Anda di halaman 1dari 19

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Ushul Fiqh Dr. H. Hasni Noor, S.Ag, M.Ag.

SUMBER AJARAN ISLAM


AL-QUR’AN dan HADITS

Lokal PAI
A
Oleh:
Muhammad Fitri (190101010088)
Hafiz Maseng (190101011030)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya, tidak lupa pula sholawat serta salam kami curahkan kejunjungan Nabi Besar
Baginda Muhammad SAW. Karena berkat Allah dan Rosulullah lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidak lepas
dari bantuan dan jasa berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah Ushul Fiqh Bapak Drs. Hasni Noor, S.Ag, M.Ag. yang telah membimbing
dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini.
Kami harap makalah bermanfaat bagi masyarakat, terlebih bagi pembacanya dan
bagi kami sebagai penulis.

Banjarmasin, 29 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................................. 2
1. Pengertian Al-Qur’an ...................................................................................................... 2
2. Kehujjahan Al-Qur’an .................................................................................................... 4
2. Dasar-dasar Pembinaan Hukum Al-Qur’an .................................................................. 5
3. Bentuk-bentuk penjelasan Al-Qur’an ............................................................................ 6
4. Pengertian Hadits (As-Sunnah) ...................................................................................... 7
5. Fungsi dan Hubungan Hadits (As-Sunnah) dengan Al-Qur’an ................................... 8
6. Syarat-syarat Hadits Shahih ......................................................................................... 12
5. Perbedaan hadits shahih dengan tidak shahih ............................................................ 13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 15
B. Saran ............................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ushul fiqih adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang berbagai kaidah dan
permasalahan terhadap dalil-dalil syara’ (Al-Quran dan Sunnah) yang berhubungan
dengan perbuatan manusia yang dibebani hukum (mukallaf), baik menyangkut masalah
ibadah, bahkan sampai masalah politik pun dibahas, dan sebagainya.
Al-Qur’an dan Hadits (Sunnah) adalah patokan awal ulama untuk mengambil dalil
suatu hukum yang ada pada kehidupan kita ini. Pada intinya adalah masalah perbuatan
lahiriyah sehari-hari.
Jadi makalah ini dibuat agar dapat memahamkan pembaca tentang Al-Qur’an dan
Hadits (Sunnah) dalam kajian ushul fiqh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Quran?
2. Bagaimana kedudukan Al-Quran sebagai sumber ajaran islam pertama?
3. Apa saja azas pembinaan hukum Al-Quran?
4. Apa saja bentuk-bentuk penjelasan Al-Quran?
5. Apa pengertian Hadits?
6. Bagaimana kedudukan Hadits?
7. Apa saja fungsi dan hubungan hadits dengan Al-Qur’an?
8. Apa saja syarat Hadits Shahih?
9. Apa saja perbedaan hadits shahih dan tidak shahih?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Al-Quran.
2. Untuk mengetahui kedudukan Al-Quran sebagai sumber ajaran islam yang pertama.
3. Untuk mengetahui azas pembinaan hukum Al-Quran.
4. Untuk mengetahui bentuk-bentuk penjelasanAl-Quran.
5. Untuk mengetahui pengetian Hadits.
6. Untuk mengetahui kedudukan hadits.
7. Untuk mengetahui fungsi dan hubungan hadits dengan Al-Qur’an.
8. Untuk mengetahui syarat hadits shahih.
9. Untuk mengetahui perdaan hadits shahih dan tidak shahih.

1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Al-Qur’an
‫ قرأ‬artinya adalah menyatukan dan menggabungkan. ‫ القرءة‬artinya adalah
menggambungkan huruf-huruf dan kata-kata satu sama lain saat membaca. Al-Qur’an

pada dasarnya sama seperti kata ‫القرءة‬, bentuk jamak dari kata ‫قرآان‬-‫القرءة‬- ‫قرأ‬

Al-Qiyamah,:17 -18:

‫إن َعلَْي َها َجَْ َعه َوق ْرآنَه فَِإذَا قَ َرأانَه فَاتّبِ ْع قرءآنَه‬
“Sesungguhnya atas tangungan kami-lah mengumpulkannya (didadamu) Dan
(menbuatmu pandai) membacanya. Apabila kami telah selesai bacakannya. Maka
ikutilah bacaannya itu”. 1
Al-qur’an merupakan nama kitab suci yang diturunkan Allah kepada nabi
Muhammad saw. Dalam kajian ushul fiqh. Al-qur’an juga disebutkan dengan al-kitab
( ‫)الکتاب‬.sebagaimana terdapat dalam surah al-baqarah .2:

‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ‫الكتاَب لَ ري‬


ِ ‫ك‬ َ ِ‫ذَل‬
َ ْ ‫ب فيه ه ًدى للمتق‬
َ َْ
Kitab (Alqur’an )ini tidak ada keraguan padanya petunjuk bagi mereka yang
bertakwa. Dari segi terminologis ditemukan beberapa definisi yang dikemukakan para
ulama Ushul fiqih diantaranya adalah:
ِ ِ
ِ ّٰ ‫الل تَعالَی املنَ زل َعلَی ُمَمد صلی‬
‫املَ ْكتوب‬، ‫الع َرِ ّب املَنْ ق ْول إِلَْيناَ ِِبلت َوات ِر‬
َ ‫وسل َم ِِبللَ ْفظ‬
َ ‫الل َعلَْيه‬ َ َ ّٰ ‫َكالَم‬
ِ ‫ورِة الن‬ ِ ِِ ِِ ِِ ِ ِ َ َ‫ِِبمل‬
‫اس‬ َ ‫ املَْبد ْوء ِِبل َفاِتَة واملَ ْختوم بس‬،‫املتَ َعبد بتالَ َوته‬،‫صاحف‬
Kalam Allah mengandung mu’jizat dan diturunkan kepada Rasulullah Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang dinukilkan kepada generasi
sesudahnya secara Mutawatir membacanya merupakan ibadah terdapat dalam mushaf
dimulai dari surah al-fatihah dan ditutup dengan Surah An-nas2
Muhammad khuderi Beik menberikan definisi al-qur’an, yaitu lafazh arab yang di
turunkan kepada rasulullah Saw. Untuk direnungkan dandiigat yang diriwayatkan
secara mutawatir, ia dimulai dari surah al-fatihah dan diakhiri dengan surah An-Nash.

1
Manna’ Al-Qatthan. Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an. (Jakarta : Ummul Qura, 2016). hlm 32.
2
DR. H. Narun haroen,M. A. Ushul al-fiqh 1. (Jakarta : logas wacana ilmu, 1997). hlm 18-19

2
Iman shaukani memberikan difinisi Al-quran yaitu :

‫ف املَْن قول اِلَيناَ نَ ْقالً متَوتًِرا‬


ِ ‫صاح‬ ِ ‫الل لِلكت‬
َ َ ‫وب ِِف امل‬ ّٰ ‫ول‬ ِٰٰ ‫هوَكالَم‬
ِ ‫الل املن ِزل َعلَی رس‬
َ َ
“yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah tertulis dalam mushaf
dinukilkan secara mutawatir “
Dengan menganalisa unsur-unsur difinisi yang dikemukakan di atas dapat ditarik
suatu rumusan arti, Al-qur’an yaitu “lafazh yang berbahasa Arab yang diturunkan
kepada Rasulullah Muhammad SAW. Yang dinukilkan secara mutawatir ,dan apqbila
Menbacanya adalah ibadah pengertian ini mengandung beberapa unsur yaitu:
1. Bahwa Al-qur’an itu berbentuk lafazh yang mengandung arti bahwa apa yang
disampaikan Allah melalui jibril kepada Rasulullah Muhammad SAW .dalam
bentuk makna dan dilafazhkan oleh Rasul dengan ibaranya sendiri tidaklah disebut
Al-qur’an .seperti sunnah Qudsi atau sunnah Qawli lainnya .
2. Bahwa Al-qur’an adalah berbaha Arab, Yang mengadung arti bahwa Al-qur’an
Yang dialih bahasakan kepada bahasa Yang lain, maka bukan Al-qur’an karena
shalat Yang dilakukan dengan membaca Al-Fatihah selain bahasa Arab seperti
terjemahnya tidaklah sah .
3. Bahwa Al-qur’an adalah diturunkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Oleh
kerena karena Wahyu allah yang diturunkan sebelum Rasul Muhammad SAW.
Bukan Al-qur’an tapi kisah dalam Al-qur’an tentang kehidupan orang-orang
terdahulu adalah Al-qur’an .
4. Bahwa al-qur’an itu dinukilkan secara mutawatir mengandung arti bahwa ayat-ayat
yang dinukilkan tidak secara tidak mutawatir bukan Al-qur’an ,seperti ayat-ayat
syazzah.
5. Bahwa Al-qur’an itu apabila dibaca adalah menjadi ibadah, artinya membaca Al-
qur’an meskipun tidak paham terhadap maknanya tetap menjadi ibadah, yaitu diberi
pahala.
6. Bahwa Al-qur’an kata -katanya tertulis dalam mushaf mengandung arti bahwa apa-
apa yang tidak tertulis dalam mushaf meskipun Wahyu yang diturunkan kepada
Rasul, seperti ayat-ayat dinashakh tilawahnya tidak lagi dinamai Al-Qur’an .3

3
Dr. H. Fathurrahman Azhari, M.HI, Ushul Fiqh Perbandingan, (Banjarmasin : Lembaga Pemberdayaan
Kualitas Ummat, 2013). hlm. 76-78

