Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

AMTSALUL QURAN

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah ulumul qur’an

Dosen pengampu :

Moch. Zaenal Muttaqin S.P.,M.E

DISUSUN OLEH:

Kharisma johor

Farhan al-ma’sum

Azka nurmaula

PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS SYARIAH DAN PERBANKAN


SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

INSTITUT UMMUL QURO AL ISLAMI BOGOR

2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatnya dan karunianya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema makalah
ini adalah “Amtsalul Qur’an”.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
dosen mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga
ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam pembuatan
makalah ini.

Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Bogor, 18 desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................1

DAFTAR ISI...................................................................................................................2

BAB 1.............................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar belakang.....................................................................................................5
B. Rumusan masalah...............................................................................................6
C. Tujuan masalah...................................................................................................7

BAB II.............................................................................................................................8

PEMBAHASAN.............................................................................................................9

A. Pengertian Amtsalul quran……..........................................................................9


B. Tujuan dibuatnya perumpamaan di dalam al-Qur’an........................................10
C. macam dan pengertian dari masing-masing amthalul Qur’an...........................11
D. manfaat apa saja setelah mempelajari amthalul Qur’an.................................12

BAB III..........................................................................................................................13

PENUTUP.....................................................................................................................13

A. Kesimpulan........................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang    

 Dalam syairnya masyarakat Arab banyak menggunakan bahasa kiasan dan


perumpamaan-perumpamaan, karena mereka gemar menggunakannya untuk memamerkan
keahliannya dalam bidang sastra arab. Hal ini sudah menjadi suatu budaya bagi masyarakat
Arab sejak jaman Jahiliyah.
Setelah Rasulullah SAW diutus untuk menyampaikan ajaran Islam, beliau diberi
Allah SWT kitab suci al-Qur’an yang di dalamnya banyak sekali amthal yang sangat indah
dari segi bahasanya yang tidak ada logika. Namun, perumpamaan dalam al-Qur’an harus
ditafsirkan lebih dalam oleh para mufassir  agar bisa lebih mudah dipahami oleh masyarakat
muslim pada umumnya. Maka dari itu alasan kami membuat makalah ini untuk
mempermudah pembaca dalam  mengetahui ciri-ciri ayat-ayat amthal dalam al-Qur’an. 

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian amthalul Qur’an?
2. Bagaimana tujuan dibuatnya perumpamaan di dalam al-Qur’an?
3.  Bagaimana macam dan pengertian dari masing-masing amthalul Qur’an?
4. manfaat apa saja setelah mempelajari amthalul Qur’an.

3. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahui pengertian Amthâlul Qur’an.
2. Untuk mengetahui tujuan dibuatnya perumpamaan di dalam al-Qur’an.
3. Untuk mengetahui macam dan pengertiannya dari masing-masing  amthalul
Qur’an.
4. Untuk mengetahui manfaat apa saja setelah mempelajari amthalul Qur’an.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Amthalul Qur’an

Amthal adalah bentuk jamak dari mathal. Kata mathal, mithl dan mathil adalah sama


dengan shabah, shibh dan  shabîh, baik lafaz maupun maknanya.
1.   Menurut istilah ulama ahli Adab, amthal adalah ucapan yang banyak menyamakan
keadaan sesuatu yang diceritakan dengan sesuatu yang dituju.
2.    Menurut istilah ulama ahli Bayan amthal adalah ungkapan majaz yang disamakan
dengan asalnya karena ada persamaan yang dalam ilmu balaghah disebut tashbīh.
3.    Menurut ulama ahli Tafsir amthsal adalah menampakkan pengertian yang abstrak
dengan bentuk tashbīh maupun majaz mursal.

2. Tujuan Dibuatnya Perumpamaan


Diantara tujuan dibuatnya perumpamaan atau Tamthil dalam al-Qur’an  adalah agar
manusia mau melakukan kajian terhadap al-Qur’an, baik dalam berkaitan dengan ekosistem,
ekologi, astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi, dan ilmu-ilmu lain termasuk untuk
mengambil pelajaran dari kejadian yang dialami oleh umat-umat yang lampau. Semua ini
adalah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah setelah melihat keagungan dan
kekuasaan-Nya.
Untuk melakukan kajian terhadap suatu  masalah, orang harus berakal sehat dan
berpengetahuan. Dengan sendirinya orang yang tidak berilmu, tidak mungkin memahami
tamthil yang disajikan al-Qur’an, apalagi sampai melakukan kajian, jelas tidak mungkin.
Oleh karena itu, orang yang bisa memahami makna yang tersirat maupun tersurat di dalam
Tamthil al-Qur’an, hanyalah orang-orang yang berilmu dan orang yang mau menggunakan
nalarnya. Seperti disebutkan Allah dalam surat al-Ankabut:

َ‫ِإاَل ْال َعا ِملُوْ ن‬ ͂‫ك اَأْل ْمثَا ُل نَضْ ِربُهَا َو َما يَ ْعقِلُهَا‬
َ ‫ َوتِ ْل‬.               

