Anda di halaman 1dari 16

NAMA : AHMADA RANA RAFIDHAH

NIM : 22204016

PRODI : TADRIS MATEMATIKA

KELAS :A

UTS STUDI QURAN

1. AL-Qur'an adalah wahyu Allah. Jelaskan karakteristik al-Qur'an sehingga tampak


perbedaannya dengan wahyu-wahyu Allah yang lain!
Jawab:
Keutamaan kitab suci Al-Qur'an dibandingkan kitab yang lain, yaitu:
a) Sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
b) Al-Qur'an merupakan satu-satunya kita rabbani yang dijanjikan pemeliharaan
(keotentikannya) oleh Allah SWT sebagaiman firman Allah:
َ‫اِنَّا نَحْ ُن ن ََّز ْلنَا ا ِلذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَحٰ ِفظُ ْون‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti kami pula yang
memeliharanya" (Q. S. Al-Hijr 9)
Menurut syeh Sha'rawi perbedaan Al-Qur'an dengan kitab-kitab yang lain sebagai
berikut:
a. Kitab-kitab sebelumnya telah hilang keutuhan atau keotentikannya. Sementara itu
Al-Qur'an hingga saat ini dan bahkan yang akna datang sekalipun masih utuh. Hal ini
ditegaskan sendiri dalam Al-Qur'an :
ِ ‫اِنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا‬
َ‫الذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَحٰ ِفظُ ْون‬
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti kami pula yang
memeliharanya" (Q. S. Al-Hijr 9)
b. Bahwa Al-Qur'an ditujukan untuk seluruh alam/umat manusia. Sementara, kitab
terdahulu hanya untuk satu golongan tertentu. Inlah letak perbedaan selanjutnya.
c. Bahwa kitab-kitab terdahulu menggunakan bahasa kaum yang kini telah hilang sejak
beberapa waktu silam. Berbeda dengan Al-Qur'an, Al-Qur'an berbahasa arab yang kini
digunakan oleh berjuta-juta manusia. Dalam Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa arab
bukan berarti Al-Qur'an untuk orang arab saja, melainkan untuk semua manusia.
d. Al-Qur'an memuat ringkasan ajaran-ajaran ketuhanan dalam kitab-kitab dan
mengukuhkan kebenaran ajaran-ajaran yang terdapat didalam kitab-kitab terdahulu,
yakni: taurat, injil. zabur.
2. Sebagai umat Islam, saudara mempercayai al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang otentik,
mengapa demikian?
Jawab:
Secara etimologi/istilah Al-Qur’an adalah: Kalam Allah SWT yg diturunkan kepada
Rasulullah Muhammad SAW dalam bentuk wahyu melalui perantaraan Malaikat Jibril
‘Alaihissalam, lafadz & maknanya berasal dari Allah SWT, menjadi mukjizat,
membacanya adalah ibadah, yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir.(Syaikh
‘Atha bin khalil, Kitab Taisir Al-wushul ila Al-ushuli hal 68).
Mengenai bukti bahwa Al-Qur’an itu datang dari Allah SWT dapat dilihat dari
kenyataan bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kitab berbahasa Arab yg dibawa oleh
Rasulullah Muhammad SAW. Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani rahimahullahu
menjelaskan, Dalam menentukan dari mana asal Al-Qur’an, akan kita dapatkan 3
kemungkinan :
1. Kitab Al-Qur’an itu adalah karangan orang-orang Arab.
2. Kitab Al-Qur’an itu adalah karangan Nabi Muhammad SAW.
3. Kitab Al-Qur’an itu berasal dari Allah SWT.
(Ref : Kitab Nidzomu Al-islam hal 18).
Kemungkinan pertama yg mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah karangan orang-orang
Arab tidak dapat diterima. Sebab Al-Qur’an sendiri telah menantang mereka untuk
membuat karya yang serupa. Sebagaimana Allah SWT berfirman,
‫ّٰللا ا ِۡن كُ ۡنتُمۡ صٰ ِدق ِۡي‬
ِ ‫طعۡ تُمۡ م ِۡن د ُۡو ِن ه‬
َ َ ‫است‬ ٍ ‫اَمۡ يَقُ ۡولُ ۡونَ ۡافت َٰـرٮهُؕ قُ ۡل فَ ۡات ُ ۡوا بِعَ ۡش ِر سُ َو ٍر م ِۡثل ِٖه ُم ۡفت ََر ٰي‬
ۡ ‫ت َّو ۡادعُ ۡوا َم ِن‬
Artinya : Bahkan mereka mengatakan: “Muhammad telah membuat-buat Al-Quran itu,
Katakanlah: (Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-
buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup
(memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yg benar. (QS.Hud:13).
Allah SWT juga menantang bagi yg meragukan Al-Quran sebagai wahyu Allah SWT
untuk membuat semisal dengan Al-Qur’an walaupun satu surat saja.
ِ ‫ع ۡب ِدنَا َف ۡات ُ ۡوا ِبسُ ۡو َرةٍ م ِۡن م ِۡثل ِٖه َو ۡادعُ ۡوا شُ َهدَآ َءكُمۡ م ِۡن د ُۡو ِن ه‬
َ‫ّٰللا ا ِۡن كُ ۡنتُمۡ صٰ ِدق ِۡين‬ َ ‫ب ِم َّما ن ََّز ۡلنَا‬
َ ‫ع ٰلى‬ ٍ ‫َوا ِۡن کُ ۡنتُمۡ ف ِۡى َر ۡي‬
Artinya : Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al-Qur’an yg Kami wahyukan
kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al-Qur’an
itu & ajaklah penolong-penolong mu selain Allah, jika kamu orang-orang yang
memang benar. (QS.Al-Baqarah:23).
Sampai detik ini belum seorang manusia pun baik dari kalangan orang-orang Arab
ataupun orang-orang non Arab yg mampu menandingi membuat Al-Qur’an. Padahal
orang-orang Arab dikenal menguasai ilmu balagha & sastra yg suka membuat syair.
Hal ini membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan karangan & buatan orang-orang Arab.
Kemudian kemungkinan kedua yg mengatakan bahwa Al-Qur’an itu karangan Nabi
Muhammad SAW juga tidak dapat diterima oleh akal. Sebab Nabi Muhammad SAW
adalah bagian dari orang-orang Arab sementara orang-orang Arab tidak mampu
membuatnya & ia juga seorang yg buta huruf (ummiy) yang tidak dapat membaca &
menulis. Bagaimana mungkin seorang yang buta huruf dapat mengarang suatu kitab
suci yang terkandung di dalamnya seluruh petunjuk & pedoman hidup yg sempurna
serta isi kandungannya up to date hingga hari ini.
Ibnu Abbaas radliyallaahu ‘anhumaa ketika menafsirkan Surat Al-ankabut ayat 48 :
‫ب‬ُ ُ ‫سلَّ َم َي ْق َرأ ُ َوال يَ ْكت‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫ّٰللا‬ ُ ‫لَ ْم َيكُ ْن َر‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
Rasulullah SAW tidak pernah membaca & menulis. (Diriwayatkan oleh Al-Baghawiy
dalam As-Sunan Al-Kubraa, 7/42 sanadnya hasan).
Bila telah terbukti bahwa Al-Qur’an bukan karangan orang-orang Arab & bukan pula
karangan Nabi Muhammad SAW maka berarti Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT
yang menjadi mukjizat bagi utusan Allah SWT yang membawanya.
Kemurnian & keotentikan Al-Qur’an hingga hari ini terjaga dgn baik. Meskipun orang-
orang kafir berusaha untuk memalsukan Al-Qur’an. Tidak ada satu huruf pun yang
bertambah & tidak ada pula satu huruf yang berkurang. Tulisan mushaf Al-Qur’an sama
diseluruh dunia & hanya bahasa terjemahannya saja yang berbeda sesuai dengan bahasa
negeri tertentu.

