Anda di halaman 1dari 13

Alquran dan Penulisannya Pada Masa

Rasulullah
Untuk memenuhi tugas:

Sejarah Al-Quran

Dosen Pengampu:
Hafiz Taqwa, Lc., M.Ed.

Disusun oleh:
Azzam Nashrullah
Ibnu Jabal Kusnandar
Khairullah
Muhammad Nur Azzami
Muhammad Syafi’i

JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah Ilmu Terjemah Al Qur’an. Sholawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan
menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami pemakalah sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi
tugas dari mata kuliah Sejarah Al Qur’an yang diampu oleh Hafiz Taqwa, Lc., M.Ed.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini di waktu yang akan datang.

Bogor, 30 September 2023

Pemakalah

i|S e j ara h Al - Qu ra n
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................................................I


DAFTAR ISI ...................................................................................................................................................II
BAB I ..............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...........................................................................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ...................................................................................................... 1
1.2. RUMUSAN MASALAH ...................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN PENELITIAN ....................................................................................................................... 1
BAB II.............................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN .............................................................................................................................................2
2.1 PENGERTIAN ..................................................................................................................................... 2
A. Definisi Al-Qur'an Secara Bahasa...................................................................................................... 2
B. Pengertian Al-Quran Secara Istilah.................................................................................................... 4
2.1 SEJARAH PENULISAN AL-QURAN PADA MASA RASULULLAH ............................................... 4
A. Pengertian Pengumpulan Al-Quran ................................................................................................... 4
B. Pengumpulan Al-Quran pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬. ............................................................................. 5
BAB III ...........................................................................................................................................................9
PENUTUP ......................................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 9
3.2. SARAN................................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................................... 10

ii | S e j a r a h A l - Q u r a n
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Salah satu karunia yang Allah limpahkan kepada manusia adalah bahwa Dia tidak
hanya memberikan fitrah lurus yang membimbing menuju kebaikan dan kebajikan, tapi juga
mengutus seorang rasul kepada manusia dari waktu ke waktu. Seorang rasul yang membawa
risalah dan mengajak umat manusia untuk beribadah hanya kepada Allah semata, serta
menyampaikan kabar gembira dan peringatan agar hujjah tegak atas umat manusia. Allah
berfirman:

ً ‫الرسُ ِّل َوكَانَ للاُ ع َِّز‬


‫يزا َح ِّكي ًما‬ ِّ َ ‫علَى‬
ُّ ‫ّللا ُحجَة بَ ْع َد‬ ِّ َ‫ش ِّرينَ َو ُمنذ ِِّّرينَ ِّلئ ََل يَكُونَ ِّللن‬
َ ‫اس‬ ِّ َ‫ُرسُ ًل ُمب‬
"(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar
supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan
adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (An-Nisa': 165)
Perkembangan kemanusiaan dan kemajuan pemikirannya selalu ditopang oleh wahyu
dengan aturan-aturan yang sesuai dengan kondisi kemanusiaan dan mampu mengatasi berbagai
persoalan yang terjadi kala itu dalam lingkup kaum seorang rasul, hingga kematangan
kemanusiaan mencapai titik sempurna. Dan Allah SAW menghendaki risalah Muhammad
menyinari seluruh dunia, lalu Allah mengutus beliau dalam rentang waktu terputusnya
pengiriman para rasul. Muhammad diutus untuk meneruskan bangunan saudara-saudara beliau
dari para rasul sebelumnya dengan membawa syariat umum nan kekal, dan membawa kitab
yang diturunkan kepada beliau, yaitu Al-Qur'an Al-Karim.
Oleh karenanya makalah ini dibuat untuk mengetahui pengertian Al-Quran itu sendiri
serta penulisannya pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬.

