Tujuan Pembelajaran :
Al-Qur’an adalah mukjizat dan risalah Allah swt yang diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi dan Rasul-
Nya yang terakhir yakni Nabi Muhammad saw. Setiap muslim wajib beriman kepada kitab suci Al-Qur’an
dan kitab-kitab suci yang diturunkan sebelumnya, yaitu Zabur, Taurat dan Injil. Al-Qur’an diturunkan
untuk melengkapi ajaran-ajaran yang telah dijelaskan oleh kita-kitab tersebut dan memperbaiki hukum-
hukum yang telah ditetapkan-Nya.
Selain al-Qur’an, yang menjadi pedoman hidup umat Islam adalah hadits, sebagai sumberhukum kedua.
A. Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an menurut bahasa berasal dari kata َق َرأَ – َي ْق َرأُ – ُق ْرآنًا yang berarti membaca
bacaan, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Qiyamah ayat 17-18
ُ فَِإ َذا َقَرأْنَاهُ فَاتَّبِ ْع ُق ْرآنَه.ُإِ َّن َعلَْينَا مَجْ َعهُ َو ُق ْرآنَه
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya itu”.
Menurut istilah, beberapa ulama mendefinisikan sebagai barikut :
a. Syeikh Muhammad Abdul ‘Azim Az-Zarqani
Dalam kitab “Manahilul ‘Irfan fi ‘Ulumil Qur’an menyatakan sebagai berikut.
ب ىِف ِ ِ ِ
ُ اب الْ ُم ْعج ُز الْ ُمَن ِّز ُل َعلَى النّيِب ِّ صلى اهللُ َعلَْي ه َو َس لَّ َم اَلْ َم ْكُت ْو ُ َالْ ُق ْرآ ُن ُه َو الْكت
ف اَلْ َمْن ُق ْو ُل َعلَْي ِه بِالت ََّواتُِر اَلْ ُمَت َعبَّ ُد بِتِاَل َوتِِه ِ الْمص
ِ اح
َ َ
Artinya :
“Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
saw, tertulis dalam mushaf, disampaikan secara mutawatir yang membacanya merupakan
ibadah.”
b. Manna’ Al-Qathan
اهلل الْ ُمَنُّز َعلَى حُمَ َّم ٍد ص م الْ ُمَت َعبَّ ُد بِتِاَل َوتِِه
ِ َكاَل م
ُ
Artinya : kalam Allah yang diturunkan kepada Rasulullah saw, dan merupakan ibadah
dengan membacanya.
2. Bagian-bagian Al-Qur’an
Al-Qur’an terdiri dari 114 surah dan 6.666 ayat. Sebagian ulama menyatakan 6.236 ayat.
Perbedaan ini karena perbedaan pandangan tentang kalimat basmalah pada setiap awal surah
kecuali surah at-Taubah, kemudian tentang kata-kata pembuka surah yang terdiri atas susunan
huruf-huruf seperti Yasin, Alif Lam Mim, Ha Mim dan sebagainya. Ada yang memasukkannya
sebagai ayat dan pula yang tidak.
Untuk memudahkan umat Islam dalam membaca dan menghafalnya, para ulama membagi Al-
Qur’an dalam 30 juz yang sama panjang, 60 hizb (biasanya ditulis di pinggir Al-Qur’an). Masing-
masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub’ (seperempat), an-nisf
(seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).
Selanjutnya, dibagi pula dalam 554 ruku’, yaitu bagian yang terdiri atas beberapa ayat. Setiap
satu ruku’ ditandai dengan huruf ‘ain di bagian sisinya. Surah panjang berisi beberapa ruku’,
sedang surah pendek hanya berisi satu ruku’.
3. Nama-nama Al-Qur’an
Menurut Az-Zarkasyi dan As-Suyuthi dalam kitab Al-Itqan menyebutkan bahwa Al-Qur’an
mempunyai 55 nama. Al-Qur’an secara redaksional ditemukan beberapa nama Al-Qur’an.
a. Al-Burhan
Al-Burhan artinya bukti. Maksudnya al-Qur’an merupakan bukti yang menunjukkan
kebenaran. Sebagaimana firman Allah swt surah an-Nisa ayat 174
b. Al-Kitab
Al-Kitab adalah bisa diartikan ditulis. Keterangannya dalam surah Al-Baqarah ayat 2.
ِ ِ ِ ِ ك الْ ِك تَ اب اَل ر ي ِ
ني
َ ب ۛ ف يه ۛ ُه ًد ى ل ْل ُم تَّ ق
َ َْ ُ َ َٰذ ل
Arti nya :
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
c. Al-Furqan
Al-Furqan artinya pembeda, maksudnya adalah yang membedakan antara yang hak dan
yang batil. Sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Furqan ayat 1.
d. Az-Zikr
Az-Zikr berarti pemberi peringatan, maksudnya yang memberi peringatan kepada manusia.
Sebagaimana firman Allah swt dalam QS. Al-Hijr ayat 9.
