Disusun Oleh :
Kelompok I
Nadia Zakia (21211718)
Najwa Kamila (21211722)
Nurhidayatul Khairiyah (21211743)
Nurul Hasanah (21211746)
Dosen Pengampu :
Dr. Ziyad Ul-Haq, M.A
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................. 27
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Balaghah, sebagaimana ilmu lain berangkat dari sebuah
proses penalaran untuk menemukan premis-premis pengetahuan yang
dianggap benar untuk kemudian disatukan menjadi kumpulan teori.
Setelah teori itu dikumpulkan secara umum dengan Pembagian-bagian
yang sepesifik, maka ada kecenderungan untuk mempelajari bagian-
bagian tersebut secara parsial-banyak yang menyebut al-Sakkâki sebagai
tokoh yang mengubah balaghah dari shina'ah menjadi ma'rifah-dari
induktif menjadi deduktif. Dari paparan tersebut tersirat bahwa setiap
ilmu mempunyai objek kajian yang membatasi ruang gerak keilmuan
tertentu, agar jelas dan tidak keharusan pembahasan.
Sastra yang merupakan ekspresi merdeka, bukan sesuatu yang
tanpa aturan dan rumusan. Hal ini bisa dibuktikan dengan munculnya
beragam ilmu sastra yang menentukan kualitas karya saatra yang
dianalisa. Dalam tradisi ilmu sastra Arab, balaghah setelah menjadi ilmu
mempunyai rumusan-rumusan tertentu yang digunakan sebagi basis
konkretisasi sastra dan tolak ukur keindahan dan ke- balaghah-an karya
sastra. Balaghah merupakan ilmu sastra di atas kajian morfologi dan
sintaksis, kajian balaghah berpijak pada kedua ilmu tersebut, yang secara
teori prasyarat mempelajari balagah harus menguasai morfologi (sharf)
dan sintaksis (nahw). Makalah ini secara ringkas berusaha untuk
mendeskripsikan Ilmu al-Balaghah.
4
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan Latar Belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apa pengertian Ilmu Balaghah?
2. Apa Pengertian Ilmu Ma’ani?
3. Apa Pengetian Ilmu Bayan?
4. Apa Pengertian Ilmu Ba’di?
C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas tujuan penulisan makalah yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Balaghah
2. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Ma’ani
3. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Bayan
4. Untuk mengetahui pengertian Ilmu Ba’di
5
BAB II
PEMBAHASAN
َ ُ َٰ ُٗ ٰ ٗ ُ َ َ ً ْ ُ ُ ْ َ َ َ َّ ً ْ ُ ٗ ُّ ُ ُ ْ َ َ َ ً َ ْ ْ َ َ َ َ ْ ْ َ ْ َّ َ َ
ۗوح ْمله َو ِفصله ثلث ْون ووصينا ال ِانسان ِبوالِديهِ ِاحساناۗحملته امه كرها ووضعته كرها
َّ َ َ ْ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ًَ َ َ ََ َّ ُ َ َ َ َ ّٰ َ َ
ش ْه ًراۗحت ٓى ِاذا َبلغ اشد ٗه َو َبلغ ا ْر َب ِع ْين َسنةًۙقال َر ِب ا ْو ِزع ِن ْ ٓي ان اشك َر ِنع َمتك ال ِت ْ ٓي
َ َ ُ ُْ ُ ْ ْ َ ُ ٰ َ ً َ َ َْ ْ َ َ ٰ َ َ َ َ ََْ
انع ْمت علَّي َوعلى َوا ِلد َّي َوان اع َمل ص ِالحا ت ْرضىه َواص ِلح ِل ْي ِف ْي ذ ِرَّي ِت ْيۗ ِ ِان ْي تبت ِال ْيك
َ ْ
١٥ َواِ ِن ْي ِم َن ال ُم ْس ِل ِم ْين
selesai atau tujuan akhir. Hal ini sebagaimana terdapat dalam firman
Allah SWT Qs. Al-Baqarah ayat yang membahas mengenai habisnya
masa iddah seorang istri yaitu selama 40 hari. Pada tafsir ayat ini,
dikatakan bahwa hendaklah seorang istri menunggu sedikitnya empat
puluh hari setelah suaminya wafat sebelum menerima lamaran atau
mencari kegembiraan yang lain. Jika telat sampai pada batas iddah
tersebut maka larangan yang diperintahkan oleh Allah SWT sudah tidak
berlaku lagi.