3. Apa yang saudara ketahui tentang studi al-Qur'an?


Jawab:
Studi al-Qur'an adalah sekumpulan ilmu yang membahas mengenai al-Qur'an, baik apa
yang ada didalam al-Qur'an itu sendiri, maupun yang ada disekitarnya. Ilmu yang
membahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Al-Quran dari segi Al-Qur'an
dan Pemeliharaannya, Pewahyuan al-Qur'an, Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan,
Makkiyyah dan Madaniyyah, Nasikh dan Mansukh, Asbab an-Nuzul, Munasabah,
Qira'at al-Qur'an, Muhkam dan Mutasyabih, Bahasa-bahasa Spesifik al-Qur'an dalam
Menyampaikan Pesan, Dirasah an-Nushush, dan Ilmu Tafsir.
4. Berikan alasan logis tentang bahasa Arab sebagai bahasa al-Qur'an!
Jawab:
Al-Quran mengatakan sendiri:
ِ ‫) َوإِنَّهُ فِي أ ُ ِم ْال ِكت َا‬3( َ‫ع َربِيًّا لَعَلَّكُ ْم ت َ ْع ِقلُون‬
ٌّ ‫ب لَدَ ْينَا لَعَ ِل‬
‫ي َحكِيم‬ َ ‫إِنَّا َجعَ ْلنَاهُ قُ ْرآنًا‬
“Sesungguhnya Kami menjadikan Al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kalian
memahami. Dan sesungguhnya Al-Qur’an itu dalam induk Al-Kitab (Lauh Mahfuz) di
sisi Kami adalah benar-benar tinggi (nilainya) dan amat banyak mengandung hikmah.”
(QS: Az Zukhruf: 3-4).
Bahasa Arab memiliki sistem akar kata yang lengkap dengan arti dasar yang saling
berkaitan sehingga dapat menjaga makna kata dan idenya dari perubahan sosial dan
penafsiran yang subjektif. Disamping itu telah mengalami dokumentasi leksikal yang
final sejak jaman jahiliyah.
Karenanya, aspek historisitas bahasa Arab tidak mempengaruhi kemampuan muslim
hari ini untuk memahami makna yang benar terhadap bahasa wahyu ini. Jadi, problem
historisitas terhadap bahasa Arab sebagai bahasa wahyu dan kenabian seperti yang
terjadi dalam agama lain, sudah tidak terjadi lagi.
Selain itu bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat tua dan terjaga. Semakin tua
sebuah bahasa, semakin kaya dengan kosakata, semakin sempurna gramatikalnya dan
banyak simbol-simbol makna.
Dengan beberapa tipologi eksklusif ini membuat bahasa Arab sebagai bahasa paling
sempurna di antara semua bahasa yang ada. Menurut Ibnu Faris (w. 395), ahli bahasa,
ketika Allah Ta’ala memilih bahasa Arab untuk menjelaskan (firman-Nya),
menunjukkan bahwa bahasa-bahasa yang lainnya, kemampuan dan tingkatannya di
bawah bahasa Arab (as-Shahibi fi Fiqh al-Lughah, 1/4).

