DI SUSUN OLEH
YUNTARI (12030224515)
FAKULTAS USHULUDDIN
2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang senantiasa
melimpahkan rahmat, hidayah, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah kami yang berjudul “PERBEDAAN TAFSIR, TAKWIL
DAN TARJEMAH”. Sholawat serta salam tetap terlimpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, yang senantiasa kita harapkan syafa’atnya.
Makalah ini kami susun atas dasar tugas yang telah diberikan kepada kami
oleh Bapak Ali Akbar, Dr., M.I.S sebagai dosen pembimbing Mata Kuliah Ulumul
Qur’an II.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................
1.1 Pendahuluan...............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................
1.3 Tujuan........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................
2.1 Tafsir..........................................................................................................
2.2 Takwil........................................................................................................
2.3 Terjemah....................................................................................................
2.4 Perbedaan Tafsir, Takwil & Terjemah......................................................
BAB III PENUTUP...................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 PENDAHULUAN
menafsirkan Al-Qur’an. Misalnya, dalam rangka menafsirkan kata- kata ٌغَ ِريْب
Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi seluruh umat manusia. Di samping itu, dalam
ayat dan surat yang sama, diinformasikan juga bahwa Al-Qur’an sekaligus menjadi
penjelasan (bayyinaat) dari petunjuk tersebut sehingga kemudian mampu
menjadi pembeda (furqaan) antara yang baik dan yang buruk. Di sinilah manusia
mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an. Manusia akan mengerjakan yang baik dan
akan meninggalkan yang buruk atas dasar pertimbangannya terhadap petunjuk Al-
Qur’an tersebut.
1
orang dalam memahami lafald dan ungkapan Al-Qur’an tidaklah sama, padahal
penjelasannya sedemikian gemilang dan ayat-ayatnya pun sedemikian rinci.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tafsir.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Takwil
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tarjemah
4. Untuk mengetahui bagaimana Perbedaan dari Tafsir, Takwil dan Tarjemah
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 TAFSIR
A. Pengertian Tafsir
Secara etimologi tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah
wa al-kasyf (menjelaskan dan menyingkap sesuatu). Al-jurjani bahwa kata tafsir
menurut pengertian bahasa adalah Al kasf wa al-izhhar yang artinya menyingkap
(membuka) dan melahirkan. 1 Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh
Al-Hafizh As-Suyuthi dari Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab
Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, menjelaskan makna-
maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya. Hal ini senada dengan
pendapat yang mengatakan bahwa tafsir adalah menyingkapkan maksud dari lafaz
yang sulit dalam Al-Qur’an. Didalam Al-Qur’an disebutkan tentang makna tafsir :
ۡ
س َن تَف مس ۡ ًۡياحۡ وَل َۡيت ۡونك مِبث ٍل اماَل مج ۡئ نٰك مِب ۡۡل مق وا
َ ََ َ َ ََ َ َ ُ َ َ َ
Adapun pendapat yang lain tentang makna tafsir menurut istilah adalah :
Bandung,1994,hlm.178.
3
oleh pendengar dengan mengemukakan lafaz makna yang mendekatinya atau
dengan jalan mengemukakan salah satu dialah lafaz tersebut. 3
3. Menurut Abu Hayyan tafsir adalah mengenai cara pengucapan kata-kata Al-
Qur’an serta cara mengungkapkan petunjuk, kandungan-kandungan hokum dan
makna yang terkandung didalamnya. 4
4. Menurut Al-Zarkasyi tafsir adalah ilmu yang digunakan untuk memahami dan
menjelaskan makna-makna kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nya,
Muhammad SAW, serta menyimpulkan kandungan hukum dan hikmahnya .
B. Macam-Macam Tafsir
1. Tafsir Bil Ma’tsur.
Tafsir bi al-ma’tsur adalah cara menafsirkan ayat Al-Qur’an dengan ayat Al-
Qur’an, menafsirkan ayat Al Qur’an dengan sunnah, menafsirkan ayat Al-
Qur’an dengan pendapat para sahabat, atau menafsirkan ayat al-Qur’an dengan
perkataan para tabi’in.