7
Maudhu atau pembahasan yang dikaji dalam ilmu balaghah
adalah perkataan Bahasa Arab yang fasih dari segi tingkatakannya serta
yang sesuai dengan situasi dan kondisi. Hal ini mendorong untuk
mengkaji kebalighan setiap kalam Arab bukan hanya yang ada di dalam
Al-Qur’an saja. Pembahasan balaghah juga menyentuh aspek-aspek
respon orang-orang Arab terhadap Al-Qur’an termasuk mereka yang
mencoba membuat ayat yang semisal dengan Al-Qur’an. Tantangan
untuk membuat yang semisal dengan Al-Qur’an tidaklah dapat dilakukan
oleh siapapun walaupun oleh mereka yang tak terkalahkan dalam
membuat syair pada masa itu.
Pengkhususan Ilmu balaghah untuk mengkaji kata dan kalimat
dalam Bahasa Arab adalah karena ilmu ini dikhususkan untuk mengkaji
kemukjizatan Al-Qur’an. Adapun tujuan pokok dalam penyusunan ilmu
ini adalah untuk menampakaan rahasia-rahasia kedalam makna dalam
Al-Qur’an. Selain itu juga untuk menampilkan segi kemukjizatan Al-
Qur’an dari tata bahasanya. Karena Al-Qur’an dan Bahasa Arab
mempunyai hubungan yang erat jika ditinjau dari segi ilmu balaghah.
Ilmu balaghah sendiri bergantung pada dua hal utama: pertama,
terhindarnya kesalahan dan penyampaian makna yang dimaksud oleh
mutakallim. Kedua, terhindarnya dari sebab-sebab rusaknya kefasihan.
Kedua hal ini harus terwujud guna disebutnya suatu kalam sebagai kalam
yang baligh.1
1. Aspek-Aspek Ilmu Balaghah
Perkataan yang baligh ialah perkataan yang sampai pada
maksudnya, yakni yang mana ketika perkataan tersebut diucapkan
maka pendengar mengetahui maksud dari apa yang dikatakan oleh
1
Ilma Amalia, R. Edi Komarudin “Ilmu Balaghah” Jurnal Ilmiah Multidisiplin Volume
1, Nomor 5, Juni 2023, Halaman 241-249
8
pembicara. Setiap ilmu memiliki aspek tertentu yang menunjang ilmu
tersebut. Balaghah memiliki aspek-aspek yang mana ketika aspek ini
terwujud akan mengantarkan kita pada makna balaghah itu sendiri.
Adapun aspen yang harus dicapai untuk mencapai baligh nya suatu
ungkapan yaitu :
a. Balaghah fil kalam atau sampainya suatu perkataan sesuai
dengan tuntutan situasi dan kondisi. Para ulama berbeda-beda
dalam mengngkapkan arti dari kalam baligh namun yang paling
masyhur menyebut bahwa kalam baligh ialah sebagaimana
definisi yang sudah diungkapkan di atas. Dari sini maka dapat
difahami bahwa aspek pertama dalam balaghah yakni harus ada
sesuatu yang mendorong mutakallim atau pembicara untuk
mengungkapkan pembicaraannya dengan suatu kekhususan
tersendiri supaya sampai pada pokok pembicaraan yang ingin
dibicrakan atau yang dimaksudkan oleh mutakallim. Dikatakan
pula bahwa balighnya kalam sebagai suatu pendorong atau
pemotivasi yang memaksa mutakallim untuk mengungkapkan
keinginannya melalui suatu perkataan. Arti dari istilah Ialah
semua perkataan yang berisi tentang kekhususan-kekhususan
yang mestinya sesuai dengan situasi dan kondisi. Sebagaimana
Allah SWT mengngkapkan dalam Qs. Yaasin ayat 14:
َ ُ ُ َ َّ ُ َ َ َ َ ْ َّ َ َ َ ُ ْ ُ ََّ َ ْ َ ْ ُ ْ َ َ ْ َ ْ َ ْ
١٤ ث فقال ْوٓا ِانآ ِال ْيك ْم ُّم ْر َسل ْون
ٍ ِاذ ارسلنآ ِالي ِهم اثني ِن فكذبوهما فعززنا بِثا ِل
9
Ayat ini menganggambarkan bagaimana mereka mengingkari
utusan yang diutus kepada mereka. Kondisi ini menuntut jawaban
atas mereka dengan ungkapan yang tegas. Maka Rasul berkata
“sesungguhnya kami-lah utusan bagi kalian”. Yang mana
terdapat kata inna dalam ayat tersebut yang merupakan kata
penegasan dalam Bahasa Arab, maka dikatakan bahwa perkataan
ini sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat itu (yang butuh
penegasan). Selain harus sesuai dengan situasi dan kondisi, yang
dimaksud dengan baligh fi kalam harus juga dengan bentuk yang
fashih. Karena, jika sebuah ungkapan baligh dalam kalamnya
tetapi tidak fasih dalam pengungkapannya maka tidak bisa
dikatakan kalam tersebut sebagai kalam yang baligh.