5. Jelaskan secara singkat tentang situasi dan kondisi bangsa Arab pada waktu turunnya
al-Qur'an!
Jawab:
Al-Qur’an turun dengan berbahasa Arab fasih. Pada masa di mana keautentikan dan ke-
balagh-an kata-kata menjadi bak sebongkah emas. Bangsa Arab saling
menyombongkan diri dengan syair-syair mereka sampai pada titik di mana mereka akan
rela “sujud”, menghormati terhadap rumah yang terpajang di depannya syair yang ber-
balaghah tinggi (memiliki kata-kata indah). Mereka, bangsa Arab sering kali
menggantungkan syair-syair (yang mereka agung-agungkan) pada Ka’bah, sebagai
penghormatan kepada sang penyair. Kita mengenal syair-syair Imru al-Qais (al-Majnun
Laila) merupakan salah satu dari sekian penyair masa jahiliyah.
Meski demikian, keadaan tersebut tidak malah membuat Islam dengan Al-Qur’an
mudah diterima di tengah masyarakat Arab. Alih-alih dengan kefashihan bahasa
mereka mudah menerima Al-Qur’an, mereka malah (banyak sekali) yang menentang
Al-Qur’an sebagai firman Tuhan secara terang-terangan. Meski kemudian mereka tidak
mampu melawan Al-Qur’an, mereka mengingkari keutamaan Al-Qur’an dan tetap
dalam keyakinan mereka.
Padahal jika memang mereka mampu, sudah sejak dahulu Allah lewat Al-Qur’an
menantang mereka untuk yang mendatangkan sesuatu yang “sama persis” sebanding
dengan Al-Qur’an
‫قل لئن اجتمعت ااالنس والجن على ان يأتوا بمثل هذا القرأن ال يأتون بمثله ولو كان بعضهم لبعض ظهيرا‬
“Katakanlah (wahai Muhammad): apabila seluruh manusia dan jin (bersatu) untuk
mendatangkan yang sama persis dengan Al-Qur’an, mereka tidak akan mampu
mendatangkannya, meski satu sama lain (dari mereka) bekerja sama” (Al-Isra’ (17):88)
Tantangan tersebut pun berlanjut dari yang semula satu “utuh” yang sama persis dengan
Al-Qur’an, sepuluh surat yang sama dengan Al-Qur’an ( Hud (11):13), bahkan sampai
satu surat yang sama dengan yang ada dalam Al-Qur’an (Al-Baqarah (02):23). Namun,
sebisa mungkin mereka menolak keberadaan Al-Qur’an sebagai firman Allah dengan
membuat “hoaks” diantara mereka. Mereka membual terhadap Al-Qur’an dengan
mengatakannya merupakan syair yang dibuat Nabi Saw (Yasin (36):69), ucapan dukun
(Al-Haqah (69):42), ucapan umat terdahulu (Al-Ankabut (29):49) ataupun ucapan yang
dibuat-buat seolah dari Tuhan (Al-Haqah (69):44-46). Semua itu mereka lakukan
karena mereka tidak mau mengakui Nabi Saw sebagai utusan Allah.

