Anda di halaman 1dari 13

KAIDAH ‘AM DAN KHAS

Makalah:
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Qawaid al-Tafsir

Oleh:

AISYAH NABILAH AWALIYAH 07040320110

CHINTYA ALYA KHARISMA 07040320116

Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Iffah, M.Ag.

PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt., yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelasaikan tugas makalah yang berjudul “Kaidah ‘Am dan Khas” ini
tepat pada waktunya. Sholawat dan salam semoga senantiasa kita haturkan kepada Nabi
Muhammad saw.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Qawaid al-Tafsir. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang kaidah ‘amm dan khas khususnya dalam penafsiran Al-Qur’an bagi para pembaca dan
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hj. Iffah, M.Ag., selaku dosen
pembimbing mata kuliah Qowaid al-Tafsir yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan pembelajaran yang kami tekuni. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 18 September 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................4

C. Tujuan Penulisan.........................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Pengertian ‘Am dan Khas............................................................................................5

B. Karakteristik Lafaz ‘Am dan Khas..............................................................................6

C. Pembagian ‘Am dan Khas............................................................................................8

D. Dalalah ‘Am dan Khas...............................................................................................10

BAB III.....................................................................................................................................12

PENUTUP................................................................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.,
dengan menggunakan bahasa Arab. Sebagai bahasa Al-Qur’an, bahasa Arab memiliki
berbagai macam dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit dijumpai lafaz yang kadang kala
bisa memiliki berbagai macam arti. Maka dari itu sangat logis jika bahasa Arab termasuk
komponen penting yang digunakan untuk memahami hukum syara’ yang bersumber dari
Al-Qur’an. Sama halnya dengan bahasa Arab yang sangat diperlukan dalam mempelajari
ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Qur’an. Ada sebuah pembahasan mengenai lafaz,
yaitu ungkapan yang membuat kita dapat memahami suatu hal.

Dalam menggali hukum terutama hukum syariah, tidak terlepas


dari pembahasan kebahasaan karena penggalian hukum syariat menyangkut lafaz. Dalam
kenyataannya lafaz-lafaz yang terdapat dalam nash syara’ itu beraneka ragam, para ulama
telah menyusun kaidah-kaidah atau ketentuan yang dapat digunakan untuk memahami
nash-nash Al-Qur’an secara sistematik. Kaidah-kaidah tersebut bisa berupa kaidah yang
terkait dengan masalah kebahasaan, hukum, ilmu-ilmu Al-Qur’an, dan lain sebagainya.
Dalam makalah ini, kami akan mencoba untuk membahas tentang beberapa kategori lafaz
atau redaksi, khususnya dalam hal lafaz ‘am dan khas, di mana makna dari sebuah lafaz
tersebut dipengaruhi oleh kata atau kalimat lain yang bergandengan dengannya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pengertian ‘am dan khas?


2. Apasajakah karakteristik ‘am dan khas?
3. Bagaimanakah pembagian ‘am dan khas?
4. Bagaimanakah dalalah ‘am dan khas?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk memahami pengertian ‘am dan khas


2. Untuk mengetahui karakteristik ‘am dan khas
3. Untuk mengetahui pembagian ‘am dan khas
4. Untuk memahami bagaimana dalalah ‘am dan khas

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian ‘Am dan Khas

A.1. Pengertian ‘Am

‘Am secara bahasa memiliki arti “umum”. Dikatakan demikian karena mencakup
suatu hal secara umum tanpa ada batasan pada jumlah tertentu. Lafaz ‘am meliputi
satuan-satuan (al-afrad) sesuai dengan makna lafaznya1. Hal ini sebagaimana yang
dituliskan oleh Muhammad Umar Saifuddin dalam tesisnya 2, bahwa Syeikh al-Khudari
Beik menjelaskan mengenai pengertian al-‘am yakni

ٍ
‫مفهوم‬ ِ ِ‫العام هو اللفظ الدال علي است‬
‫غراق أفراد‬ ُ
“Al-‘am merupakan lafaz yang menunjukkan pada pengertian yang tercakup
didalamnya sejumlah objek atau satuan yang banyak.”
Imam Al-Ghazali mendefinisikan ‘am yakni suatu lafaz yang menunjukkan dua
makna atau lebih.3 ‘Am didefinisikan oleh Imam al-Badzawi sebagai lafaz yang
mencakup semua yang cocok untuk lafaz tersebut dengan satu kata. Berdasarkan
definisi-definisi tersebut maka dapat dituliskan bahwa ‘am merupakan suatu kata yang
didalamnya meliputi berbagai hal yang merupakan bagian dari kata itu tanpa ada batas.

