2022/2023
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................2
DAFTAR ISI...........................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................6
A. Haji Wada’....................................................................................................6
A. Kesimpulan.................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awaal 11 H atau 8 Juni 632 M, Nabi
Muhammad SAW meninggal di rumah istrinya, Aisyah. Nabi Muhammad SAW
meninggal karena sakit, dalam usia 63 tahun, ketika posisi kepalanya sedang
bertumpu pada pangkuan Aisyah. Ketika Nabi Muhammad baru saja dinyatakan
meninggal, banyak kerabat dan para sahabat yang tidak percaya.
Maka sangat penting untuk bisa membaca peristiwa haji wada’ dan
wafatnya Rasulullah SAW dari berbagai sumber sejarah. Tujuannya adalah agar
bisa memahami bagaimana sejarah dituliskan. Paling tidak bisa menemukan
bagaimana seorang penulis sejarah Nabi mendapatkan sumber sejarah tersebut.
Hal ini tentu dapat dilihat pada misalnya referensi yang digunakan. Sejauh mana
penulis sejarah ini menempatkan sumber sebagai bagian penting dari penulisan
buku. Tujuan lain misalnya adalah untuk mengetahui seberapa komprehensif
penulisan peristiwa haji wada’ dan wafatnya Rasulullah SAW dilakukan.
1
Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2002), hal. 605
4
B. Rumusan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Haji Wada’
Menurut An-Nadwi, Haji Wada’ ini memiliki nilai yang sama dengan
seribu khutbah dan seribu pelajaran. Haji Wada’ merupakan representasi dari
sekolah yang berpindah, masjid yang berjalan, dan asrama tantara yang bergerak.
Haji Wada’ merupakan menjadi sejarah pendidikan penting bagi orang-orang
yang tadinya malas agar menjadi lebih baik. Haji Wada’ disebut juga dengan Haji
Balagh atau Haji Tamam serta masih banyak nama lainnya. Pada peristiwa Haji
Wada’ tercatat para pengikut lebih dari 100.000 jamaah. 2 Haji Wada’ ini juga bagi
kalangan umat Islam juga dapat disebut sebagai haji pamitan. Sebab, setelah
peristiwa ini, Rasulullah SAW tahun depan tidak akan lagi melaksanakan ibadah
haji. Pada tahun berikutnya, Rasululllah SAW telah wafat.3
2
Abdul Hasan ’Ali al-Hasani An-Nadwi, Sirah Nabawiyah: Sejarah Lengkap Nabi
Muhammad SAW, (Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2007), hal. 474
3
Khoirizi H Dasir, Yuk Dakwah Haji: Tawaran Materi bagi Pendakwah, (Bekasi:
Mario’s Publisher, 2019), hal. 32
6
akan ada lagi haji yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW. Haji ini
merupakan sebuah isyarat berakhirnya risalah kenabian Nabi Muhammad SAW.4
“Hai manusia dengarkan ucapkanku, karena aku tidak tahu apakah aku
dapat kembali bertemu kalian setelah tahun ini atau tidak di tempat ini. Hai
manusia, sesungguhnya darah dan harta kalian adalah haram bagai kalian
hingga kalian berjumpa dengan Allah sebagaimana haramnya hari dan bulan
kalian ini. Sesungguhnya kalian semua akan berjumpa dengan Tuhan kalian
4
M. Quraisy Shihab, Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan Al-Qur’an
dan Hadits-Hadits Shohih, (Tangerang: Lentera Hati, 2012), hal. 1043
5
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam
Jilid 2, (Jakarta: PT. Darul Falah, 2006), hal. 584
7
kemudian Dia akan menanyakan tentang amal perbuatan kalian. Sungguh hal ini
telah aku sampaikan. Barangsiapa pada dirinya terdapat amanah, hendaklah ia
menunaikannya kepada pihak yang memberikan amanah. Sesungguhnya, semua
riba dihapus terkecuali modal harta kalian, kalian tidak berlaku dhalim dan tidak
pula didhalimi, karena Allah telah menentukan bahwa hal tersebut termasuk riba.
Sesungguhnya riba Al-Abbas bin Abdul Muthalib semuanya adalah terhapus.
Sesungguhnya seluruh darah pada masa jahiliyah itu terhapus dan darah yang
pertama kali aku hapus ialah darah Ibnu Rab’iah bin AlHarits bin Abdul
Muthalib. Ia mencari wanita yang menyusui di Bani Laits kemudian dibunuh
orang-orang Hudzail….”
8
Sesuatu tersebut adalah sesuatu yang jelas yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan
Sunnah Rosullnya (Al-Hadits).”