6. Jelaskan tahap-tahap pewahyuan al-Qur'an!


Jawab:
Al-Qur'an memiliki dua proses penurunan. Pertama, penurunan Al-Qur'an dari Al-Lauh
Al-Mahfuzh ke langit dunia. Kedua, penurunan Al- Qur'an dari langit dunia kepada
Nabi Muhammad SAW.
1) Penurunan Al-Qur'an dari Al-Lauh Al-Mahfuzh ke langit dunia.
Penurunan yang pertama adalah penurunan Al-Qur'an dari Al- Lauh Al-Mahfuzh ke
Bait Al-'Izzah di langit dunia. Mengenai waktu penurunan Al-Qur'an yang pertama ini
terdapat dua pendapat yang berbeda. Pendapat pertama menyatakan bahwa penurunan
Al-Qur'an yang pertama ini terjadi sesudah kenabianMuhammad SAW., sedangkan
pendapat kedua menyatakan terjadinya sebelum kenabian Muhamad SAW. Tetapi,
pendapat yang paling kuat adalah pendapat yang pertama. Proses penurunan Al-Qur'an
yang pertama ini terjadi di bulan Ramadhan pada lailatul al-qadar.
2) Penurunan Al-Qur'an dari Langit Dunia Kepada Nabi SAW.
Dalam proses penurunan Al-Qur'an yang pertama, pembawanya adalah Jibril a.s. yang
diberikan kepada para malaikat yang ditugaskan secara khusus untuk menanganinya.
Mereka menuliskannya dalam shuhuf atau lembaran tertentu, sebagaimana firman
Allah SWT:
"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu
peringatan, maka barang siapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, di
dalam kitab-kitab yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para
penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti." (Q. S. Abasa: 11-16)
Dengan demikian, Al-Qur'an tetap terjaga di dalam shuhuf atau lembaran-lembaran
yang ditinggikan dan disucikan melalui malaikat yang mulia dan berbakti sampai Allah
SWT. Mengizinkan mereka melalui petunjuk-Nya untuk menembuskannya ke dunia
agar diterima oleh umat manusia dan mengeluarkannya dari kegelapan, syirik,
kebodohan, dan kesatuan menuju cahaya keimanan, petunjuk, dan pengetahuan,
melalui tangan seorang manusia yang mukhlish dan penyelamat kemanusiaan, Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu, Al-Qur'an diturunkan kepadanya sebagai petunjuk,
pemberi kabar baik, dan pemberi peringatan bagi semua makhluknya. Al-Qur'an
menjadi tanda keagungan-Nya, kemukjizatannya kekal sepajang masa, dia menjadi
saksi terhadap kebenaran kenabian Muhammad, dan membuktikan bawa Al-Qur'an
diturunkan kepadanya dari sisi Tuhannya.
Al-Qur'an turun kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui Jibril a.s. secara berangsur-
angsur sesuai dengan berbagai kejadian dan kebutuhan manusia serta situasidan
kondisi. Beberapa dalil yang menunjukkan penurunan Al-Qur'an secara berangsur-
angsur, antara lain:
"Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian
demi bagian." (Q. S. Al-Isra: 106)
"Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya
dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar). Tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. " (Q. S. Al-Furqan :
32-33)

7. Jelaskan hikmah diturunkannya al-Qur'an secara bertahap!


Jawab:
Al -Qur'an turun secara bertahap memiliki beberapa hikmah antara lain: untuk
meneguhkan hati Rasulullah, untuk menantang orang-orang kafir yang membangkang,
agar mudah dihafal dan dipahami, agar orang beriman dengan antusias menerimanya.
Al- Qur'an dan aktif mengamalkannya, serta mengiringi peristiwa-peristiwa di
masyarakat secara bertahap dalam menetapkan suatu hukum.

