Disusun Oleh:
Kelompok 5
Muthi`ah Nur Hanifah (21211712)
Nelisaturahmah (21211727)
Nur Rosida Renhoat (21211740)
Dosen Pengampu:
Dr. Muhammad Ulinnuha, Lc., M.A.
Kelompok 7
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tafsir al-Qur’an sebagai usaha memahami dan menerangkan
maksud kandungan ayat-ayat suci al-Qur’an telah mengalami
perkembangan yang cukup variatif. Perkembangan penafsiran
tersebut dilatar belakangi oleh perbedaan mazhab atau aliran,
spesifikasi ilmu atau keahlian, kondisi sosial masyarakat, kondisi
politik dan ekonomi serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya. Oleh karena itu, muncullah corak tafsir yang
beranekaragam yang terkadang dalam hasil akhir penafsirannya
terdapat kesamaan ataupun perbedaan.
Munculnya keanekaragaman tafsir yang berbeda-beda
merupakan suatu kewajaran karena tafsir sendiri ialah hasil karya
manusia. Lahirnya mazhab-mazhab tafsir merupakan
keniscayaan sejarah serta menjadi kekayaan intelektual umat
Islam.2 Perbedaan penafsiran tidak bisa dilepaskan dari keadaan
sosio-kultural dan situasi politik yang dialami oleh mufassir
tersebut. Selain itu, perbedaan kecenderungan dan disiplin
keilmuan setiap.
Mufassir juga ikut mempengaruhi hasil penafsiran yang
pada akhirnya memunculkan pluralitas penafsiran.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Biografi H. Zainuddin Hamidy Dan Fachruddin
HS?
2. Bagaimana metodologi dalam Kitab Tafsir Al-Qur`ȃn karya
H. Zainuddin Hamidy Dan Fachruddin HS?
3. Bagaimana identifikasi ideologis dalam Kitab Tafsir Al-Qur`
karya H. Zainuddin Hamidy Dan Fachruddin HS?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi H. Zainuddin Hamidy
1. Sosio-Historis H. Zainuddin Hamidy
1
ADMIN, “KH Zainuddin MZ,” Ma’had Aly Zawiyah Jakarta (blog), 24 September
2019, https://www.zawiyahjakarta.or.id/2019/09/24/kh-zainuddin-mz/.
13
karir, da’i kondang ini benar-benar merayap dari bawah. Sejatinya,
Zainuddin adalah seorang orator yang memiliki kekuatan dahsyat
memikat massa untuk tidak beranjak dari tempat duduk mereka.
Humornya yang segar disela-sela ceramah agama yang disampaikan,
membuat massa tidak pernah merasa jenuh mendengarkan ceramahnya.
14
saking banyaknya jamaah yang selalu hadir dalam ceramahnya. maka ia
mendapat julukan “Da’i sejuta ummat”.
Ketika tahun 1980-an masa Partai Persatuan Pembangunan
(PPP) sedang tinggi militansinya di Jakarta, Zainuddin MZ
menjadi salah satu Juru Kampanye andalan PPP. Namun ketika
Orde Baru makin menancapkan kekuasaannya, Zainuddin lebih
memilih di garis netral “Tidak kemana-mana tetapi ada dimana-
mana”, sehingga ia bisa dengan leluasa berceramah pada semua
konstituen dari partai manapun, demikian salah satu alasannya
ketika ia lebih memilih netral.
Reformasi 1998 selain membawa perubahan iklim politik
rupanya membawa perubahan sikap politik Zainuddin MZ, ia
yang semula berada digaris netral pada waktu itu lebih memilih
kembali ke PPP sebagai rumah lamanya. Namun di PPP pun
guncangan terhadapnya begitu kuat, sehingga ia dengan terpaksa
mendirikan Partai Bintang Reformasi (PBR), “Ini hijrah politik,”
katanya dalam berbagai ceramahnya waktu itu. Nama besar
Zainuddin MZ mampu membuat PBR memiliki kursi baik di DPR
RI maupun DPRD di beberapa provinsi, meski ia sendiri tidak
berhasil duduk di Senayan karena suaranya tidak memenuhi
Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) untuk daerah pemilihan
Jakarta.2
3. Karya-Karya H. Zainuddin Hamidy
Dengan berbagai macam ilmu-ilmu agama Islam yang
dikuasai oleh Zainuddin Hamidy, maka tidak mengherankan jika
2
ADMIN.
