Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI AL-QUR’AN

Mukjizat terbesar dan abadi yang dimiliki umat Islam adalah kitab suci Al-Qur’an yang mana
didalam Al-Qur’an akan tampak validitas kemukjizatannya dikala zaman kian maju dan terus
berjalan. Kitab suci Al-Qur’an yang diwahyukan ALLAH SWT kepada Nabi Muhammad
SAW menjadi pembebas dari segala kejahiliahan dan kegelapan dimuka bumi ini demi
menuju cahaya ilahi dan memberikan pentunjuk jalan yang lurus, bukan hanya kepada
pengikutnya namun kepada seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Lalu apasih pengertian
Al-Qur’an itu sebenarnya ?. Berikut penjabarannya :

Definisi Al-Qur'an
Al-Qur’an berarti mengumpulkan dan menghimpun berasal dari kata “Qara’a”.
Kemudian diartikan Qira'ah yaitu merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan
lainnya dalam satu ungkapan kata yang teratur. Aslinya atau asal kata Al-Qur’an ini sama
dengan qira'ah, yaitu akar kata (masdar-infinitif) dari qara’a, qira’atan wa qur'anan.
Dalam firmannya Allah Swt menjelaskan : (Abduh Zulfikar Akaha, 2015).
ٰ ( ۚ ٗ‫اِ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهٗ َوقُرْ ٰانَهٗ ۚ فَاِ َذا قَ َرْأ ٰنهُ فَاتَّبِ ْع قُرْ ٰانَه‬
)18-17 :75/‫القيمة‬
“Sesungguhnya tugas Kamilah untuk mengumpulkan (dalam hatimu) dan
membacakannya. Maka, apabila Kami telah selesai membacakannya, ikutilah bacaannya
itu. (Al-Qiyamah/75:17-18)
Qur'anah di sini berarti qiro’ah (bacaan atau cara membacanya). Jadi kata itu
adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tashrif dari kata fu’lan seperti "ghufran" dan
"syukron. Anda dapat mengatakan: qara’tuhu, qur'an, qira'atan dan qur'anan, dengan satu
makna. Dalam konteks ini maqru (yang dibaca, sama dengan qur'an) yaitu satu penamaan
isim maful dengan masdar.
Secara khusus, Al-Qur'an memiliki identitas diri sebab Al-Qur’an diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang menjadi penutup dari semua kitab yang pernah
diturunkan. Kemudian sebutan Al-Qur'an ini hanya sebatas pada sebuah kitab dengan
seluruh kandungannya. Namun, juga bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan
kepadanya. Oleh sebab itu, ketika Anda mendengar satu ayat Al-Qur'an dibaca misalnya,
maka Anda dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur'an.
“Dan Jika dibacakan Al-Qur’an, dengarkanlah (dengan saksama) dan diamlah
agar kamu dirahmati. (Al-A'raf/7:204)
Dari ayat ini, para ulama menjelaskan bahwasannya, untuk penamaan kitab ini
dengan nama Al-Qur’an disebabkan karena Al-Qur’an telah mencakup esensi dari kitab-
kitab sebelumnya, bahkan mencakup semua ilmu yang sudah ataupun belum ditemukan.
Hal ini di isyaratkan dalam firman Allah Swt :

َ ‫ث فِ ْي ُكلِّ اُ َّم ٍة َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجْئنَا بِكَ َش ِه ْيدًا ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ۗ ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬
‫ب تِ ْبيَانًا‬ ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬
)89 :16/‫لِّ ُكلِّ َش ْي ٍء َّوهُدًى َّو َرحْ َمةً َّوبُ ْش ٰرى• لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ ࣖ ( النحل‬
(Ingatlah) hari (ketika) Kami menghadirkan seorang saksi (rasul) kepada setiap umat
dari (kalangan) mereka sendiri dan Kami mendatangkan engkau (Nabi Muhammad)
menjadi saksi atas mereka. Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu untuk
menjelaskan segala sesuatu sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-
orang muslim. (An-Nahl/16:89)
Selain itu, Al-Qur'an memang sukar dibatasi dengan definisi-definisi rasional yang
memiliki jenis-jenis, bagian-bagian dan ketentuan ketentuannya yang khas, yang mana
dengannya pendefinisiannya dapat dibatasi secara tepat. Tapi batasan yang tepat itu dapat
dihadirkan dalam pikiran atau realita yang dapat dirasa, misalnya Anda memberikan
isyarat tentang- nya dengan sesuatu yang tertulis dalam mushaf atau yang terbaca dengan
lisan. Lalu, Anda katakan Al-Quran adalah apa yang ada di antara dua kitab, atau Anda
katakan Al Quran adalah yang berisi bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillah sampai
dengan min al-jinnati wa an- nas.
Para ulama menyebutkan definisi yang khusus, berbeda dengan lainnya bahwa Al-
Qur'an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Muhammad SAW yang
pembacaannya menjadi suatu ibadah. Maka kata "Kalam" yang termaktub dalam definisi
tersebut. merupakan kelompok jenis yang mencakup seluruh jenis kalam, dan
penyandarannya kepada Allah yang menjadikannya kalamullah, menunjukkan secara
khusus sebagai firman-Nya, bukan kalam manusia, jin, maupun malaikat. (Abduh Zulfikar
Akaha, 2015)
Para ulama juga memiliki pemikiran dan perbedaan pendapat dalam memberikan
definisi Al-Qur’an karena mereka masing-masing memiliki sudut pandang yang berbeda,
berikut diantaranya :
1. Menurut Imam Jalaluddin al-Suyuti seorang ahli Tafsir dan Ilmu Tafsir di dalam
bukunya “Itmam al-Dirayah” mengartikan “Al-Qur’an sebagai firman Allah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. walaupun hanya dengan satu surat akan
dapat melemahkan pihak-pihak yang menantangnya.
2. Muhammad Ali al-Shabuni mengartikan Al-Qur’an sebagai sebuah “Kalam Allah
tiada tanding yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang merupakan
penutup para Nabi dan Rasul melalui perantara malaikat Jibril a.s dan ditulis pada
mushaf- mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta
membaca dan mempelajarinya merupakan suatu ibadah, yang dimulai dengan surat al-
Fatihah dan ditutup dengan surat an-Nas”
3. As-Syekh Muhammad al-Khudhary Beik dalam bukunya “Ushul al-Fiqh”
mengartikan “al-Qur’an sebagai firman Allah Swt. yang berbahasa Arab, diturunkan
kepada Nabi Muhammad Saw. untuk dipahami isinya, diingat selalu, yang
disampaikan kepada kita dengan jalan mutawatir, dan telah tertulis didalam suatu
mushaf antara kedua kulitnya dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan
surat an-Nas”.

