Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH AL-QUR’AN DAN TAFSIR

DI SUSUN OLEH :

MUHAMMAD ALBAROKAH: 2211010005

FECKRIANSYAH: 2211010030

RIZKY DARMAWAN AL AKBAR: 2211010015

Dosen pembimbing :

Erizal Ilyas,Lc, MA

PRODI BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG SUMATERA BARAT

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga telah
meyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam tak lupa penulis curahkan kepada junjungan
dan pembimbing nabi besar kita, Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬yang telah membawa ajaran Islam dari
zaman kegelapan hingga ke zaman terang benderang seperti sekarang ini.

Makalah ini merupakan salah satu tugas Ilmu ALQURAN dan TAFSIR. Dengan demikian,
diharapkan pelaksanaan tugas Ilmu ALQURAN dan TAFSIR ini pembimbingan pada mahasiswa
oleh guru pembimbing menjadi jelas dan mempunyai landasan yang kuat.

Ilmu ALQURAN dan TAFSIR merupakn ilmu untuk mengetahui penjelasan secara detail
ALQURAN. Dengan makalah ini semoga mengetahui apa kandungan dlm alquran dan
penjelasan isi ALQURAN. Ucapan terima kasih juga saya haturkan kepada guru pembimbing
yang telah membina saya dalam proses penyelesaian makalah penulis, dikarenakan guru
pembimbing mempunyai tanggung jawab akademik terhadap Karya Ilmiah yang ditulis santri
bimbingannya dalam hal kebenaran ilmiah dan format penulisannya.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................
C. Tujuan Masalah.................................................................................................................................
D. Manfaat Penulisan.............................................................................................................................
A. Deskripsi Masalah.............................................................................................................................
B. Analisis Permasalahan.......................................................................................................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................
A. Kesimpulan........................................................................................................................................
B. Saran..................................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an bagaikan samudra yang tidak pernah kering airnya, gelombangnya tidak
pernah reda, kekayaan dan khazanah yang dikandungnyatidak pernah habis, dapat dilayari dan
selami dengan berbagai cara, danmemberikan manfaat dan dampak luar biasa bagi kehidupan
manusia. Dalamkedudukannya sebagai kitab suci dan mukjizat bagi kaum muslimin, Al-Qur’an
merupakan sumber keamanan, motivasi, dan inspirasi, sumber dari segala sumber hukum yang
tidak pernah kering bagi yang mengimaninya. Didalamnya terdapat dokumen historis yang
merekam kondisi sosio ekonomis,religious, ideologis, politis, dan budaya dari peradaban umat
manusia sampaiabad ke VII masehi.Jika demikian itu halnya, maka pemahaman terhadap ayat-
ayat Al-Qur’an melalui penafsiran-penafsiran, memiliki peranan sangat besar bagimaju-
mundurnya umat, menjamin istilah kunci untuk membuka gudang yangtertimbun dalam Al-
Qur’an. Sebagai pedoman hidup untuk segala zaman, dan dalm berbagai aspekkehidupan
manusia, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terbuka (openended ) untuk dipahami,
ditafsirkan dan dita’wilkan dalam perspektif metode tafsir maupun perspektif dimensi-dimensi
kehidupan manusia. Dari sinimuncullah ilmu-ilmu untuk mengkaji Al-Qur’an dari berbagai
aspeknya, termasuk di dalamnya ilmu tafsir. Makalah ini akan membahas tentang ilmutafsir
meliputi sejarah dan perkembangannya, serta corak dan metode dalam penafsiran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Al-Qur’an dan Tafsir menurut bahasa dan istilah?
2. Apa saja Nama dan sifat-sifat Al-Qur’an ?
3. Apa Macam-macam Tafsir?
4. Apa Relevansi AL-QUR’AN DAN TAFSIR?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui pengertian Al-Qur’an dan tafsir
2. Mengetahui nama dan sifat-sifat Al-Qur’an dan tafsir
3. Mengetahui macam-macam tafsir
4. Mengetahui relevansi Al-Qur’an dan tafsir
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an dan Tafsir
1. Al-Qur’an

ٌ
Ditinjau dari segi bahasa, secara umum diketahui bahwa kata al-qur’an ( ‫)القران‬ berasal dari kata
‫ قرا‬yang berarti mengumpul atau menghimpun. Qira’ah berarti merangkai huruf-huruf dan kata-
kata satu dengan lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Al-qur’an asalnya sama dengan
qira’ah, yaitu akar kata (mashdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur’anan. Allah
menjelaskan :

)18( ُ‫) فَِإ َذاقَ َرْأنَهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ َءانَه‬17( ُ‫إن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُرْ َءانَه‬
َّ

“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan (dalam dadamu) dan


membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami telah menyempurnakan bacaannya
(kepadamu, dengan perantara Jibril), maka bacalah menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah : 17-
18).

