Makalah:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Qawaid al-Tafsir
Oleh:
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Iffah, M.Ag.
Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul “Kaidah ‘Am dan Khas” ini
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad saw.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Qawaid al-Tafsir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kaidah ‘amm dan khas khususnya dalam penafsiran Al-Qur’an bagi para pembaca dan
penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hj. Iffah, M.Ag., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Qowaid al-Tafsir yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan pembelajaran yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
A. Kesimpulan................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,
dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa Arab memiliki
berbagai macam dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit dijumpai lafaz yang kadang kala
bisa memiliki berbagai macam arti. Maka dari itu sangat logis jika bahasa Arab termasuk
komponen penting yang digunakan untuk memahami hukum syara’ yang bersumber dari
Al-Qur’an. Sama halnya dengan bahasa Arab yang sangat diperlukan dalam mempelajari
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Ada sebuah pembahasan mengenai lafaz,
yaitu ungkapan yang membuat kita dapat memahami suatu hal.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Am dan Khas
‘Am secara bahasa memiliki arti “umum”. Dikatakan demikian karena mencakup
suatu hal secara umum tanpa ada batasan pada jumlah tertentu. Lafaz ‘am meliputi
satuan-satuan (al-afrad) sesuai dengan makna lafaznya1. Hal ini sebagaimana yang
dituliskan oleh Muhammad Umar Saifuddin dalam tesisnya 2, bahwa Syeikh al-Khudari
Beik menjelaskan mengenai pengertian al-‘am yakni
ٍ
مفهوم ِ ِالعام هو اللفظ الدال علي است
غراق أفراد ُ
“Al-‘am merupakan lafaz yang menunjukkan pada pengertian yang tercakup
didalamnya sejumlah objek atau satuan yang banyak.”
Imam Al-Ghazali mendefinisikan ‘am yakni suatu lafaz yang menunjukkan dua
makna atau lebih.3 ‘Am didefinisikan oleh Imam al-Badzawi sebagai lafaz yang
mencakup semua yang cocok untuk lafaz tersebut dengan satu kata. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut maka dapat dituliskan bahwa ‘am merupakan suatu kata yang
didalamnya meliputi berbagai hal yang merupakan bagian dari kata itu tanpa ada batas.
Lafaz khas merupakan lawan dari lafaz ‘amm, karena ia tidak menghabiskan
semua apa yang pantas baginya tanpa pembatasan.4 Jika lafaz ‘am memberikan arti
umum, maka lafaz khas secara bahasa (etimologi) adalah suatu lafaz yang menunjukan
makna khusus.5 Khas adalah suatu lafaz yang mengandung arti yang jelas baik jenis,
bilangan, bentuk ataupun ketentuan lainnya. Jika pada suatu nash mengandung makna
1
M. Noor Harisudin, Ilmu Ushul Fiqih I, (Jember, 2020), h. 130
2
Muhammad Umar Saifuddin, TESIS: PERDEBATAN AL-‘AMM, AL-KHASS, DAN AL-QIYAS (Studi Kritik
Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi Mengenai Perkembangan Harta Wajib Zakat), IAIN Ponorogo 2018, h. 31
3
Misbahuddin, Ushul Fiqh II, (Makassar: Alauddin Press, 2015), h. 6
4
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: LiteraAntar Nusa, 2011) h.. 319
5
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-Qur’an, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 185.
5
khas maka dapat ditetapkan sebuah hukum yang pasti, selama tidak ada dalil yang
mentakwilnya atau menghendaki makna lain dari padanya.6
6
Abdul Wahid Mahrus, Memahami Fiqih, (Bandung: Armico, 2006), h. 78
7
Muhammad Amin Sahib, LAFAZ DITINJAU DARI SEGI CAKUPANNYA (‘Am-Khas-Muthlaq-Muqayyad),
Jurnal Hukum Diktum, Vol. 14, No. 2, 2016, h. 139-140
8
QS. Al-Ankabut ayat 57
9
Muhammad Umar Saifuddin, Op.Cit, h. 34
10
QS. Al-‘Ashr ayat 2
11
QS. An-Nisa’ ayat 11
6
صلَ ْو َن َسعِْيًرا ِهِن ِ ِ ِ12
ْ َا َّن الَّذيْ َن يَْأ ُكلُ ْو َن اَْم َو َال الْيَت ٰٰمى ظُْل ًما امَّنَا يَْأ ُكلُ ْو َن يِف ْ بُطُْو ْم نَ ًارا ۗ َو َسي
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).”
