Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum
muslim di seluruh penjuru pelosok dunia. Yang menjamin kebahagiaan bagi
setiap penganutnya di dunia maupun di akhirat kelak. Ia mempunyai sendi
yang sangat esensial yaitu Al-Quran yang berfungsi untuk memberi petunjuk
kepada jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman, “sesungguhnya Al-
Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaik-baiknya” (QS. 17:9).
Tak dapat dipungkiri, bahwa apabila hendak bahagia bersama Islam,
penganutnya harus dekat dengan Al-Quran. Dalam artian yang lebih luas
menegenal Al-Quran. Memperhatikan dan mempelajari Al-Quran, “tidaklah
mereka memperhatikan isi Al-Quran, bahkan ataukah hati mereka tertutup”
(QS. 47:24).

1.2 Rumusan Masalah


Dalam rumusan makalah Mengenal Al-Quran ini, penulis memakai
rumusan sebagai berikut :
a. Definisi Al-Qur’an dan nama–nama Al-Qur’an yang dianggap populer
b. Definisi Ulum Al-Qur’an dan muatannya
c. Ilmu Asbabun Nuzul dan Contoh Ayatnya
d. Ilmu Qira’at beserta ayatmya
e. Al Muhkam Wa Al Mutasyabih definisi beserta contoh ayatnya
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Al-Qur’an dan Nama–Nama Al-Qur’an Yang Dianggap Populer


a. Definisi Al-Qur’an
Para ulama berbeda pendapat mengenai asal lafaz al-Qur’an, di antaranya :
1. Asy-Syafi’i mengatakan, lafaz al-Qur’an yang terkenal itu bukan
musytaq (bukan pecahan dari akar kata apa pun), lafaz tersebut sudah
lazim digunakan dala pengertiannya sebagai kalamullah yang
diturunkan kepada nabi Muhammad saw. jadi menurut Asy-Syafi’i
lafaz tersebut bukan berasal dari qa-ra-a (membaca), sebab kalau akar
katanya qa-ra-a (membaca), maka tentu setiap sesuatu yang dibaca
dapat dinamai al-Qur’an. Lafaz tersebut memang khusus bagi al-
Qur’an, sama halnya dengan Taurat dan Injil.1[1]
2. Sementara Al-Lihyani mengatakan, lafaz al-Qur’an merupakan
pecahan (musytaq) dari akar kata qa-ra-a yang bermakna tala
(membaca).2[2]
“Qa-ra-a” memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qiro’ah
berarti merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan lainnya dalam
satu ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan Qiro’ah,
yaitu akar kata dari qa-ra-a, qiro’atan wa qur’anan.Allah [3]3
menjelaskan dalam suroh al-qiyamah : 17-18 :
ُ‫ِإ َّن َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُ ْرآنَهُ () فَإِذَا قَ َرأْنَاهُ فَات َّ ِب ْع قُ ْرآنَه‬
“Sesungguhnya kamilah yang bertanggung jawab mengumpulkan
(dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila kami

1[1] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka


Firdaus, Cet I, 1990) Hal.10

2[2] Ibid.11-12

3[3] Manna’ Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta Timur :


Purtaka Al-Kautsa, Cet I, 2006), Hal.16
telah menyempurnakan bacaannya(kepadamu, dengan perantaraan jibril)
maka bacalah menurut bacaannya itu.”

Menurut ulama ushul dan fiqh, bahwa al-qur’an adalah :


‫الكالم المعجز المنزل على النبي صلى هللا عليه وسلم المكتوب فى المصاحف المنقول بالتواتر‬
‫المتعبد بتالوته‬
Kalam yang mengandung kemukjiazatan yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW. yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang
diriwayatkan secara mutawatir dan yang dinilai ibadah bila
membacanya.4[4]
‫ كالم هللا المنزل على النبي‬: ‫ فيعرفون بانه‬,‫ويذكر العلماء تعريفا له يقرب معناه ويميز عن غيره‬
[5]5‫صلى هللا عليه وسلم المتعبد بتالوته‬

b. Nama-nama Al-Qur’an yang dianggap populer


Allah Subhana Wa Ta’ala memilih beberapa nama bagi wahyu-Nya,
yang berbeda sekali dengan bahasa yang digunakan masyarakat arab untuk
penamaan sesuatu.6[6]
Iman As-Suythi menuturkan dalam kitabnya, Al-Itqan fi Ulimil
Qur’an : Al-Jahid berkata : “Allah telah menamai kitab-Nya dengan nama
yang berbeda sekali dengan nama yang diistilahkan oleh bangsa arab
terhadap kalimat dan tafshil. Allah menamai jumlah kalimat-kalimat-Nya
dengan Qur’an, sedang bangsa arab menamai jumlah kalimat-kalimatnya
dengan Diwan. Allah menamai bagian-bagian kitab-Nya dengan Surat,
sedang bangsa arab menamainya dengan Qasidah. Allah menamai bagian-
bagian surat dengan Ayat, sedang bangsa arab menamainya dengan Bait.