1.2. RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah makalah
ini adalah:
1. Apa pengertian dari Al-Quran secara bahasa dan istilah?
2. Bagaimana penulisan Al-Quran pada masa Rasulullah ‫?ﷺ‬

1.3 TUJUAN PENELITIAN


1. Untuk mengetahui pengertian Al-Quran secara bahasa dan istilah.

2. Untuk mengetahui perkembangan penulisan Al-Quran pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬.

1|S e ja ra h Al - Qu ra n
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN
A. Definisi Al-Qur'an Secara Bahasa
Qara’a artinya adalah menyatukan dan menggabungkan. Al-Qira'ah artinya adalah
menggabungkan huruf-huruf dan kata-kata satu sama lain saat membaca. Al-Qur'an) pada
dasarnya sama seperti kata al- qira'ah, bentuk mashdar dari kataqara'a-qira'atan-qur'ânan.
Allah berfirman:

ُ‫ فَ ِّإذَا قَ َرأْنَهُ فَاتَبِّ ْع قُ ْر َءانَه‬,ُ‫ َوقُ ْر َءانَه‬،ُ‫علَ ْينَا َج ْمعَه‬


َ ‫إِّ َن‬
"Sesungguhnya, Kami yang akan mengumpulkannya (di dadamu) dan membacakannya.
Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu." (Al-Qiyâmah: 17-
18)
Qur'ânahu di dalam ayat tersebut maksudnya adalah bacaannya, yaitu ikutilah
bacaannya. Dengan demikian, Al-Qur'an adalah bentuk mashdar mengikuti wazan (pola) fu'lân,
sama seperti kata ghufran dan syukran. Anda berkata:Qara'tuhu qur'an wa qira'atan wa
qur'ânan, artinya sama, yaitu aku membacanya. Disebut Al-Qur'an yang berarti sesuatu yang
dibaca, sebagai sebutan untuk mafal (obyek) dengan bentuk mashdar.
Kata Al-Qur'an dikhususkan untuk menamakan kitab yang diturunkan kepada
Muhammad, sehingga kata ini menjadi kata khusus.
Lafal Al-Qur'an disebut untuk Al-Qur'an secara keseluruhan, serta untuk setiap ayat Al-
Qur'an. Ketika Anda mendengar seseorang membaca satu ayat Al-Qur'an, maka Anda bisa
mengatakan bahwa orang tersebut membaca Al- Qur'an. Allah berfirman:

ِّ َ‫ست َ ِّمعُوا لَهُ َوأ‬


َ ‫نصتُوا لَعَلَ ُك ْم ت ُ ْر َح ُم‬
‫ون‬ ْ ‫ئ ا ْلقُ ْر َءانُ فَا‬
َ ‫َوإِّذَا قُ ِّر‬

"Dan apabila dibacakan Al-Qur'an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat
rahmat." (Al-A'raf: 204)
Sebagian ulama menyebutkan bahwa kitab ini disebut Al-Qur'an, tidak seperti nama
kitab-kitab sebelumnya, karena Al-Qur'an mencakup inti seluruh kitab-kitab Allah, bahkan
mencakup inti seluruh ilmu, seperti yang Allah isyaratkan melalui firman-Nya:

‫علَ ْيكَ ا ْل ِّكت َ َب تِّ ْبيَنَا ِّلك ُِّل ش َْي‬


َ ‫ َونَ َز ْلنَا‬...
"Dan Kami turunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu." (An-
Nahl: 89)

ِ َ ‫ۚ َّما فَ َّر ۡطنَا فِي ۡٱل ِك َٰت‬


َ‫ب ِمن ش َۡيء ث ُ َّم إِلَ َٰى َربِ ِهمۡ يُ ۡحش َُرون‬

2|S e ja ra h Al - Qu ra n
"Tidak ada sesuatu pun yang Kami luputkan di dalam Kitab, kemudian kepada Tuhan mereka
dikumpulkan." (Al-An'âm: 38)"