15
akhirnya terlahirlah beberapa hasil karya yang dibukukan dan
diterbitkan, sehingga memperkaya pustaka khazanah keilmuan
agama Islam di Indonesia. Terdapat banyak buku yang telah
beliau karang, tetapi ketika Belanda dan Jepang datang
mengobrak-abrik pesantren Ma'had al-Islamy dan rumah
Zainuddin Hamidy, tidak sedikit buku-buku karangan beliau yang
dibakar dan hilang.' Di antara hasil karya Zainuddin Hamidy yang
berhasil diketahur oleh penulis adalah sebagai berikut:3
a. Kitab Musthalah Hadits. Buku in merupakan salah satu
pegangan beliau ketika mengajarkan ilmu hadits di Training
College, Payakumbuh dan PGA A Bukit Tinggi.
b. Tafsir Qurän yang diterbitkan oleh Widjaya Jakarta pada
tahun 1959."
c. Terjemah Shahih Bukhari yang diterbitkan oleh Widjaya
Jakarta 1981.
d. 40 Hadis Pilihan dengan Sejarahnya, diterbitkan ole
Djajamurni Diakarta 1980.
e. Terjemah hadits Oudsi, sebuah terjemahan dari kitab Al-
Ithäfät al- Isanawiyah bi al-Ähadits al-Qudsiyah yang
diterbitkan oleh Rineka Cipta Jakarta.
Dengan demikian, menurut penulis dari pemaparan yang
telah disebutkan di atas, bahwa metode pendidikan yang bercorak
pesantren dan bernuansa Timur Tengah, dan dilihat dari berbagai
3
Ridhan Fauzi, “Corak Tafsir Ijtima’i di Indonesia Modern: Studi atas Kitab Tafsir
Quran Karya H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS.,” UIN Syarif Hidayatullah,
April 2016.
16
karya-karyanya, inilah menurut penulis yang melatar belakangi
pemikiran Zainuddin Hamidy.4
B. Biografi Fachruddin HS
1. Sosio-Historis Fakhruddin HS
Fachrudin HS. Datuk majo indo atau yang lebih dikenal
dengan Fachrudin HS (Husein) dilahirkan di situjuah Batur,
kecamatan luhak kabupaten 50 kota provinsi Sumatera Barat.
Pada tanggal 5 Jumadil awal 1326 H, atau bertepatan dengan
5 Juni 1908 m. Menurut ayahanda nama Fachrudin adalah
nama seorang mufassir atau Fachrudin Al Razi, diharapkan
Fachrudin kecil akan menjadi seorang mufassir juga, ayahnya
adalah syekh h Husein, yang lebih dikenal dengan tuanku
khatib H Husein (Tuanku Khatib) anak dari syekh Ismail bin
syekh Abdul Majid bin Saidi. Ibunya bernama hj putiah
Fatimah. Fachrudin HS merupakan keturunan darah biru,
atau ulama terkenal di Sumatera Barat. Beliau adalah anak
pertama dari dua bersaudara adiknya bernama makinuddin
HS.5
Dalam hubungan berkeluarga beliau telah menikahi
empat orang perempuan yang menjadi istrinya, antara lain
pertama bernama itam, seorang gadis di kampungnya,
menikah pada tahun 1923 ketika beliau berumur 17 tahun dari
pernikahannya ini tidak dikaruniai anak. Kedua, bernama
Yuli nun, menikah pada tahun 1927 dan dari pernikahannya
5
Mafri-Amir, Lieratur Tafsir Indonesia… h, 121-122
17
ini dikaruniai tiga orang anak. Keempat bernama bulan,
menikah pada tahun 1935 dan dikaruniai empat orang anak.