4[4] Muhammad Abdul Adzim Al-Zalrqani, Manahil Al-‘Urfan Fi Ulumil Qur’an


( Jakarta Selatan : Gaya Media Pratama, Cet I, 2002 ) Hal.9

٢١ .‫ م ( صفحة‬١٩٨٠, ‫ الطبعة السابعة‬:‫ مباحث فى علوم القران )بيروت‬,‫[مناع القطان‬5] 5

6[6] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka


Firdaus, Cet I, 1990) Hal.9
Allah menamai akhir Al-Qur’an dengan Fashilah, sedang bangsa arab
menamainya dengan Qafiyah.7[7]
Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa Abul Ma’ali Syaizalah, yaitu
pengarang kitab Al-Burhan Fi Musykilatil Qur’an, menyebutkan nama-
nama Al-Qur’an dengan 55 nama, yaitu sebagaimana di terangkan Allah
dalam berbagai ayat. Yaitu : Al-Kitab, Al-Mubin, Al-Qur’an, Al-Karim, Al-
Kalam, An-Nur, Al-Huda, Ar-Rahman, Alfurqan, Asy-Syifa, Al-Mau’izhah,
Adz-Dzikru, Al-Mubaarak, Al-‘Liyy, Al-Hikmah, Al-Muhaimin, Al-Hablu,
Ash-Shirothol Mustaqim, Al-Muqayyim, Al-Qaul, Al-Fashlu, An-Nabaul
‘Adhim, Ahsanul Hadits, Al-Matsani, Al-Mutasyabih, At-Tanzil, Ar-Ruh,
Al-Wahyu, Al-‘Rabiy, Al-Bashair, Al-Bayan, Al-‘Ilmu, Al-Haq, Al-Haadi,
‘Ajaba, At-Tadzkirah, Al-‘Urwatul Wutsqa, Ash-Shidqu, Al-‘Adl, Al-Amru,
Al-Munadi, Al-Busyro, Al-Majid, Al-Zabur, Al-‘Aziz, Al-Balagh Al-
Qashash, Al-Mukarromah, Al-Marfu’ah, Dan Ash-Shuhuf.8[8]
Menurut Muhammad Aly Ash-Shabuny, Al-qur’an mempunyai
bebearapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang
sangat tinggi dan luhur, dan secara mutlaq Al-Qur’an adalah kitab samawi
yang paling mulia. Di antara nama-nama tersebut ialah :
1. Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-isra’ : 9 :
َ ‫ِإ َّن هَـذَا ْالقُ ْرآنَ ِي ْهدِي ِللَّ ِتي ه‬
...‫ِي أ َ ْق َو ُم‬
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi petunjuk pada jalan yang
amat lurus...”
2. Al-Furqon, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-furqon : 1 :
‫اركَ الَّذِي ن ََّز َل ْالفُ ْرقَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه ِليَ ُكونَ ِل ْل َعا َل ِمينَ نَ ِذيرا‬
َ َ‫تَب‬
Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan kepada
hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh
alam.”

7[7] Mashur Sirojuddin Iqbal, Pengantar Ilmu Tafsir, (Bandung : Angkasa,


1987), Hal.5

8[8] Ibid. Hal.-515


3. At-Tanzil, berdaasarkan firman Allah dalam suroh Asy-Syu’aro : 192-
193 :
ُّ ‫ نَزَ َل ِب ِه‬- َ‫ب ْال َعالَ ِمين‬
ُ‫الرو ُح ْاْل َ ِمين‬ ِ ‫َو ِإنَّهُ لَت َِنزي ُل َر‬
“Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh
Tuhan semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruh Al-Amin (Jibril
as)”
4. Adz-Dzikr, berdasarkan firman Allah dalam suroh Al-Hijr : 9 :
ِ ‫ِإنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا‬
ُ ‫الذ ْك َر َو ِإنَّا لَهُ لَ َحا ِف‬
َ‫ظون‬
“Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”
5. Al-Kitab, berdasarkan firman Allah dalam suroh Ad-Dukhan : 2 :
ِ ‫ب ْال ُم ِب‬
‫ين‬ ِ ‫َو ْال ِكت َا‬
“Demi kitab (al-Qur’an) yang menjelaskan.”