A.2. Pengertian Khas

Lafaz khas merupakan lawan dari lafaz ‘amm, karena ia tidak menghabiskan
semua apa yang pantas baginya tanpa pembatasan.4 Jika lafaz ‘am memberikan arti
umum, maka lafaz khas secara bahasa (etimologi) adalah suatu lafaz yang menunjukan
makna khusus.5 Khas adalah suatu lafaz yang mengandung arti yang jelas baik jenis,
bilangan, bentuk ataupun ketentuan lainnya. Jika pada suatu nash mengandung makna

1
M. Noor Harisudin, Ilmu Ushul Fiqih I, (Jember, 2020), h. 130
2
Muhammad Umar Saifuddin, TESIS: PERDEBATAN AL-‘AMM, AL-KHASS, DAN AL-QIYAS (Studi Kritik
Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi Mengenai Perkembangan Harta Wajib Zakat), IAIN Ponorogo 2018, h. 31
3
Misbahuddin, Ushul Fiqh II, (Makassar: Alauddin Press, 2015), h. 6
4
Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, (Bogor: LiteraAntar Nusa, 2011) h.. 319
5
Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-Qur’an, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 185.
5
khas maka dapat ditetapkan sebuah hukum yang pasti, selama tidak ada dalil yang
mentakwilnya atau menghendaki makna lain dari padanya.6

B. Karakteristik Lafaz ‘Am dan Khas

Karakteristik Lafaz ‘Am

Adapun bentuk lafaz yang menunjukkan ‘am:

1. Lafaz jamak seperti kull, jami’, ayyu7


Contoh:
ِ ‫س َذٓاِئَقةُ ٱلْمو‬
‫ت‬ ٍ ‫ ُك ُّل َن ْف‬8
َْ
“Tiap-tiap yang bernyawa pasti akan mati”

2. Lafaz mufrad dan jama’ yang di-ma’rifat-kan dengan alif-lam jinsiyah9


Contoh:

‫اِ َّن ااْلِ نْ َسا َن لَِف ْي ُخ ْس ۙ ٍر‬10


Yakni terdapat pada lafaz al-insan. Lafaz insan sendiri merupakan isim mufrad yang
di-ma’rifat-kan dengan alif-lam jinsiyah, karena itulah ia merupakan lafaz ‘am yang
mencakup seluruh objek yang bernama manusia.
3. Lafaz jama’ yang di-ta’rif-kan dengan idhafah
Contoh:

‫يُ ْو ِصْي ُك ُم ال ٰلّهُ يِف ْٓي اَْواَل ِد ُك ْم‬11


Lafaz aulad merupakan lafaz jama’ dengan posisi nakirah, karena ia diikuti oleh lafaz
kum, maka posisinya menjadi ma’rifat.
4. Isim mausul (‫ ما‬,‫الذين‬,‫ التي‬,‫ ) الذي‬dan sebagainya
Contoh:

6
Abdul Wahid Mahrus, Memahami Fiqih, (Bandung: Armico, 2006), h. 78
7
Muhammad Amin Sahib, LAFAZ DITINJAU DARI SEGI CAKUPANNYA (‘Am-Khas-Muthlaq-Muqayyad),
Jurnal Hukum Diktum, Vol. 14, No. 2, 2016, h. 139-140
8
QS. Al-Ankabut ayat 57
9
Muhammad Umar Saifuddin, Op.Cit, h. 34
10
QS. Al-‘Ashr ayat 2
11
QS. An-Nisa’ ayat 11
6
‫صلَ ْو َن َسعِْيًرا‬ ِ‫هِن‬ ِ ِ ِ12
ْ َ‫ا َّن الَّذيْ َن يَْأ ُكلُ ْو َن اَْم َو َال الْيَت ٰٰمى ظُْل ًما امَّنَا يَْأ ُكلُ ْو َن يِف ْ بُطُْو ْم نَ ًارا ۗ َو َسي‬
Terjemahnya:
“Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api dalam perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).”
5. Isim Syarth (‫ أين‬,‫ متي‬,‫ ما‬,‫ )من‬dan sebagainya
ۖ
‫صطُ َواِلَْي ِه تُ ْر َجعُ ْو َن‬ ٰ ِ ْ َ‫ضا َح َسنًا َفيُضٰعِ َف ٗ_ه لَهٗ ٓ ا‬
ُ ِ‫ض َعافًا َكثْيَرةً ۗ َواللّهُ َي ْقب‬
ُۣ ‫ض َو َيْب‬ ٰ ‫من ذَا الَّ ِذي ي ْق ِر‬13
ً ‫ض اللّهَ َق ْر‬
ُ ُْ َْ
Terjemahnya:
“Barangsiapa meminjami Allah dengan pinjaman yang baik maka Allah
melipatgandakan ganti kepadanya dengan banyak. Allah menahan dan melapangkan
(rezeki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”