Ada Berapa faktor beliau mempersunting para istrinya,
pertama adalah faktor ekonomi keluarga yang
memungkinkan beliau memiliki empat orang istri, kedua
beliau ingin menegakkan agama Allah melalui keturunan
yang banyak.6
2. Riwayat Pendidikan Dan Politisi Fakhruddin HS
6
Mafri-Amir, Lieratur Tafsir Indonesia… h, 123
7
https://www.bing.com/ck/a?!&&p=b37592dcf860e369JmltdHM9MTY5ODAxOTIwM
CZpZ3VpZD0yYTZjZDM1NS1kYTU5LTYyNzAtMzkzMi1jMjU1ZGIzMjYzYzImaW5zaWQ9
NTIwMg&ptn=3&hsh=3&fclid=2a6cd355-da59-6270-3932-
c255db3263c2&psq=H.+Fachruddin+HS.+Datuk+Majo+Indo&u=a1aHR0cHM6Ly9yZX
Bvc2l0b3J5LnVpbmprdC5hYy5pZC9kc3BhY2UvYml0c3RyZWFtLzEyMzQ1Njc4OS81NT
c3OC80L0hhbWthJTIwSGFzYW4lMjAtJTIwTGl0ZXJhdHVyZSUyMFF1cmFuJTIwaW4lMj
BJbmRvbmVzaWEtJTIwVGFmc2lyJTIwQWwtUXVyYW4lMjBILiUyMFphaW51ZGRpbiUy
MEhhbWlkeSUyMEFuZCUyMEZhY2hydWRkaW4lMjBIUy5wZGY&ntb=1 MENGENANG
H. FACHRUDDIN HS DT. MAJO INDO (1908 – 1987) Ulama Perintis Kemerdekaan :
‘Susun Tafsir Alquran & Terjemahan Ribuan Hadist’
18
pesat di Minangkabau, Buya Fachrudin HS, ikut mendirikan
cabang Sumatera Thawalib di Payakumbuh. Dari sinilah,
Buya Fachruddin HS mulai terlibat dalam gerakan
kebangsaan di Sumatera Barat.
Ia berteman akrab dengan Buya Zainuddin
Hamidy (pendiri Mahad Islami Payakumbuh), Syekh
Nasrudin Thaha (menantu Syekh Abbas Abdullah), Darwis
Dt Tumenggung atau Darwis Taram (ayah mantan Bupati
Limapuluh Kota Amri Darwis), dan Arisun Sutan
Alamsyah (mantan Bupati Limapuluh Kota). Mereka yang
disebut ‘lima serangkai’ ini kerap melakukan ‘konfrontasi’
terhadap Kolonial Belanda.
Puncaknya, pada 1930, ketika Sumatera Thawalib
menjelma menjadi Persatuan Muslimin Indonesia
(Permi), Fachruddin HS terpilih sebagai ketua Permi Cabang
Payakumbuh. Organisasi ini, dalam sejarahnya, tidak hanya
menanamkan harga diri bangsa dan agama di atas kepentingan
individu. Tapi juga menentang kebijakan Belanda, terutama
Ordonansi Sekolah Liar atau pembatasan pendirian sekolah
dan Ordonansi Guru atau pembatasan guru yang mengajar.
Bukan itu saja, Permi sesuai hasil kongres pertamanya di
Bukittinggi pada 22 sampai 27 Mei 1931, juga menyatakan
diri sebagai partai politik berazas “Islam dan Kebangsaan”,
dengan visi mencapai Indonesia merdeka. Hal ini membuat
Belanda menjadi ketakutan. Sehinga tiga pentolan Permi
Sumbar yang populer saat itu, yakni Djalaludin Thaib Dt
Pangulu Basa, Ilyas Jacob, dan Muhammad Lutfhi, ditahan
19
dan dibuang ke Digul. Begitu pula dengan Rasuna Said yang
dipenjara beberapa tahun.
Kondisi ini membuat Permi sempat vakum. Sehingga,
Buya Fachruddin HS didapuk melanjutkan kepengurusan,
dengan posisi sebegai Sekretaris Permi Sumbar. Bersama
Buya H Masoer Daoed Dt Palimo Kayo yang menjadi ketua,
Buya Fachruddin HS rajin turun ke daerah, memberi
penerangan kepada masyarakat mengenai perjuangan ummat
Islam dalam membebaskan rakyat Indonesia dari penjajah
Belanda.
Kondisi ini, lagi-lagi membuat Belanda tidak nyaman.
Pemerintah negeri kincir angin itu kemudian memberlakukan
“Vergader Verbond” atau larangan rapat-rapat dalam bentuk
apapun. Untuk mensiasati kebijakan ini, Buya Fachruddin
memilih masuk dalam sistem yang dibuat Belanda. Bersama
DP Sati Salimin, Darwis St Majolelo, Haji Sirajuddin Abbas
dkk, Buya Fachruddin terpilih sebagai anggota Minangkabau
Raad atau DPR Minangkabau.