َ ُالذ ْك َر َو إِ نَّا لَ هُ حَلَ افِ ظ
ون ِّ إِ نَّا حَنْ ن َن َّز لْ نَ ا
ُ
Arti nya :
“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-
benar memeliharanya.”
e. At-Tanzil
Artinya yang menurunkan, maksudnya Al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt kepada Nabi
Muhammad saw dan kepada umat manusia. Sebagaimana QS. Asy-Syu’ara ayat 192
ني ِ ِ ِ
َ ب الْ َع الَ م
ِّ يل َر
ُ َو إ نَّهُ لَ َت ْن ز
Arti nya :
“Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
4. Fungsi Al-Qur’an
Diantara fungsi Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
a. Sebagai petunjuk, pedoman, dan rahmat bagi orang-orang yang meyakininya.
Firman Allah swt dalam surah Al-Baqarah ayat 2
ِ ِ ِ ِ ك الْ ِك تَ اب اَل ر ي ِ
ني
َ ب ۛ ف يه ۛ ُه ًد ى ل ْل ُم تَّ ق
َ َْ ُ َ َٰذ ل
Arti nya :
“Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang menjadi petunjuk, pedoman,
dan rahmat bagi umat manusia, terutama bagi orang-orang yang meyakininya dan
bertaqwa. Orang yang bertaqwa adalah orang yang senantiasa mengerjakan perintah Allah
swt dan menjauhi larangan-Nya.
“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya
diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-
penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil) …”
5. Kedudukan Al-Qur’an
a. Sebagai sumber hukum utama
Para ulama sepakat bahwa sumber utama hukum Islam adalah Al-Qur’an, karena segala
sesuatu yang menyangkut aspek kehidupan sudah diisyaratkan dan dijelaskan di dalamnya,
baik hablum minallah, hablum minannas mapun ketentuan lainnya.
b. Sebagai risalah Ilahiyah untuk umat manusia
Al-Qur’an memiliki kedudukan yang sangat penting dalam sejarah peradaban manusia,
sebagai risalah Ilahiyah (firman Allah swt), yang dapat secara langsung dibaca, dipahami,
dikaji, serta diamalkan oleh siapapun. Al-Qur’an sebagai rahmatan lil ‘alamin memberikan
petunjuk kepada semua umat manusia, bukan untuk satu kaum saja.
Risalah Illahiyah Al-Qur’an mengonfirmasikan sejarah agama manusia terdahulu serta
melengkapinya. Juga memberikan gambaran masa depan serta tuntunan untuk manusia
dalam menjalani kehidupan.
Al-Qur’an adalah bentuk kasih sayang (rahmat) Allah swt kepada umat manusia dan akan
selalu terjaga, karena Allah swt yang menjaganya sepanjang masa. Sebagaimana firman-Nya
dalam surah Al-Hijr ayat 9
B. Hadits
1. Pengertian Hadits
Hadits menurut bahasa berasal dari bahasa Arab yaitu ِّث – َح ِد ْيثًا
ُ َّث – حُيَ د
َ َح دyang
artinya baru, muda, cerita, berita, dan riwayat dari Nabi Muhammad saw. Menurut istilah,
pengertian hadits adalah sebagai berikut.
ِمااُ ِضيف ا
ًصلَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم َق ْواًل اَْو فِ ْعاًل اَْو َت ْق ِر ْيًرا اَْو ِص َفة
َ ِّ يِبَّ
ن ال ىَل َ ْ َ
Artinya :
“Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun
sifat beliau”.
2. Unsur-unsur Hadits
a. Sanad
Menurut bahasa berarti sandaran, pedoman, atau pegangan. Menurut istilah yaitu
ِ الر َج ِال الْمو ِصلَ ِة اِىَل الْمنْت
ِّ ُِس ْل ِسلَة
َ ُْ
Artinya :
“Rantaian perawi (orang-orang yang menerima dan menyampaikan hadits) yang
terhubung hingga ke matan”.
Contoh :
ٍ اهلل بْ ِن مس لِمةَ ح َّدثَنَا اِْب ر ِهْيم بْ ِن س ْع ٍد َعن ابْ ِن ِش ه
اب َع ْن َع ْم َرةَ َع ْن ِ ح َّدثَنَا عب ُد
َْ
َ ْ َ ُ َ َ َ ُْ َ
اع ًدا (رواه ِ ال النَّيِب ص لَّى اهلل علَي ِه وس لَّم َت ْقطَ ع الْي ُد يِف رب ِع ِدينَ ا ِر فَص ِ
َ ْ ُُ ْ َ ُ َ َ َ َْ ُ َ ُّ َ ََعائ َش ةَ ق
)البخاري
Sanad hadits ditunjukkan oleh lafal yang bergaris bawah.
b. Matan
Menurut bahasa artinya tanah yang keras dan tinggi. Menurut istilah adalah perkataan,
perbuatan, dan ketetapan Nabi Muhammad saw yang disebut setelah sanad, atau isi pokok
sanad. Contoh
ِ َت ْقطَع الْي ُد يِف رب ِع ِدينَا ِر فَص
اع ًدا َ ْ ُُ ْ َ ُ
c. Rawi
Menurut bahasa artinya orang yang meriwayatkan hadits atau disebut juga dengan perawi.