Terealiasasinya balaghah tergantung pada terealisasinya
kefasihan kalam tersebut atau dalam istilah Bahasa Arab yang
artinya: “semua yang baligh itu fashih dan tidak semua yang
fashih itu baligh”.
b. Balaghah mutakallim atau mutakallim baligh yakni seorang
yang mengnungkapkan sebuah pembicaraan atau sebuah
ungkapan haruslah seseorang yang mampu untuk
mengungkapkan hal tersebut dalam artian dia tidak memiliki
halangan seperti sakit atau tidur. Selain itu situasi dan kondisinya
harus dalam keadaan tidak terpaksa atau ikhtiyari untuk
mengatakan apa yang ingin dikatakan. Maka dari itu, mutakallim
juga harus menguasai ilmu mengenai kefasihahan.2
2
Khamim, A. Subakir Ilmu Balaghah. Kediri: IAIN Kediri.(2018)
10
Ruang lingkup pembahasan dalam ilmu balaghah tidak lepas
dari 3 unsur penyusun kalimat, yaitu kata, arti, dan susunan kata (lafadh,
ma’na, dan nadham). Ilmu balaghah dibagi menjadi tiga cabang ilmu;
ilmu ma’ani yang mengutamakan makna, ilmu bayan yang
mengutamakan cara mengekspresikan makna melalui berbagai bentuk
lafaz, dan ilmu badi’ yang membahas tentang cara agar lafaz yang
digunakan untuk menyampaikan makna terdengar indah dan menarik
perhatian pendengar. Pembagian unsur kalimat menjadi tiga hal ini
secara tidak langsung mendikotomi masing- masing unsur seakan
satu unsur saja sudah mampu membuat kalimat atau ucapan menjadi
layak disebut ucapan yang balaghi.3
1. Ilmu Ma’ani
Ilmu Ma’ani adalah ilmu yang membahas segi lafal arab yang
relevan dengan tujuannya.
ً ً
ملع ينا عملا وه لوصا دعاوقو فرعى اهب لاوحا مالكلا يبرعلا يتلا
نوكي هل اهب اقباطم يضتقمل لاحلا ليحب نوكي قفو ضرغلا يذلا
قيس
a. I’jaz
3
Siti Rohmatul Ummah “Penggunaan Balaghatul Qur’an Sebagai Alternatif
Pembelajaran Ilmu Balaghah,” Fikroh: Jurnal Pemikiran dan pendidikan Islam 14, no. 2 (5
februari 2024)
11
I’jaz telah diterangkan secara jelas oleh Ali Al-
Jarimi danMushthafa Amin, yaitu sebagai berikut:
إلا و
ُ ََّ َّ َّ ّٰ ُ
َ َ َ
ام ثَّم ْاست ٰوى على يا ة ت س يْ ف ض
َ َْْ َ
ر ا ال و ت و َّ اّٰلل الذ ْي َخ َل َق
ٰ الس ٰم ُ اَّن َرَّبك ُم
ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ ُ ُّ َ ْ َّ ً َ ٗ ُ ْ َّ َ َّ ْ َ ْ
ٍۢالع ْر ِشۗ ُيغ ِشى ال ْيل الن َه َار َيطل ُبه ح ِث ْيثاًَّۙوالش ْم َس َوالق َم َر َوالنج ْو َم ُم َسخ ٰر ٍت
َ َ ْٰ ْ َ ََ
ُ ّٰ ب َا ْمرهًٓۙالا ل ُه الَخ ْل ُق َو ْال َا ْم ُر َت ٰب َر َك
٥٤ اّٰلل َر ُّب العل ِم ْين ۗ ِ ِ
“Sesungguhnya Tuhanmu adalah Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dalam enam masa,274) kemudian Dia
