Secara garis besar menurut Mahmud al-Thahan Metode men-takhrij ada lima
macam salah satu diantaranya yang akan kami paparkan adalah:
Tahkrij dengan cara mengetahui Sahabat yang meriwaytkan hadis. Metode ini
dapat dilakukan jika nama sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut sudah diketahui.
1
Muhammad Syuhdi Isma’il, Metodologi Penelitian Hadis Nabi,(Jakarta:Bulan Bintang,1992),hlm.43
2
Muhammad Syuhdi Isma’il,Cara Praktis Mencari Hadist,(Jakarta:Bulan Bintang,1991)hlm.71.
Dan apabila sudah diketahui, maka pen-takhrij-an dilakukan dengan menggunakan tiga
macam kitab hadis, yaitu:
1. Kitab Musnad
2. Kitab Atraf
3. Kitab Mu’jam3
Al-Musnad merupakan jenis lain dari kitab takhrij yang disusun berdasarkan
perawi teratas, dan menentukan hadis setiap sahabat sendiri-sendiri. Mereka
menyebutkan seorang sahabat dan namanya dicantumkan hadis-hadis yang
diriwayatkannya dari Rasulullah SAW dan pendapat serta tafsirnya. Maksudnya agar
lebih mudah dihafal oleh orang lain. Hafalan bagi mereka pokok periwayatan sahabat,
dan kedudukannya dianggap seperti surat-surat Al-Qur’an yang memberikan
semangat tersendiri untuk menghafal surat-surat lain setelah selesai satu surat.4
Secara etimologi atau bahasa kata musnad sendiri diartikan sandaran atau yang
disandari. Dalam meriwayatkan hadis harus disertai sandaran (sanad), dari siapa
seorang rawi menerima sebuah hadis. Dalam sejarah penghimpunan dan
pengkodifikasian, hadis didasarkan pada hafalan dan ingatan para ulama. Sandaran ini
sebagai pedoman dan pegangan dalam periwayatan, sehingga penetapan sah atau
tidaknya suatu hadis sangat bergantung pada sanad ini. Dalam pembukuan hadis,
musnad ini dijadikan nama teknik pembukuan yang secara terminologi ilmu hadis
diartikan sebagai berikut:
3
Mahmud al-Thahan, Usul Al-Takhrij Wa Dirasat Al-Sanid Al-Riyad, Maktabah Al-Ma’arif,1987,hlm.37
4
Ahmad Izzan, Study Takhrij Hadis,(Bandung:Humaniora,2012).hlm.64.
Musnad yang berhasil ditulis para ahli hadits jumlahnya cukup banyak. Menurut
Al-Kattani (w. 466 H ) dalam Al-Risalah al-Mustatrafah bahwa kitab-kitab sanad
tersebut berjumlah 82 kitab, dan selain itu masih banyak lagi. Penulis kitab musnad
memiliki pendekatan dan warna yang berbeda dalam menulis kitabnya, yaitu:
a. Ada yang menulisnya dengan pendekatan urut-urutan huruf alfabet (merupakan
cara yang paling mudah dan memudahkan),
b. Ada yang menulisnya berdasarkan urutan waktu masuk Islam, mulai dari Abū
Bakr as-Siddiq dan seterusnya,
c. Ada yang berdasarkan kabilah (bangsa),
d. Ada yang menulisnya berdasarkan pengelompokkan wilayah Negara atau tempat
asal, dan lain sebagainya.5
Dari beberapa Musnad di atas, hanya dua musnad yang cukup terkenal, yaitu Musnad
Al-Humaidi dan Musnad Ahmad bin Hanbal. Karena kedua kitab Musnad tersebut, yang
telah dicetak dan masyhur di kalangan masyarakat, sehingga mudah mendapatkannya.
a. Musnad Al-Humaidi
Berdasarkan informasi Mahmud al-Thahhan (1991:40), musnad ini ditulis
Al-Hafizh Abu Bakar Abdullah bin al-Zubair al-Humaidi, guru Al-Bukhari yang
wafat pada tahun 219 H, dalam ukuran sedang dan terdiri atas sebelas bagian
hadits namun yang dicetak ada sepuluh bagian hadits. Kitab musnad ini memuat
1300 hadits sesuai dengan jumlah nomor urut dalam naskah yang telah dicetak,
dan disusun berdasarkan urutan musnad shahabat.
Dalam sistematika kitabnya, beliau terlebih dahulu menyebutkan musnad
Abu Bakar As-Siddiq, khulafaur al-Rasyidin, sesuai dengan urutan sejarahnya.