Menurut istilah adalah orang yang menerima atau mengambil hadits kemudian
mengumpulkannya dalam sebuah kitab. Letaknya di akhir hadits. Yang terkenal seperti
Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa’i, dan Ibnu Majah. Contohnya
)(رواه البخاري
3. Fungsi Hadits
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua. Menurut imam Syafi’i, hadits tidak bisa
dipisahkan dari Al-Qur’an, karena merupakan bayan (penjelas) dari Al-Qur’an. Dinatar fuungsi
hadits adalah sebagai berikut :
a. Mengukuhkan hukum-hukum yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
Contoh kebijakan dalam memberikan hukuman kepada orang yang melakukan
pembunuhan, sebagaimana QS. Al-Isra ayat 33
ِ ِ ِ
ً ُس الَّ يِت َح َّر َم اللَّ هُ إ اَّل ب ا حْلَ ِّق ۗ َو َم ْن قُ ت َل َم ظْ ل
وم ا َف َق ْد َج َع ْل نَ ا َ الن ْفَّ َو اَل َت ْق ُت لُ وا
ور ا
ً صُ ان َم ْنَ ف يِف الْ َق ْت ِل ۖ إِ نَّهُ َك ْ لِ َو لِ يِّ ِه ُس ْل طَ انًا فَ اَل يُ ْس ِر
Arti nya :
“Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya),
melainkan dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim,
maka sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepada ahli warisnya, tetapi
janganlah ahli waris itu melampaui batas dalam membunuh. Sesungguhnya ia adalah
orang yang mendapat pertolongan.”
Kemudian ayat tersebut dikukuhkan Rasulullah saw dengan sabdanya :
َو َم ْن قُتِ َل لَ هُ قَتِْي ٌل... ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم ِ ُ ال رس
َ ول اهلل ُ َ َ َ ق: ال َ ََع ْن اَيِب ُهَر ْي َر َة ق
ِ ِ خِب
... ادُ َف ُه َو َرْيِ النَّظََريْ ِن ا َّما يُ ْو َدى َوا َّما يُ َق
Artinya :
Abu Hurairah berkata : Rasulullah saw bersabda : “… barang siapa yang menjadi keluarga
korban terbunuh maka dia memilih dua pilihan, boleh memilih diyat dan boleh juga dibunuh
(qisas)… “ (HR. Bukhari)
ص لَّى اهللُ َعلَْي ِه َو َس لَّ َم َن َهى َع ْن اَ ْك ِل ُك ِّل ِذي ِ َ عن اَيِب ثَعلَب ةَ ر ِض ي اهلل عْن ه اَ َّن رس
َ ول اهلل ُ َ ُ َ ُ َ َ َْ َْ
) (رواه البخاري.اع ِّ اب ِم َن
ِ َالسب ٍ َن
Artinya :
Abu Tsa’labah ra berkata, “sesungguhnya Rasulullah saw melarang makan setiap binatang
buas yang bertaring.” (HR. Bukhari)
4. Kedudukan Hadits
a. Sebagai sumber hukum Islam yang kedua
Hadits merupakan sumber hukum Islam kedua setelah al-Qur’an. Ini adalah kesepakan para
ulama, karena hadits menjadi penafsir yang lebih spesifik terhadap al-Qur’an bersifat umum
atau global.
Seorang ibu
Seorang anak
Tujuan Pembelajaran :
1. Membaca QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra
tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
2. Menerjemahkan QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan HR. Bukhari dari Abu
Hurairah ra tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
3. Menjelaskan isi kandungan QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan HR. Bukhari dari
Abu Hurairah ra tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
4. Menerapkan perilaku yang mencerminkan QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan
HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt dalam kehidupan.
5. Menghafal QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan HR. Bukhari dari Abu Hurairah ra
tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
A. QS. Asy-Syams ayat 1-10 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
1. Membaca QS. Asy-Syams ayat 1-10 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
ِ َوال َّن َه. َو ْال َق َم ِر إِ َذا َتاَل َه ا.س َوض َُحا َها
. َواللَّ ْي ِل إِ َذا َي ْغ َش ا َها.ار إِ َذا َجاَّل َه ا ِ َْوال َّشم
َ َفأ َ ْل َه َم َه ا فُج.س َو َما َسوَّ ا َها
ُور َه ا ٍ َو َن ْف.ض َو َما َط َحا َها ِ ْ َواأْل َر.َوال َّس َما ِء َو َما َب َنا َها
.اب َمنْ دَ سَّا َها َ َو َق ْد َخ. َق ْد أَ ْف َل َح َمنْ َز َّكا َها.َو َت ْق َوا َها
2. Arti Mufradat/kosakata QS. Asy-Syams ayat 1-10 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
Artinya :
“Demi matahari dan cahayanya dipagi hari, dan bulan apabila mengiringinya, dan siang apabila
menampakkannya, dan malam apabila menutupinya, dan langit serta pembinaannya, dan bumi
serta penghamparannya, dan jiwa serta penyempurnaannya (penciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya, sesungguhnya beruntunglah
orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
3. Kandungan QS. Asy-Syams ayat 1-10 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
Surah ini termasuk surah yang diturunkan sebelum Rasulullah saw hijrah ke Madinah. Surah ke
91 sesudah surah al-Qadar. Dinamai asy- Syams diambil dari ayat yang pertama artinya
matahari.