5
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini hanya dibuatkan untuk manusia, tiada yang
memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu.”(QS. al-Ankabūt: 43)

Ilmu al-Qur’an yang paling agung, menurut al- Mawardi adalah amthâl-nya. Bahkan ash-
Syafi’i mengharuskan seorang mujtahid mengetahui ilmu-ilmu al-Qur’an, termasuk amthâl-
nya.

3. Macam-macam amthâl dalam Al-Qur’an

Dalam Al-Qur’an ada beberapa bentuk amthâl:


Perumpamaan yang terang-terangan ‫الألمثال المصرحة‬  yaitu kalimat yang menyebutkan kata
permisalan atau perumpamaan “‫”مثل‬ dengan jelas, contoh :

ٰ ‫ َوهللاُ ي‬ ‫﴾ َمثَ ُل الَّ ِذ ْينَ يُ ْنفِقُوْ نَ اَ ْم َوا لَهُ ْم فِى َسبِ ْي ِل هللاِ َك َمثَ ِل َحبَةً ِما َئةُ َحبَّ ٍةط‬  
۲٦١: ‫﴿ البقرة‬.‫ ُء َوهللا ٰو ِس ٌع َعلِ ْي ٌم‬ ᷃‫ُض ِعفُ لِ َم ْن يَ َشا‬
Artinya:
“Peruumpamaan (nafkah yang dkeluarkan oleh ) orang-orang yang menafkahkan hartanya di
jalan Allah serupa dengan serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada
tiap-tiap butir: kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” 
Tafsiran QS. al-Baqarah ayat 261

(Perumpamaan) atau sifat nafkah dari (orang-orang yang membelanjakan harta mereka di
jalan Allah) artinya dalam menaati-Nya (adalah sebutir biji yang menumbuhkan tujuh buah
tangkai, pada maasing-masing tangkai seratus biji). Demikianlah pula halnya nafkah yang
mereka keluarkan itu menjadi tujuh ratus kali lipat. (Dan Allah melipatgandakan) lebih
banyak dari itu lagi (bagi siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas) karunia-Nya
(lagi Maha Mengetahui) siapa-siapa yang seharusnya memperoleh ganjaran yang berlipat
ganda itu.

2. Perumpamaan tersembunyi (‫)األمثال الكامنة‬ yaitu kalimat hikmah yang tidak menyebutkan


kata permisalan atau perumpamaan secara jelas, namun memiliki kandungan makna
permisalan. Misalnya, ketika hendak memilih “perkara tengah-tengah”,

6
Contoh:  ﴾  َ‫ان بَ ْينَ ٰذلِك‬
ٌ ‫ارضٌ َواَل بِ ْك ٌر َع َو‬
ِ َ‫اَل ف‬.....       ‫﴿ البقر‬ ٦٨....  

“...sapi betina tidak tua dan tidak muda; Pertengahan diantara itu...”

3.     Perumpamaan bebas (‫)األمثال المرسلة‬ atau yang sering kita sebut peribahasan, yaitu


kalimat-kalimat hikmah yang bebas namun memiliki siratan perumpamaan seperti kalimat-
kalimat berikut :
1)      “siapa yang berbuat kejelekan maka ia akan dibalas dengan setimpal”(kandungan
peribahasa QS An-Nisa’:123).
2)      “bukankah kebaikan akan terbalas dengan kebaikan (?)” (kandungan peribahasa QS Ar-
Rahman: 60).

4. Faedah-faedah Amthal Al Quran


1) Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat
dirasakan oleh panca indera, lalu mudah diterima oleh akal, lantaran makna-makna yang
dapat dipahamkan dengan akal tidaklah tetap di dalam ingatan, terkecuali apabila di tuang
dalam bentuk yang dapat dirasakan yang dekat kepada paham.
2) Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti
mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.
3) Mengumpulkan makna yang indah dalam suatu ibarat yang pendek.