3
2. Kehujjahan Al-Qur’an
Para ulama ushul fiqh dan lainnya sepakat menyatakan bahwa al-Qur’an itu
merupakan sumbur utama hukum islam yang diturunkan Allah dan wajib diamalkan,
dan seorang mujtahid tidak dibenarkan menjadikan dalil lain sebagai hujjah belum
membahas dan meneliti ayat-ayat Al-Qur’an. Apabila hukum permasalahan yang ia
cari tidak ditemukan dalam al-Qur’an, maka barulah mujtahid tersebut
mempergunakan dalil lain. Ada beberapa alasan yang dikemukakan ulama usul fiqh
tentang kewajiban berhujjah dengan Al-Qur’an, di antaranya adalah:
a. Al-Qur’an itu diturunkan kepad rasulullah saw. Diketahui secara mutawatir, dan ini
member keyakinan bahwa al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah melalui
malaikat jibril kepada Muhammad saw. Yang dikenal sebagai orang yang paling
dipercaya.
b. Banyak ayat yang menyatakan bahwa al-Qur’an itu datangnya dari Allah,
diantaranya dalam surat ‘Ali Imran,3:3:

‫ي يَ َديْ ِه َو أَنْ َز َل التَ ْوَرا َة َوا ِإل ِْْن ْي َل‬ ِ ِ ‫ْكتاب ِِب ْْل ِق م‬
ِ َ ‫نَز َل َعلَي‬
َ ْ َ‫صدقًا ل َما ب‬
َ َ َ َ ‫ك ال‬ ْ َ
Dia menurunkan al-Qur’an kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab-
kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Tauratdan Injil.
Surah an-Nisa’;4: 105:

‫اب ِِب ْْلَِّق‬ ِ َ ‫إِان أَنْ زلْناَ إِلَي‬


َ َ‫ك الْكت‬ْ َ
Sesunguhnya kami telah menurunkan kitab (al-Qur’an) kepadamu dengan
membawa kebenaran,
Surah an-Nahl, 16: 89:
ِ ِ ِ ِ َ ‫ونَزلْنَا َعلَي‬
َ ْ ‫اب تِْب يَ ًاان لك ِل َش ْيء َوه ًدى َوَر ْْحَةً َوب ْش ًرى للم ْسل ِم‬
.‫ي‬ َ َ‫ك الْكت‬ْ َ
Dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu dan
petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang barserah diri.
c. Mu’jizat al-Qur’an juga merurupakan dalil yang pasti akan kebenaran al-Qur’an
itu datangnya dari Allah swt. Mu’jizat al-Qur’an bertujuan untuk menjelaskan
kebenaran Nabi saw. Yang membawa risalah ilahi dengan suatu perbuatan yang di
luar kebiasaan umat manusia. Mu’jizat al-Qur’an, menurut para ahli usul fiqh dan
tafsir terlihat ketika ada tantangan dari berbagai pihak untuk menandingi al-Qur’an

4
itu sendiri sehingga para ahli sastra Arab di mana dan kapan pun tidak bisa
menandinginya. Kemu’jizatan al-Qur’an, menurut para ahli usul fiqh, akan terlihat
dengan jelas apabila:
a. Adanya tantangan dari pihak mana pun,
b. Ada unsur-unsur yang memenyebabkan munculnya tantangan tersebut, seperti
tantangan orang kafir yang tidak percaya akan kebenaran al-Qur’an dan
kerasulan Muhammad saw, dan
c. Tidak ada penghalang bagi munculnya tantangan tersebut.
Unsur-unsur yang membuat al-Qur’an itu menjadi mu’jizat yang tidak mampu
ditandingi akal manusia, di antaranya adalah:
1) Dari segi keindahan dan ketelitian redaksinnya, umpamanya berupa keseimbangan
jumlah bilangan kata dengan lawannya, di antaranya seperti: al-hayah (hidup) dan
al-maut (mati), dalam bentuk definite sama-sama berjumlah 145 kali; al-kufr
(kekufuran) dan al-iman(iman) sama-sama terulang dalam al-Qur’an sebanyak 17
kali.
2) Dari segi pemberitaan-pemberitaan gaib yang dipaparkan Al-Qur’an, seperti dalam
surat Yunus, 10: 92 dikatakan bahwa “badan Fir’aun akan diselamatkan tuhan
sebagai pelajaran bagi generasi-generasi berikutnya,” yang ternyata pada tuhan
1896 ditemukan mummi yang menurut arkeolog Fir’aun yang mengejar-ngejar
Nabi Musa, dan
3) Isyarat-isyarat ilmiah yang dikandung al-Qur’an, seperti dalam surat Yunus,10: 5
dikatakan, “Cahaya matahari bersumbur dari-darinya sendiri, sedang cahaya bulan
adalahpantulan (dari cahaya matahari).4
2. Dasar-dasar Pembinaan Hukum Al-Qur’an
Hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an ada 3 macam
1. Hukum-hukum I’tiqodiyah (akidah) yaitu hukum-hukum yang berkaitan dengan
kewajiban para mukallaf untuk mempercayai Allah, Malaikat-malaikat, Kitab-
kitab, Rasul-rasul dan hari pembalasan
2. Hukum-hukum akhlaq. Yaitu tingkah laku yang berhubungan dengan kewajiban
orang mukallaf untuk menghiasi dirinya dengan sifat-sifat kebaikan dan menjauhan
diri dari yang tercela