Adapun mengenai sifat-sifat al-Qur’an sungguh tertera dalam ayat-


ayat al-Qur’an, bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam al-Qur’an
yang tidak menyebutkan sifat-sifat yang sangat indah dan mulia terhadap
kitab yang diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan
mu’jizat (tiada tanding)yang abadi bagi seorang Nabi yang terakhir.9[9] Di
antara sifat-sifat al-Qur’an ialah :
1. Nur
‫َان ِم ْن َربِ ُك ْم َوأَ ْنزَ ْلنَا إِلَ ْي ُك ْم نُورا ُمبِينا‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٌ ‫اس قَدْ َجا َء ُك ْم ب ُْره‬
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti
kebenaran dari Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah
kami turunkan kepada kamu cahaya yang terang ebnderang (al-
Qur’an).”

9[9] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka


Firdaus, Cet I, 1990) Hal.24
2. Syifa dan Rahmat
َّ ‫آن َما ه َُو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِينَ َو ََل َي ِزيد ُ ال‬
َ ‫ظا ِل ِمينَ ِإ ََّل َخ‬
‫سارا‬ ِ ‫َونُن َِز ُل ِمنَ ْالقُ ْر‬
“Dan kamu turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi
penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan A-
Qur’an itu tidaklah menambal kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.”
3. Huda
...‫قُ ْل ه َُو ِللَّذِينَ آ َمنُوا هُدى َو ِشفَا ٌء‬...
“...Katakanlah, Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi
orang-orang yang beriman...”
4. Mau’izoh
َ‫ُور َوهُدى َو َرحْ َمةٌ ِل ْل ُمؤْ ِمنِين‬
ِ ‫صد‬ُّ ‫ظةٌ ِم ْن َربِ ُك ْم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي ال‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
َ ‫اس قَدْ َجا َءتْ ُك ْم َم ْو ِع‬
“Hai manusia ! sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam
dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”

Apapun nama-nama Al-Qur’an yang jelas dan pasti ialah yang berasal
dari Kalam Ilahi yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dan
tertulis di dalam mushaf berdasarrkan sumber-sumber mutawatir yang
bersifat pasti kebenarannya, dan yang dibaca oleh umat islam dalam
rangka ibadah. Penamaan Al-Qur’an yang demikian itu ttelah disepakati
bulat oleh semua ulama ahli ilmu kalam, ulama ahli ilmu fiqh dan ulama
ahli bahasa arab.10[10]

10[10] Subhi As-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka


Firdaus, Cet I, 1990) Hal.15
2.2 Definisi Ulum Al-Qur’an dan Muatannya
a. Definisi Ulum Al-Qur’an
Kata ‘Ulum Al-Qur’an tersusun dari dua kata secara idhafi, yaitu kata
ulum yang dimudhafkan kepada kata Al-Qur’an. Pertama-tama akan
dibahas kedua unsur itu, yaitu makna kata ulumul dan Al-Qur’an.
Kemudian akan dibahas pula pengertian ‘Ulum Al-Qur’an.
f. Arti kata ‘Ulum
Kata ulum secara etimoligi adalah jamak dari kata ‘ilmu. Menurut
bahasa kata ‘ilmu adalah masdar yang maknanya sinonim dengan
paham dan makrifat. Menurut sebagian pendapat, kata ilmu itu
merupakan isim jinis yang berarti pengetahuan. Kemudian pengertian
kata ilmu ini berkembang dalam berbagai istilah dan dipakai
sebagaimana dari pengetahuan tentang Al-Qur’an ini.[1]
g. Arti kata Al-Qur’an