Posisi sebagai anggota Minangkabau Raad dari 1937
sampai 1942, membuat Buya Fachrudin tidak kesulitan bila
tampil sebagai mubaligh pada sebuah tabligh akbar atau
sebagai “spreker” (pembicara) pada sebuah “Openbared
Vergadering” (semacam pertemuan akbra). Perwakilan
Belanda yang disebut PID dan bertugas mengawasi pertemuan
rakyat kala, biasanya segan mengetok meja, kalau Buya
Fachruddin HS yang berbicara.
20
3. Guru HS. Fakhruddin
Tim peneliti dari Pusat Kajian Budaya Islam (PKBI),
Fakultas Ilmu Budaya-Adab, Universitas Islam Negeri (UIN)
Imam Bonjol Padang, memperkirakan, Buya Fakhrudin HS
menimba ilmu selama setahun kepada Tuanku Mudo Hamzah
(1921-1923) di Situjuah. Setelah itu, berguru di surau Engku
Mudo Ahmad Karuang di Aiatabik, selama empat tahun
(1923-1927).
Meski ‘hanya’ mengecap pendidikan surau, tapi
pengetahuan agama Buya Fachruddin HS sangat luas. Kajinya
dalam. Beliau ahli dalam menterjemahkan Al-Quran. Ini
dibuktikan dengan Tafsir Al-Quran Indonesia yang disusun
Buya Fachruddin HS bersama Buya Zainuddin Hamidy dan
diterbitkan sejak 1950 silam. Sampai kini, tafsir yang disusun
kedua ulama ini masih dapat ditemukan.
4. Karya Fakhruddin HS
Selain menyusun tafsir Quran berbahasa Indonesia, Buya
Fachrudin HS Dt Majo Indo juga menterjemahkan ribuan
hadis Nabi Muhamad ke dalam bahasa Indonesia. Terjemahan
itu dituangkan dalam dua kitab berbeda. Yakni, kitab
terjemahan : Shahih Bukhari 1 sampai 4, dan kitab terjemahan
“Shahih Muslim” yang juga terdiri dari seri 1 sampai 4.
Berdasarkan hasil penelitian dosen Universitas Brunai
Darussalam, Jannatul Husna P.hd, yang dimuat dalam Jurnal
Ushuluddin Volume 24. No 1. edisi Januari-Juni 2018, Buya
Fachruddin HS menterjemahkan lebih dari 1563 hadis ke
21
dalam bahasa Indonesia. Hadis yang diterjemahkan adalah
hadis-hadis shahih yang diriwayatkan Muslim dan Bukhari.
Tidak hanya menyusun terjemahan Al-Quran dan
terjemahan hadis, menurut Jannatul Husna, Buya Fachruddin
HS juga menterjemahkan karya-karya ilmiah bahasa Arab ke
dalam bahasa Indonesia. Diantaranya, kitab Al-Iman wa al-
hayah karangan Syekh Al-Qardawi yang diterjemahkan
menjadi buku berjudul “Iman dan Kehidupan”.
Kemudian, menurut Jannatul Husna, Buya Fachruddin
HS menulis buku berjudul “Pembentukan Pedoman Moral
Quran” yang diterbitkan Bina Aksara pada 1985. Kecuali
buku ini, Buya Fachruddin juga menulis Ensiklopedi Al-
Quran yang terdiri dari buku 1 dan buku 2). Kemudian,
buku “Mencari Kurnia Allah” (Penerbit Rineka Cipta), serta
buku berjudul “Politik dan Islam”.
C. Identifikasi Metodologis Kitab
Berikut ini dijelaskan beberapa uraian tentang data fisiologis,
sistematika penulisan, latar belakang penulisan, sumber
penafsiran, corak penafsiran, serta kelebihan dan kekurangan
kitab Tafsir Quran karya H. Zainuddin Hamidy dan Faachruddin
HS.
1. Fisiologis Tafsir Quran
Data fisiologis berikut merupakan data dari kitab Tafsir
Quran cetakan ke dua pada tahun 1959.
Tafsir ini Bernama “Tafsir Quran; Naskah Asli
Terdjemah-Keterangan Lengkap 30 Djuz” yang ditulis oleh
dua ulama dari Sumatera Barat yaitu H. Zainuddin Hamidy
22
dan Fachruddin HS. Kitab ini hanya terdiri dari satu jilid saja.
Adapun sampul depan memakai hardcover berwarna merah
dengan tulisan ‘Tafsir Quran’ memakai tinta emas disebelah
tengah atas.
Kitab ini memiliki Panjang 28 cm dan lebar 25 cm.