8. Sebutkan unsur kemukjizatan dalam al-Qur'an!


Jawab:
Mukjizat dalam Al-Quran sering kali berfungsi sebagai bukti kebenaran ajaran Islam
dan kekuasaan Allah swt. Mukjizat juga sering kali menjadi ajang untuk menguji iman
orang yang mendengarkan atau menyaksikannya. Dalam Al-Quran, mukjizat diberikan
oleh Allah swt. kepada nabi atau rasul-Nya sebagai bukti atas kebenaran ajaran yang
mereka sampaikan kepada umat manusia.
Unsur kemukjizatan dalam al Quran, yaitu:
1. Kefasihan dan Keindahan Al-Qur'an
Unsur pertama kemukjizatan Al-Qur'an ialah kefasihan dan balaghah-nya. Artinya,
untuk menyampaikan maksud dan tujuan dalam setiap masalah, Allah SWT
menggunakan kata dan kalimat yang paling lembut, indah, ringan, serisi, dan kokoh.
Melalui cara tersebut, Dia menyampaikan makna-makna yang dimaksudkan kepada
para mukhathab (audiens), yaitu melalui sastra yang paling baik dan mudah dipahami.
2. Ke-ummi-an Nabi saw
Meski ukurannya tidaklah besar, Al-Qur'an adalah kitab suci yang mancakup berbagai
pengetahuan, hukum-hukum dan syariat, baik yang bersifat pribadi maupun sosial.
Untuk mengkaji secara mendalam setiap cabang ilmu tersebut memerlukan kelompok-
kelompok yang terdiri dari para ahli di bidangnya masing-masing, keseriusan yang
tinggi dan masa yang lama agar dapat diungkap secara bertahap sebagian rahasianya,
dan agar hakikat kebenarannya bisa digali lebih banyak, meski hal itu tidak mudah,
kecuali bagi orang-orang yang betul-betul memiliki ilmu pengetahuan, bantuan dan
inayah khusus dari Allah SWT.
3. Konsistensi Kandungan Al-Qur'an
Al-Qur'an adalah sebuah kitab suci yang Allah turunkan selama 23 tahun dari
kehidupan Nabi Muhammad saw, yaitu masa-masa yang penuh dengan berbagai
tantangan, ujian dan berbagai peristiwa yang pahit maupun yang manis. Akan tetapi,
semua itu sama sekali tidak mempengaruhi konsistensi dan kepaduan kandungan Al-
Qur'an serta keindahan susunan katanya. Kepaduan dan ketiadaan ketimpangan dari sisi
bentuk dan kandungannya merupakan unsur lain dari kemukjizatan Al-Qur'an. Allah
SWT berfirman, "Apakah mereka tidak merusak Al-Qur'an. Seandainya Al-Qur'an itu
datang dari selain Allah, pasti mereka akan menemukan banyak pertentangan." (QS.
An-Nisa': 82)
Penjelasannya: minimalnya, setiap manusia menghadapi dua perubahan. Pertama,
pengetahuan dan pengalamannya itu akan bertambah dan berkembang. Semakin
bertambah dan berkembangnya pendidikan, pengetahuan, pengalaman, dan
kemampuannya, akan semakin mempengaruhi ucapan dan kata-katanya. Sudah
sewajarnya akan terjadi perbedaan yang jelas di antara ucapan-ucapannya itu sepanjang
masa dua puluh tahun.

9. Jelaskan fungsi al-Qur'an bagi perkembangan ilmu Pengetahuan!


Jawab:
Dalam Al-Quran, Allah SWT menekankan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai
sarana untuk mengenal-Nya dan menghargai ciptaan-Nya. Beberapa ayat Al-Quran
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan antara lain:

1. QS Al-Mujadalah /58: 11
2. (HR Muslim, no. 2699)
3. QS Al-Alaq/96: 1
4. QS Al-Baqarah/2: 31
5. QS Al-Furqan /25: 2

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan ukuran
dan aturan yang tepat, sehingga manusia dapat belajar dan memahami prinsip-prinsip
alam semesta.
Al-Quran menekankan pentingnya manusia untuk memperoleh pengetahuan dan
memanfaatkannya untuk kebaikan diri sendiri dan umat manusia secara keseluruhan.
Al-Quran juga menekankan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan
dengan bijak dan tidak merugikan diri sendiri, orang lain, dan alam semesta.
Al-Quran memandang positif kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, seperti
dalam ayat yang menggambarkan penciptaan langit dan bumi, dan memanfaatkan
sumber daya alam untuk kesejahteraan manusia. Al- Quran juga menekankan bahwa
manusia harus memperhatikan dampak dari kemajuan dan teknologi terhadap alam
semesta dan lingkungan.
Al-Quran juga mengajarkan bahwa pengetahuan dan teknologi harus dipergunakan
dengan baik dan bijak, sesuai dengan ajaran Islam, sehingga dapat membawa kebaikan
bagi manusia dan lingkungannya. Oleh karena itu, Al-Quran juga menekankan
pentingnya pembelajaran dan pendidikan, baik agama maupun ilmu pengetahuan,
sebagai bekal untuk mencapai kesuksesan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
Dalam pandangan Al-Quran, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah sarana untuk
memperoleh kemudahan dan kesejahteraan hidup di dunia, serta meraih kebahagiaan di
akhirat. Oleh karena itu, Al-Quran mendorong umat manusia untuk terus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tetap berpegang pada ajaran
agama, sehingga dapat memperoleh manfaat yang optimal bagi diri sendiri dan umat
manusia secara keseluruhan.
Al-Quran juga memberikan pandangan positif terhadap teknologi dan kemajuan
manusia dalam berbagai bidang. Namun, Al-Quran juga menekankan bahwa teknologi
dan kemajuan harus digunakan untuk kebaikan dan tidak merugikan diri sendiri dan
orang lain. Al-Quran juga menekankan bahwa manusia harus mempertimbangkan
dampak dari kemajuan dan teknologi terhadap alam semesta dan lingkungan.
Dengan demikian, Al-Quran menegaskan pentingnya ilmu pengetahuan sebagai sarana
untuk mengenal Allah SWT dan menghargai ciptaan-Nya. Manusia diharapkan untuk
belajar dan memperoleh pengetahuan yang benar dan bermanfaat untuk kehidupan
mereka, serta mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai sarana untuk beribadah
kepada Allah SWT dan memanfaatkan ciptaan-Nya dengan sebaik-baiknya.