4
DR. H. Narun haroen, M.A. Ushul Fiqh, (Jakarta : logos wacana ilmu, 1997). hlm. 27-29

5
3. Hukum-hukum amaliah (fiqh) yaitu berkaitan dengan perkataan, perbuatan,
perjanjian dan mu’amalah sesama manusia. 5
3. Bentuk-bentuk penjelasan Al-Qur’an
a. Penjelasan Al-Qur’an terhadap hukum
Dari penjelasan Al-Qur’an terhadap hukum ada beberapa acara yang digunakan
diantaranya yaitu:
1. Secara Juz’I (terperinci)
Maksdunya adalah menjelaskan secara lengkap sehingga dapat dilaksanakan
sehingga tidak perlu lagi penjelasan hadits
Misalnya ayat tetantang warisan dan saksi terhadap orang yang melakukan zina.
Surah An-Nisa ayat 11-12 (warisan)
2. Secara Kulli (global)
Maksdunya adalah penjelasan Al-Qur’an terhadap hukum berlaku secara garis
besar sehingga memerlukan penjelasan dalam penjelasannya. Yang dapat
menjelaskannya adalah hadits Rasulullah SAW.
3. Secara Isyarat
Al-Qur’an memberikan penjelasan terhadap apa yang secara lahir disebutkan di
dalamnya secara ‘ibarat
Misalnya surah al-Isra ayat 23

‫َحدُهَا أ َْو كِ َالُهَا‬ ِ ِ ِ


َ ‫ك أَل تَ ْعبدوا إِل إَِّيه َوِِبل َْوال َديْ ِن إِ ْح َس ًاان ۚ إِما يَ ْب لغَن ع ْن َد َك الْكبَ َر أ‬
َ ُّ‫ض ٰى َرب‬
َ َ‫َوق‬

‫ف َوَل تَ ْن َه ْرُهَا َوق ْل ََل َما قَ ْوًل َك ِرميًا‬


ّ ‫فَ َال تَق ْل ََل َما أ‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.”
Ayat tersebut menurut ‘ibarat adalah haram hukumnya berkata kasar dan
menghardik orang tua.6

5
Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqh. (Mesir : Maktabah Da’watul Islamiyah, tt) hlm. 32
6
Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin. Ushul Fiqh. (Jakarta : Kencana, 2008). hlm. 220-221

6
4. Pengertian Hadits (As-Sunnah)
As-Sunnah dalam pengertian etimologi yang biasa dilakukan, apakah itu baik atau
buruk. Penggunaan kata sunnah dalam pengertian ini dapat dilihat pada sabda Nabi
Muhammad SAW.

‫وم ْن َسن سنة َسيئَةً فَ َعلَْي ِه ِوْزرَها‬ ِ ِ ِ ِ ِ


َ .‫َج ٌر َم ْن َعم َل ِبَا الَی يَ ْوم القياََمة‬
ْ ‫َم ْن َسن سن ًة َح َسنَ ًة فَله اَجرَها َوأ‬
ِ ‫وِوْزر من َع ِمل ِِبا ي وِم‬
.‫القياََم ِة‬ َْ َ َ ْ َ َ
“Barangsiapa biasa melakukan suatu kebaikan maka baginya pahala, dan pahala bagi
orang yang melakukannya sampai hari kiamat. Dan barangsiapa biasa melakukan
suatu keburukan , maka baginya dosa, dan dosa bagi orang yang melakukannya
keburukan sampai hari kiamat”
Dalam Al-qur’an kata sunnah tidak kurang dari 16 tempat dengan arti “kebiasaan
yang berlaku dan jalan yang akan dilalui “seperti Firman Allah dalam surah al-imran
ayat 137:

ِ
‫األرض‬ ‫ت ِم ْن قَ ْبلِكم سنَ ٌن فَ ِسريِِف‬
ْ َ‫قَ ْد َجل‬
“sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu sunnah-sunnah Allah karena itu
berjalanlah kamu di muka bumi”
Yang dimaksud dengan Sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah Yang
berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan
Rasul.
Atau Firman Allah surah al-isra 77 :