9
Sesampainya di Mina, Nabi Muhammad SAW melempar jumrah
(batubatu) pada beberapa tempat yang telah ditentukan. Kaum Muslimin
mendirikan kemah Nabi Muhammad SAW dan beliau beristirhat sebentar dalam
kemah tersebut. Tidak lama kemudian, beliau bangun dan menyembelih 63 ekor
unta sebagai qurban dengan perhitungan seekor unta dalam setahunnya seumur
beliau. Saat Nabi Muhammad akan berangkat ke Madinah dengan membawa
seratus ekor unta untuk diqurbankan, sisa unta yang beliau sembelih 37 ekor unta
diserahkan kepada Ali RA agar menyembelihnya juga sebagai qurban. Setelah
Nabi Muhammad SAW mencukur rambut, maka selesai sudah ibadah haji beliau
yang populer dengan Hajjatul Wada atu Hajjatul Balagh dan terkenal juga dengan
nama Hajjatul Islam.7
Lima hari sebelum wafat, sakit Rasulullah SAW semakin parah dan suhu
bandanya semakin tinggi pada saat keadaan seperti ini Rasulullah SAW bersabda:
“Guyurkan air dari mana pun ke tubuhku, hingga aku bisa pergi untuk memenuhi
7
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 3, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2015), hal. 237
8
Muhammad Husen Haekal, Abu Bakar As-Siddiq, (Jakarta; Pt. Pustako Utera Antar
Nusa 2003), hal. 25
10
janjiku menemui orang-orang”. Setelah diguyurkan air dan merasa ringan
Rasulullah SAW masuk masjid dengan kepala yang diikat kemudian duduk diatas
mimbar, Rasulullah SAW pun bersabda dihadapan orang-orang yang berada di
masjid “Wahai semua orang, berkumpulah dihadapanku. Laknat Allah
dijatuhkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena mereka menjadikan
kuburan para nabi mereka sebagai tempat sujud. Janganlah kalian menjadikan
pusaranku nanti sebagai sesembahan.”
Dua hari sebelum wafat keadaan Nabi Muhammad sedikit lebih baik dan
pergi ke Masid untuk melaksanakan shalat Dzuhur berjamaah dan Rasulullah
SAW meminta agar Abu Bakar As-Siddiq tetap menjadi Imam shalat, Rasulullah
SAW duduk di samping kiri Abu Bakar As-Siddiq. Satu hari sebelum wafat
Rasulullah SAW memerdekakan para pembantu lelakinya, menyedekahkan enam
atau tujuh dinar yang Rasulullah SAW miliki. Senjata milik Rasulullah diberikan
kepada orang-orang Muslim.
Pada hari Senin, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun
ke bumi menemui Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Allah
menyuruh Malaikat Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah
lembut. Seandainya Rasulullah menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk.
Tetapi jika Rasulullah tidak mengizinkannya, dia tidak boleh masuk dan
hendaklah dia kembali saja.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah Swt. Dia
menyamar sebagai seorang biasa. Setelah sampai di depan pintu tempat kediaman
Rasulullah, Malaikat Maut pun berkata: “Assalamualaikum wahai ahli rumah
11
kenabian, sumber wahyu dan risalah!” Fatimah pun keluar menemuinya dan
berkata kepada tamunya itu: “Wahai Abdullah (hamba Allah), Rasulullah
sekarang dalam keadaan sakit.”
12
Rasa sakit Rasulullah semakin parah dan semakin berat. Pengaruh racun
yang pernah Rasulullah SAW termakan saat di Khaibar, yaitu racun yang
disusupkan seorang wanita Yahudi yang bernama Zainab Bin Harits kedalam
daging yang Rasulullah makan, sehingga menambah parah sakit yang di rasakan.
Dan Rasulullah SAW bersabda kepada Aisyah: “Wahai Aisyah, rasanya aku
masih merasa sakit akibat dari racun yang aku makan pada waktu di Khaibar.
Mungkin inilah saatnya aku merasakan bagaimana terputusnya nadiku, karena
racun itu.” Menjelang Rasulullah SAW wafat Aisyah mendekap tubuhnya dan
menceritakan peristiwa yang memilikan. “Salah satu dari nikmat Allah SWT
bagiku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, di hari giliranku
sehingga pada saat terakhir beliau berada dalam pelukan.”
Abu Bakar As-Siddiq keluar dari masjid setelah melihat jasad Rasulullah
SAW. Umar Bin Khatab kehilangan kesadarannya dan Abu Bakar As-Siddiq
menghampiri Umar Bin Khatab yang sedang berbicara di hadapan orang-orang,
Abu Bakar As-Siddiq membaca syahadat dan berkata: “Barangsiapa yang
9
Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wa An-Nihayah, (Damaskus 774 H), hal. 806
13
menyembah Muhammad, ketahuilah bahwa dia telah meninggal dunia. Dan
barangsiapa yang menyembah Allah, maka dia Maha hidup dan tidak akan
pernah mati”.10
Lalu Abu Bakar As-Siddiq membaca surat Ali-Imran ayat 144 yang
artinya: “Muhammad itu tidak lain seorang rasul, sungguh telah berlalu
sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu
berbealik kebelakang (murtad)?.” (Qs. Ali-Imran: 144).
BAB III
PENUTUP
10
Ibnu Hisyam, As-Sirah An- Nabawiyah, (Darul Kitab Al-Arabi, Beirut 312), hal. 307
11
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta:
UI Press 1993), hal. 21
14
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
15
Al-Muafiri, Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam. 1994. As-Sirah An-
Nabawiyah li Ibni Hisyam. Beirut: Darul Fikr.
Dasir, Khoirizi H. 2019. Yuk Dakwah Haji: Tawaran Materi bagi Pendakwah.
Bekasi: Mario’s Publisher.
Haekal, Muhammad Husen. 2003. Abu Bakar As-Siddiq. Jakarta: Pt. Pustako
Utera Antar Nusa.
Hasan, Hasan Ibrahim. 2009. Sejarah Kebudayaan Islam 1. Jakarta: Kalam Mulia.
Shihab, M. Quraisy. 2012. Membaca Sirah Nabi Muhammad SAW dalam Sorotan
AlQur’an dan Hadits-Hadits Shohih. Tangerang: Lentera Hati.
Sjadzali, Munawir. 1993. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah dan
Pemikiran. Jakarta: UI Press.
16