3 Ibid
4 Adz-Dzahabi , op.cit.,hlm.14
4
b. Menafsirkan Al-Qur’an dengan As-Sunnah/Hadits
Contoh Surat Al-An’am ayat 82 :
ۤ ۡ
ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡ ۡۤ الا مذ ۡين اٰمن ۡوا وََۡل ي ۡلبم
َ سوا امۡيَ َاَنُم بمظُل ٍم اُول ِٕٮ
ك ََلُ ُم اَلَم ُن َو ُهم مُّهتَ ُدو َن ٰ
ُ َ َ َُ َ َ
5
3. Ma’alim al-Tanzil, karya Al-Husayn bin Mas’ud al Baghawi, wafat tahun
510, terkenal dengan tafsir al Baghawi.
ۡ ۡم
سا َن مم ۡن َعل ٍَق
َ َخلَ َق اَل
ن
Kata alaq disini diberi makna dengan bentuk jamak dari lafaz
alaqah yang berarti segumpal darah yang kental.
Suatu penafsiran yang cocok dengan tujuan Syar’i, jauh dari kesalahan
dan kesesatan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Arab serta berpegang
teguh dengan pada ushlub-ushlubnya dalam memahami nash Al-Qur’an.
6
c. Aal-Siraj al-Munir, karya Muhammad al-Sharbini al Khatib, wafat tahun
977 terkenal dengan Tafsir al-Khatib
ۡ ۡ ۡ ٰ م
ًاّللَ ََي ُم ُرُك ۡم اَن تَذ ََبُ ۡوا بَ َق َرة ا ان
Contoh bukunya:
a. Tafsir al-Qur’am al Karim, karya Sahl bin ‘Abd. Allah al-Tastari, terkenal
dengan Tafsir al Tastari
b. Haqa’iq al-Tafsir, karya Abu Abd. Al-Rahman al-Salmi, terkenal dengan
Tafsir al-Salmi.
c. Tafsir Ibn ‘Arabi, karya Muhyi al-Din ‘Arabi, terkenal dengan nama Tafsir
Ibn ‘Arabi.
7
kalimat, persesuaian kalimat satu dengan kalimat lain, asbabun nuzul
yang berkenaan dengan ayat yang ditafsirkan.
Metode tahlili disebut juga metode tafzi’i atau (parsial) yang banyak
dilakukan oleh para mufasir salaf dan metode ini oleh sebagian penganut
dinyatakan sebagai metode yang gagal mengingat cara penafsirannya yang
parsial juga tidak dapat menemukan substansi Al - Qur’an secara integral,
dan ada kecenderungan masuknya pendapat mufasir sendiri mengingatkan
pemaknaan ayat tidak dikaitkan dengan ayat lain yang membahas topik
yang sama.
8
c. Metode Muqarin
d. Metode Maudhu’i
9
menjelaskan keharaman riba dengan jelas, namun yang diharamkan
sebagian bukan keseluruhan. Keempat, Q.S. Al-Baqarah ayat 287 yang
menjelaskan keharaman riba secara mutlak.
2.2 TAKWIL
A. Pengertian Takwil
Kata takwīl berasal dari kata al-awl, yang berarti kembali (ar-rujǔ’) atau dari
kata al- ma’ǎl yang artinya tempat kembali (al-mashīr) dan al-aqībah yang berarti
kesudahan. Ada yang menduga bahwa kata ini berasal dari kata al-iyǎlah yang
berarti mengatur (al-siyasah). Secara istilah, takwil berarti memalingkan suatu
lafal dari makna zahir kepada makna yang tidak zahir yang juga dikandung oleh
lafal tersebut, jika kemungkinan makna itu sesuai dengan al-kitab dan sunnah.
a. Menurut Al-Jurjani takwil ialah memalingkan lafaz dari makna yang zahir
kepada makna yang muhtamil, apabila makna yang mu’yamil tidak
berlawanan dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
b. Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Mutashfa : “Sesungguhnya takwil itu dalah
ungkapan tentang pengambilan makna dari lafazh yang bersifat probabilitas
yang didukung oleh dalil dan menjadikan arti yang lebih kuat dari makna yang
ditujukan oleh lafazh zahir.”
c. Menurut Wahab Khalaf takwil yaitu memalingkan lafaz dari zahirnya, karena
adanya dalil.
d. Menurut Abu Zahra takwil adalah mengeluarkan lafaz dari artinya yang zahir
kepada makna yang lain, tetapi bukan zahirnya.