2.TAFSIR

Para pakar ilmu tafsir banyak memberi pengertian baik secara etimologi maupun
terminologi terhadap term tafsir. Secara etimologi kata tafsir berarti al-ibanah wa kasyfu
al-mughattha (menjelaskan dan menyingkap yang tertutup). Dalam kamus Lisan
al-‘Arab, tafsir berarti menyingkap maksud kata yang samar. Hal ini didasarkan pada
firman Allah Sûrah al-Furqân: 33
‫ق َوَأحْ َسنَ تَ ْف ِسيرًا‬
ِّ ‫ك بِ ْال َح‬ َ َ‫َواَل يَْأتُون‬
َ ‫ك بِ َمثَ ٍل ِإاَّل ِجْئنَا‬
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,
melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik
penjelasannya”

Sedangkan secara terminologi penulis akan mengungkapkan pendapat para pakar.


Al-Zarqoni menjelaskan tafsir adalah ilmu untuk memahami al-Qur’an yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad dengan menjelaskan makna-maknanya dan mengeluarkan
hukum dan hikmah-hikmahnya.
Menurut Abû Hayyân sebagaimana dikutip Manna al-Qaththân, mendefinisikan
tafsir sebagai ilmu yang membahas cara pengucapan lafaz al-Qur’an, petunjuk-
petunjuknya, hukum-hukumnya baik ketika berdiri sendiri maupun tersusun, dan makna
yang dimungkinkan baginya ketika tersusun serta hal lain yang melengkapinya.

B. Nama dan sifat sifat Al-Qur’an

Allah menamakan Al-Qur'an dengan banyak nama:

- Al-Qur'an

‫اِ َّن ٰه َذا ْالقُرْ ٰانَ يَ ْه ِديْ لِلَّتِ ْي ِه َي اَ ْق َو ُم‬


"Al-Qur 'an ini memberi petunjuk kepada jalan yang lebih lurus."(Al-Israa': 9)

- Al-Kitab

‫لَقَ ْد اَ ْنزَ ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم ِك ٰتبًا فِ ْي ِه ِذ ْك ُر ُك ۗ ْم‬ 


"Telah Kami turunkan kepadamu Al-Kitab yang di dalamnyaterdapat kemuliaan bagimu." (Al-
Anbiyaa": 10)

- Al-Furqan

‫ك الَّ ِذيْ نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ ع َٰلى َع ْب ِد ٖه لِيَ ُكوْ نَ لِ ْل ٰعلَ ِم ْينَ نَ ِذ ْيرًا‬
َ ‫تَ ٰب َر‬ ۙ
Mahasuci Allah Yang telah menurunkan Al-Furgan kepada hamba-Nya, agar dia menjadi
pemberi peringatan kepada penduduk alam." (Al-Furqan: 1)

- Adz-Dzikr

َ‫اِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَ ٰحفِظُوْ ن‬


"Sesungguhnya Kamilah yang telah menurunkan Adz-Dzikr, dan sesungguhnya Kamilah pula
yang akan menjaganya. (Al Hijr: 9)

- At-Tanzil

َ‫ۗ َواِنَّهٗ لَتَ ْن ِز ْي ُل َربِّ ْال ٰعلَ ِم ْين‬


"Dan dia itu adalah Tanzil (kitab yang diturunkan) dari Tuhan semesta alam." (Asy-Syu'araa':
192)
Al-Qur'an dan Al-Kitab lebih popular dari nama-nama lainnya. Dalam hal ini,
Muhammad Abdullah Darraz berkata, 'Dinamakan Al-Qur'an karena a dibaca dengan lisan, dan
dinamakan Al-Kitab karena ia ditulis dengan pena. Kedua nama in menunjukkan makna yang
relevan sekali dengan kenyataannya. Penamaan Al-Qur'an dengan kedua nama ini memberikan
isyarat, memang sepatutnya Al -Quran dipelihara dalam bentuk hafalan dan tulisan dengan baik.
Dengan demikian, apabila di antara salah satunya ada yang keliru, maka yang lain akan
meluruskannya. Tetapi kita tidak bisa hanya menyandarkan kepada hafalan seseorang sebelum
hafalannya sesuai dengan tulisan yang telah disepakati oleh para sahabat, yang dinukilkan
kepada kita dari generasi ke generasi sesuai aslinya. Sebaliknya, kita juga tidak bisa
menyandarkan hanya kepada tulisan penulis sebelum tulisan itu sesuai dengan hafalan tersebut
berdasarkan isnad yang shahih dan mutawatir.