Al-Qur’an secara bahasa berasal dari bahasa Arab -‫ يقرأ‬-‫قَرأ‬


‫قران‬ yang artinya bacaan. Sedangkan secara istilah sebagaimana

didefinisikan ulama ushul, ulama fiqih, dan ulama bahasa, Al-Qur’an


adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW,
yang lafazh-lafazhnya mengandung mukjizat, melalui malaikat Jibril,
diturunkan seacra mutawatir, dan mebacanya mempunyai nilai ibadah.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dilihat dari segi
makna (ta’rif), ‘Ulum Al-Qur’an mempunyai dua makna, yaitu makna
idhafi dan makna ‘alam (nama diri).
a) Makna idhafi
Bergandengnya kata ‘Ulum dengan kata Al-Qur’an
menunjukkan adanya penjelasan tentang jenis-jenis ilmu
pengetahuan yang berhubungan dengan Al-Qur’an; ilmu yang
bersangkutan dengan pembelaan tentang keberadaan Al-Qur’an
dan permasalahannya; berkenaan dengan proses hukum yang
terkandung di dalamnya; berkenaan dengan penjelasan bentuk
mufradatnlafal Al-Qur’an; Al-Qur’an sebagai way of life dalam
memasuki dinamika kehidupan ; hukum-huku pidana dan
sebagainya.
Setiap ilmu pengetahuan yang berkenaan dengan itu semua
brsumber pada Al-Qur’an dan sebagai slah satu metode untuk
menegtahui kemukjizatan Al-Qur’an, seperti ilmu-ilmu Tafsir,
Tajwid, Nasikh-MAnsukh, Fiqh, Tauhid, Fara’id, Tata Bahasa
dan lain-lain. Bahkan sebagian ulama ada yang memperluas
jangkauan ilmu pengetahuan di luar lingkup ‘Ulum Al-Qur’an,
yakni ilmu-ilmu Desain, Falak, Matematika, Teknik, Kedokteran,
dan lain-lain.
Esensi Al-Qur’an penuh dengan titah riset dan ilmu
pengetahuan, namun tidak memasukkan ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan riset dan ilmu alamiyah ke dalam bagian dari
‘Ulum Al-Qur’an. Karena riset dan ilmu kealaman bersifat umum
yang dianjurkan Al-Qur’an, sedangkan ilmu-ilmu yang termasuk
kategoei ‘Ulum Al-Qur’an adalah ilmu-ilmu yang khusus dan
secara spesifik menjelaskan keberadaan Al-Qur’an dan ketetapan
hukum yang terdapat di dalamnya.
Maka yang diamksud dengan ‘Ulum Al-Qur’an dalam
pengertian idhafi adalah “semua unsur ilmu pengetahuan yang
berkenaan dengan pengetahuan agama dan tata bahasa Arab”.
b) Makna ‘Alam (Metodologi Kodifikasi)
Apabila makna idhafi di transformasikan ke dalam makna
‘alamiyah maka ilmu yang bersangkutan disebut sebagai cabang
ilmu yang membicarakan metodologi kedifikasi ilmu-ilmu Al-
Qur’an, dan objeknya menjadi lebih khusus dibandingkanobjek
‘Ulum Al-Qur’an ditinjau dari segi makna idhafi.
Oleh karena itu, definisi ‘Ulum Al-Qur’an ditinjau dari
makna ‘alam adalah “suatu ilmu yang membahas Al-Qur’an yang
berkaitan dangan tujuan diturunkan, upaya pengumpulan bacaan,
penafsiran, nasikh-mansukh, asbab an-nuzul, ayat-ayat makkiyan
dan madaniyah dan lain-lain.
‘Ulum Al-Qur’an ditinjau dari segi ‘alam dinamakan juga
Ushul at-tafsir (pokok-pokok ilmu tafsir) karena mencakup
beberapa ilmu yang menjadi syarat utama bagi para mufassir agar
terlebih dahulu dipelajari, dipahami dan dikaji secara detail.[2]
Mengenai kemunculan istilah ‘Ulum Al-Qur’an untuk
pertama kalinya, para penulis menyatakan bahwa istilah ini
muncul pada abad VI H oleh Abu Al-Farj bin Al-Jauzi. Pendapat
ini disitir pula oleh Asy-Suyuthi dalam pengantar kitab al-Itqan.
Al-Zarqani mengatakan bahawa istilah itu muncul pada awal abad
V H melalui tangan Al-Hufi (w. 430 H) dalam karyanya yang
berjudul Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Qur’an.