5
Mahmud Al-Thahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasat al-Asanid,(Tanpa penerbit: 1991), hlm.40.
6
Sumber buku Siswa, Hadits Ilmu Hadits Kelas X MA,(Kementerian Agama Republik Indonesia,
2014),hlm.35.
b. Musnad Ahmad bin Hanbal
Musnad ini telah dicetak menjadi enam jilid besar dan semua 40.000
Hadits, ditulis al-Imam Ahmad bin Hanbal al-Syaibani (w. 241 H). Pada tepi kitab
ini, di tulis kitab Muntakhab Kanzul ‘Ummal Fi Sunanil al-Aqwali Wa al-Afali
karya Ali bin Hisamuddin, yang terkenal dengan Al-Muttaqi.
Musnad ini disusun berdasarkan musnad-musnad sahabat atau kitab yang
meriwayatkan hadits-hadits setiap sahabat, tanpa memperhatikan pokok bahasan
hadits itu, karena orang yang menghimpun semua hadits adalah shahabat yang
telah meriwayatkannya dari Rasulullah saw, beliau tidak menyusun nama-nama
sahabat berdasarkan urutan huruf hijaiyah, namun berdasarkan keutamaan, tempat
tinggal, dan kabilah para sahabat dan sebagainya.
3. Metode Musnad
Salah satu hal yang unik dalam penyusunan hadis adalah diantara para ulama
hadis ada yang tidak menggunakan metode klasifikasi hadis, melainkan berdasarkan
nama sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis itu. Metode ini disebut musnad,
sehingga orang yang merujuk kepada kitab musnad dan ia mau mencari hadis yang
berkaitan misalnya bab shalat, ia tak akan mendapatkan hasil apa-apa. Sebab dalam
kitab musnad tidak akan ditemukan bab shalat, bab zakat ataupun sebagainya, yang
ada hanyalah tentang nama-nama sahabat nabi. 7
Bila kita telah memgetahui sahabat yang meriwayatkan hadis tersebut, maka kita
dapat mencari hadis pada musnad ini. Akan sangat membantu sekali bila terlebih
dahulu melihat daftar isi yang terdapat pada halaman-halaman pertamanya atau
daftar-daftar isi yang terdapat pada akhir jus. Bila kita telah sampai pada hadis-
hadisnya, maka langkah selanjutnya menelusuri hadis-hadis untuk sampai pada hadis
yang dimaksud. Memang terkadang memerlukan terutama pada sahabat-sahabat yang
terbanyak meriwayatkan hadis, seperti: Abu Hurairah, Ibn Abbas, Aisyah. Jika telah
sampai pada hadis yang dimaksud, maka katakan: “Hadis ini dikeluarkan oleh Imam
Ahmad dalam musnadnya pada juz sekian dan halaman sekian.” Dan yang terpenting
kita harus menukil penjelasan dari beliau sekitar hadis tersebut atau sekitar sanadnya.
Contoh:
7
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadis.......hlm.283-284
َر ْاا ِالقَا َمةPَ اُ ِم ُر بِالَ ٌل اَ ْن يَ ْشفَ َع ااْل َء َذانَ َوي ُِو ْث
Langkah pertama kita lihat nama Annas pada musnad Imam Ahmad ini. Nama
beliau terdapat pada juz ketiga halaman 98. Kemudian, kita buka lembaran ini, disitu
kita dapati kumpulan hadis-hadis Anas ra. Hadis yang kita cari setelah menelusuri
seluruh hadis terdapat pada halaman 103. Lalu kita katakan: “Hadis ini dikeluarkan
oleh Imam Ahmad dalam musnadnya juz 3 halaman 103”. Dengan demikian, kita
telah selesai mentakhrij hadis dari musnad Imam Ahmad.
Menurut bahasa kata athraf jamak dari tharf (bagian dari sesuatu). Tharf hadist
adalah bagian hadist yang dapat menunjukkan hadist itu sendiri. kitab-kitab yang
disusun untuk menyebutkan bagian hadist yang menunjukkan keseluruhannya, lalu
disebutkan sanad-sanadnya pada kitab-kitab sumbernya.
10
Agus Solahudin, M. Ulumul Hadis. 2009. (Pustaka Setia: Bandung) hlm. 47.