10. Sebutkan dan jelaskan 3 teori dalam menentukan pengertian ayat-ayat makkiyyah dan
madaniyyah!
Jawab:
A. Berdasarkan Masa Turun
"Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke madinah,
kendatipun bukan turun di mekah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun
sesudah Rasulullah hijrah ke madinah, kendatipun bukan turun di madinah. Ayat-ayat
yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyyah walaupun turun di mekah atau
di arafah."
• Dengan demikian, surat an-nisa' [4]: 58 termasuk kategori madaniyyah kendatipun
diturunkan di mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota mekah (fath makkah).
• Begitu pula, surat al-maidah [5]: 3 termasuk kategori madaniyyah kendatipun tidak
diturunkan di madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa haji wada'.
B. Berdasarkan Tempat Turun
"Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti mina, arafah,
dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di madinah dan
sekitarnya, seperti Uhud, Quba' dan Sul'a"
Terdapat celah kelemahan dari pendefnisian di atas sebab terdapat ayat- ayat tertentu,
yang tidak di turunkan di Makkah dan di Madinah dan sekitarnya.
Misalnya surat At-Taubah [9]: 42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]: 45
diturunkan di tengah perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika
melihat def nisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam Makkiyyah dan
Madaniyyah.
C. "Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Makkah.
Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang
Madinah"
Definisi di atas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi bahwa
kebanyakan ayat al- Qur'an dimulai dengan ungkapan "ya ayyuhan naas" yang menjadi
kriteria Makkiyah, dan ungkapan "ya ayyuha al-ladziina" yang menjadi kriteria
Madaniyyah.
Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah [2], misalnya, termasuk
kategori Madaniyyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan
ayat 168, yang dimulai dengan ungkapan "ya ayyuhan naas". Lagi pula, banyak ayat al-
Quran yang tidak dimulai dengan 2 ungkapan di atas.

11. Bagaimana cara untuk mengenali ayat dan surat yang masuk kategori makkiyyah dan
madaniyyah?
Jawab:
Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar bukan di kota
Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah. Sedangkan
Madaniyyah adalah ayat-ayat Al- Qur'an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW
setelah hijrah ke Madinah walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih
ditujukan untuk penduduk Madinah.

12. Kenapa ayat makkiyyah cenderung pendek dan ayat madaniyyah panjang?
Jawab:
Karena pada saat Rasulullah berdakwah di Makkah, kebanyakan mereka belum masuk
islam dan banyak yang menolak ajaran rasul, maka dari itu suratnya pendek-pendek
agar penyampaian risalahnya secara perlahan supaya dapat diterima oleh masyarakat
Makkah.
Sedangkan di Madinah, mayoritas disana sudah beriman, jadi walaupun penyampain
risalahnya banyak itu tidak memberatkan para sahabat dan masyarakat di madinah.

13. Apa faedah mengetahui ayat dan surat makkiyyah dan madaniyyah!
Jawab:
Untuk mengetahui ayat-ayat dan surah-surah Makkiyah dan Madaniyah memberikan
beberapa faedah, diantara yang paling penting adalah:
a. Mempermudah dalam Menafsirkan Al-Qur'an. Sebab, mengetahui tempat-tempat
turunnya Al-Qur'an dapat membantu memahami ayat dan menafsirkan dengan benar,
meskipun yang menjadi acuan adalah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab.
Dengan mengetahui Makkiyah dan Madaniyah, seorang mufassir bisa membedakan
antara nasikh dan ayat mansukh ketika ada dua ayat yang maknanya kontradiktif,
karena ayat terakhir menghapus ayat sebelumnya.
b. Meresapi gaya bahasa yang dipergunakan Al-Qur'an dan memanfaatkannya dalam
metode berdakwa menuju jalan Allah. Sebab setiap situasi mempunyai bahasa sendiri.
Memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi merupakan arti paling khusus dalam
ilmu retorika. Karakteristik gaya bahasa Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur'an
memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian
dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan bicara dan menguasai
pikiran, perasaan serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh
kebijaksanaan. Setiap tahapan dakwah mempunyai topik dan penyampaian tersendiri.
Pola penyampaian itu berbeda-beda, sesuai dengan perbedaan tata cara, keyakinan dan
kondisi lingkungan. Hal yang demikian nampak dalam berbagai cara Al-Qur'an
menyeru berbagai golongan, misalnya seruan terhadap orang-orang yang beriman,
musyrik, dan Ahli Kitab.
c. Mengetahui Sirah Nabawiyah di Sela Ayat-ayat Al-Qur'an. Turunnya wahyu kepada
Rasulullah berjalan seiring dengan sejarah dakwah lengkap dengan seluruh peristiwa
pada periode Mekah Madinah sejak awal wahyu hingga ayat terakhir turun. Al-Qur'an
adalah rujukan utama sirah nabawiyah yang tidak menyisakan ruang keraguan terkait
peristiwa yang diriwayatkan para ahli sejarah yang selaras dengan penjelasan Al-
Qur'an, dan memutuskan perselisihan ketika terjadi perbedaan riwayat.