Sebagian ulama berpendapat bahwa kata Al-Qur'an menurut asal katanya tidak
menggunakan hamzah, karena kata Al-Qur'an dibuat sebagai nama untuk kalam yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad, bukan berasal dari kata qara a. Atau kemungkinan berasal
dari kata: qarana asy-syai'a bisy syai'i, yang berarti menggabungkan sesuatu dengan sesuatu.
Atau berasal dari kata qara in, karena ayat-ayat Al-Qur'an menyerupai satu sama lain. Dengan
demikian, huruf nûn (3) dalam kata Al-Qur'an adalah nun asli. Pendapat ini lemah, dan yang
benar adalah pendapat pertama.
Al-Qur'an tidak bisa didefinisikan dengan definisi-definisi logika yang memiliki jenis,
pasal, dan ciri-ciri khusus dalam arti sebagai definisi hakiki Definisi hakiki Al-Qur'an adalah
mengingatnya dalam bentuk yang dikenal di dalam pikiran atau disaksikan secara nyata,
misalkan kita menunjuk ke arah Al-Qur'an dalam bentuk tulisan di dalam mushaf, atau dibaca
dengan lisan, lalu kita mengatakan, "Inilah Al-Qur'an yang ada di antara dua sampul kitab,"
atau, "Al-Qur'an adalah surah Al-Fatihah sampai surah An-Nas."
Ulama menyebutkan sebuah definisi untuk mempermudah maknanya dan
membedakannya dengan kitab-kitab yang lain. Mereka mendefinisikan Al-Qur'an bahwa ia
adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad dan membacanya merupakan bentuk
ibadah.
Al-Qur'an: Kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad, dan membacanya
merupakan bentuk ibadah.
"Kalam" adalah kata jenis, mencakup seluruh kalam. Adanya kata ini disandarkan kepada
"Allah" berarti mengecualikan selain kalam siapapun selain Allah, baik kalam jin, manusia,
ataupun malaikat.
Kata "Yang diturunkan" mengecualikan kalam Allah yang hanya Allah saja yang
mengucapkannya. Allah berfirman:

‫ت َر ِبي لَنَ ِف َد ۡٱلبَ ۡح ُر قَ ۡب َل أَن تَنفَ َد َك ِل َٰ َمتُ َر ِبي َولَ ۡو ِج ۡئنَا ِب ِم ۡث ِل ِهۦ‬
ِ ‫قُل لَّ ۡو كَانَ ۡٱلبَ ۡح ُر ِمدَادٗ ا ِل َك ِل َٰ َم‬
‫َمدَدٗ ا‬
"Katakanlah (Muhammad), Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat
Rabbku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Rabbku,
meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". "(Al-Kahfi: 109)

‫ سَ ْبعَةُ أَخر ما نَ ِّفدَتْ َك ِّل َمتُ للاِّ إِّنَ للاَ ع َِّزيز َح ِّكيم‬،‫شج ََرة أ َ ْقلَ ُم َوا ْلبَحْ ُر يَ ُم ُدهُ ِّمنْ بَ ْع ِّد ِّه‬ ِّ ‫َولَ ْو أ َ ْن َما فِّي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض ِّمن‬
"Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan
kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya
(dituliskan) kalimat- kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana."
(Luqman: 27)
Mengikat kata "yang diturunkan dengan kata "kepada Muhammad "maka definisi ini
mengecualikan kitab-kitab yang diturunkan kepada para nabi sebelumnya seperti Taurat, Injil,
dan lainnya.

3|S e ja ra h Al - Qu ra n
Kalimat "Membacanya merupakan bentuk ibadah" telah mengecualikan bacaan hadits-hadits
ahad dan hadits qudsi-jika kita katakan lafal hadits qudsi diturunkan dari sisi Allah.
Sebab,kalimat "membacanya merupakan bentuk ibadah" artinya diperintahkan untuk dibaca di
dalam shalat dan ibadah-ibadah lainnya, sementara hadits-hadits ahad dan qudsi tidak seperti
itu.
B. Pengertian Al-Quran Secara Istilah
Sedangkan pengertian al-Qur’an menurut istilah (terminologi), para ulama berbeda
pendapat dalam memberikan definisi, sesuai dengan segi pandangan dan keahlian masing-
masing. Berikut dicamtumkan beberapa definisi al -Qur’an yang dikemukakan para ulama,
antara lain:
1. Menurut Imam Jalaluddin al -Suyuthy seorang ahli Tafsir dan Ilmu Tafsir di dalam
bukunya “Itmam al -Dirayah” menyebutkan: “Al -Qur’an ialah firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw.untuk melemahkan pihak -pihak yang menantang
- padanya”.
2. Muhammad Ali al -Shabuni menyebutkan pula sebagai berikut: “Al -Qur’an adalah
Kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. penutup
para Nabi dan Rasul, dengan perantaraan malaikat Jibril a.s dan ditulis pada mushaf -
mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan
mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat al -Fatihah dan
ditutup dengan surat an -Nas.
3. As -Syekh Muhammad al -Khudhary Beik dalam bukunya “Ushul al -Fiqh” “Al -Kitab
itu ialah al -Qur’an, yaitu firman Allah Swt. yang berbahasa Arab, yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. untuk dipahami isinya, untuk diingat selalu, yang
disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir, dan telah tertulis didalam suatu mushaf
antara kedua kulitnya dimulai dengan surat al -Fatihah dan diakhiri dengan surat an -
Nas”.