5. Isim Syarth ( أين, متي, ما, )منdan sebagainya
ۖ
صطُ َواِلَْي ِه تُ ْر َجعُ ْو َن ٰ ِ ْ َضا َح َسنًا َفيُضٰعِ َف ٗ_ه لَهٗ ٓ ا
ُ ِض َعافًا َكثْيَرةً ۗ َواللّهُ َي ْقب
ُۣ ض َو َيْب ٰ من ذَا الَّ ِذي ي ْق ِر13
ً ض اللّهَ َق ْر
ُ ُْ َْ
Terjemahnya:
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”
Lafaz nash dapat dikategorikan kepada al-Khas, bila lafaz tersebut diungkapkan
dalam bentuk atau karakteristik berikut:
a. Diungkapkan dalam bentuk jumlah atau bilangan dalam satu kalimat. Contohnya pada
QS. Al-Baqarah ayat 228, maksud ayat tersebut adalah seorang wanita yang ditolak
oleh suaminya hendaknya ber-'iddah selama tiga kali haid/suci. Dalam ayat tersebut
terdapat lafaz 'adad (jumlah) yaitu lafaz ( ثالثtiga), sehingga dapat dipahami bahwa
lafaz diatas termasuk lafaz khas karena diungkapkan dengan jumlah atau bilangan.
b. Menyebutkan jenis, golongan atau nama sesuatu atau nama seseorang. Contohnya
pada QS. Al-Fathayat 29: ِ حم َّم ٌد َّرس (و ُل. Lafaz "Muhammad di atas
اهلل termasuk lafaz
ُْ َ
khas, karena menunjuk kepada satu pengertian yaitu Nabi Muhammad saw.14
c. Suatu lafaz yang diberi batasan dengan sifat atau idofah. Seperti pada QS. An-Nisa’
ayat 92. Lafaz “ُّمْؤ ِمنَ ( ( ٍ(ة ” َر َقبَ( ( ٍ(ةyang artinya “Hamba sahaya yang beriman” adalah
mengandung pengertian khusus, karena mengacu pada satu jenis saja, yaitu hamba
sahaya yang beriman.15
12
QS. An-Nisa’ ayat 10
13
QS. Al-Baqarah ayat 245
14
Romli, Studi Perbandingan Usul al-Fiqh, hal. 284
7
C. Pembagian ‘Am dan Khas
Pembagian ‘Am
15
Muhammad Umar Saifuddin, Op. Cit, hal. 42
16
Muhammad Amin Sahib, Op.Cit, h. 140-141
8
Mukhassis dibagi menjadi dua bentuk:
ِّساۤ ِٕى ُك ُما ٰلّيِت ْ َد َخ ْلتُ ْم هِبِ ۖ َّن َو َربَاۤ ِٕىبُ ُك ُما ٰلّيِت ْ يِف ْ ُح ُج ْو ِر ُك ْم ِّم ْن
َن
Terjemahnya:
“Anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri
yang telah kamu campuri”. Maksud dari kalimat نِّ َس ( (اۤ ِٕى ُك ُمadalah istri yang sudah
d) Gayah (batas sesuatu). Lafaz yang digunakan biasanya إىلatau حىت. Seperti pada QS.
Al-Baqarah ayat 187: الصيَ َام اِىَل الَّْي ۚ ِل
ِّ مُثَّ اَمِت ُّوا, yang artinya ““Kemudian sempurnakanlah
puasa sampai malam”.
e) Sebagian ganti keseluruhan (badalual-ba’di min al-Kulli). Seperti pada QS. Ali
2. Mukhassis Munfasil.
17
Basiq Djalil, Ilmu Usul Fiqih (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 87
18
Manna’ Khalil al-Qattan, Loc.Cit.
19
Ibid.