b. Muatan ‘Ulum Al-Qur’an


Mengingat banyaknya ilmu yang ada kaitan dengan pembahasan Al-
Qur’an, ruang lingkup pembahasan ‘Ulmu Al-Qur’an itu jumlahnya sangat
banyak. Bahkan menurt Abu Bakar Al-‘Arabi, ilmu-ilmu Al-Qur’an itu
mencapai 77.450. Hitungan ini diperoleh dari hasil perkalian jumlah
kalimat Al-Qur’an dengan empat, karena masing-masing kalimat
mempunyai makna zhahir, batin, had, dan mathla’. Jumlah itu akan
semakin bertambah jika melihat urutan kalimat di dalam Al-Qur’an serta
hubungan antarurutan itu. Jika sisi itu yang dilihat, ruang lingkup
pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an tidak akan dapat dihitung (tak terhingga
lagi) lagi.
Berkenaan dengan persoalan ini, M. Hasbi As-Shiddieqy berpendapat
bahwa ruang lingkup pembahasan ‘Ulum Al-Qur’an terdiri dari enam hal
pokok berikut ini :
1. Persoalan Turunnya Al-Qur’an (Nuzul Al-Qur’an)
Persoalan ini menyangkut tiga hal :
a) Waktu dan tempat turunnya Al-Qur’an (auqat nuzul wa mawathin
an-nuzul)
b) Sebab-sebab turunnya Al-Qur’an (asbab an-nuzul)
c) Sejarah turunnya Al-Qur’an (tarikh an-nuzul)
2. Persoalan Sanad (Rangkaian Para Periwayat)
Persoalan ini menyangkut enam hal :
a) Riwayat mutawatir
b) Riwayat ahad
c) Riwayat syadz
d) Macam-macam qira’at Nabi
e) Para perawi dan penghapal al-Qur’an
f) Cara-cara penyebaran riwayat (tahammul)
3. Persoalan Qira’at (Cara Pembacaan Al-Qur’an)
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut ini :
a) Cara berhenti (waqaf)
b) Cara memulai (ibtida’)
c) Imalah
d) Bacaan yang dipanjangkan (madd)
e) Meringankan bacaan hamzah
f) Memasukkan bunyi huruf yang sukun kepada bunyi sesudahnya
(idhgam)
4. Persoalan Kata-Kata Al-Qur’an
Persoalan ini menyangkut beberapa hal berikut :
a) Kata-kata Al-Qur’an yang asing (gharib)
b) Kata-kata al-Qur’an yang berubah-ubah harakat akhirnya
(mu’rob)
c) Kata-kata Al-Qur’an yang mempunyai makna serupa (homonym)
d) Padanan kata-kata al-Qur’an (sinonim)
e) Isti’arah
f) Penyerupaan (tasybih)
5. Persoalan Makna-Makna Al-Qur’an Yang Berkaitan Dengan Hukum
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut :
a) Makan umum (‘am) yang tetap dalam keumumannya
b) Makan umum (‘am) yang dimaksudkan makna khusus
c) Makan umum (‘am) yang maknanya dikhususkan sunnah
d) Nash
e) Makna lahir
f) Makna global (mujmal)
g) Makan yang diperinci (mufashshal)
h) Makna yang ditunjukkan oleh konteks pembicaraan (manthuq)
i) Makan yang dapat di pahami dari konteks pembicaraan (mafhum)
j) Nash yang petunjukknya tidak melahirkan keraguan (muhkam)
k) Nash yang muskil ditafsirkan karena terdapat kesamaran di
dalamnya (mutasyabih)
l) Nash yang maknanya tersembunyi karena suatu sebab yang
terdapat pada kata itu sendiri (musykil)
m) Ayat yang menghapus dan dihapus (nasikh-mansukh)
n) Yang didahulukan (muqaddam)
o) Yang diakhirkan (mu’akhakhar)
6. Persoalan Makna-Makna Al-Qur’an Yang Berpautan dengan Kata-
Kata Al-Qur’an
Persoalan ini menyangkut hal-hal berikut :
a) Berpisah (fashl)
b) Bersambung (washl)
c) Uraian singkat (i’jaz)
d) Uraian panjang (ithnab)
e) Uraian seimbang (musawah)
f) Pendek (qashr)
2.3 Ilmu Asbabun Nuzul dan Contoh Ayatnya
a. Definisi Asbabun Nuzul
Menurut bahasa (etimologi), asbabun nuzul berarti turunnya ayat-ayat
al-Qur’an dari kata “asbab” jamak dari “sababa” yang artinya sebab-sebab,
nuzul yang artinya turun. Yang dimaksud disini adalah ayat al-Qur’an.
Asbabun nuzul adalah suatu peristiwa atau saja yang menyebabkan
turunnya ayat-ayat al-Qur’an baik secara langsung atau tidak langsung.
Menurut istilah atau secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak
pengertian dan contoh ayatnya, diantaranya :
1. Menurut Az-Zarqani
“Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta
hubungan dengan turunnya ayat al-Qur’an yang berfungsi sebagai
penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2. Ash-Shabuni
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang
berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa
pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan
dengan urusan agama”.
3. Subhi Shalih
‫ما نزلت اآلية اواآيات بسببه متضمنة له او مجيبة عنه او مبينة لحكمه زمن وقوعه‬
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya
satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu
peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap
hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”.
4. Mana’ al-Qathan
‫مانزل قرآن بشأنه وقت وقوعه كحادثة او سؤال‬
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya
al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik
berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi”.
5. Nurcholis Madjid
Menyatakan bahwa asbab al-nuzul adalah konsep, teori atau berita
tentang adanya sebab-sebab turunnya wahyu tertentu dari al-Qur’an
kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun
satu surat.
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda semua
menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian/peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab,
menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari
kejadian tersebut.
Mengutip pengertian dari Subhi al-Shaleh kita dapat mengetahui
bahwa asbabun nuzul ada kalanya berbentuk peristiwa atau juga
berupa pertanyaan, kemudian asbabun nuzul yang berupa peristiwa itu
sendiri terbagi menjadi 3 macam :
a) Peristiwa berupa pertengkaran
Seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan
Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali Imran yang
menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
b) Peristiwa berupa kesalahan yang serius
Seperti kisah turunnya surat an-Nisa’ : 43
Saat itu ada seorang Imam shalat yang sedang dalam keadaan
mabuk, sehingga salah mengucapkan surat al-Kafirun, surat An-
Nisa’ turun dengan perintah untuk menjauhi shalat dalam keadaan
mabuk.
c) Peristiwa berupa cita-cita/keinginan
Ini dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn Khattab yang
menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun
ayat
‫والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلى‬
Sedangkan peristiwa yang berupa pertanyaan dibagi menjadi 3
macam, yaitu :
a) Pertanyaan tentang masa lalu seperti :
َ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َعن ذِي ْالقَ ْرنَي ِْن قُ ْل‬
‫سأَتْلُو َعلَ ْي ُكم ِم ْنهُ ِذ ْكرا‬
“Mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita
tantangnya". (QS. Al-Kahfi: 83)
b) Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang
berlangsung pada waktu itu seperti ayat:
‫الرو ُح ِم ْن أ َ ْم ِر َربِي َو َما أُوتِيتُم ِمن ْال ِع ْل ِم إَِلَّ قَ ِليال‬ ُّ ‫َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن‬
ُّ ‫الروحِ قُ ِل‬
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah:
"Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi
pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’ : 85)
c) Pertanyaan tentang masa yang akan datang
“(orang-orang kafir) bertanya kepadamu (Muhammad)
tentang hari kebangkitan, kapankah terjadinya?”