11
Ibid.,
Dalam menyebutkan hadis, pengarang hanya menyampaikan potongan hadis
tertentu kemudian memberikan keterangan-keterangan untuk nantinya bisa dilacak dalam
kitab induknya. Untuk contohnya adalah sebagai berikut :12
مس ل َّ َو َه َ ه عَلَي ْ ِص لَّى الل َّ ُبي َ ّ [د ت س ق] ح ديث أن ّ ه وف د إلى الن
بمأرب ......الحديث
ِ فاستقطعه الملح الذي
د في الخ راج ( )36عن قتيب ة بن س عيد ،ومحم د بن المتوك ل
أربي ،عن أبي ه، ّ العسقالني ،كالهم ا عن محم د بن يح يى بن قيس الم ّ
مدان، َ ال عبد بن مير َ
ش عن قيس، بن سمى عن شراحيل، بن عن ثُمامة
مال به عن أبيض بن ح ّ
ر ،كالهم ا ت في األحكام ( )39عن قتيبة ،ومحمد بن يحيى بن أبي عم ِ
مد بن يحيى بن قيس ،بإسناده وق ال :غ ريب ك س في إحي اء عن مح ّ
الموات (في الكبرى) عن إبراهيم بن ه ارون ،عن محم د بن يح يى بن
قيس به ،وعن س عيد بن عم رو ،عن بقي ّ ة ،عن عب د الل ه بن المب ارك،
مال به. المأربي ،عن أبيض بن ح ّ ّ [ص ]8:عن معمر ،عن يحيى بن قيس
وعن س عيد بن عم رو ،عن بقي ّ ة ،عن س فيان ،عن معم ر نح وه .ق ال
ص لَّى الل َّ ُ
ه بي َ ّ م ال ،عن أبي ه ،عن الن سفيان :وحدّثني ابن أبيض بن ح ّ
م بمثله .وعن عبد السالم بن ع تيق ،عن محم د بن المب ارك، سل َّ َ
و َ عَلَي ْ ِ
ه َ
عن إسماعيل بن عيّاش وسفيان بن عُيينة ،كالهما عن عمرو بن يح يى
مال نحوه. المأربي ،عن أبيه ،عن أبيض بن ح ّ
ّ بن قيس
ف َرج بن ق في األحك ام ( )78عن محم د بن يح يى بن أبي عم ر ،عن َ
مه ثابت بن س عيد، مال عن ع ّ سعيد بن علقمة بن سعيد بن أبيض بن ح ّ
عن أبيه سعيد ،عن أبيه أبيض نحوه .ك حديث
س في رواية ابن األحمر ولم يذكره أبو القاسم.
Dalam contoh tersebut, sebelum menyampaikan sepenggal hadis, pengarang
], ini memberikan petunjuk bahwa hadis yang disampaikanد ت س ق[memberikan tanda
itu diriwayatkan oleh imam Abu Dawud, Tirmiḍi, Nasa’i dan Baihaqi. Selain itu
pengarang juga memberikan keterangan sanad dari masing-masing periwayat hadis
setelah menyebutkan hadisnya.
12
Manna’ al-Qaṭṭan, Pengantar Studi Ilmu Hadis, terj. Mifḍal Abdurrahman, (Jakarta Timur : Pustaka al-
Kauthar, 2014), hlm,62.
2. Al-Isyraf ‘Ala Ma’rifati Al-Athraf atau Athraf As-Sunan Al-Arba’ah karya Al-
Hafizh Abul Qasim Ali bin Hasan dikenal sebagai Ibnu Asakir.
3. Tuhfatul Asyraf bi Ma’rifatil Athraf atau Athraf Al-Kutub As-Sittah karya Al-
Hafizh Abul Hajjaj Yusuf bin abdurrahman Al-Mizzi (wafat 742 H).
4. Ithaful Muharah bin Athrafil Asyarah, karya Al-Hafizh Ahmad bin Ali Ibnu Hja
Al-Asqalani (wafat 852 H). Al-Asyarah atau kitab yang sepuluh adalah: Al-
Muwaththa’, Musnad Asy-Syafi’ie, Musnad Ahmad, Musnad Ad-Darimi, Shahih
Ibnu Khuzaimah, Muntaqa Ibnul Jarud, Shaih Ibnu Hibban, Mustadrak Al-Hakim,
dan Sunan Ad-Daruquthni.Jumlahnya menjadi 11 karena Shahih Ibnu Khuzaimah
hanya berisi seperempatnya saja.
