didalam tradisi hadits. ( ‘ulum al-
hadits) ‘ulum al-hadits terdiri atas dua kata yaitu ‘ulum dan al-hadits. Kata ‘ulum dalam
bahasa Arab adalah bentuk jamak dari ‘ilm yang berarti “ilmu”, sedangkan hadits
berarti: “segala sesuatu yang taqrir atau sifat”. Dengan demikian gabungan antara ‘ulum
dan al-hadits mengandung pengertian “Ilmu yang membahas atau yang berkaitan
dengan hadits Nabi Saw”.
Pada dasarnya ulumul hadist telah lahir sejak dimulainya periwayatan hadist di
dalam Islam, terutama setelah Rasul Saw wafat, ketika umat merasakan perlunya
menghimpun hadist-hadist Rasul Saw dikarenakan adanya kekhawatiran hadist-hadist
tersebut akan hilang atau lenyap. Para sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan
periwayatan hadist.mereka telah mulai mempergunakan kaidah-kaidah dan metode-
metode tertentu ddalam menerima hadist, namun mereka belumlah menuliskan kaidah-
kaidah tersebut.
Pada abad ke-2 H, ketika hadist telah di bukukan secara resmi atas prakarsa
Khalifah ‘Umar bin Abdul Aziz dan dimotori oleh Muhammad bin Muslim bin Syihab
al-Zuhri, para ulama yang bertugas dalam menghimpun dan membukukan hadist
tersebut menerapkan ketentuan-ketentuan ilmu hadist yang sudah ada dan berkembang
sampai pada masa mereka.
Pada abad ke-3 H yang dikenal dengan masa keemasan dalam sejarah
perkembangan hadist, mulailah ketentuan-ketentuan dan rumusan kaidah-kaidah hadist
ditulis dan dibukukan, namun masih bersifat parsial. Pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriah
mulailah ditulis secara khusus kitab-kitab yang membahas tentang ilmu hadist yang
bersifat komprehensif.
Pada abad-abad berikutnya bermunculanlah karya-karya di bidang ilmu hadist
ini, yang sampai saat sekarang masih menjadi referensi utama dalam membicarakan
ilmu hadist.
15

A. SARAN

Semoga sebagai muslim kita dapat terus mengamalkan Al-Qur’an dan Hadist.
Sehingga Rahmat Allah selalu menyertai kita semua. Sekian makalah dari kami, kami
menyadari banyaknya kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini. Semoga isi dari makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua khususnya untuk penulis. Amiinn.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Din,Nur. Al mathal ila ‘ Ulum al-Haditsdalam Ibn al-Shalah’ulum al-Hadits Ed.


Nur al-Din. Madinah: Al-Maktabat al-‘ilmiyyah, 1972.

Hasan, Qadir A. Ilmu Mushthalah Hadits. Bandung: CV. Diponegoro, 2002.

Khon, Abdul Majid. Ulumul Hadits. Jakarta: Amzah, 2008.


an-Nawawi. Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi. Juz 1., t.t.as-siba’i. as-sunnah, t.t.
Khathib, Ajaj al-. Ushûl Al-Hadîts, t.t.

Anda mungkin juga menyukai