2.4 Ilmu Qira’at beserta ayatmya


a. Definisi Qira’at
Secara bahasa, kata ‫قـراءات‬ berasal dari jamak kata ‫قـراءة‬ yang
berarti “bacaan”, kata tersebut merupakan bentuk mashdar dari fi’il madhi
‫قـراء‬. Secara istilah, Ilmu Qira-at adalah “Ilmu yang mengenai cara
melafadzkan Al-Qur’an yang disertai perbedaan pembacaannya menurut
versi orang yang mengucapkannya. Terdapat beberapa definisi mengenai
arti Qira’at, yakni :
1. Menurut Al-Zarqani : “Suatu mazhab yang dianut oleh imam qira’at
yang berbeda dengan lainnya dalam pengucapan Al-Qur’anul-Karim
serta sepakat riwayat-riwayat dan jalur-jalur daripadanya, baik
perbedaan ini dalam pengucapan huruf-huruf maupun dalam
pengucapan keadaan-keadaannya.” (Wahid, 2002: 137)
Terkandung 3 unsur pokok dalam definisi tersebut : Pertama,
qira’at dimaksudkan menyangkut bacaan ayat-ayat Al-Qur’an, cara
membacanya dari satu imam dengan imam qira’at lainnya. Kedua,
cara bacaan yang dianut dalam suatu mazhab qira’at didasarkan atas
riwayat dan bukan atas qiyas ataupun ijtihad. Ketiga, perbedaan antara
qira’at-qira’at bisa terjadi dalam pengucapan huruf-huruf dan
pengucapannya dalam berbagai keadaan.
2. Menurut Ibnu Al-Jazari : “Pengetahuan tentang cara-cara melafadzkan
kalimat-kalimat Al-Qur’an dan perbedaannya dengan
membangsakannya kepada penukilnya.” (Wahid, 2002: 138)

b. Kandungan ayat dalam wahyu sebagai sumber Qira’at


Al-Qur’an itu adalah wahyu Allah yang tidak ada campur tangan
Rasulullah ataupun Jibril dalam hal wahyu-Nya itu, apalagi kekuasaan
untuk menukar letak huruf dan ayat-ayatnya dari satu tempat ke tempat
lain. Dengan begitu qira’at adalah bagian dari pada Al-Qur’an itu sendiri,
maka qira’at juga bersumber dari wahyu Allah SWT yang hanya Allah
sajalah yang membuatnya.
Ada banyak sekali dalil, baik dari Al-Qur’an maupun Hadits mengenai
qira’at yang tidak ada campur tangan makhluk manapun. Beberapa dalil
Al-Qur’an di antaranya ialah :
1. QS. Yunus : 15
Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang
nyata, orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan
Kami berkata: "Datangkanlah Al Quran yang lain dari ini atau
gantilah dia." Katakanlah: "Tidaklah patut bagiku menggantinya dari
pihak diriku sendiri. Aku tidak mengikut kecuali apa yang diwahyukan
kepadaku. Sesungguhnya aku takut jika mendurhakai Tuhanku kepada
siksa hari yang besar (kiamat)."
2. QS. An-Najm : 3-5

Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut


kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu
yang diwahyukan (kepadanya), yang diajarkan kepadanya oleh
(Jibril) yang sangat kuat.
3. QS. Al-Haqqah : 44-46

Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan


atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada
tangan kanannya, kemudian benar-benar Kami potong urat tali
jantungnya.
Ayat-ayat tersebut menyatakan bahwa Rasulullah SAW sedikitpun
tidak sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf Al-Qur’an,
sekalipun menunjukkan bahwa selain Rasulullah SAW pun pasti tidak
akan sanggup mengganti atau menukar letak huruf-huruf pada Al-Qur’an.
Adapun dalil hadits yang menjelaskan tentang sumber qira’at adalah
wahyu Allah SWT, salah satu di antaranya ialah :
‫عـن ابـن غـبـاس رضي اهللا عـنـهـمـا أن رسـول اهللا صلى اهللا عـلـيـه و سـلـم‬
‫قـال أقـؤأنى جـبـريـل عـلى حـرف فـراجـعـتـه فـلـم أزل أسـتـزيـده و يـزيـد نى‬
. ‫حـتى انـهـى إلى سـبـعـة أحـرف‬
Dari Ibnu Abbas ra, bahwasabya ia berkata : “Rasulullah SAW
bersabda : “Jibril mengajarkan Al-Qur’an untukku dalam satu huruf.
Kemudian aku datang kembali kepadanya dan aku senantiasa meminta
tambah kepadanya. Ia (Jibril) pun menambahnya untukku sehingga
berjumlah tujuh huruf””.
Dari hadits di atas bahwa bukanlah dan memang tidak ada campur
tangan Jibril dalam pengqira’atan wahyu Allah, melainkan Allah-lah yang
memberitahukan Jibril sehingga Al-Qur’an itu berjumlah tujuh huruf.
Demikianlah adanya bahwa qira’at itu diturunkan dari Allah SWT kepada
Rasulullah SAW.

2.5 Al Muhkam Wa Al Mutasyabih Definisi Beserta Contoh Ayatnya


a. Definisi Al Muhkam Wa Al Mutasyabih
Menurut bahasa muhkam berarti (sesuatu) yang dikokohkan.
Sedangkan mutasyabih berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari dua hal
serupa dengan yang lain. Dan syubhah yaitu keadaan di mana salah satu
dari dua hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain karena kemiripan di
antara keduanya secara konkret maupun abstrak. Secara istilah, pengertian
muhakam dan mutasyabih terdapat banyak perbedaan pendapat. Yang
terpenting di antaranya sebagai berikut. Pertama, muhkam adalah ayat
yang mudah diketahui maksudnya, sedang mutasyabih hanyalah diketahui
maksudnya oleh Allah sendiri. Kedua, muhkam adalah ayat yang
mengandung satu wajah, sedang mutasyabih mengandung banyak wajah.
Ketiga, muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui secara
langsung tanpa memerlukan keterangan lain, sedang mutasyabih tidak
demikian, ia memerlukan penjelasan dengan merujuk kepada ayat-ayat
lain. Sementara itu Imam as-Suyuthi dalam bukunya yang berjudul
Mukhtashar al-Itqan fi Ulum Alquran li al- Suyuthi, juga mengemukakan
beberapa perbedaan pendapat mengenai pengertian muhkam dan
mutasyabih (secara istilah) ini. Pertama, muhkam ialah ayat yang
maksudnya dapat diketahui, baik secara nyata ataupun secara takwil,
sedang mutasyabih ialah ayat yang hanya diketahui oleh Allah seperti hari
kiamat, munculnya dajjal dan potongan huruf-huruf hijaiah di awal surat.
Kedua, muhkam ialah ayat yang jelas maknanya dan mutasyabih ialah ayat
ayat yang tidak jelas maknanya. Ketiga, muhkam ialah ayat yang hanya
mengandung satu penakwilan dan mutasyabih ialah ayat yang
mengandung beberapa kemungkinan penakwilan. Keempat, muhkam ialah
ayat yang berdiri sendiri dan mutasyabih ialah yang tidak sempurna
pemahamannya kecuali dengan merujuk kepada ayat yang lain. Kelima,
muhkam ialah ayat yang tidak dihapuskan dan mutasybih ialah ayat yang
sudah dihapuskan.