B. Bentuk-Bentuk Takwil
10
Para ulama ushul merupakan kelompok yang paling mendalami kajian ayat-ayat
Al- Qur’an, bila dibandingkan dengan kelompok disiplin ilmu lainnya. Hal itu
mereka lakukan untuk kepentingan pengambilan hukum (istimbath al-
ahkam). Sehingga kajian para ulama ushul merupakan kelanjutan dari
kajian para ulama bahasa dan Hadith. Dari pendalaman kajian tersebut,
mereka menemukan beberapa bentuk ta ‘wil, diantaranya mengkhususkan
lafaz yang umum (takhsis al-umum), membatasi lafaz yang mutlak (tasydid al-
mutlak), mengalihkan lafaz dari maknanya yang hakiki kepada yang majazi, atau
dari makanya yang mengandung wajib menjadi makna yang sunnah.
a. Mengalihkan lafazh dari maknanya yang umum kepada yang khusus, dalam
bahasa ushul disebut takhshish al-umum ()ختصيص العموم.
C. Macam-Macam Takwil
a. Takwil yang jauh dari pemahaman, yakni takwil yang dalam
penetapannya tidak mempunyai dalil yang terendah sekalipun.
b. Takwil yang mempunyai relevansi, paling tidak memenuhi standar makna
terendah serta diduga sebagai makna yang benar.
11
memperhatikan syarat serta kaedah yang berlaku di dalamnya. Jika memenuhi
syarat maka berlakulah takwil, namun jika ternyata syaratnya tidak terpenuhi maka
mengalihkan lafazh kepada suatu makna tidak boleh dilakukan karena
bertentangan dengan maksud ayat itu sendiri.
Dalam masalah aturan dan syarat-syarat sahnya ta’wil, para ulama telah
meletakkan kaidah-kaidah takwil selain yang disebutkan di atas, di antaranya
sebagai berikut :
a. Lafaz yang ingin ditakwil adalah lafazh ambigu dan bisa ditakwil.
b. Takwil (mengalihkan lafaz dari makna zhahir kepada makna batin) harus
berdasarkan pada dalil yang shahih dan dalil makna batin harus lebih kuat dari
pada makna zhahir.
c. Takwil yang dihasilkan harus sesuai dengan makna bahasa Arab, makna syar’i,
atau makna urf (kebiasaan orang Arab).
d. Adanya pertentangan antara dua dalil yang shahih, jika salah satunya lemah
maka yang diambil adalah yang shahih dan tidak ada takwil.
e. Takwil tidak boleh menggugurkan nash syar’i lainnya, karena takwil
merupakan salah satu metode ijtihad yang bersifat zhanni sedangkan nash yang
bersifat zhanni tidak bisa mengalahkan nash yang bersifat qath’iy.
12
f. Orang yang hendak melakukan takwil, haruslah berkualifikasi mujtahid yang
memiliki bekal ilmu-ilmu bahasa Arab dan ilmu-ilmu syar’ii serta pemilik jiwa
keilmuan yang telah matang.
2.3 TARJEMAH
A. Pengertian Tarjemah
Tarjemah berasal dari bahasa Arab yang artinya “salinan dari sesuatu bahasa ke
bahasa lain” atau berarti mengganti, menyalin dan memindahkan kalimat dari
suatu Bahasa ke Bahasa lain.
Kata Tarjemah, yang dalam bahasa Indonesianya bisa kita sebut dengan
Terjemah, secara etimologi mempunyai beberapa arti:
13
Adapun yang dimaksud dengan terjemah Al-Qur’an adalah seperti yang
dikemukakan oleh Ash-Shabuni:
“Memindahkan Al-Qur’an kepada bahasa lain yang bukan bahasa Arab dan
mencetak terjemah ini ke dalam beberapa naskah agar dibaca orang yang tidak
mengerti bahasa Arab sehingga ia dapat memahami kitab Allah SWT, dengan
perantara terjemahan ini.”
14
di kepulauan Timur, tidak ketinggalan pula Al-Qur’an juga diterjemahkan ke
dalam bahasa Indonesia, pada pertengahan abad ketujuh belas, Abdul Ra’uf
fansuri, seorang ulama dari Singkel, Aceh menterjemahkan Al-Qur’an ke dalam
bahasa Melayu, walau mungkin terjemahan itu ditinjau dari sudut ilmu bahasa
Indonesia modern belum sempurna, namun pekerjaan iru adalah berjasa besar
sebagai pekerjaan perintis jalan; hingga pada saat ini, kita bisa mendapatkan
berbagai terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Indonesia dengan sangat mudah dan
bermacam-macam versi.