Kandungan surah secara umum berisi anjuran kepada manusia untuk menyucikan jiwanya agar
mendapat keberuntungan di akhirat dan menimpakan azab bagi orang-orang yang mengotori
jiwanya dengan kejahatan dan kefasikan seperti yang dilakukan kaum Tsamut.
Pada ayat 1-7 berisi sumpah yang merupakan bukti kekuasaan dan rahmat Allah swt.
Pada ayat 8-10, Allah swt mengilhamkan kepada setiap jiwa yang diciptakan-Nya berupa
kefasikan (kejahatan) dan ketaqwaan. Maksudnya, Allah swt mengilhamkan kepada manusia
jalan berupa kebaikan dan keburukan.
Beruntunglah orang-orang yang menyucikan diri dengan taat kepada Allah swt dan
membersihkannya dari akhlak-akhlak tercela. Sebaliknya, merugilah orang-orang yang
mengotori dirinya dengan perbuatan-perbuatan maksiat dan meninggikan ketaatan kepada
Allah swt.
B. QS. Ali-Imran ayat 190 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
1. Membaca QS. Ali-Imran ayat 190 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
ات أِل ُ و يِل
ٍ ار آَل ي ِ ض و اخ تِ اَل ِ َّ إِ َّن يِف َخ ْل ِق
َ ِ الن َه
َّ ف اللَّ ْي ِل َو ْ َ ِ الس َم َاو ات َو ا أْل َ ْر
ِ ا أْل َ لْ ب
اب َ
2. Arti kosakata QS. Ali-Imran ayat 190 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
3. Kandungan QS. Ali-Imran ayat 190 tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
Surah ini menjelaskan bahwa dalam proses penciptaan langit dan bumi serta fenomena silih
bergantinya siang dan malam terdapat tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah swt, bagi
orang-orang yang memiliki akal sempurna dan memiliki kecerdasan untuk berpikir.
Ibnu Katsir menjelaskan, surah ini memotivasi kita untuk merenungi dan memperhatikan segala
sesuatu yang ada di langit dan bumi, mencakup ketinggian langit dan keluasan bumi, tata letak
dan semua yang ada padanya, baik yang bergerak maupun diam, seperti lautan, gunung, hutan,
pepohonan, hewan dsb.
Ulul albab menurut Ibnu Katsir adalah orang-orang yang selalu taat kepada Allah swt dan
merenungkan ciptaan-Nya. Memahami pemciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan
malam merupakan tanda kekuasaan Allah swt.
Ayat ini memberikan hikmah dan pelajaran bahwa Al-Qur’an adalah sumber informasi dan
konfirmasi bagi akal. Akal tidak boleh melampaui dan bertentangan dengan Al-Qur’an. Islam
menuntun agar kehebatan akal dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi sebagaimana yabg diisyaratkan oleh ayat ini melalui keagungan penciptaan langit dan
bumi serta fenomena pergantian siang dan malam.
D. Menerapkan kandungan QS. Asy-Syams ayat 1-10 dan QS. Ali-Imran ayat 190 dan HR. Bukhari dari
Abu Hurairah ra tentang kekuasaan dan rahmat Allah swt.
1. Allah swt bersumpah dengn waktu, artinya hidup di dunia ini hanya sementara dan singkat,
hendaknya kita manfaatkan waktu untuk senantiasa taat kepada Allah swt dan mengerjakan
amal shalih.
2. Manusia diberi akal, maka harus memilih jalan kebenaran dan menjauhi jalan kebatilan.
3. Keagungan Allah swt dalam penciptaan langit dan bumi serta fenomena pergantian dan malam
sebagai tanda bahwa tidak ada Tuhan yang dapat menandingi kebesaran dan kekuasaan Allah
swt, sehingga kita harus tunduk kepada-Nya.
4. Allah swt memiliki sifat ar-Rahman, artinya Allah swt tetap memberikan rahmat dan kasih
sayang kepada semua hamba-Nya meskipun mereka telah mengingkarinya. Hendaknya kita
sebagai manusia menerapkan sifat tersebut dengan saling menghormati dan menyayangi antar
sesama.
Bab 3
Membiasakan Sifat Pemurah dan Menjauhi Sifat Kikir
Tujuan Pembelajaran :
1. Membaca QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra
tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
2. Menerjemahkan QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra
tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
3. Menjelaskan isi kandungan QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin
Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
4. Menerapkan perilaku yang mencerminkan QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim dari Abu Hurairah
rad an Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
5. Menghafal QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra
tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
Pemurah atau dermawan merupakan salah satu sifat terpuji yang dianjurkan dalam Islam. Dermawan
adalah memberikan harta dengan senang hati tanpa mengharap imbalan. Sementara kikir merupakan
sifat tercela yang harus dihindari. Kikir adalah menahan harta pada situasi yang semestinya harus
memberi.
Pada hakikatnya , harta yang dibelanjakan untuk kebaikan orang lain sesungguhnya kembali kepada
orang yang membelanjakannya. Tidak akan hilang justru berkembang, pahalanya akan terus mengalir.
Hidup ini sementara, hidup yang hakiki dan kekal adalah di akhirat. Kenikmatan harta di dunia bersifat
sementara, cepat dan sedikit, sedangkan yang hakiki dan banyak adalah di akhirat.