ً‫ك ِم ْن ُّرسلِنَا ولَ ََِتد لِسنتِ َها َِتْ ِويْال‬


َ ِ‫رسلْنَا قَبل‬
َ َ‫سن َة َم ْن قَ ْد‬
“kami menetapkan yang demikian sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul kami
yang kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perobahan bagi ketetapan
kami itu”
Maksudnya tiap-tiap umat Yang mengusir Rasul pasti akan dibinasakan Allah
Dimikian itulah sunnah ketetapan Allah SWT.
Sunnah dalam pengertian terminonologi, para ulama ushul fiqh mengatakan, yaitu

.‫ب ُمَمد صلى هللا عليه وسلم ِم ْن قَول اوفِ ْعل اوتَ ْق ِرير‬ ِ
ِّ ِ‫َمانق َل َع ِن الن‬

7
“apa-apa Yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Baik berupa perkataan ,
perbuatan atau ketetapan / persejuan.”
Istilah sunnah dikenakan juga kepada apa Yang dipaktikkan oleh para sahabat
kebiasaan yang di lakukan oleh sahabat khulafah ar-Rasyidin .peraktik sahabat diangap
sebagai sunnah, dengan alasan bahwa para shahabat penganut dan pelaksana secara
langsung sunnah Nabi SAW. Mareka tentu lebih mengetahui benar prilaku Dan
penuturan Rasul. Ketika Rasul masih hidup, praktik para sahabat yang ditoleran oleh
Rasul, dianggap juga sebagai sunnah Rasul sendiri.
Sunnah menurut pengertian di atas dari segi matiri dapat dibagi tiga macam yaitu:
a. Sunnah Qauliyah ,yaitu ucapan Nabi SAW. Yang didengar oleh sahabat beliau Dan
di sampaikannya kepada orang lain. Misalnya sahabat berkata:Nabi muhammad
Saw. Bersabda “tidaklah dipotong tangan pencuri kecauli kalau ia mencuri lebih
dari seperampat dinar
b. Sunnah Fi’liyah ,yaitu perbuatan Yang dilakukan oleh Nabi Muhamad SAW. Yang
dilihat secara langsung oleh para sahabat beliau kemudian disampaikannya kepada
orang lain dengan ucapannya. Misalnya shahabat berkata: aku melihat Rasulullah
SAW. Melakukan shalat dua rakaat sesudah shalat zhuhur”
c. Sunnah Taqririyah ,yaitu perbuatan seseorang atau sekelompak shalat Yang
dilakukan dihadapan Nabi Muhammad SAW. Tetapi tidak ditanggapi atau tidak
dicegah oleh Nabi SAW. Tidak ditanggapi atau diamnya Nabi Saw. Tersebut
disampaikan oleh shahabat lain dengan ucapan “aku melihat seseorang shahabat
memakan dhab di dekat Nabi , Nabi mengetahui ,tetapi Nabmelarangnya “ 7
5. Fungsi dan Hubungan Hadits (As-Sunnah) dengan Al-Qur’an
a. Bayan Taqrir (ta’qid)
Hadits disini berfungsi menetapkan dan menguatkan apa-apa yang telah
dijelaskan dan ditetapkan Al-Qur’an
Contoh: Hadits tentang wudhu
ِ
َ‫ث َح ََت يَتَ َوضاء‬
َ ‫أح َد‬
ْ ‫ص َالة َم ْن‬
َ ‫قَ َل َرس ْول هللا ﷺ َل ي ْقبَل‬
Artinya: Rasulullah SAW bersabda, tidak diterima sholat seseorang yang
berhadas sebelum dia berwudhu (HR. Bukhari)

7
Dr. H. Fathurahmahman Azhari, M.HI. Ushul fiqh perbandingan. (Banjarmasin : Lembaga Pemberdayaan
Kualitas Ummat, 2013) hlm. 98-100

8
Kemudian hadits diatas adalah penguat dari ayat Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat
6

‫وهك ْم َوأَيْ ِديَك ْم إِ ََل ال َْم َرافِ ِق َو ْام َسحوا‬ ِ ِ ِ


َ ‫آمنوا إِذَا ق ْمت ْم إِ ََل الص َالة فَاغْسلوا وج‬
َ ‫ين‬
َ ‫ََّي أَيُّ َها الذ‬
ِ ‫بِرء‬
ِ ْ َ‫وسك ْم َوأ َْرجلَك ْم إِ ََل الْ َك ْعب‬
‫ي‬
b. Bayan Tafsir
Hadits disini berfungsi sebagai perinci terhadap apa-apa yang telah dibahas
dalam al-qur’an
Hal ini dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1. Bayan Mujmal
Hadits disini memberikan tafsiran atau penjelasan dengn terperinci
terhadap ayat-ayat yang masih umum
Misalnya hadits tentang tata cara sholat