14. Sebutkan syarat-syarat terjadinya nasikh dan mansukh!


Jawab:
Rukun nasikh itu ada empat, diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Adah al-nasakh, yaitu pernyataan yang menunjukkan pembatalan (penghapusan)
berlakunya hukum yang telah ada.
2) Nasikh, yaitu Allah ta'ala, karena Dia-lah yang membuat hukum dan Dia pula yang
membatalkannya, sesuai dengan kehendak-Nya. Oleh sebab itu, nasikh itu pada
hakekatnya adalah Allah.
3) Mansukh, yaitu hokum yang dibatalkan, dihapuskan, atau dipindahkan.
4) Mansukh 'anhu, yaitu orang yang dibebani hukum.

Syarat nasikh ada yang telah disepakati dan ada yang masih diperselisihkan. Adapun
yang sudah disepakati adalah sebagai berikut :
1) Nasikh harus terpisah dari mansukh.
2) Nasikh harus lebih kuat atau sama kuatnya dengan mansukh.
3) Nasikh harus berupa dalil-dalil syara'
4) Mansukh tidak dibatasi pada suatu waktu
5) Mansukh harus hukum-hukum syara'

15. Apa yang melatar belakangi lahirnya teori nasikh dan mansukh dalam studi al-Qur'an!
Jawab:
Dapat dipahami bahwa nasikh mansukh terjadi karena Al-qur'an diturunkan secara
berangsur-angsur sesuai dengan peristiwa yang mengiringinya. Oleh karena itu untuk
mengetahui Al-Qur'an dengan baik harus mengetahui ilmu nasikh mansukh dalam Al-
Qur'an.

16. Bagaimana tanggapan ulama tentang adanya nasikh dan mansukh dalam studi al-
Qur'an!
Jawab:
Sebagai bagian dalam kajian ilmu-ilmu al-Qur’an, nasikh dan mansukh adalah salah
satu cabang yang menjadi suatu persoalan di antara ulama tentang eksistenya, bahkan
antar agama samawi (Yahudi, Nasrani dan Islam) pun kajian ini tidak lepas
perbincangan. Karena hal itu menyangkut agama tersebut, apakah agama sebelumnya
dihapus oleh agama sesudahnya.
Jumhur ulama berpendapat bahwa keberadaan nasikh dan mansukh adalah suatu yang
niscaya baik secara dalil naqli ataupun dalil aqli, namun bagi yang menolak pun,
mereka memiliki landasan yang dikutip dari al-Qur’an dan argumentasi logis yang sulit
dibantah. Menurut kelompok yang kedua adanya pertentangan di antara teks-teks al-
Qur’an, adalah sesuatu hal yang tidak mungkin, bahkan mereka beranggapan bahwa
Nasikh Mansukh adalah problematika yang berasal dari luar Islam .
Munculnya pemikiran naskh pada dasarnya adalah sebagai respons terhadap adanya
teks-teks dalam al-Qur’an yang secara lahiriyah tampak adanya pertentangan di antara
teks-teks tersebut. Sehingga teori naskh dioperasikan dengan menilai ayat-ayat al-
Qur’an yang diwahyukan terdahulu sebagi dihapuskan oleh ayat-ayat yang diwahyukan
kemudian.

17. Jelaskan manfaat teori nasikh dan mansukh dalam studi al-Qur'an!
Jawab:
Berikut adalah kegunaan studi nasikh dan mansukh dalam penafsiran al qur’an :
 Memelihara kemaslahatan Hamba.
 Perkembangan Tasyrik menuju tingkat sempurna sesuai dengan perkembangan
dakwah dan perkembangan umat manusia.
 Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat.
 Menunjukkan bahwa syariat islam yang diajarkan rasulullah adalah syariat yang
paling sempurna, yang telah menghapus dari agama agama sebelumnya.
 Untuk menguji umat islam dengan perubahan hukum,apakah dengan perubahan
ini mereka masih taat atau sebaliknya.

18. Sebutkan macam-macam asbab an-nuzul, contohkan!


Jawab:
Adapun Jenis-jenis Asbabun Nuzul sebagai berikut:
1. Untuk menjawab suatu pertanyaan, contoh:
 Sebab turunnya QS. Al-Baqarah: 222, yang bersumber dari Anas bin Malik.
 Sebab turunnya QS. Al-Isra: 85, yang bersumber dari Ibnu Mas’ud.
2. Untuk menanggapi suatu peristiwa, contoh:
 Sebab turunnya QS. Al-Lahab, yang bersumber dari Ibnu Abbas.
 Sebab turunnya QS. Al-Baqarah/2: 221, yang bersumber dari Ibnu Mas’ud.