bersemayam di atas ʻArasy.275) Dia menutupkan malam pada
siang yang mengikutinya dengan cepat. (Dia ciptakan)
matahari, bulan, dan bintang-bintang tunduk pada perintah-
Nya. Ingatlah! Hanya milik-Nyalah segala penciptaan dan
urusan. Maha Berlimpah anugerah Allah, Tuhan semesta
alam.” (QS. Al-A’raf [7]:54)
Allah menciptakan alam semesta dalam enam masa
yang prosesnya sepanjang sejarah alam semesta, seperti yang
12
dijelaskan dalam surah an-Nāzi‘āt/79: 27‒33. Bersemayam di
atas ʻArasy adalah satu sifat Allah yang wajib diimani sesuai
dengan keagungan Allah Swt. dan kesucian-Nya.
b. Ithnab
Ali Al-Jarimi dan Mushthafa Amin mendefinisikan
ithnab yaitu sebagai berikut:
“Menambahkan suatu lafazh atas suatu makna karena
tujuan tertentu”
Ithnab dalam ilmu ma’ani terbagi ke dalam tujuh
bentuk dan masing-masing bentuk mengimplikasikan makna
yang beragam. Ketujuh bentuk tersebut adalah sebagai berikut:
َ ُ ْ ُ ُّ َ ُ َ ٰۤ َ ْ ُ ََّ َ
٤ ٍۛالر ْوح ِف ْي َها ِب ِاذ ِن َر ِب ِه ْمْۚ ِم ْن ك ِل ا ْم ٍر تنزل الملىِٕكة و
َ ٰ ْ ْ َ ْ ْ ً ْ َ َ َ َ ْ
َر ِب اغ ِف ْر ِل ْي َو ِل َوالِد َّي َو ِل َم ْن دخل َب ْي ِت َي ُمؤ ِمنا َّو ِلل ُمؤمِ ِن ْين َوال ُمؤمِ ن ِتۗ َولا
َ َ َّ َ ّٰ َ
٢٨ ࣖ ت ِزدِ الظ ِل ِم ْين ِالا تب ًارا
َ ْ ٌ ُ ْ َ ُ ٰٓ َ ََّ َْ َ ٰ َ َْ َ َ
٦٦ َوقضينآ ِال ْيهِ ذ ِلك الا ْم َر ان د ِاب َر هؤلا ِۤء َمقط ْوع ُّمص ِب ِح ْين
14
4). At-Tikrâr, yaitu adanya pengulangan kalimat untuk tujuan
tertentu.
َْ َّ َ َ َ َ َ ََ ُ َ َ َ ُ َ َ ْ
ِاذ قال ُي ْو ُسف ِلا ِب ْيهِ يٰٓا َب ِت ِاِن ْي َرا ْيت احد عش َر ك ْوك ًبا َّوالش ْم َس َوالق َم َر
ُ َ
٤ َرا ْيت ُه ْم ِل ْي ٰس ِج ِد ْي َن
ُّ صر َف َع ْن ُهْ َ َ ٰ َ َ َ َ ْ ُ ٰ َّ ْ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ْ َّ َ ْ َ َ َ
الس ْ ۤو َء ِ ِنل كلِ ذكۗهبِ ر ان ه رب ا ر نا ا
ٓ ل ول ْۚا ه بِ مه و ًۙ
ه بِ ولقد هم
ت
َ َ ْ ْ َ ٗ َّ َ ْ َ ْ
٢٤ َوالفحشا َۤءۗ ِانه ِم ْن ِع َب ِادنا ال ُمخل ِص ْين
15
dipahaminya. Diantara ayat al-Quran yang menggunakan
bentuk tadzyîl ini adalah Q.S Al-Isra [17]: 81 sebagai
berikut:
ً ُ َ َ َ َ َ ْ َّ ُ َ ْ َ َ َ َ ُّ َ ْ َ َ ْ ُ َ
٨١ اطل كان زه ْوقا
ِ ۖان الب
ِ اطل
ِ وقل جاۤء الحق وزهق الب
2. Ilmu Bayan
ً
ملع نايبلا وه لوصا دعاوقو فرعي اهب داريا بنعملا دحاولا قرطب فلتحي
4
Siti Rohmatul Ummah, “Penggunaan Balaghatul Qur’an Sebagai Alternatif
Pembelajaran Ilmu Balaghah,” Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam 14, no. 2 (30 Juli
2021): 164–65, https://doi.org/10.37812/fikroh.v14i2.221.