‫ي‬ ِِ ِ
َ ‫َوأَقيموا الصالةَ َوآتوا الزَكاةَ َو ْارَكعوا َم َع الراكع‬
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-
orang yang rukuk.” (QS.al Baqarah (2) : 43)
Ayat ini dijelaskan oleh hadits berikut:

‫صَلّوﺍ كَمَا ﺭَﺃَيْتمونِي ﺃصَلِّي‬


“Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.” [HR. Bukhari]
2. Taqyid Muthlak
Hadits disini memberikan batasan terhadap ayat-ayat al-qur’an yang
bersifat mutlak
Misalnya hadits tentang Batasan potong tangan bagi pencuri

ِّ ‫ص ِل الْ َك‬ ِ
‫ف‬ َ ‫أِِتَ َرس هللا ﷺبِ َس ِرق فَ َقطَ َع يَ َده م ْن َم ْف‬
Artinya: Rasulullah SAW telah kedatangan seserang dengan membawa
pencuri, lalu beliau memotong tangan pencuri dari pergelangan.
ِ ِ ِ ِ
ٌ ‫اء ِِبَا َك َسبَا نَ َك ًال م َن الل ۗ َوالل َع ِز ٌيز َحك‬
‫يم‬ ً ‫َوالسا ِرق َوالسا ِرقَة فَاقْطَعوا أَيْديَه َما َج َز‬
3. Takhsis al-‘Am
Hadits disini berfungsi mengkhususkan atau mengecualikan ayat-ayat yang
bersifat umum

9
Misalnya hadits tentang harta warisan
ِ ِ
َ ‫ََْنن َم َعا ش َر النْبِيَاء َل ن ْوث َما تَ َرْكنَاه‬
ً‫ص َدقَة‬
Artinya : Kami para sahabat Nabi tidak meninggalkan harta warisan.8
Hadits diatas mentakhsis surah An-Nisa ayat 11

ِّ ‫وصيكم الل ِِف أ َْوَل ِدك ْم ۖ لِلذَك ِر ِمثْل َح‬


ِ ْ َ‫ظ ْاألنْ ثَ ي‬
‫ي‬ ِ ‫ي‬

4. Taudih al-Musykil
Hadits ini berfungsi menjeslakan hal-hal yang masih sulit dipahami
ِ ‫ ) َخي‬dalam ayat
Misalnya kata Khaith (‫ط‬ ْ

‫َس َوِد ِم َن الْ َف ْج ِر‬ ِ ِ


ْ ‫اْلَْيط ْاألَبْ يَض م َن ا ْْلَْيط ْاأل‬
ْ ‫ي لَكم‬
َ َ‫َت يَتَ ب‬
ٰ ‫وَكلوا َوا ْش َربوا َح‬
Artinya: Dan makan-minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar.
Hadits disini menjelasakan dengan batasan-batasan yaitu:
Yang dimaksud ‫ أْليط ْالَبيض‬adalah ‫َبياض النّهر‬artinya “terangnya siang” dan ‫أْليط‬

‫ األسود‬adalah ‫ سواد الليل‬artinya “gelapnya malam”

c. Bayan Tasyri’i
Hadits disini berfungsi sebagai penetapan suatu hukum syar’i yang tidak ada
didalam al-qur’an atau sudah ada tetapi sifatnya khusus masalah-masalah pokok
Misalnya hadits tentang bangkai ikan laut 9

‫ه َو الطُّه ْور َما ؤه ا ْْلِلُّ َم ْي تَ ته‬


Artinya: Air laut itu suci, dapat dipakai bersuci, dan halal bangkainya.

‫اعا لَك ْم َولِلسي َارِة‬


ً َ‫ص ْيد الْبَ ْح ِر َوطَ َعامه َمت‬
ِ
َ ‫أَحل لَك ْم‬
“Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut
sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam
perjalanan.” (QS. Al Maidah: 96).

8
Ibnu Hajar. Fathul Bari, Juz VI. (Beirut : Dar al-Qolam Ilmiyah, tt). hlm. 28
9
Dr. KH. M. Ma’shum Zein, M.A. Menguasai Ilmu Ushul Fiqh. (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2016).
80-83

10
Yang melatarbelakangi adanya pembentukan hukum seperti itu adalah:
1) Adanya pertanyaan dikalangan sahabat
2) Adanya keinginan sahabat untuk mengetauhui pokok permasalahan yang
sebenarnya, misalnya
➢ Haramnya mengumpulkan dua wanita bersaudara
➢ Hukum cambuk atau rajam terhadap perempuan yang masih gadis yang
melakukan zina
➢ Hak waris bagi seroang anak
➢ Hukum zakat fitrah, yaitu:
Hukum yang tidak ada dalam al-qur’an dapat ditemukan dalam hadits hukumnya
dengan menggunakan alternatif:
1) Ilhaq
Maksudnya adalah menetapkan hal-hal yang konkrit sudah dijelaskan oleh al-
qur’an tetapi ada hal-hal tertentu yang masih belum dijelaskan
misalnya status bangkai ikan dan janin yang mati dalam kandungannya ibunya.
2) Qiyas
Maksudnya adalah menyamakan, membandingkan hal-hal lain yang telah
ditetapkan hukumnya, tidak ada nash yang jelas tetapi ada persamaan ‘illat yang
melatarbelakanginya.
Misalnya zakat dengan bahan pokok
3) Istimbath
Maksudnya adalah menetapkan kaidah-kaidah umum dari beberapa nash al-
qur’an yang letaknya berbeda-beda
Misalnya