19. Jelaskan dan contohkan dua kaidah yang berhubungan dengan ilmu asbab an-nuzul!
Jawab:
Ada dua kaidah penting yang berhubungan dengan Asbabun Nuzul, yaitu:
‫ العبرة بعموم اللفظ ال بخصوص السبب‬.1
“ Yang di jadikan pegangan ialah keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab ”
Contohnya: QS.ALMAIDAH: 38:
‫والسارق والسارقة فاقطعوا ايديهما جزاء بما كسبانكاال من هللا وهللا عزيز حكيم‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya(sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari
Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Ayat ini turun berkenaan dengan pencurian sejumlah perhiasan yang dilakukan
seseorang pada masa Nabi. Tetapi ayat ini menggunakan lafal ‘am, yaitu isim mufrad
yang di ta’rifkan dengan alif lam (al) jinsiyyah. Mayoritas ulama memahami ayat
tersebut berlaku umum, tidak hanya tertuju kepada yang menjadi sebab turunnya ayat.
 Kalau melihat sebab turun berarti pencuri yang di potong tangannya hanyalah
pencuri emas saja
 Tapi kalau melihat keumuman lafadznya siapapun yang mencuri bentuk apa
saja, hukumannya sama potong tangan
‫ العبرة بخصوص السبب ال بعموم اللفظ‬2.

“yang dijadikan pegangan ialah kekhususan sebab, bukan keumuman lafadz”


Contohnya: QS. AL-BAQARAH:115
‫ ان هللا واسع عليم‬،‫وهلل المشرق والمغرب فاينما تولوا فثم وجه هللا‬
“Kepunyaan Allah lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah
wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas(rahmat-Nya)lagi Maha mengetahui”
Ayat ini turun berkenaan dengan kasus kelompok musafir yang melaksanakan shalat di
suatu malam gelap gulita, sehingga mereka tida tahu arah kiblat secara pasti, lalu
mereka menghadap ke arah yang berbeda-beda. Masalah ini diajukan kepada
Rasulullah saw, lalu turunlah ayat tersebut.
Menghadap ke qiblat pada waktu salat hukumnya wajib, tidak sah shalat kalau tidak
menghadap qiblat. Kecuali jika terjadi kondisi seperti ketika ayat itu turun, itupun harus
berusaha terlebih dahulu untuk mengetahui arah yang sebenarnya.
 Kalau melihat ke umuman lafadz
Jika hanya berpegang kepada redaksi ayat, maka hukum yang difahami dari ayat
tersebut ialah tidak wajib menghadap kiblat pada waktu shalat, baik dalam keadaan
musafir atau tidak. Pemahaman seperti ini jelas keliru karena bertentangan dengan dalil
lain, yakni ijma para ulama.
 Kalau melihat kekhususan sebab
Dengan melihat asbabun nuzul ayat tersebut hanya di peruntukkan bagi orang yang
dalam kondisi tertentu, bukan dalam kondisi biasa atau bebas.

20. Apa manfaat mengkaji ilmu asbab an-nuzul, uraikan!


Jawab:
Ada beberapa fungsi yang dapat diambil dari mengetahui sababun nuzul diantaranya
ialah:
1. Mengetahui sisi-sisi positif (hikmah) yang mendorong atas pensyariatan hukum, dan
ini bermanfaat bagi orang yang beriman dan orang yang tidak beriman Adapun bagi
orang yang beriman maka akan bertambah imannya dan timbul keinginan yang kuat
untuk melaksanakan hukum-hukum Allah SWT, dan mengamalkan ayat-ayat al-
Qur`an, setelah nampak baginya kemaslahatan dan keistimewaan-keistimewaan dari
persyariatan hukum Islam dan untuk inilah al-Quran diturunkan. Sedangkan orang kafir
maka hikmah-hikmah yang terdapat pada pensyariatan hukum itu akan
mengantarkannya kepada beriman, jika ia mau insaf (sadar) ketika dia mengetahui
bahwa pensyariatan hukum Islam ini datang untuk menjaga kemaslahatan manusia,
bukan untuk menjerumuskannya dan menghukumnya
2. Mengkhususkan hukum bagi siapa yang berpegang dengan kaidah: bahwasanya
ungkapan (teks) Al-quran itu didasarkan atas kekhususan sebab.
3. Kenyataan menunjukkan bahwa adakalanya lafal dalam ayat Al Quran itu bersifat
umum, namun membutuhkan pengkhususan yang pengkhususannya itu sendiri justru
terletak pada pengetahuan tentang sabab turun ayat itu.
4. Memastikan makna ayat Al-Qur`an24 dan menghilangkan kerancuan maknanya.

Anda mungkin juga menyukai