17
Dalam kamus Al-munawir, lafadz هيبشتلاdan dalam
5
Siti Rohmatul Ummah, “Penggunaan Balaghatul Qur’an Sebagai Alternatif
Pembelajaran Ilmu Balaghah,” Fikroh: Jurnal Pemikiran dan Pendidikan Islam 14, no. 2 (30 Juli
2021): 164–65, https://doi.org/10.37812/fikroh.v14i2.221.
6
Yasin, h. 52.
18
4) Adat At-tasybih ( )هيبشتلا ةادأyaitu suatu lafadz yang
huruf, yaitu: فكلاdan ناك, kedua: dari isim, yaitu لثم, , ةباشم
,لثامي.
6) Wajhu Asy-syabbah
Yaitu makna atau sifat yang dimiliki oleh musyabbah dan
musyabbah bih atau Bentuk kesamaan sifat yang
disamakan antara Musyabbah dan Musyabbah bih. Adapun
untuk lebih jelasnya mari kita amati contoh dibawah ini:
19
َ َ ٗ َ ُ ُ ٰ َ ْ ْ َ َ َ
َ ْ
الۗ َونادى ن ْوح ْابنه َوكان ِف ْي َمع ِز ٍل ّٰي ُبنَّي َ تجر ْي به ْم ف ْي َم ْوج َكالج
ب
ِ ِ ٍ ِ ِ ِ ِ و ِهي
ٰ ْ ُ َ َ َ َ َ
٤٢ ْارك ْب َّمعنا َولا تك ْن َّم َع الك ِف ِر ْي َن
7
Ummah, h. 174
20
1). Majaz ‘aqly
Contoh :
21
ْ ُّ َ ُ ُّ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ُ ٰ ْ َ ْ َ ٌ ٰ ٰ ۤ
اس ِم َن الظل ٰم ِت ِالى الن ْو ِر ەًۙ ِب ِاذ ِن َر ِب ِه ْم
َ الن الرۗ ِكتب انزلنه ِاليك ِلتخ ِرج
َْ ْ َ ْ ٰ
١ ًۙز ِز الح ِم ْي ِد ِ ِالى ِص َر
اط الع ِ ي
b) Majas Mursal
Majaz Mursal adalah majaz yang hubungan
antara makna hakiki dan makna majazi merupakan
hubungan yang tidak langsung. Contoh :
22
َ َ َ ٰ َّ ُ ٰ َ َ ٰ َّ َ
ّٰ وة َو ْارك ُع ْوا َم َع
٤٣ الر ِك ِع ْين َوا ِق ْي ُموا الصلوة واتوا الزك
c). Kinayah
Lafadz Kinayah secara bahasa berbentuk
mashdar, yang berarti menerangkan sesuatu dengan
perkataan yang lain, mengatakan dengan kiasan, atau
sindiran. Sedangkan pengertian Kinayah menurut istilah
Ilmu balaghah adalah Lafadz yang disampaikan dan
yang dimaksud adalah kelaziman maknanya,
disamping boleh juga yang dimaksud pada arti yang
sebenarnya. Contohnya :
َ ُ َْ َ َ ْ َُّ ْ َْ َ َ ُ ُ ٰ ًَ ُ ْ َ َ ْ َ َْ َ
َولا تجعل َيدك َمغل ْولة ِالى عن ِقك َولا تب ُسط َها كل الب ْس ِط فتقعد
ْ َّ ُ
٢٩ َمل ْو ًما مح ُس ْو ًرا
3. Ilmu Badi’
24
Ilmu Badi’, yang membahas keindahan kalimat Arab.