2.1 SEJARAH PENULISAN AL-QURAN PADA MASA RASULULLAH


A. Pengertian Pengumpulan Al-Quran
Untuk menyatukan persepsi tentang istilah pengumpulan Al-Quran, setidaknya ada dua
pengertian yang terakomodasi di dalamnya. Kedua pengertian itu merujuk kepada kandungan
makna jam'u Al-Quran (pengumpulan Al-Quran), yaitu:
Pertama: Kata pengumpulan dalam arti penghafalannya di dalam lubuk hati, sehingga orang-
orang yang hafal Al-Quran disebut jumma’u al-Quran atau huffadz Al-Quran.
Kedua : Kata pengumpulan dalam arti penulisannya jumma'u al-Quran atau huffadz Al-Quran.
lisannya, yakni perhimpunan seluruh Al- Quran dalam bentuk tulisan, yang memisahkan
masing-masing ayat dan surah, atau hanya mengatur susunan ayat- ayat Al-Quran saja dan
mengatur susunan semua ayat dan surah di dalam beberapa shahifah yang kemudian disatukan
sehingga menjadi suatu koleksi yang merangkum semua surah yang sebelumnya telah disusun
satu demi satu.' Terhadap kedua pengertian pengumpulan di atas dipahami dari firman Allah
dalam surat al-Qiyamah ayat 17:

4|S e ja ra h Al - Qu ra n
ُ‫علَ ْينَا َج ْمعَهُ َوقُ ْرآنَه‬
َ ‫( إن‬17)

"Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah untuk mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya".
Dan juga firman-Nya dalam surat al-Hijr ayat 9:

ِ ‫( ِإنَّا نَحْ ن ن ََّز ْلنَا‬9)


َ‫الذ ْك َر َو ِإنَّا لَه لَ َحا ِفظون‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan al-Dzikra (Al- Quran), dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya".