A. QS. Al-Lail ayat 1-11 tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir
1. Membaca QS. Al-Lail ayat 1-11 tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
ار إِ َذا َت َجلَّ ٰى○ َو َم ا َخ َل َق ال َّذ َك َر َواأْل ُ ْن َث ٰى○إِنَّ َس عْ َي ُك ْم
ِ َواللَّ ْي ِل إِ َذا َي ْغ َش ٰى○ َوال َّن َه
ُْس َن ٰى○ َف َس ُن َي ِّس ُرهُ ل ِْلي ُْس َر ٰى○ َوأَمَّا َمن َ َل َش َّت ٰى○ َفأَمَّا َمنْ أَعْ َط ٰى َوا َّت َق ٰى○ َو
ْ ص َّد َق ِب ْالح
ب ِب ْالحُسْ َن ٰى○ َف َس ُن َي ِّس ُرهُ ل ِْلع ُْس َر ٰى○ َو َم ا ي ُْغنِي َع ْن ُه َمالُ ُه إِ َذاَ َب ِخ َل َواسْ َت ْغ َن ٰى○ َو َك َّذ
○َت َر َّد ٰى
2. Arti kosakata QS. Al-Lail ayat 1-11 tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
Artinya :
“Demi malam apabila menutupi (1) dan siang apabila terang benderang (2) dan penciptaan laki-
laki dan perempuan (3) sesungguhnya usaha kamu memang berbeda-beda. (4) Adapun orang
yang memberikan dan bertakwa, (5) dan membenarkan adanya pahala yang terbaik, (6) maka
Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. (7) Dan adapun orang-orang yang
bakhil dan merasa dirinya cukup (8) serta mendustakan pahala yang terbaik (9), maka kelak
Kami akan menyiapkan baginya yang sukar. (10) Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila
dia telah binasa. (11)”
3. Kandungan QS. Al-Lail ayat 1-11 tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
Surah al-Lail adalah surah ke 29 terdiri atas 21 ayat diturunkan setelah surah al-A’la. Termasuk
surah Makiyyah karena diturunkan sebelum Nabi Muhammad saw hijrah. Secara umum surah ini
menjelaskan keuntungan bagi orang yang gemar bershadaqah dan akibat yang didapat bagi
orang yang kikir.
Ayat 1-3, Allah swt bersumpah demi waktu malam, siang, dan penciptaan laki-laki dan
perempuan semuanya menunjukkan kebesaran dan kekuasaan Allah swt.
Ayat 4, menjelaskan tentang macam-macam perbuatan manusia, ada yang mengerjakan
kebaikan da nada pula yang mengerjakan keburukan.
Ayat 5-7, menjelaskan bahwa barang siapa yang bertaqwa dan memberikan hartanya di jalan
Allah swt, akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat berupa surga.
Ayat 8-11 menjelaskan bahwa barang siapa yang kikir dan enggan meminta pertolongan kepada
Allah swt, akan mendapat kesengsaraan dan hartanya tidak akan bermanfaat baginya.
B. HR. Muslim dari Abu Hurairah ra dan Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat
kikir
1. Membaca HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan
menjauhi sifat kikir
ت َ َم ا َن َق : َعنْ َر ُس ْو ِل هَّللا ِ ﷺ َق ا َل,ُض َي هللاُ َع ْن ه
ْ ص ِ َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة َر
َ َو َما َت َو، َو َما َزادَ هَّللا ُ َع ْب ًدا ِب َع ْف ٍو إِاَّل عِ ًّزا،ال
رواه ( ُ اض َع أَ َح ٌد هَّلِل ِ إِاَّل َر َف َع ُه هَّللا ٍ صدَ َق ٌة ِمنْ َم َ
)مسلم
2. Arti kosakata HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah
dan menjauhi sifat kikir
Artinya :
“Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda : “tidaklah shadaqah itu mengurangi harta, dan
tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada
saudaranya), kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan
diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat).”
3. Kandungan HR. Muslim dari Abu Hurairah rad an Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan
menjauhi sifat kikir
Hadits ini menunjukkan besarnya keutamaan dan kemuliaan sifat dermawan, pemaaf dan
tawadhu. Ketiganya merupakan sifat orang yang bertaqwa. Hadits ini memotivasi manusia
bahwa orang dermawan akan di jamin Allah swt dan harta bendanya akan bertambah.
Mendapatkan kebahagiaan karena orang disekitarnya merasa senang dan mendoakannya.
Mendapatkan ampunan dan kemuliaan dari Allah swt, sebagaimana firman-Nya :
ِ َّ و م ا أَ ْن َف ْق ت م ِم ن ش ي ٍء َف ه و خُيْ لِ ُف ه ۖ و ه و خ ي ر...
َ الر ِاز ق
. ني َُْ َُ َ ُ َُ ْ َ ْ ُْ ََ
Arti nya :
“… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dialah
Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba. 39)
Shadaqah akan menambah keberkahan kepada harta dan harta ti dak akan
merusakannya di dunia. Mendapatkan pahala dan tambahan kebaikan yang
berlipat ganda di sisi Allah swt.