Dengan cara pemeliharaan ganda semacam ini yang telah Allah tanamkan ke dalam jiwa
umat, dan demi mengikuti Nabinya, maka Al- Qur'an tetap terjaga dengan kokoh. Yang demikian
sebagai wujud dari janji Allah yang menjamin terpeliharanya Al-Qur'an, Allah berfirman:

ِّ ‫ِا َّنا َنحْ نُ َن َّز ْل َنا‬


ُ ‫الذ ْك َر َو ِا َّنا لَ ٗه لَ ٰحف‬
‫ِظ ْو َن‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan Kami yang benar-benar akan
menjaganya." (Al-Hijr:)

Dengan begitu, Al-Qur'an tidak mengalami perubahan dan keterputusan sanad seperti
terjadi pada kitab-kitab sebelumnya." Di antara hikmahnya adalah untuk menegaskan bahwa
kitab-kitab samawi lainnya diturunkan hanya bersifat temporer (berlaku sementara) Adapun Al-
Qur'an diturunkan untuk membetulkan dan mengontrol kitab- kitab yang sebelumnya. Dalam
kitab-kitab itu itu mengandung kebenaran yang pasti, tetapi Allah menambahnya sesuai dengan
yang dikehendaki. Nya. Al-Qur'an menjalankan fungi kitab-kitab sebelumnya, tetapi kitab- kitab
itu tidak dapat menempati posisinya. Allah telah menakdirkan untuk menjadikannya sebagai
bukti sampai Hari Kiamat. Dan apabila Allah menghendaki suatu perkara, maka Dia akan
mempermudah jalannya ke arah itu, karena Dia Maha Bijaksana dan Mahatahu. Inilah alasan
yang relevan.

Allah subhanahu wa Ta'ala, melukiskan Al-Qur'an dengan banyaknsifat, di antaranya:

- Nur (cahaya)

ٌ ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ُك ْم بُرْ ه‬


‫َان ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَ ْنزَ ْلنَٓا اِلَ ْي ُك ْم نُوْ رًا ُّمبِ ْينًا‬
"Wahai sekalian umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu bukti kebenaran dari
Tuhan kamu, dan Kami pun telah menurunkan kepada kamu (Al-Qur an sebagai) nur (cahaya)
yang menerangi." (An-Nisaa": 174)
- Mau'izhah (nasehat), syifa (obat), huda (petunjuk), dan rahmah (rahmat)

َ‫ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َج ۤا َء ْت ُك ْم َّموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَ ۤا ٌء لِّ َما فِى الصُّ ُدوْ ۙ• ِر َوهُدًى َّو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬
'"Wahai umat manusia, sesungguhnya telah datang kepada amu Al-Qur'an yang menjadi
penasehat dari Tuhan kamu, penawar bagi penyakit-penyakit batin yang ada di dalam dada
kamu, petunjuk hidup (way of life), dan sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman.
"(Yunus: 57)

Mubin (yang menjelaskan)


‫ٰيٓا َ ْهل ْالك ٰتب قَ ْد ج ۤاء ُكم رسُوْ لُنَا• يُبيِّنُ لَ ُكم َكث ْي•رًا مما ُك ْنتُم تُ ْخفُ••وْ نَ منَ ْالك ٰتب وي ْعفُ••وْ ا ع َْن َكث ْي••رەۗ قَ• ْد ج• ۤ•اء ُكم منَ هّٰللا‬
ِ ِّ ْ َ َ ٍ ِ ََ ِ ِ ِ ْ َّ ِّ ِ ْ َ َ ْ َ َ ِ ِ َ
ۙ‫نُوْ ٌر َّو ِك ٰتبٌ ُّمبي ٌْن‬
ِ
“Wahai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepada kamu Rasul Kami (Muhammad) dengan
menerangkan kepada kamu banyak dari (keterangan-keterangan dan hukum-hukum) yang telah
kamu sembunyikan dari Kitab Suci, dan ia memaafkan kamu (dengan tidak mengungkapkan)
banyak perkara (yang kamu sembunyikan), Sesungguhnya telah datang kepada kamu cahaya
kebenaran (Nabi Muhammad) dari Allah, dan sebuah Kitab (Al-Qur 'an) yang memberi
penjelasan." (Al-Maa'idah: 15)