Adapun kertas yang dipakaiadalah kertas koran yang
warnanya sudah memudar. Terdapat banyak bercak dan
kertasnya mulai rapuh dan mudah sobek. Bahasa yang
digunakan dalam tafsir ini berbeda dengan bahasa yang
dipakai oleh mufassir Indonesia lain yang sezaman yaitu
Bahasa Indonesia dengan Ejaan Yang Belum
Disempurnakan.8
Kitab ini selesai ditulis pada tahun 1953, kemudian
mulai diterbitkan oleh penerbit widjaja Jakarta dengan nomer
cetak MCMLXI yang diterbitkan pada tahun 1958. Kitab ini
telah dicetak ulang sebanyak 13 kali hingga tahun 19897.
Kitab ini terdiri dari 963 halaman yang dihitung Mulai dari
pembahasan QS. Al-Fatihah. Sebelumnya, ada 13 halaman
tambahan.
Pada awal buku ini, terdapat kata sambutan dan
pengantar dari Syekh Sulaiman ar-Rasuli Bandung, pada
tahun 1956 sambutan dari Syekh Ibrahim Musa Parabek, dan
sebelumnya yang menulis 3 pada tahun 1953, Haji Agus
Salim Tafsir ini selesai pada tahun 1953. Kemudian, penulis
Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS menulis daftar surat
8
Ridhan Fauzi, “Corak Tafsir Ijtima’i di Indonesia Modern: Studi atas Kitab Tafsir
Quran Karya H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS.”
23
sesuai dengan abjad Latin dan di akhir buku Zainuddin
Hamidy dan Fachruddin HS menyertakan petunjuk isi,
dengan abjad, daftar surat, dan isi yang terpenting.9
2. Latar Belakang Penulisan Tafsir Quran
Seseorang jika telah memiliki ilmu dan wawasan yang
tinggi serta dibarengi dengan keimanan, pasti keilmuannya
tidak hanya bermanfaat bagi dirinya, tetapi juga untuk
Masyarakat luas. Maka tidak heran jika para ulama termasuk
yang tersebut diatas menuangkan ilmunya kedalam buku dan
karya-karya. Tiada lain tiada bukan, niat menuliskan karya
ini hanya untuk suambangan darmabakti untuk menjungjung
tinggi agama islam. Dalam pengantar kitab tafsir ini tertulis:
"Penyusunan tafsir Al-Qur'an ini bukanlah perkara
yang mudah, melainkan pekerjaan yang berat dan sulit. Dan
penulisan ini memerlukan kajian yang memakan waktu
beberapa tahun dan penyusunannya memerlukan tenaga,
pikiran, dan waktu yang cukup Alhamdulillah, pekerjaan
yang panjang dan berat ini telah selesai sebagai sumbangsih
dan pengabdian untuk ketinggian agama kita”10
9
Sayyida dkk., “Sastra Al-Qur’an di Indonesia: Tafsir Al-Qur’an H. Zainuddin Hamidy
dan Fachruddin HS (Suatu Analisis Pendekatan Filologi),” ICIIS UIN Syarif
Hidayatullah, Oktober 2022.
10
Sayyida dkk.
11
Sayyida dkk.
24
beliau menuliskan penomoran juz di kiri atas, pada
pertengahan atas dituliskan nomor dan nama surat, dan nomer
halaman pada sisi kanan atas.
Disisi bawah, ada nomor surat dan di bawahnya
terdapat nama surat berserta arti dari nama tersebut. Lalu
pada setiap surat beliau menyebutkan tempat turun surat
tersebut serta menyebutkan banyaknya jumlah ayat dari
setiap surat. Adapun penulisan ayat berdampingan dengan
terjemahannya, teks Arab berada disisi kanan sedangkan teks
Indonesia berada disisi sebalah kiri.
Beralih pada sisi penafsiran, beliau menafsirkan ayat
dengan menempatkan tafsirnya pada bagian bawah teks Arab
dan Indonesia seperti catatan kaki. Catatan kaki pada kitab ini
berjumlah sekitar 2189 buah. Pada umumnya kata Allah
beliau sebutkan dengan kata Tuhan sebagai alih bahasanya,
tetapi tidak hanya kata Allah saja yang dialih bahasakan
tetapi ada beberapa juga yang terjemahannya sudah dialih
bahasakan. Menurut sumber yang berasal dari daerah Padang,
kata Tuhan memang biasa disebut sebagai alih bahasa dari
kata Allah. Beliau hanya menafsirkan ayat dengan secara
sederhana dan singkat, tetapi adakalanya beliau menafsirkan
lebih Panjang.