Orang yang bersifat pemaaf akan dihormati dan disenangi orang lain, di akhirat
mendapat pahala dan keutamaan di sisi Allah swt.
Orang yang tawadhu akan diangkat derajatnya di dunia dan akhirat. Tawadhu
adalah merendahkan diri dari kedudukan yang semesti nya dengan tujuan untuk
menghilangkan sifat ujub dan bangga terhadap diri sendiri, dengan niat
mendekatkan diri kepada Allah swt, bukan untuk kepenti ngan dunia.
C. Hadits Riwayat Muslim dari Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir.
1. Membaca HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir
((اَِّت ُق وا:ال
َ َاهلل صلى اهلل عليه وسلم ق ِ َن رس و َل ِ ِ
ْ ُ َ َّ َع ْن َجاب ِر بْ ِن َعْبد اهلل رضي اهلل عنه أ
ِ
ك َم ْن َك ا َن َ َالش َّح أ َْهل ُّ َو َّات ُق وا،ات َي ْو َم الْ ِقيَ َام ِة
ُّ الش َّح؛ فَ ِإ َّن ٌ الظُّْل َم؛ فَ ِإ َّن الظُّْل َم ظُلُ ُم
.استَ ِحلُّ ْوا حَمَا ِر َم ُه ْم))؛ رواه مسلم ِ
ْ َو،َقْبلَ ُك ْم؛ مَحَلَ ُه ْم َع ٰلى أَ ْن َس َف ُك ْوا د َماءَ ُه ْم
2. Arti kosakata HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir
Artinya :
Jabir bin Abdillah ra, Rasulullah saw bersabda :”takutlah kalian terhadap kezaliman !
Sesungguhnya kezaliman merupakan kegelapan (yang berlipat) di hari kiamat. Dan takutlah
kalian terhadap kikir ! Sesungguhnya kekikiran itu telah membinasakan umat sebelum kamu.
Mereka mendorong untuk menumpahkan darah dan menghalalkan semua yang telah
diharamkan terhadap mereka.”
3. Kandungan HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah ra tentang sifat pemurah dan menjauhi sifat kikir
Banyak umat Islam yang tidak menyadari bahwa dirinya telah menyakiti orang lain dan
membiarkannya tanpa meminta maaf. Ini disebabkan oleh egonya yang tinggi, dan
menganggapnya sepele karena kurang memahami ajaran Islam.
Sebenarnya perbuatan ini sangat berbahaya, karena akan menjadi bebannya di akhirat. Dia
harus mempertanggungjawabkannya, dan ini adalah salah satu bentuk kezaliman. Demi untuk
mencapai suatu tujuan, dia rela menghalalkan berbagai cara meskipun harus menyakiti sesame
manusia.
Sementara sifat bakhil atau kikir merupakan sifat buruk yang harus dihilangkan oleh setiap
manusia. Sebab sifat ini menjadi sumber utama kerusakan umat terdahulu, pemicu konflik,
menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkan, bahkan ingkar terhadap
perintah Allah swt, dan kufur terhadap nikmat-Nya, sebagaimana yang dilakukan oleh Qarun.
D. Menerapkan Kandungan QS. Al-Lail ayat 1-11 dan HR. Muslim tentang Sifat Pemurah dan Menjauhi
Sifat Kikir
1. Berusaha untuk menginfakkan sebagian rezeki yang diberikan Allah swt kepada orang yang
berhak menerimanya.
2. Berusaha menjadi hamba yang dicintai Allah swt dengan berinfak dan menjauhi sifat bakhil yang
dibenci Allah swt.
3. Senantiasa mensyukuri nikmat Allah swt dengan peduli kepada fakir miskin sehingga rezeki
menjadi berkah dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
4. Berusaha menjadi orang yang peduli terhadap sesama sehingga dicintai dan dihormati oleh
masyarakat.
5. Hendaknya berinfak murni karena Allah swt, bukan karena mengharap pujian dari orang lain.
Bab 4
Indahnya Membaca Al-Qur’an dengan Ilmu Tajwid
Tujuan Pembelajaran
Rasulullah saw menekankan kepada umatnya agar membaca al-Qur’an dengan fasih. Karena itu dalam
mempelajari al-Qur’an wajib berguru kepada orang yang memang mengerti dan ahli dalam membaca al-
Qur’an, serta menguasai ilmu tajwid.
Mad menurut bahasa artinya panjang. Menurut istilah mad adalah memanjangkan bacaan Al-Qur’an
apabila bertemu dengan huruf-huruf seperti alif, wau dan ya. Secara garis besar, hukum bacaan mad
dibagi menjadi dua, yaitu :
A. Mad Tabi’i
Menurut bahasa, mad artinya panjang, tabi’i artinya biasa. Menurut istilah memanjangkan bacaan
al-Qur’an saat menjumpai huruf-hurufnya. Huruf mad tabi’i ada 3, yaitu alif, ya, dan wau. Panjang
bacaannya adalah dua harakat atau satu alif.
ِ ِوما َكا َن – يِف ِجي ِدها – أَعوذُ ب
اهلل ُْ َ ْ ََ
B. Mad Wajib Muttasil
Menurut bahasa, mad artinya panjang, wajib artinya harus, muttasil artinya bersambung. Menurut
istilah adalah apabila ada huruf mad tabi’i bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kalimat.