5. Athraf Al-Masanid Al-Asyarah, karya Abul Abbas Ahmad bin Muhammad Al-
Buwaishiri (wafat 840 H). Al-Asyarah atau munad yang sepuluh adalah: Musnad
Abu Dawud At-Thayalisi, Musnad Abu Bakar Al-Humaidi, Musnad Musaddad
bin Musarhad, Musnad Muhammad bin Yahya Al-Adani, Musnad Ishaq bin
Rawaih, Musnad Abu Bakar bin AbiSyaibah, Musnad Ahmad bin Mani’, Musnad
‘Abd bin Humaid, Musnad Al-Harits bin Muhammad bin Abi Usamah, dan
Musnad Abi Ya’la Al-Mushili. 13
6. Dzakha’ir Al-Mawarits fi Ad-Dalalah ‘Ala Mawadhi’ Al-Hadits, ini merupakan
kumpulan athraf kutubus sittah dan Muwaththa’ Imam Malik, karya Abdul Ghani
An-Nabulsi (wafat 1143 H)
2. Kitab-kitab Mu’jam:
a. Mu‘jam Abi Ya‘la al-Mawsili (210-307 H.)
Kitab Mu’jam ini ditulis oleh Abu Ya’la al-Mawsili Ahmad bin Ali bin al-
Muthanna al-Tamimi, Sahib al-Musnad. Al-Mawsili telah melakukan rihlah sejak
masa kecil dan bertemu dengan tokoh-tokoh hadis pada masa itu. Ia berguru pada
Ahmad bin Mani’, Khalifah bin Khayyat, Abu Khaythamah Zuhayr bin Harb dan
tokoh-tokoh besar lainnya. Ia menyebutkan guru-gurunya itu dalam kitab
Mu’jamnya. Tentang al-Mawsili, al-Daruqitni. Tokoh besar yang meriwayatkan
darinya antara lain adalah al-Nasa’i, Ibn Hibban dan al-Tabrani.
Sayid Abd al-Majid al-Ghawri menyebutkan bahwa dalam Mu’jamnya
Abu Ya’la al-Mawsili meriwayatkan dari 335 shaikh. Dari setiap shaikh terdapat
beberapa hadis, minimal satu. Ia menyusun nama-nama shaikhnya itu sesuai huruf
abjad dan mendahulukan shaikhnya yang bernama Muhammad dalam rangka
mencari berkah.
Dalam kitab Mu’jam Abi Ya’la yang ditahqiq oleh Irsyad al-Haqq al-
Athari pada bab orang-orang yang namanya Muhammad setidaknya ada 67 hadis
yang diriwayatkan dari guru yang bernama Muhammad. Namun setelah diteliti,
ternyata pada hadis ke 43 dan 47, nama guru yang disebutkan bukanlah nama
Muhammad, melainkan Abu Bakr bin Abi Nadr dan Abu ‘Ubaidah bin Fudail bin
‘Iyad.
Berikut Contohnya:
14
Muhammad Kudhori, TIPOLOGI KITAB AL-MA’AJIM DALAM KODIFIKASI HADIS, Jurnal Studi
Hadis, 2016, Volume 2 Nomor 2, hlm.289-290
Setelah selesai menyebutkan guru-guru yang bernama Muhammad, maka
yang ditulis berikutnya adalah guru-guru yang nama depannya diawali dengan
huruf alif. Pada bab huruf alif ini yang pertama kali dicantumkan adalah guru-
gurunya yang bernama Ahmad, lalu berturut-turut yang bernama Ibrahim, Ishaq,
Isma‘il, kemudian guru-guru yang namanya diawali dengan huruf alif secara acak,
tanpa memperhatikan urutan huruf abjad.15
Berikut Contohnya:
15
Ibid,hlm.291-292
c. Al-Mu‘jam al-Saghir
Al-Mu’jam Al-Saghir merupakan kitab Mu‘jam ketiga yang ditulis oleh al-
Tabrani. Kitab al-Mu‘jam al-Saghir juga disusun berdasarkan nama-nama para
guru al-Tabrani. Di dalamnya pada umumnya al-Tabrani hanya membatasi satu
hadis dari setiap gurunya. Hal ini berdasarkan pernyataanya dalam permulaan
kitabnya.
Ia mentakhrij dari seribu shaykh. Menurut al-Kattani yang juga dikutip oleh
Abu Jamil al-Hasan al-‘Ilmi, jumlah hadisnya sebanyak 1500 hadis. Sedangkan
menurut Sayyid ‘Abd al-Majjid al-Ghawri, jumlah hadisnya hanya 1200 hadis.
Nama-nama gurunya dalam kitab ini juga disusun berdasarkan huruf abjad yang
dimulai dengan gurunya yang bernama Ahmad, lalu Ibrahim, Isma’il, Ishaq,
Ayyub dan seterusnya tanpa memperhitungkan huruf keduannya.16
16
Ibid,hlm.297