٢٧‫﴿الزمر‬     . َ‫اس فِىـ ٰه َذا ْالقُرْ ٰانَ ِم ْن ُك ِّل َمثَ ٍل لَ َعلَّهُ ْم يَتَ َذ َّكرُوْ ن‬
ِ َّ‫ض َر ْبنَالِلن‬
َ ‫﴾ َولَقَ ْد‬       
“Dan sungguh telah kami buat untuk manusia dalam al-Qur’an ini berbagai macam rupa
mathal. Mudah-mudaham mereka mengambil pengajaran dari padanya.” 
4) Mendorong orang yang diberi masal untuk berbuat sesuai dengan isi masal, jika ia merupakan
sesuatu yang disenangi jiwa. Misalnya Allah membuat masal bagi keadaan orang yang
menafkahkan harta di jalan Allah, di mana hal itu  akan memberikan kepadanya kebaikan
yang banyak, Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah: 261:

“Perumpamaan (nafkah  yang dikeluarkan  oleh) orang-orang yang menafkahkan harta


mereka di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir,

7
pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Ia
kehendaki . Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.”).
5)   Menjauhkan (tanfir, kebalikan no.4), jika isi masal berupa sesuatu yang dibenci jiwa.
Misalnya firman Allah QS. al-Hujurat: 12 tentang larangan bergunjing
“Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di
antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu kamu merasa jijik
kepadanya.”.

6) Untuk memuji orang yang diberi mathal. Seperti firman-Nya tentang para sahabat:
“Demikianlah perumpamaan (mathal) mereka dalam Taurat dan perumpamaan (mathal) mereka
dalam Injil, yaitu  seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan
tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah ia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu
menyenangkan hati penanam-penanamnya, karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-
orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mungkin).” (al-Fath: 29). Demikianlah keadaan para
sahabat. Pada mulanya mereka hanya golongan minoritas, kemudian tumbuh berkembang hingga
keadaannya semakin kuat dan mengagumkan hati karena kebesaran kita.
7)     Untuk menggambarkan (dengan masal itu) sesuatu yang ḥmempunyai sifat yang dipandang
buruk oleh orang banyak. Misalnya masal tentang keadaan orang yang dikaruniai Kitabullah
tetapi ia tersesat jalan hingga tidak mengamalkannya.[10]
8)      Amthâl lebih berpengaruh pada jiwa, lebih efektif dalam memberikan nasihat, lebih kuat
dalam memberikan peringatan, dan lebih dapat memuaskan hati.

8
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan 

Secara bahasa amthâl berasal dari kata mithl yang artinya perumpamaan  Diantara


tujuan dibuatnya perumpamaan dalam  tamthil dalam al-Qur’an adalah agar manusia mau
melakukan  kajian terhadap kandungan al-Qur’an, baik yang berkaitan dengan ekosistem,
ekologi, astronomi, anatomi, teologi, biologi, sosiologi dan ilmu-ilmu lain termasuk untuk
mengambil pelajaran dari umat-umat yang lampau. Semua ini adalah untuk meningkatkan
ketaqwaan kepada Allah setelah melihat keagungan dan kekuasaan-Nya.
Dalam al-Qur’an terdapat beberapa bentuk amthâl:
Perumpamaan yang terang-terangan, perumpamaan tersembunyi dan perumpamaan bebas.
Faedah Amthâl:
a.  Melahirkan sesuatu yang dapat dipahami dengan akal dalam bentuk rupa yang dapat dirasakan
oleh panca indera.
b.  Mengungkap hakikat-hakikat dan mengemukakan sesuatu yang jauh dari pikiran seperti
mengemukakan sesuatu yang dekat pada pikiran.
c.   Mengumpulkan makna yang indah dalam sesuatu ibarat yang pendek.

9
DAFTAR PUSTAKA

al-Qaṭṭān, Mannā’ Khalīl. Mabāhith fī ’Ulūmil Qur’an. Mesir: Maktabah Wahbah.


Anwar Rosihon. Pengantar Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia, 2009.
Ash-Shiddieqy, Muhammad Hasbi, Teungku. Ilmu-ilmu Al Qur-an. Semarang: Pustaka Riski Putra,
2002.
Kauma, Fuad. Tamsil Al-Qur’an, Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2000.
Madyan, Ahmad Shams. Peta Pembelajaran Al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Mahallī, Ibnu Ahmad, Jalal ad-Dīn dan al-Mutabahhir Jalal ad-Dīn Abdurraḥman bin Abi Bakrin as-
Suyūṭī. Tafsīr al-Qur’an al-‘Aīẓm, Surabaya: Maktabah Imâm.

10

Anda mungkin juga menyukai