Penamaan pada surat dalam al-Qur'an, biasanya beliau
memberikan penjelasan dan memaparkan keutamaan
mengenai nama surat tersebut, kecuali pada surat at-Taubah.
Dalam menafsirkan suatu ayat, beliau memberikan rujukan
sebagai tambahan dari penafsirannya, baik itu berupa rujukan
25
pada ayat al-Qur'an, hadis-hadis Nabi, pendapat orang lain."
dan juga tidak jarang beliau mengutip dari kitab-kitab suci
yang lain seperti Injil, Taurat dan lain-lain. Mengambil
sumber dari ayat yang lain sebagai rujukan, sesuai dengan
tema yang dibahas," dan juga memberikan penjelasan
mengenai ayat-ayat muqatha'ah (seperti yasin, hamim dan
lain-lain).
Pada bagian belakang setelah surat An-Nas, beliau
memberikan Isi Tafsir al-Qur'an, hal ini terlihat seperti tema-
tema yang dibahas dalam al- Qur'an dengan memberikan
rujukan ayat. Bagian selanjutnya, beliau memberikan daftar
surat dan isi yang terpenting dalam al-Qur'an, ini terlihat
seperti indeks, dan beliau mencantumkan tema-tema yang
terdapat pada setiap surat, sesuai dengan tartib mushafi.
Setelah itu terdapat lembar catatan-catatan kosong yang
beliau sediakan.
4. Sumber Penafsiran Tafsir Quran
Penafsiran ayat Al-Qur’an pada kitab tafsir ini
mengambil refrensi yang sangat beragam. Sumber hadis yang
digunakan adalah Sahih al-Bukhari, Sahih Muslim, dan kitab-
kitab hadis lainnya. Di antaranya adalah al-Mufradat Fi
Gharibil Qur'an karya al-Asfahani, Mujam Gharibil Qur'an
karya Muhammad Fuad Abdul Baqi, dan Mu'jam al-Qur'an
karya Abdul Rauf al-Misry. Tafsir ini didukung oleh banyak
ulama seperti Haji Agus Salim dan Syekh Ibrahim.12
12
Sayyida dkk.
26
Selain sumber yang telah disebutkan diatas, beberapa
penafsiran ayat merujuk kepada analisa bahasa, ijtihad
penulis, Bible, Sejarah, dan lainnya.13 Dapat disimpulkan
bahwa penafsiran ayat dalam kitab ini bersumber bil ma’tsur
dan bil ra’yi
5. Model Terjemahan, Metode dan Corak Penafsiran Tafsir
Quran
Model terjemah yang digunakan oleh penulis dalam
menuliskan kitab ini adalah model terjemah tafsiriyyah.14
Sedangkan pada tafsirannya, metode yang dipakai adalah
metode ijmali, karena menafsirkan Al-Qur’an runtut dari Al-
Fatihah hingga An-Naas dengan penafsiran yang ringkas dan
global.Corak penafsiran yang cenderung dipakai oleh penulis
adalah corak adabi ijtima’i, karena didalamnya banyak
membahas perihal kemasyarakatan menurut perspektif Al-
Qur’an.15
6. Komentar Terhadap Tafsir Quran Zainuddin Hamidy dan
Fakhruddin HS
Syeikh Soelaiman Ar-Rasoeli menuturkan, "Ketika
saya membaca sebahagian dari naskah Tafsi Quran susunan
Fachruddin Hs. dan H. Zainuddin Hamidy ini, maka saya
berpendapat bahwa kandungan Tafsir ini akan menjadi
ni'mat bagi masyarakat bangsa kita, terutama bagi mereka
yang belum paham akan bahasa Arab... Kepada umum sya
13
“Literatur Tafsir Indonesia: Tafsir Qur’an oleh H. Zainuddin Hamidy dan H.
Fachruddin HS,” t.t.
14
Sayyida dkk., “Sastra Al-Qur’an di Indonesia: Tafsir Al-Qur’an H. Zainuddin Hamidy
dan Fachruddin HS (Suatu Analisis Pendekatan Filologi).”
15
Ridhan Fauzi, “Corak Tafsir Ijtima’i di Indonesia Modern: Studi atas Kitab Tafsir
Quran Karya H. Zainuddin Hamidy dan Fachruddin HS.”