C. Macam-macam Tarjamah
Tarjamah terbagi menjadi dua macam:
1. Tarjamah Harfiyah atau Tarjamah Lafdhiyah.
15
▪ Mendalami dan menguasai uslub-uslub dan keistimewaan bahasa yang
diterjemahkan.
▪ Hendaknya sighat (bentuk) terjemah itu benar dan apabila dituangkan
kembali ke dalam bahasa aslinya tidak terdapat kesalahan.
▪ Terjemahan itu harus dapat mewakili semua arti dan maksud bahasa asli
dengan lengkap dan sempurna.
▪ Penterjemah haruslah mempunyai ilmu pengetahuan agama dan umum yang
luas (persyaratannya mendekati persyaratan seorang musafir).
▪ Penterjemah haruslah bersifat jujur dalam kegiatannya.
16
Perbedaan tafsir dan takwil di satu pihak dan Tarjemah di pihak lain adalah bahwa
yang pertama berupaya menjelaskan makna-makna setiap kata di dalam Al-Qur’an
yang notaben bahasa Arab ke dalam bahasa non-Arab. Adapun perbedaan tafsir dan
takwil dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Al-Raghif Al-Ashfahani
Tafsir lebih umum dan lebih banyak digunakan untuk lafaz dan kosa kata dalam
kitab-kitab yang diturunkan Allah dan kitab-kitab lainnya. Sedangkan takwil lebih
banyak dipergunakan untuk makna dan kalimat dalam kitab-kitab yang diturunkan
Allah saja.
Tafsir menerangkan makna lafaz yang tak menerima selain dari satu arti.
Sedangkan takwil menetapkan makna yang dikehendaki suatu lafaz yang dapat
menerima banyak makna karena ada dalil-dalil yang mendukungnya.
2. Al-Maturidi
Tafsir menetapkan apa yang dikehendaki ayat dan menetapkan damikianlah yang
dikehendaki Allah. Sedangkan takwil menyeleksi salah satu makna yang mungkin
diterima oleh suatu ayat dengan tidak meyakini bahwa itulah yang dikehendaki Allah.
Tafsir menerangkan makna lafaz, baik berupa hakikat atau majaz. Sedangkan
takwil menafsirkan batin lafaz.
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sedangkan istilah tafsir lebih luas ari kata tarjemah dan takwil , dimana segala
sesuatu yg berhubungan dengan ayat, surat, asbaabun nuzul, dan lain sebagainya
dibahas dalam tafsir yg bertujuan untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat
tersebut, sehingga mengetahui maksud dan kehendak firman-firman Allah SWT
tersebut.
Kaidah-kaidah ta’wil yang dibuat oleh para ulama dan konsep pengalihan
makna dalam ta’wil ini merupakan perbedaan yang sangat mendasar antara takwil
dan hermeneutika. Dalam hermeneutika seseorang tidak terikat dengan makna istilah-
istilah syar’i, tidak perlu menggunakan dalil-dalil syar’i, tidak memperhatikan apakah
hasil penafsiran tersebut sesuai dengan nash-nash syar’i yang lain atau bertentangan,
dan tidak memperhatikan orang yang melakukannya apakah memiliki kemampuan
atau tidak. Dengan demikian, hasil penafsiran dalam hermeneutika menjadi bias
dan relatif tergantung kepada orang yang melakukan penafsiran.
Tafsir, takwil dan tarjemah diperlukan dalam memahami isi kandungan ayat-ayat
al- Qur`an yang mulia. Pengertian terjemah lebih simple dan ringkas karena hanya
merubah arti dari bahasa yang satu ke bahasa yang lainnya. Sedangkan istilah tafsir
18
lebih luas dari kata terjemah dan ta’wil , dimana segala sesuatu yang berhubungan
dengan ayat, surat, asbaabun nuzul, dan lain sebagainya dibahas dalam tafsir
yang bertujuan untuk memberikan kepahaman isi ayat atau surat tersebut, sehingga
mengetahui maksud dan kehendak firman- firman Allah SWT tersebut.
19
DAFTAR PUSTAKA
Ash Siddieqy, Teungku Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu al Qur’an
danTafsir. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra. 2000
Amzah, Dr. Kadar M. Yusuf, m.ag. Studi Al-qur’an. Bumi Aksara, Jakarta. 2014
Nasharuddin Baidan, Prof. Dr., Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PT. Dana
Bhakti Prima Yasa, 2000
Rifat Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992).
Sirojuddin Iqbal, Drs. Mashuri. Pengantar Ilmu Tafsir. Angkasa, Bandung.
1989
20