9
Mukhassis munfasil adalah mukhassis yang terdapat di tempat lain, baik ayat, hadis,
ijma’, ataupun qiyas. Contoh yang di-takhsis oleh Qur’an ialah: ص َن بِاَْن ُف ِس ِه َّن ُ َوالْ ُمطَلَّ ٰق
ْ َّت َيَتَرب
( ثَ ٰلثَ (ةَ ُقُرْۤو ۗ ٍءQS. Al-Baqarah ayat 228). Ayat ini adalah ‘amm, mencakup setiap istri yang
dicerai baik dalam keadaan hamil maupun tidak, sudah digauli maupun belum. Tetapi
ٍ ِعد
dan firman-Nya: َّة ( مَتَ ُّس ْو ُه َّن فَ َما لَ ُك ْم َعلَْي ِه َّن ِم ْنQS. Al-Ahzabayat 49).20
Dalalah ‘Am
Adanya lafaz ‘am dan khas dalam Al-Qur’an tentu memiliki tujuan dan maksud
tertentu. Adapun pendapat jumhur ulama, diantaranya Syafiiyah memandang bahwa lafaz
‘am itu zhanni dalalahnya atas setiap satuan-satuan didalamnya.21 Sehingga mereka
berpendapat bahwa dalam melakukan penafsiran apabila menjumpai ayat yang terdapat
lafaz ‘am hendaklah berijtihad dengan mencari dan mengkaji ayat ataupun hadis yang
men-takhsis lafaz tersebut. Ulama’ Hanafiyah memiliki pandangan yang berbeda, mereka
berpendapat bahwa dalalah ‘am itu qath’iy selagi tidak ada dalil lain yang men-takhsis-
nya.
Dalalah Khas
Semua ulama sepakat bahwa dilalah lafaz khas adalah qathi. Dikatakan qathi apabila
tidak ada dalil yang memalingkannya atau mengubahnya kepada makna lain. Yang
menjadi qathi di sini tidak hanya dalalahnya saja, tetapi juga hukum yang menyertainya.
Jika kita menemukan lafaz khas dalam Al-Qur’an, maka dapat disimpulkan memakai arti
yang hakiki selama tidak ada yang memalingkan. Namun, ada juga perbedaan dalam sifat
ke-qathi-annya.
Menurut pendapat Hanafiyah, lafaz khas ini sudah qathi. Mereka mengatakan
bahwa sebenarnya lafaz khas telah memiliki arti tersendiri. Dengan maksud kata lafaz
tersebut juga sudah sangat jelas dengan ketentuannya. Karena mereka berpendapat bahwa
20
Ibid, h. 320
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
‘Am adalah suatu kata yang memiliki pengertian umum, didalamnya mengandung
banyak satuan yang merupakan bagian dari kata itu tanpa ada batas tertentu. Khas ialah
suatu lafaz yang menunjukkan makna khusus, didalamnya mengandung kriteria tertentu,
seperti nama, bilangan, dan lain sebagainya.
22
Misbahuddin, Op.Cit, hal. 13.
11
Karakteristik lafaz ‘am dan khas ada banyak. Salah satu contoh karakteristik lafaz
‘am ialah lafaz-lafaz jamak seperti kullu, ayyu, dan sebagainya. Sedangkan untuk khas
sendiri, salah satunya ialah sebagaimana lafaz tsalatsa pada QS. Al-Baqarah ayat 228,
yakni dengan menyebutkan jumlah atau bilangannya.
Pembagian ‘am yakni terbagi menjadi tiga, ‘Am Yuradu bihi ‘am, ‘Am Yuradu
bihi Khas, dan ‘am Muthlaq. Sedangkan khas sendiri terbagi atas Mukhassis Muttasil dan
Mukhassis Munfasil.
Mengenai dalalah ‘am, jumhur ulama memandang bahwa dalalah ‘am itu zhanni.
Hal ini berbeda dengan ulama Hanafiyah yang memandang bahwa dalalah ‘am itu qath’i.
Sedangkan mengenai lafaz khas, seluruhnya berpendapat bahwa dalalahnya ialah qath’i.
DAFTAR PUSTAKA
Djalil, Basiq. Ilmu Usul Fiqih (2010) Jakarta: Prenada Media Group
Ikhwan, Mohammad Nor. Memahami Bahasa Al-Qur’an (2002) Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002
12
Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (2011) Bogor: LiteraAntar Nusa
Saifuddin, Muhammad Umar. TESIS: PERDEBATAN AL-‘AMM, AL-KHASS, DAN AL-QIYAS (Studi Kritik
Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi Mengenai Perkembangan Harta Wajib Zakat) (2018) IAIN Ponorogo
13