Al-Mubarak (yang diberkati)

‫ق الَّ ِذيْ بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َولِتُ ْن ِذ َر اُ َّم ْالقُ ٰرى َو َم ْن َحوْ لَهَ ۗا َوالَّ ِذ ْينَ يُْؤ ِمنُوْ نَ بِااْل ٰ ِخ َر ِة يُْؤ ِمنُوْ نَ بِ• ٖ•ه‬
ُ ‫ص ِّد‬ ٌ ‫َو ٰه َذا ِك ٰتبٌ اَ ْن َز ْل ٰنهُ ُم ٰب َر‬
َ ‫ك ُّم‬
َ‫صاَل تِ ِه ْ•م ي ُٰحفِظُوْ ن‬ َ ‫َوهُ ْم ع َٰلى‬
"Dan inilah Kitab yang Kami turunkan, yang diberkati, lagi mengesahkan kebenaran (kitab-
kitab suci) yang telah diturunkan sebelumnya, supaya engkau memberi peringatan kepada
penduduk Ummul-Qura (Makkah) serta orang-orang yang tinggal di sekelilingnya; Orang-
orang yang beriman kepada hari akhirat, mereka beriman kepada Al-Qur 'an, dan mereka tetap
mengerjakan dan memelihara shalatnya." (Al-An'am: 92)

Busyra (berita gembira)


‫هّٰللا‬
َ ‫قُلْ َم ْن َكانَ َع ُد ًّوا لِّ ِجب ِْري َْل فَاِنَّهٗ نَ َّزلَهٗ ع َٰلى قَ ْلبِكَ بِاِ ْذ ِن ِ ُم‬
َ‫ص ِّدقًا• لِّ َما بَ ْينَ يَ َد ْي ِه َوهُدًى َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُمْؤ ِمنِ ْين‬
"Katakanlah (hai Muhammad); Barangsiapa memusuhi Jibril maka sesungguhnya dialah yang
menurunkan Al-Qur an ke dalam hatimu dengan izin Allah, yaitu kitab yang mengesahkan
kebenaran kitab- kitab yang diturunkan sebelumnya, serta menjadi petunjuk dan pembawa
berita gembira bagi orang-orang yang beriman." (Al Baqarah: 97)
- Aziz (yang mulia)

‫الذ ْك ِر لَمَّا َج ۤا َء ُه ْم َۗو ِا َّن ٗه لَك ِٰتبٌ َع ِز ْي ٌز‬


ِّ ‫ۙ اِنَّ الَّ ِذي َْن َك َفر ُْوا ِب‬

"Sesungguhnya orang-orang yang kafir terhadap Al-Qur an ketikamsampai hepada mereka,


(akan ditimpa adzab yang tak terperikan); Al-Qur'an itu sesungguhnya sebuah Kitab Suci yang
mulia."(Fushshilat: 41)

Majid (yang dihormati)

"Bahkan apa yang mereka dustakan itu adalah Al-Qur 'an yang dihormati. " (Al-Buruj: 21) -
Basyir (pembawa berita gembira), dan Nadir (pemberi peringatan) "Sebuah Kitab yang
dijelaskan ayat-ayatnya yaitu; Al-Qur an yang diturunkan dalam bahasa Arab untuk kaum yang
mengetahui; Ia membawa berita yang mengembirakan (bagi orang-orang yang beriman) dan
membawa peringatan (kepada orang-orang yang ingkar... (Fussilat: 3-4).

C. Macam macam Tafsir


1. Tafsir bi al-Ma’tsur

Cara penafsirian yang ditempuh oleh para sahabat dan generasi berikutnya itu dalam
kerangka metodologis, disebut jenis tafsir bil al-ma'tsur (periwayatan). Metode periwayatan ini
oleh al-Zarqani didefinisikan sebagai semua bentuk keterangan dalam Al-Qur'an, al-sunnah atau
ucapan sahabat yang menjelaskan maksud Allah SWT pada nash Al-Qur'an.