b. Contoh Ayat
Sebagaimana telah dijelaskan dalam pengertian di atas, bahwa ayat-
ayat muhkam berisi tentang halal, haram, hudud, kewajiban janji dan
ancaman. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih berisi tentang asma Allah dan
sifat-sifatNya. Berikut akan diuraikan beberapa contoh ayat Al-Qur’an
yang termasuk ayat muhkam dan mutasyabih.
1. Contoh ayat muhkam
ّ‫ارفُ ْوا اِن‬
َ َ‫اس اِنّا َخلَقن ُك ْم ِم ْن ذَك ٍَر َوا ُ ْنثى َو َجعَ ْلن ُك ْم شعُ ْوبًا َوقباَئِ َل ِلتَع‬
ُ َ‫ايّّ ّّ َهاالن‬
ّ َ‫ي‬
َ َ‫اَك َْر َم ُك ْم ِع ْن َدهللاِ اَتق ُك ْم اِنّ هللا‬
)13 : ‫ع ِل ْي ٌم َخبِي ٌْر (الحجرات‬
Artinya : Hai manusia sesaungguhnya Kami menciptakan kamu
dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia disisi Allah adalah orang yang
bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.
(Al-Hujarat : 13)
ْ ‫ِي خلَق ُك ْم َوالّ ِذ ْينَ ِم ْن ق ْب ِل ُك ْم لَعَل ُك ْم‬
: ‫تتقونَ (البقرة‬ ُ َ‫ياَيّ َهاالن‬
ْ ‫اس ا ْعبُد ُْوا َربّ ُك ُم اّّّ لذ‬
21)
Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu
bertaqwa. (Al-Baqarah : 21)
ّ ِ ‫… َوا َ َح ّل هللاُ ا ْل َب ْي َع َو َح ّر َم‬
)275 : ‫الربوا (البقرة‬
Artinya : Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. (Al-Baqarah : 275)
)3 : ‫علَ ْي ُك ُم ا ْل َميْتةُ َوال ّد ُم َولَحْ ُم ا ْل ِخ ْن ِزي ِْر َو َماا ُ ِه ّل ِلغي ِْر هللاِ بِه (المائدة‬
َ ْ‫… ُح ّر َمت‬
Artinya : Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disenbelih atas nama selain Allah. (Al-Maidah : 3)

2. Contoh ayat mutasyabih


ْ ‫علَى ا ْلعَ ْر ِش ِّ ِّ ِّ ِّ ا‬
)5 : ‫ستَوى (طه‬ ّ َ‫ا‬
َ ُ‫لرحْ من‬
Artinya : Yaitu Tuhan yang Maha Pemurah yang bersemayan
diatas Arsy ( Thaha : 5 )
)88 : ‫شيءٍ َهاِلكٌ اِال َوجْ َهه (القصص‬
ْ ‫ُك ّل‬
Artinya : Tiap-tiap sesuatu pasti binasa kecuali wajah Allah ( Al
Qashash : 88 )
27 : ‫) َو َيبْقى َوجْ هُ َربّكَ ذُ ْوا ْل َجال ِل َواالك َْر ِام (الرحمن‬
Artinya : Dan tetap kekal wajah Tuhanmu yang mempunyai
kebesaran dan kemuliaan ( Arrahman : 27 )
)10 : ‫فوق ا َ ْي ِدي ِْه ْم (الفتح‬
ْ ِ‫يَ ُدهللا‬
Artinya : Tangan Allah diatas tangan mereka ( Al Fath : 10)
)64 : ‫طتان (المائدة‬
ِ ‫س ْو‬
ُ ‫بَ ْل يَدهُ َم ْب‬
Artinya : Tidak demikian, tapi kedua-dua tangan Allah terbuka ( Al
Maidah : 64 )
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asy-Syafi’i mengatakan, lafaz al-Qur’an yang terkenal itu bukan
musytaq, Sementara Al-Lihyani mengatakan, lafaz al-Qur’an merupakan
pecahan (musytaq) dari akar kata qa-ra-a yang bermakna tala (membaca).
Menurut ulama ushul dan fiqh, bahwa al-qur’an adalah : Kalam yang
mengandung kemukjiazatan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
yang tertulis dalam mushaf-mushaf yang diriwayatkan secara mutawatir dan
yang dinilai ibadah bila membacanya.
Al-Qur’an mempunya nama dan sifat yang sangat banayak, meskipun
ada ulama yang menyamakan antara nama dan sifat al-Qur’an.

3.2 Saran
Di daalam penulisan makalah ini, masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna, unutk itu kami menerima saran dan kritik yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Djalal H. A. 2013. Ulumul Qur’an. Dunia Ilmu: Surabaya.
Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi. 1996. Ulumul Qur’an. Titian Ilahi Press:
Yogyakarta.
Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. 2013. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-Qur’an).
Pusataka Rizki Putra: Semarang.
Rosihon Anwar. 2013. Ulum Al-Qur’an. Pustaka Setia: Bandung .

[1] Abdul Djalal H. A, Ulumul Qur’an, 2013, Dunia Ilmu, Surabaya, hlm. 2-3
[2] Fahd bin Abdurrahman Ar-Rumi, Ulumul Qur’an, 1996, Titian Ilahi Press,
Yogyakarta, hlm. 49-51
[3] Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’a, 2013, Pustaka Setia, Bandung, Hlm. 11-25
[4] Abdul Djalal H. A, Op.Cit, hlm. 19-23
[5] Teungku Muhammad Hasbi ash-Shiddieqy. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (‘Ulum al-
Qur’an), 2013, Pusataka Rizki Puttra, Semarang. Hlm 6-11

Anda mungkin juga menyukai