Berdasarkan definisi-definisi yang dikemukan di atas, maka ada beberapa unsur


penting yang dapat diambil dari hakikat Al-Qur’an, yaitu :
1. Al-Qur’an secara jelas merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad Saw. melalui perantaraan Malaikat Jibril as., sebagaimana yang
dinyatakan dalam firman-Nya surat asy-Syu’ara ayat 193: “Dia dibawa turun oleh
Ar-Ruh Al-Amin (Jibril)”
Berdasarkan ketentuan ini, maka dapat dipahami bahwa bahwa selain dari pada Al-
Qur’an yang diturunkan kepada selain Nabi Muhammad Saw bukanlah Al-Qur’an. Selain
itu, sama dengan yang kita kenal hadist atau wahyu yang Rasulullah terima diluar daripada
penyampaian Al-Qur’an seperti Hadis Qudsi ini bukanlah Al-Qur’an walaupun ini berawal
dan berasal dari wahyu Allah SWT.

2. Al-Qur’an sejak dari awal diturunkan dalam Bahassa Arab, sebagaimana firman Allah
Swt :

َ ‫ت ٰا ٰيتُهٗ قُرْ ٰانًا َع َربِيًّا لِّقَوْ ٍم يَّ ْعلَ ُموْ ۙنَ بَ ِش ْيرًا َّونَ ِذ ْير ًۚا فَا َ ْع َر‬
َ‫ض اَ ْكثَ ُرهُ ْم فَهُ ْم اَل يَ ْس َمعُوْ ن‬ ِّ ُ‫ِك ٰتبٌ ف‬
ْ َ ‫صل‬

“Kitab yang ayat-ayatnya dijelaskan sebagai bacaan dalam bahasa Arab untuk kaum
yang mengetahui,yang membawa berita gembira dan peringatan. Akan tetapi,
kebanyakan mereka berpaling (darinya) serta tidak mendengarkan.

Atas dasar ayat ini maka terjemahan Al-Qur’an yang ada saat ini dengan bahasa-
bahasa asing selain bahasa arab maka tidak dapat menyamakan kedudukannya dengan Al-
Qur’an sebagai kitab suci, dikarenakan terjemahan menggunakan bahasa asing selain
bahasa arab tidak memiliki sifat-sifat khas seperti yang dimiliki oleh Al-Qur’an itu sendiri
sehingga apabila ingin menyentuhnya tanpa ada wudhu (bersuci) terlebih dahulu maka
sah-sah saja.

3. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur,


bertahap sedikit demi sedikit bukan sekaligus, sesuai dengan peristiwa dan tuntutan
baik bersifat individual atau sosial kemasyarakatan waktu itu, sebagaimana dalam
surat al-Isra”: 106, berikut:
ٍ ‫اس ع َٰلى ُم ْك‬
‫ث َّونَ َّز ْل ٰنهُ تَ ْن ِز ْياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ ٰانًا• فَ َر ْق ٰنهُ لِتَ ْق َراَ ٗه َعلَى الن‬
“Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad)
membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar
menurunkannya secara bertahap.”

4. Al-Qur’an disampaikan secara mutawatir (diriwayatkan oleh banyak orang)


maksudnya ialah Al-Qur’an ini diriwatkan oleh banyak orang, diterima dari banyak
orang, disampaikan kepada banyak orang, maka sangat tidak dimungkinkan dan
mustahil dari akal sehat jika mereka yang meriwayatkan dan menerima bersepakat
untuk berdusta. (Muhammad Yasir, 2016)
Dengan demikian, adanya Al-Qur’an sebagai mukjizat sangatlah terjaga keaslian,
kemurnian dan akan tetap terjamin sepanjang masa. Selain itu Al-Qur’an telah dihafal dan
ditulis oleh umat islam sejak awal mula diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw.
Berbeda dengan Kitab-kitab Suci lainnya, seperti Injil yang ada sekarang, tidak lagi dapat
diyakini sebagai Kitab Suci, karena baru ditulis jauh sesudah wafatnya Nabi Isa as. oleh
orang-orang yang tidak pernah menerima dan bertemu langsung dengan Nabi Isa a.s.
tersebut, sehingga kemurniannya tidak terjamin lagi karena ada rekayasa manusia di
dalamnya.

Bibliografi
Abduh Zulfikar Akaha, L. d. (2015). Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an. Jakarta Timur: Pustaka
Al-Kautsar.
Muhammad Yasir, S. T. (2016). Studi Al-Qur'an. Pekanbaru-riau: Cv. Asa Riau.

Anda mungkin juga menyukai