2. Tafsir bi al-Ra’yi

Tafsir bi al-ra'yi adalah jenis metode penafsiran Al-Qur'an dimana seorang mufassir
menggunakan akal (rasio) sebagai pendekatan utamanya. Sejalan dengan definisi diatas, Ash-
Shabuni menyatakan bahwa tafsir bi al-ra'yi adalah tafsir ijtihad yang dibina atas dasar-dasar
yang tepat serta dapati diikuti, bukan atas dasar ra‘yu semata atau atas dorongan hawa nafsu atau
penafsiran pemikiran seseorang dengan sesuka hatinya. Sementara menurut Manna al-Qattan,
tafsir bi al-ra'yi adalah suatu metode tafsir dengan menjadikan akal dan pemahamannya sendiri
sebagai sandaran dalam menjelaskan sesuatu.

3. Tafsir Tahlily

Metode tafsir tahliliy, atau yang oleh Baqir Shadr dinamai metode tajzi'iy adalah suatu
metode yang berupaya menjelaskan kandungan ayat-ayat AI-Qur'an dari berbagai seginya
dengan memperhatikan runtutan ayat-ayat Al-Qur'an sebagaimana yang tercantum dalam mushaf
(Shadr, 1980:10). Cara kerja metode ini terdiri atas empat langkah, yaitu
a. Mufassir mengikuti runtutan ayat sebagaimana yang telah tersusun dalam mushaf.
b. Diuraikan dengan mengemukakan arti kosakata dan diikuti dengan penjelasan mengenai
arti global ayat.
c. Mengemukakan munasabah (koralasi) ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud
ayat-ayat tersebut satu sama lain.
d. Mufassir membahas asbab al-nuzul dan dalil-dalil yang berasal dari Rasul, sahabat dan
tabi'in.

4. Tafsir Muqaran

Dalam bahasa yang sistematis, Said Agil Munawar dan Quraish Shihab mendefinisikan
tafsir muqaran sebagai metode penafsiran yang membandingkan ayat Al-Qur'an yang satu
dengan ayat Al-Qur'an yang lain yang sama redaksinya, tetapi berbeda masalahnya atau
membandingkan ayat Al-Qur'an dengan hadits-hadits nabi Muhammad saw, yang tampaknya
bertentangan dengan ayat-ayat tersebut, atau membandingkan pendapat ulama tafsir yang lain
tentang penafsiran ayat yang sama.

5. Tafsir Ijmaly

Tafsir ijmaliy adalah suatu metode penafsiran Al-Qur'an yang menafsirkan ayat-ayat Al-
Qur'an dengan cara mengemukakan makna global. Dalam sistematika uraiannya, mufassir
membahas ayat demi ayat sesuai dengan susunannya yang ada dalam mushaf, kemudian
mengemukakan makna global yang dimaksud oleh ayat tersebut. Dengan demikian cara kerja
metode ini tidak jauh berbeda dengan metode tahliliy, karena keduanya tetap terikat dengan
urutan ayat-ayat sebagaimana yang tersusun dalam mushaf, dan tidak mengaitkan
pembahasannya dengan ayat lain dalam topik yang sama kecuali secara umum saja. Contoh dari
tafsir yang mempergunakan metode ini adalah tafsir Jalalain.

6. Tafsir Maudhu’i (Tematik)

Ali Khalil sebagaimana dikutip oleh Abd al-Hay al-Farmawi memberikan batasan
pengertian tafsir tematik, yaitu : Mengumpulan ayat-ayat Al-Qur'an yang mempunyai satu tujuan
dan bersekutu dengan tema tertentu. Kemudian sedapat mungkin ayat-ayat tersebut disusun
menurut kronologi turunnya disertai dengan pemahaman asbab al-Nuzulnya. Lalu oleh mufassir
dikomentari, dikaji secara khusus dalam kerangka tematik, ditinjau segala aspeknya, ditimbang
dengan ilmu yang benar, yang pada gilirannya mufassir dapat menjelaskan sesuai dengan hakikat
topiknya, sehingga dapat ditemukan tujuannya dengan mudah dan menguasainya dengan
sempurna. Jadi lewat metode ini, penafsiran dilakukan dengan jalan memilih topik tertentu yang
hendak dicarikan penjelasannya menurut Al-Qur'an, kemudian dikumpulkanlah semua ayat Al-
Qur'an yang berhubungan dengan topik ini, kemudian dicarilah kaitan antara berbagai ayat ini
agar satu sama lain bersifat menjelaskan, baru akhirnya ditarik kesimpulan akhir berdasarkan
pemahaman mengenai ayat-ayat yang saling terkait itu.