B. Pengumpulan Al-Quran pada masa Rasulullah ‫ﷺ‬.


Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran diturunkan kepada Nabi Saw.tidak sekaligus,
melainkan secara berangsur-angsur dalam masa yang relatif panjang, yakni dimulai sejak
zaman Nabi Saw. diangkat menjadi Rasul dan berakhir pada masa menjelang wafatnya. Oleh
karena itu, tidak mengherankan bila Al-Quran belum sempat dibukukan seperti kondisi
sekarang, karena Al-Quran sendiri secara keseluruhan ketika itu belum selesai diturunkan.
Akan tetapi, upaya pengumpulan ayat-ayat Al- Quran pada masa itu tetap berjalan, baik
secara hafalan seperti yang dilakukan oleh Nabi sendiri dan diikuti juga para shahabatnya.
Demikian pula secara penulisan yang dilakukan oleh para shahabat pilihan atas perintah Nabi
Muhammad Saw. Dalam hal ini, setiap kali Nabi selesai menerima ayat-ayat Al-Quran yang
diwahyukan kepadanya, Nabi lalu memerintahkan kepada para shahabat tertentu untuk
menuliskannya di samping juga menghafalnya.
Selain itu, perlu diakui pula bahwa bangsa Arab pada masa turunnya Al-Quran berada
dalam budaya Arab yang begitu tinggi, ingatan mereka sangat kuat dan hafalannya cepat serta
daya fikirannya begitu terbuka. Begitu datang Al-Quran kepada mereka dengan struktur bahasa
yang indah dan luhur serta mengandung ajaran yang suci, mereka merasa amat kagum, dan
karenanya mereka mencurahkan kekuatan untuk menghafal ayat-ayat Al-Quran. Mereka putar
haluan hafalannya dari bait-bait sya'ir kepada Al-Quran yang menyejukkan dan membang-
kitkan ruh dan jiwa mereka. Mereka saling berlomba dalam membaca dan mempelajari Al-
Quran. Segala kemampuannya dicurahkan untuk menguasai dan menghafal ayat-ayat Al-
Quran. Kemudian juga mengajarkannya kepada semua anggota keluarga (isteri dan anak) serta
anggota masyarakat lainnya.
Adapun terhadap umat Islam yang lokasi perkampungannya jauh dari Rasulullah,
diadakan utusan untuk mengajar dan membacakan ayat-ayat Al-Quran yang diwahyukan serta
kandungan ajarannya. Mereka itu terdiri dari ahli Al-Quran, antara lain seperti Mush'ab bin
Umair dan Ummi Maktum. Keduanya diutus Nabi Saw. kepada penduduk Madinah pada masa
sebelum hijrah. Begitu pula Mu'adz bin Jabal diutus Nabi Saw. kepada penduduk kota Mekkah
pada masa sesudah hijrah.
Rasulullah Saw. Senantiasa membakar sema- ngat umatnya untuk menghidupkan
gerakan pemasyarakatan Al-Quran, hingga tidak seorangpun dari kalangan shahabatnya yang

5|S e ja ra h Al - Qu ra n
awam terhadap Al-Quran yang menjadi pedoman bagi hidup dan kehidupannya. Ubadah bin
Shamit menceritakan: "Apabila ada seseorang yang masuk Islam, maka Rasul segera
menetapkan seorang daripada shahabatnya untuk. menjadi pengajar Al-Quran baginya".
Berdasarkan kepada beberapa riwayat yang diketengahkan oleh al-Bukhari dalam shahihnya
yang mengatakan bahwa jumlah para shahabat yang hafal Al-Quran pada masa hidup
Rasulullah tidak lebihdari tujuh orang. Mereka itu adalah Abdullah binMas’ud, Salim, Mu’adz
bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Ubai bin Ka’ab,Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda’.
Demikian antusiasisme para shahabat untuk mempelajari dan menghafal Al-Quran,
sehingga Rasulullah pun mendorong mereka ke arah itu dan memilih orang-orang tertentu yang
akan mengajarkan Al-Quran kepada yang lainnya. Akan tetapi perlu disadari, menurut
pemahaman dan pentakwilan para ulama yang dapat diterima mengemukakan bahwa
pembatasan tujuh orang hafiz seperti yang disebutkan di atas, tidak lain adalah kelompok
shahabat yang menghimpun Al-Quran di dalam dadanya masing- masing dan menghafalnya
secara baik. Bahkan mereka itu telah menguji pembacaan dan ketepatan hafalannya masing-
masing di hadapan Rasulullah Saw. serta isnad-nya sampai kepada kita.
Dengan demikian betapa banyaknya para penghafal Al-Quran di masa Rasulullah. Hal
ini merupakan salah satu keistimewaan dan perioritas yang luar biasa yang diberikan Allah
kepada umat ini, sehingga ia terpelihara dari perubahan dan penyelewengan. Berbeda halnya
dengan Ahli Kitab, mereka tak seorangpun yang hafal Taurat dan Injil. Dalam
mengabadikannya mereka hanya berpedoman dengan bentuk tulisan, tidak membacanya
dengan penuh penghayatan seperti halnya Al-Quran. Oleh karena itu, masuklah unsur-unsur
perubahan dan penggantian terhadap kedua kitab suci tersebut.
Sementara itu pula, kegiatan dalam soal tulis- menulis di kalangan bangsa Arab pada
zaman Rasulullah Saw. merupakan kegiatan yang masih relatif langka, disebabkan alat tulis-
menulis ketika itu masih dalam keadaan sangat sederhana, tidak seperti halnya pada zaman
sekarang. Selain itu, bangsa Arab sendiri dalam artian umum adalah bangsa yang ummi,
mereka yang tidak pandai membaca dan menulis, seperti yang diisyaratkan Allah Swt. dalam
surat al-Jumu'ah ayat 2:

ً ُ‫ث فِّي ْاْل ُ ِّم ِّيينَ َرس‬


‫ول ِّم ْن ُه ْم‬ َ َ‫ ه َُو الَذِّي بَع‬...(2)
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul dari kalangan mereka".
Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran dalam bentuk hafalan merupakan metoda yang
dominan dibandingkan dengan metoda tulisan, hingga hafalan itulah yang menjadi pegangan
umat Islam dalam penukilan Al-Quran. Meskipun demikian, pengumpulan ayat-ayat Al-Quran
yang diwahyukan juga dilakukandengan metoda tulisan. Begitu satu rangkaian ayat-ayat Al-
Quran selesai diwahyukan, Rasulullah Saw. lalu memerintahkan kepada para shahabatnya
yang terpilih untuk mencatatnya guna memperkuat hafalan mereka. Di antara para penulis
wahyu Al-Quran terkemuka adalah shahabat pilihan yang ditunjuk Rasul dari kalangan orang
yang terbaik dan indah tulisannya seperti empat orang yang kemudian menjadi khalifah
rasyidin (Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali), Mu'awiyah, Ubai bin Ka'ab, Zaid bin Tsabit dan
Mua'dz bin Jabal. Apabila ayat turun, beliau memerintahkan mereka menuliskannya dan
menunjukkan tempat ayat tersebut dalam surah, sehingga penulisan Al-Quran pada lembaran
itu membantu penghafalan di dalam hati, atau Al-Quran yang terhimpun di dalam dada
akhirnya menjadi kenyataan tertulis.
6|S e ja ra h Al - Qu ra n
Selain dari yang disebut diatas, masih banyak lagi para pencatat wahyu dari kalangan
shabahat yang menuliskan Al-Quran atas kemauan sendiri, tanpa diperintah Nabi. Mereka pada
saat itu menuliskannya. pada lembaran kulit, daun-daunan, kulit kurma, permukaan batu,
pelepah kurma, tulang-belulang unta atau kambing yang telah dikeringkan, dan mereka jadikan
sebagai dokumen pribadinya. Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit r.a bahwa ia berkata: "Kami
dahulu menulis (menyusun) ayat-ayat Al-Quran di hadapan Rasulullah pada riqa’".
Kata riqa' pada hadits tersebut berarti lembaran kulit, lembaran daun atau lembaran
kain. Keadaan ini menunjukkan betapa sederhananya alat-alat tulis yang digunakan untuk
mencatat wahyu ketika Rasulullah masih hidup. Para shahabat Nabi ketika itu mencatat ayat-
ayat di permukaan batu, di atas pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun
kayu, pelana, potongan tulang-belulang unta dan kambing yang telah kering dan sebagainya.
Hal ini disebabkan karena alat-alat tulis di kalangan orang Arab tidak cukup tersedia, yang ada
baru di negeri-negeri lain seperti Parsi dan Romawi tetapi masih sangat terbatas dan tidak
disebar luaskan.
Adapun yang dimaksud "menyusun ayat-ayat Al- Quran pada riga pada hadits tersebut adalah
mengumpulkan atau menyusun surah-surah dan ayat- ayat berdasar petunjuk yang diberikan
Rasulullah sesuai menurut apa yang dipesankan Allah. kepdanya. Ibnu Abbas berkata: "Adalah
Rasulullah apabila turun ayat, beliau segera memanggil penulis, lalu bersabda: "Letakkanlah
ayat ini dalam susunan yang disebutkan di dalamnya ini ...dan ini...!".
Penertiban dan susunan ayat-ayat Al-Quran langsung diatur oleh Nabi Saw. sendiri
berdasar bimbingan Jibril a.s yang menjadi pesuruh Allah. Dalam hal ini, para ulama sepakat
mengatakan bahwa cara penyusunan Al-Quran yang demikian itu adalah tauqify, artinya
susunan surah-surah dan ayat-ayat-ayat Al-Quran seperti yang kita saksikan di berbagai mushaf
sekarang adalah berdasarkan ketentuan dan petunjuk yang diberikan Rasulullah sesuai perintah
dan wahyu dari Allah Swt. Dengan demikian, tidak ada tempat dan peluang ijtihad
penyusunannya. dalam penertiban dan Meskipun semua urutan surah dan ayat- ayatnya disusun
berdasarkan kehendak dan petunjuk Rasulullah, namun Nabi tidak memandang perlu untuk
menghimpun ayat-ayat yang ada pada setiap surah dalam berbagai shahifah karena jumlahnya
tidak terhitung, di samping juga tidak perlu menghimpun semua cara pencatatan Al-Quran di
dalam satu mushaf. Dengan demikian, penulisan Al-Quran pada masa Nabi itu tidak terkumpul
dalam satu mushaf, yang ada pada seseorang belum tentu dimiliki oleh orang lain.
Akan tetapi yang jelas bahwa di saat Rasulullah berpulang ke rahmatullah, Al-Quran
telah dihafal dan ditulis dalam mushaf dengan susunan seperti yang disebutkan di atas. Ayat-
ayat dan surah- surah dipisah-pisahkan, atau ditertibkan ayat-ayatnya saja dan setiap surah
berada dalam satu lembaran secara terpisah, dan penulisannya supaya dipertimbangkan
mencakup tujuh huruf yang menjadi landasan. turunnya Al-Quran. Persoalan Al-Quran
diturunkan dalam "tujuh huruf" akan dibahas pada bahagian tersendiri pula.
Bilamana wahyu turun, para qurra segera menghafal dan ditulis oleh para penulis. Pada
waktu itu belum dirasa perlu membukukannya dalam satu mushaf, sebab Nabi masih menanti
turunnya wahyu dari waktu ke waktu, kalau-kalau ada ayat yang menasakh beberapa ketentuan
hukum yang telah turun sebelumnya. Al-Zarkasyi menyebutkan juga bahwa Al-Quran tidak
dituliskan dalam satu mushaf pada zaman Nabi, guna mencegah kemungkinan terjadinya
perubahanpada suatu waktu. Penulisan Al-Quran secara tertib dilakukan kemudian sesudah Al-
Quran selesai turun semua, yaitu pada saat wafatnya Rasulullah.