‫ات وإَِّنا لِك ِّل امريء ما نَ َوى‬


ِ ‫إَّنَا األعمال ِبلنِّي‬
َ
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niatnya. Setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan.
Hadits ini merupakan kaidah umum yang diambil dari beberapa isi a-qur’an
yang isinya berupa perintah untuk selalu berbuat ikhlas dan larangan berbuat
riya dan mencaci diantaranya potongan ayat dalam surah Az-Zumar
Artinya : “ingatlah, hanya untuk Allah sajalah agama yang bersih”

11
d. Bayan Taghyir (Naskh)
Maksudnya hadits disini berfungsi melakukan perubahan terhadap segala
sesuatu yang telah ditetapkan al-qur’an10
Contoh hadits Nabi:

‫صيةَ لَِوا ِرث‬


ِ ‫ إِن هللا اَ ْعطَى لِك ِل ِذى ح ّق حقه فَ َال و‬...
َ َ َ ّ َ
Artinya: Sesungguhnya Allah memberi hak bagian bagi orang-orang yang benar-
benar memiliki hak untuk itu, maka tidak ada wasiat bagi ahli warits.
Hadits ini mengahapus ketetapan al-qur’an dalam surah al-Baqarah ayat 18
ِ ‫صية لِلْوالِ َدي ِن و ْاألَقْربِي ِِبلْمعر‬
‫وف‬ ْ َ َ َ َ ْ َ ِ ‫َح َدكم ال َْم ْوت إِ ْن تَ َر َك َخ ْي ًرا ال َْو‬ َ ‫ب َعلَْيك ْم إِ َذا َح‬
َ ‫ض َر أ‬
ِ
َ ‫كت‬
Artinya: diwajibkan atas kamu, ketika salah seorang dari kamu meninggal dynua
sedangkan dia meninggalkan banyak benda, agar membuat wasiat untuk orang
tuanya dan kerabatnya dengan sebaik-baiknya.
6. Syarat-syarat Hadits Shahih
Syarat hadits shahih berkaitan dengan sanad diantaranya
1. sanadnya bersambung
2. Periwayatnya adil
Syarat rawi disebut adil, diantaranya
a. Selalu taat kepada Allah dan rasul-nya serta menjauhi segala maksiat
b. Menjauhi dosa kecil yang dapat merendahkan harkat dan martabat perawi
c. Tidak melakukan perbuatan yang menyebabkan penyesalan.
3. Periwayatnya dhabit
4. Tidak ada ‘illat (kecacatan)
Tidak ada cacat tersembunyi pada sanad seperti pemalsuan rawi dan lainnya. 11
Syarat hadits shahih berkaitan dengan matan diantaranya
1. Pengertian yang terkandung dalam matan tidak boleh bertentangan dengan
keterangan al-Qur’an
2. Pengertian dalam matan tidak boleh bertentangan dengan pendapat yang
disepakati (ijma’) ulama atau tidak betentangan dengan keterangan ilmiah yang
kebenarannya dapat dipastikan dan disepakati oleh para ilmuan

10
Ibid., hlm. 83-86
11
Dr. Mahmud At-Thahan. Taisir Mushtholahul Hadits. (Surabaya : Toko Buku Hidayah, t). hlm. 35

12
3. Tidak ada kejanggalan dalam matannya 12
5. Perbedaan hadits shahih dengan tidak shahih
a. Hadits shahih
Yaitu hadits yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh perawi yang adil dan
dhabit, tidak ada yang syadz dan illat
b. Hadits Hasan
Yaitu hadits yang sanadnya bersambung diriwayatkan oleh perawi yang adil
namun tingkat kedhabitannya kurang, tidak ada yang syadz dan illat.
c. Hadits Dhaif
Yaitu hadits yang tidak memenuhu kriteria hadits shahih dan hasan.
Pembagian hadits dhaif sebagai berikut:
1) Hadits Muallaq
Hadits yang gurgur seorang perawi atau lebih dari awal sanad. Keguguran
sanad tersebut dapat terjadi pada sanad pertama, seluruh sanad, atau seluruh
sanad selain sahabat.
2) Hadits Munqathi’
Hadits yang gugur seorang sahabat di satu tempat atau gugur 2 orang pada dua
tempat dalam keadaaan tidak berturut-turut.
3) Hadits Mudallas
Yaitu yang menyembunyikan cacat dalam dalam sanad dan menampakkan
cara periwayatan yang baik.
4) Hadits Matruk
Hadits yang perawinya tertuduh berdusta.
5) Hadits Munkar
Hadits yang diriwayatkan oleh orang yang tidak tsiqah atau berlawanan
dengan rawi yang tsiqah.
6) Hadist Syadz dan Mahfudz
Hadits yang diriwatksn oleh seorang perawi yang tsiqah (maqbul) namun
menyalahi periwayatan para perawi lainnya yang lebi tsiqah.