27
anjurkan supaya membaca dan mempelajari Tafsir Quran
ini...".
Syeikh Ibrahim Musa Parabek menuturkan, "...Setelah
saya perhatikan Tahir Quran yang diusahakan oleh saudara
Fachruddin Hs. dan H. Zainuddin Hamidy, baik isi maupun
susunannya, dapatlah saya kemukakan bahwa usaha ini telah
membuka pintu dan memberi jalan untuk mendapatkan ilmu
dan hikmat yang terkandung di dalam Al-Qur'an terutama
bagi mereka yang belum memahami bahasa aslinya...".
H. Agus Salim menuturkan, "...Dengan Ikhlas dan
senang hati, saya menyambut baik dan memuji Tafsir Al-
Qu'an yang disusu oleh K.H. Zainuddin Hamidy dan
Fachruddin Hs. sehingga penyusunannya ini aka menuntun
untuk mempelajari ilmu Al-Qur'an lebih dalam...".16
D. Identifikasi Ideologis Kitab
1. Aliran Kalam
Aliran Kalam dalam kitab Tafsir Quran karya Zainuddin
Hamidy dan Fakhruddin HS adalah Ahlu Sunnah Wa al-
Jama'ah, aliran Asy'ari Mutaqaddimin. Hal ini penulis
simpulkan berdasarkan hasil identifikasi pada QS. Al-
Baqarah [2]: 1.
Alif Lam Mim. (QS. Al-Baqarah [2]: 1) Zainuddin Hamidy
dan Fakhruddin HS mengembalikan maknanya kepada Allah.
Zainuddin Hamidy dan Fakhruddin HS berpendapat, tidak
ada yang mengetahui dengan pasti, apa makna Alif Lam
Mim. Ayat ini termasuk ke dalam ayat-ayat, yang hanya
Allah sendiri mengetahui maknanya. Oleh karenanya, ia
menerjemahkan dengan: Allah yang lebih mengetahui apa
16
“Literatur Tafsir Indonesia: Tafsir Qur’an oleh H. Zainuddin Hamidy dan H.
Fachruddin HS.”
28
yang dimaksud dengan rangkaian huruf-huruf tersebut. Dan
pendapatnya ini sesuai dengan aliran Asy'ari Mutaqaddimin.
2. Aliran Fikih
Seperti halnya ulama lain, Zainuddin Hamidy dan
Fakhruddin HS berpendirian bahwa syariat Islam bersifat
dinamis dan elastis, sesuai dengan perkembangan masa dan
tempat. Ruang lingkupnya mencakup segala aspek kehidupan
manusia, baik dalam hubungannya dengan sesama maupun
dengan Tuhannya. Syariat Islam yang bersumber dari wahyu
Allah Swt. ini kemudian dipahami oleh umat Islam melalui
metode ijtihad untuk dapat mengantisipasi setiap
perkembangan yang timbul dalam masyarakat. Ijtihad inilah
yang kemudian melahirkan fiqh.
Dalam kitab ini, beliau berdua hanya menjelaskan secara
umum dan singkat kesimpulan hukum yang ada dalam ayat
fikih. Karenanya, penulis sedikit kesulitan dalam
menentukan mazhab fikih apa yang cenderung dipakai oleh
Zainuddin Hamidy dan Fakhruddin HS .
29
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
H. Zainuddin Hamidi dan Fachrudin HS. Merupakan
ulama tersohor dari Sumatera Barat. Beliau berdua Menyusun
kitab tafsir berbahasa Indonesia yang dinamakan “Tafsir Quran;
Naskah Asli Terdjemah-Keterangan Lengkap 30 Djuz”
Kitab tafsirnya hanya satu jilid, beraksara latin dan
berbahasa Indonesia dengan ejaan yang belum disempurnakan.
Beliau berdua Menyusun kitab tafsir ini sebagai bukti
kecintaannya pada Agama Islam. Kitab tafsir ini memakai
metode penerjemahan tafsiriyah, metode penafsiran ijmali dan
bercorak tafsir adabi ijtima’i.
Aliran kalam dalam tafsir ini adalah Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah Asy’ariyah Mutaqaddimin. Akan tetapi mazhab
fikihnya belum terdeteksi karena beliau berdua hanya
menjelaskan secara umum dan singkat kesimpulan hukum yang
ada dalam ayat-ayat fikih.
13
DAFTAR PUSTAKA
15