Definisinya yaitu:8
عيد بلا لاحلا وه ملع فرعي هب هو جولا اياز ملا و يتلا ديزت مالكلا انسح
a. Jinas
Yaitu menyebutkan satu lafaz yang sama persis
dalam satu kalimat akan tetapi kedua kata itu memilki arti yang
berbeda.
b. Saja’
Yaitu menyamakan huruf terakhir pada tiap akhir
kalimat. Contoh untuk jenis ini bisa kita temukan dalam surat
8
Yasin, h.51
25
al-Kautsar. Tiap-tiap akhir ayat dalam surat ini selalu diakhir
dengan huruf ra’ dan harakat huruf sebelumnya selalu fathah.
c. Qalbu
Yaitu bagian dari jinas yang tidak sempurna, berupa
kata-kata yang terdiri dari huruf-huruf yang sama akan tetapi
urutannya berbeda. Contoh:
1). Tauriyyah
2). Al-Thibaq
3). Al-Jam’u
4). At-Tafriq
27
akhir ayat 14 dan ayat setelahnya adalah bentuk jama’
dengan menggabungkan masing-masing kelompok
berdasarkan keadaan masing-masing. Jika digabungkan 2 ayat
ini mengandung tafriq dan jamak.
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ilmu balaghah adalah studi tentang kefasihan dalam bahasa Arab,
yang berasal dari kata 'ilmu' yang berarti pengetahuan, dan 'balaghah'
yang berarti sampai atau menyampaikan. Dalam konteks bahasa Arab,
balaghah merujuk pada kemampuan untuk menyampaikan maksud
dengan tepat dan jelas, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Ada
dua aspek utama dalam ilmu balaghah: 1). Balaghah fil kalam, yang
mengacu pada kesesuaian suatu perkataan dengan tuntutan situasi dan
kondisi. Ini berarti bahwa ungkapan haruslah tepat dan jelas, sesuai
dengan maksud yang ingin disampaikan oleh pembicara. Kekuatan dan
kejelasan ungkapan sangat penting dalam mencapai kefasihan dalam
berbicara. 2). Balaghah mutakallim, yaitu kemampuan pembicara untuk
mengungkapkan pikiran atau perasaannya tanpa halangan seperti sakit
atau keadaan tidur. Mutakallim juga harus memiliki pemahaman yang
baik tentang kefasihan dalam berbahasa.
Ilmu balaghah memiliki tujuan utama untuk memahami dan
mengeksplorasi kemukjizatan Al-Qur'an, karena Al-Qur'an ditulis dalam
bahasa Arab dan memiliki hubungan yang erat dengan tata bahasa Arab.
Studi balaghah juga membantu dalam memahami bagaimana orang-
orang Arab merespons Al-Qur'an, termasuk upaya untuk menantang
kemukjizatan Al-Qur'an dengan menciptakan ayat yang serupa. dapat
dibagi menjadi tiga cabang utama: ilmu ma’ani, ilmu bayan, dan ilmu
badi’. Ilmu Ma’ani membahas segi lafal Arab yang relevan dengan tujuan
komunikasi. Ilmu Bayan menekankan pada cara penyampaian makna
dengan berbagai ungkapan, dengan ruang lingkup terbagi menjadi
tasybih, majaz, dan kinayah. Ilmu Badi’ membahas tentang keindahan
29
kalimat Arab dengan fokus pada bentuk-bentuk dan keutamaan-
keutamaan yang dapat menambah nilai estetika suatu ungkapan.
Pembagian ini menunjukkan bahwa masing-masing cabang ilmu
balaghah memiliki peran penting dalam menciptakan komunikasi yang
efektif dan menarik perhatian pendengar melalui penggunaan kata, arti,
dan susunan kata yang tepat serta penghiasan yang sesuai dengan konteks
komunikasi.
B. Saran
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak lepas dari kesalahan dan
kekurangan. Dari itu, kami berharap masukan-masukan yang
membangun dari pembaca agar menjadi bahan evaluasi bagi kami
sehingga kedepannya kami dapat menghadirkan tulisan-tulisan yang
lebih baik lagi. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk menambah
khazanah keilmuan bara pembaca.
30
DAFTAR PUSTAKA
31