Panjang bacaannya dua setengah alif atau lima harakat. Contoh :
َو َمآ اُِم ُر ْوآ اِاَّل – مآ اَ ْغىَن – يِف ْ اَ ْح َس ِن َت ْق ِومْيٍ – آَل اَ ْعبُ ُد
D. Pentingnya Membaca Al-Qur’an dengan Tartil
Tartil adalah cara membaca al-Qur’an dengan memperhatikan bacaan secara teliti, detail, perlahan-
lahan, dan membacanya berdasarkan kaidah ilmu tajwid yang baik dan benar. Sebagaimana QS. Al-
Muzammil ayat 4 :
Bab 5
Menumbuhkan Sikap Optimis dan Sabar
Tujuan Pembelajaran :
1. Membaca QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-Baqarah ayat 153 tentang sikap
optimis dan sabar.
2. Menerjemahkan QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-Baqarah ayat 153 tentang
sikap optimis dan sabar.
3. Menjelaskan isi kandungan QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-Baqarah ayat 153
tentang sikap optimis dan sabar.
4. Menerapkan perilaku yang mencerminkan QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-
Baqarah ayat 153 tentang sikap optimis dan sabar.
5. Menghafal QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-Baqarah ayat 153 tentang sikap
optimis dan sabar.
لََق ْد َخلَ ْقنَ ا ااْلِ نْس ا َن ْيِف. ووالِ ٍد َّو َم ا ولَ ۙ َد.ت ِح ۢلٌّ هِب ٰ َذا الَْبلَ ۙ ِد ِ هِب
َ ْ َواَن.ٓاَل اُقْس ُم ٰ َذا الَْبلَ ۙ ِد
َ َ ََ
ٗب اَ ْن مَّلْ َي َره س حَي
َا .اۗ ي ُق و ُل اَهلَ ْكت م ااًل لُّب د. اَحَي س ب اَ ْن لَّن يَّ ْق ِدر علَي ِه اَح ٌۘد. َكب ۗ ٍد
ُ َ ْ ًَ َ ُ ْ ْ َ َ َْ َ ْ ُ َْ َ
ِ ۗ
ْ َو َه َد ْينٰهُ الن. َول َسانًا َّو َش َفَتنْي ۙ ِن. اَمَلْ جَنْ َع ْل لَّ ٗه َعْيَننْي ۙ ِن.اَ َح ٌد
.َّج َديْ ۙ ِن
2. Arti Kosakata QS. Al-Balad ayat 1-10 tentang Sikap Optimis dan Sabar.
Artinya :
Aku bersumpah dengan negeri ini (Mekah)(1), dan engkau (Muhammad), bertempat di negeri
(Mekah) ini (2), dan demi (pertalian) bapak dan anaknya (3). Sungguh, Kami telah menciptakan
manusia berada dalam susah payah (4). Apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada
sesuatu pun yang berkuasa atasnya? (5), Dia mengatakan, “Aku telah menghabiskan harta yang
banyak.” (6). Apakah dia mengira bahwa tidak ada sesuatu pun yang melihatnya? (7) Bukankah
Kami telah menjadikan untuknya sepasang mata, dan lidah dan sepasang bibir ?(9) Dan Kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan) (10).
3. Kandungan QS. Al-Balad ayat 1-10 tentang Sikap Optimis dan Sabar.
Surah ini adalah sumpah Allah swt menggunakan kota Makkah (Ummul Qura) yang didiami oleh
para penduduknya. Tujuannya untuk mengingatkan betapa muliannya kota tersebut ketika para
penduduknya melakukan ihram.
Ayat 1, Allah swt bersumpah dengan menyebut kota Makkah. Ibnu Katsir mengatakan, kata “la”
yang berarti “tidak” pada ayat tersebut merupakan penolakan terhadap orang-orang kafir.
Ayat 2, Allah swt mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad saw untuk berperang di kota
Makkah dalam satu saat di siang hari. Dalam kontek ini, yang boleh berperang hanya Rasulullah
saw saja, umat Islam yang lain di larang (diharamkan) oleh Allah swt, kecuali untuk beribadah
seperti haji dan umrah.
Ayat 3, Allah swt bersumpah dengan menyebut, “demi (pertalian) bapak dan anak”, maksud
bapak adalah Nabi Adam as, sedang anak adlah keturunan-keturunannya.
Ayat 4, “sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”. Menurut tafsir
Ibnu Katsir bahwa manusia itu (diciptakan) dalam kepayahan, yaitu hidupnya dipenuhi dengan
berbagai urusan yang sangat memayahkan dan memberatkan.
Ayat 5, “apakah dia (manusia) itu mengira bahwa tidak ada sesuatupun yang berkuasa
atasnya ?”. Maksudnya harta akan dipertanyakan, dari mana harta diperoleh, dan untuk apa
hartanya dikeluarkan atau dibelanjakan.
Ayat 6 dan 7, maksudnya manusia tidak menyadari bahwa Allah swt melihat dan mengaasi
perbuatannya.
Jadi ayat 1 – 9, Allah swt menjelaskan nikmat-nikmat yang diberikan kepada manusia berupa
sepasang mata, lidah, sepasang bibir.