12
Mukarom Faisal fosidin, Ngatiman. Menelaah Ilmu Hadits 2. (Tiga Serangkai Pustaka Mandiri : Solo,
2015) hlm. 90-91

13
7) Hadits Mu’allal
Hadits yang pada zhahirnya titak cacad tersembunyi, nampaknya ada salah
sangka pada perawi, baik dengan mewashl hadist yang munqati
8) Hadits Mudraj
Yaitu hadits yang di dalamnya terdapat tambahan kata-kata oleh periwayat
bukan dari sumber asilnya.
9) Hadits Maqlub
Yaitu hadits yang redaksinya terbalik baik matan maupun sanad.
10) Hadits Musahhaf
Yaitu hadits yang terdapat perbedaan dalam segi titik dan tulisannya tetap.
11) Hadits muharraf
Yaitu hadist di dalamnya terdapat berbedaan dari segi harakat dan tulisannya
tetap.
Dan masih banyak lagi yang lainnya yang tidak kami cantumkan disini.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalam Allah mengandung mu’jizat dan diturunkan kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dalam bahasa Arab yang dinukilkan
kepada generasi sesudahnya secara Mutawatir membacanya merupakan ibadah
terdapat dalam mushaf dimulai dari surah al-fatihah dan ditutup dengan Surah An-
nas
Para ulama ushul fiqh dan lainnya sepakat menyatakan bahwa al-Qur’an itu
merupakan sumbur utama hukum islam yang diturunkan Allah dan wajib
diamalkan, dan seorang mujtahid tidak dibenarkan menjadikan dalil lain sebagai
hujjah belum membahas dan meneliti ayat-ayat Al-Qur’an.
Hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an ada 3 macam, Hukum-
hukum I’tiqodiyah (akidah), Hukum-hukum akhlaq, Hukum-hukum amaliah
(fiqh). Penjelasan Al-Qur’an terhadap hukum Secara Juz’I (terperinci) Secara
Kulli (global) Secara Isyarat.
As-Sunnah dalam pengertian etimologi yang biasa dilakukan, apakah itu
baik atau buruk. Apa-apa Yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW. Baik
berupa perkataan , perbuatan atau ketetapan / persetujuan. Fungsi dan Hubungan
Hadits (As-Sunnah) dengan Al-Qur’an, Bayan Taqrir (ta’qid), Bayan Tafsir,
Bayan Tasyri’I, Bayan Taghyir (Naskh).
B. Saran
Dengan membaca apa yang telah dijelaskan diatas diharapkan agar
pembaca bisa memahami dan mengaplikasikan di kehidupan sehari-hari baik
dalam ragam bahasa tulis maupun dalam ragam bahasa lisan. Diharapkan juga
kepada pembaca agar bisa memberikan sanggahan ataupun kritik yang
membangun agar bisa memperbaiki dan memberikan penjelasan lebih dalam lagi
mengenai materi ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qatthan, Manna’. 2016. Dasar-Dasar Ilmu Al-Qur’an, Jakarta : Ummul Qura.


At-Thahan, Mahmud. tt. Taisir Mushtholahul Hadits. Surabaya : Toko Buku Hidayah.
Azhari, Fathurrahman. 2013. Ushul Fiqh Perbandingan, Banjarmasin : Lembaga
Pemberdayaan Kualitas Ummat.
Fosidin, Mukarom Faisal, Ngatiman. 2015. Menelaah Ilmu Hadits 2, Solo : Tiga Serangkai
Pustaka Mandiri.
Hajar, Ibnu. tt. Fathul Bari, Juz VI, Beirut : Dar al-Qolam Ilmiyah.
Haroen, Narun 1997. Ushul Fiqh, Jakarta : Logos Wacana Ilmu.
Khallaf, Abdul Wahab. tt. Ilmu Ushul Fiqh, Mesir : Maktabah Da’watul Islamiyah.
Syarifuddin, Amir. 2008. Ushul Fiqh, Jakarta : Kencana.
Zein, Ma’shum. 2016. Menguasai Ilmu Ushul Fiqh, Yogyakarta : Pustaka Pesantren.

16

Anda mungkin juga menyukai