D. Relevansi alquran Tafsir

Sebelum diuraikan tentang hubungan ulumul Qur’an dengan tafsir, maka lebih
baik jika diuraikan tentang pengertian tafsir. Secara bahasa Tafsir artinya adalah
menerangkan, menjelaskan atau menyatakan. Sedangkan secara istilah Tafsir adalah
menerangkan ayat-ayat Al-Qur’an, dari segi artinya, maksud yang terkandung
didalamnya ataupun kandungan isi  baik yang jelas atau isyarat.

Al-Kilbi mengemukakan bahwa :

&.&‫& ش&ر&ح& ا&ل&ق&ر&ا&ن& و&ب&ي&ا&ن& م&ع&ن&ا&ه& و&ا&ال&ء&ف&ص&ا&ح& ب&م&ا& ي&ق&ت&ض&ي&ه& ب&ن&ص&ه& ا&و&ا&ش&ا&ر&ت&ه& ا&و&ن&ج&و&ا&ه‬:  &‫ا&ل&ت&ف&س&ي&ر‬
Artinya :Tafsir ialah memberikan sarah terhadap Al-Qur’an, menerangkan
artinya, menjelaskan apa yang dikehendaki, baik yang secara nash atau yang
dengan isyarat, dengan najwanya.

Dengan demikian ulumul Qur’an mempunyai hubungan yang erat dengan tafsir.
Sebagian ulama’ menyebut  ulumul Qur’an dengan istilah ulumu at-tafsir atau
ushul tafsir. Sebab tanpa adanya penguasaan ulumul Qur’an yang baik maka
seseorang  tidak dapat memberi penafsiran terhadap suatu ayat Al-Qur’an.

Keberadaan ulumul Qur’an sangat penting bagi orang-orang yang ingin


membuat syarah atau menafsirkan Al-Qur’an secara tepat dan bisa dipertanggung
jawabkan. Bagi seorang mufassir, ulumul Qur’an merupakan ilmu yang mutlak harus
dikuasai sebelum dia memberi tafsiran atau takwil ayat-ayat A-Qur’an.   Semakin
baik penguasaannya terhadap ulml Qur’an maka akan semakin berkualitas pula hasil
penafsiran yang dilakukan.
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Al-Qur’an merupakan sumber hukum Islam yang abadi. Al-Qur’an ibarat samudera tak
bertepi yang menyimpan berjuta-juta mutiara ilahi. Untukmeraihnya, semua orang harus
berenang dan menyelami samudera al-Qur’an.

Tidak semua penyelam itu memperoleh apa yang diinginkannya karenaketerbatasan


kemampuannya. Di sinilah letak urgensi perangkat ilmu tafsir.Ilmu tafsir senantiasa berkembang
dari masa ke masa, bahkan para pakar telah banyak menelurkan tafsir yang sesuai dengan
tuntutan zaman demimenegaskan eksistensi al-Qur’an. salih li kulli zaman wa makan.

Banyak sekali metode yang digunakan dalam penafsiran di antaranya metode tahlily, ijmaly,
muqaran, dan maudhu’i.

B.Saran

Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh darikesempurnaan, masih
banyak terdapat kesalahan-kesalahan, baik dalam bahasanya, materi dan penyusunannya. Oleh
karena itu penulis sangatmengharapkan kritik, saran dan masukan yang dapat membangun
penulisanmakalah ini
DAFTAR PUSTAKA

Syaikh Manna’ Al-qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hlm.
16

M. Syakur, Ulum al-Qur’an, (Semarang: PKPI2 – Universitas Wahid Hasyim, 2001), hlm. 2

M. Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan, 1995), h. 172

Muhammad Abd. Al-Adzim al-Zarqani. Manahil al-'Irfan fi `Ulum Al-Qur'an, (Mathba'ah Isa al-Bab al-
Halaby, 1957), h. 3
Manna al-Khallil al-Qaththan, Mabâhis fî Ulûm al-Qur’ân, h. 351-352.
Abd. Hay Al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudlu'i, Kairo: Al-Hadharah al-Arabiyah, 1977, hlm.
18
Manna al-Khallil al-Qaththan, Mabâhis fî Ulûm al-Qur’ân, h. 351-352.
Abd. Hay Al-Farmawy, al-Bidayah fi al-Tafsir al-Maudlu'i, Kairo: Al-Hadharah al-Arabiyah, 1977, hlm.
18
Syaikh Manna’ Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu alqur’an

Anda mungkin juga menyukai