7|S e ja ra h Al - Qu ra n
Dengan wafatnya Rasulullah, maka berakhirlah. turunnya Al-Quran. Kemudian Allah
masa mengilhamkan penulisannya kepada para khulafah al- rasyidin sesuai dengan janji-Nya
yang benar kepada umat tentang jaminan pemeliharaan Al-Quran sepanjang zaman. Dalam hal
ini terjadi pertama kalinya pada masa khalifah Abu Bakar atas pertimbangan usulan Umar bin
Khattab yang sangat meyakinkan.

8|S e ja ra h Al - Qu ra n
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Penulisan Al-Quran pada masa Rasulullah adalah dengan mengangkat beberapa orang
penulis yang dianggap mahir dan dipercaya oleh Rasulullah SAW seperti para Khulafa’u
rasyidin. Penulisannya di berbagai media seperti riqa’ yang ditulis sesuai dan otentik seperti
ayat yang dibacakan oleh Rasulullah SAW dan juga ayat tersebut dihafalkan dalam hati.

3.2. SARAN
Diakhir tulisan ini, kami menitipkan beberapa buah saran untuk pembaca dan
penelaah dengan harapan semuga Allah SWT memudahkan hambaNya meraih berjuta pintu
kebaikan. Jadikanlah kitab suci al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW sebagai kitab pembimbing
bagi mencapai maksudnya Nur al-Qur’an ke dalam jiwa kita, sehingga menjadi seorang
Muslim yang mencukupi arti kata dengan Nur al- Qur’an itu sendiri.

9|S e ja ra h Al - Qu ra n
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Yasir, A. J. (2016). Studi Al-Quran. Pekanbaru: CV. Asa Riau.

Al-Qaththan, M. (2017). Dasar-Dasar Ulumul Quran. Jakarta Timur: Ummul Qura.

10 | S e j a r a h A l - Q u r a n

Anda mungkin juga menyukai