Ayat 10, Allah swt telah memberi nikmat kepada manusia dan menunjukkan dua jalan, yaitu
apabila bersyukur itulah jalan kebaikan, apabila mengingkari nikmat itulah jalan keburukan.
Berdasarkan surah tersebut, Allah swt memerintahkan kita untuk bersyukur dan juga bersifat
sabar. Secara spesifik pada ayat 17 Allah swt memerintahkan kita untuk saling menasehati
dalam kesabaran dan saling mengasihi serta menyayangi satu sama lain. Segala masalah dalam
kehidupan harus dihadapi dengan sabar dan optimis.
Karena dalam menghadapi masalah atau cobaan jangan putus asa. Harus optimis kita mampu
menyelesaikannya. Mohon pertolongan kepada Allah swt dengan sabar dan melaksanakan
shalat.
D. Menerapkan Kandungan QS. Al-Balad ayat 1-10, QS. Az-Zumar ayat 53, QS. Al-Baqarah ayat 153
tentang sikap optimis dan sabar dalam Kehidupan sehari-hari.
1. Selalu optimis dan tidak putus asa apabila menghadapi kesulitan, karena Allah swt berjanji di
balik kesulitan terdapat kemudahan.
2. Berdoa dan tawakal kepada Allah swt di samping ikhtiar atau usaha.
3. Mensyukuri yang telah diberikan oleh Allah swt dengan cara menggunakannya dengan sebaik-
baiknya.
4. Merealisasikan syukur dengan cara mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah swt.
Bab 6
Menumbuhkan Sikap Optimis dan Sabar
Tujuan Pembelajaran :
1. Membaca HR. Muslim dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan, HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas ra,
dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra tentang sifat optimis dan sabar.
2. Menerjemahkan HR. Muslim dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan, HR. Tirmidzi dari Abdullah bin Abbas
ra, dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra tentang sifat optimis dan sabar.
3. Menjelaskan isi kandungan HR. Muslim dari Abu Yahya Shuhaib bin Sinan, HR. Tirmidzi dari Abdullah
bin Abbas ra, dan HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra tentang sifat optimis dan sabar.
4. Menerapkan kandungan hadits tentang sifat optimis dan sabar dalam kehidupan sehari-hari.
5. Memahami hikmah perilaku optimis dan sabar.
Optimis dan sabar merupakan dua sifat terpuji yang selalu beriringan dan tidak dapat dipisahkan. Dalam
hidup, kita harus optimis bukan pesimis dan mudah menyerah dalam mengejar mimpi serta berusaha
meraihnya. Ketika kita berusaha, Allah swt menguji kita berupa masalah maupun musibah, atau bahkan
keduanya. Pada titik tersebut, kesabaran adalah kunci untuk melewati ujian tersebut.
ب الْ ُم ْس لِ َم
ُ ي
ْ
ِ ال م ا ي
ص ُ َ َ ق
َ مَّ
ل س و
َ َ َْ ُ
َ
ِ عن أَيِب هري رةَ ر ِض ي اهلل عْن ه ع ِن النَّيِب ص لَّى اهلل علَي
ه َ ِّ َ ُ َ ُ َ َ َ ْ َُ ْ َ
الش ْو َكةُ يُ َش ا ُك َها اِاَّل َك َّفَر
َّ َحىَّت,ب َواَل َه ٍّم َواَل َحَز ٍن َواَل أَ ًذى َواَل َغ ٍّم
ٍص ٍص
َ ب َواَل َو َ َن
) (متفق عليه.ُاهللُ هِب َا ِم ْن َخطَايَاه
2. Arti Kosakata HR. Bukhari dan Muslim tentang sikap optimis dan sabar
Artinya :
Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda : “tidaklah seorang muslim tertimpa suatu
kelelahan, atau kekhawatiran, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya
melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.”
3. Isi kandungan HR. Bukhari dan Muslim tentang sikap optimis dan sabar
Hadits tersebut menjelaskan balasan bagi seorang muslim yang diberi ujian atau tertimpa
musibah. Musibah dijadikan Allah swt untuk menghapus semua kesalahan dan mendapatkan
tambahan kebaikan, dengan syarat bersabar dan ridha terhadap musibah itu.
D. Menerapkan Kandungan Hadits-Hadits tentang Sikap Optimis dan Sabar dalam kehidupan sehari-
hari
1. Meyakini bahwa semua yang terjadi di dunia telah Allah swt tetapkan sejak zaman azali di
Lauhul Mahfuz.
2. Meyakini bahwa segala perkara yang berlaku di dunia adalah kehendak Allah swt yang tidak
dapat dielak lagi.
3. Senantiasa beriman dengan sempurna kepada Allah swt dengan menjunjung tinggi segala
perintah-Nya.
4. Selalu bersyukur kepada Allah swt ketika senang dan bersabar ketika susah, serta optimis dalam
menjalani hidup.
5. Selalu berbaik sangka kepada Allah swt dan meyakini bahwa segala yang terjadi pada diri kita
bernilai kebaikan dan pahala di sisi Allah swt.
6. Senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dari Allah swt dan selalu optimis akan datangnya
pertolongan Allah swt.