Karakteristik lafaz khas

Lafaz nash dapat dikategorikan kepada al-Khas, bila lafaz tersebut diungkapkan
dalam bentuk atau karakteristik berikut:

a. Diungkapkan dalam bentuk jumlah atau bilangan dalam satu kalimat. Contohnya pada
QS. Al-Baqarah ayat 228, maksud ayat tersebut adalah seorang wanita yang ditolak
oleh suaminya hendaknya ber-'iddah selama tiga kali haid/suci.  Dalam ayat tersebut

terdapat lafaz 'adad (jumlah) yaitu lafaz ‫( ثالث‬tiga), sehingga dapat dipahami bahwa

lafaz diatas termasuk lafaz khas karena diungkapkan dengan jumlah atau bilangan.
b. Menyebutkan jenis, golongan atau nama sesuatu atau nama seseorang. Contohnya

pada QS. Al-Fathayat 29: ِ ‫حم َّم ٌد َّرس (و ُل‬. Lafaz "Muhammad di atas
‫اهلل‬ termasuk lafaz
ُْ َ
khas,  karena menunjuk kepada satu pengertian yaitu Nabi Muhammad saw.14
c. Suatu lafaz yang diberi batasan dengan sifat atau idofah. Seperti pada QS. An-Nisa’

ayat 92. Lafaz “‫ُّمْؤ ِمنَ ( ( ٍ(ة‬ ‫ ” َر َقبَ( ( ٍ(ة‬yang artinya “Hamba sahaya yang beriman” adalah

mengandung pengertian khusus, karena mengacu pada satu jenis saja, yaitu hamba
sahaya yang beriman.15

12
QS. An-Nisa’ ayat 10
13
QS. Al-Baqarah ayat 245

14
Romli, Studi Perbandingan Usul al-Fiqh, hal. 284
7
C. Pembagian ‘Am dan Khas

Pembagian ‘Am

1. ‘Am Yuradu bihi ‘am


Yaitu ‘am yang disertai dengan qarinah yang menghilangkan kemungkinannya untuk
dapat dikhususkan. Contohnya pada QS. Al-Anbiya’ ayat 30

‫َو َج َع ْلنَا ِم َن الْ َماِۤء ُك َّل َش ْي ٍء َح ۗ ٍّي‬


Terjemahnya:
“Dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air”
Menurut pengertian secara ilmiah, segala yang hidup pasti tersusun/terdiri dari unsur
hidup, diantaranya ada unsur air. Hal ini menjadi qarinah yang menghilangkan
kemungkinannya untuk dikhususkan.16
2. ‘Am Yuradu Bihi Khusus
Adanya lafaz ‘am yang disertai qarinah yang menghilangkan arti umumnya.
Contohnya pada QS. Ali Imran ayat 97

‫اع اِلَْي ِه َسبِْياًل‬ ِ ِ ِ ‫ۗ ولِٰلّ ِه علَى الن‬


ْ ‫َّاس ح ُّج الَْبْيت َم ِن‬
َ َ‫استَط‬ َ َ
Terjemahnya:
“Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji
ke Baitullah yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana.”
Pada ayat tersebut terdapat lafaz al-nas yang merupakan lafaz ‘am, yakni seluruh
manusia, akan tetapi yang dimaksudkan ialah pada mukallaf saja.
3. ‘Am Makhsus
Yakni ‘am yang khusus untuk ‘am atau ‘am muthlaq. Ia tidak disertai qarinah yang
menghilangkan keumumannya maupun menghilangkan kemungkinannya untuk dapat
dikhususkan. Contohnya ialah pada QS. Al-Baqarah ayat 228

‫ص َن بِاَْن ُف ِس ِه َّن َث ٰلثَةَ ُقُرْۤو ۗ ٍء‬ ُ ‫َوالْ ُمطَلَّ ٰق‬


ْ َّ‫ت َيَتَرب‬
Terjemahnya:
“ Dan wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali
quru'.”

Pembagian Mukhassis (Dalil yang Mengkhususkan)

15
Muhammad Umar Saifuddin, Op. Cit, hal. 42
16
Muhammad Amin Sahib, Op.Cit, h. 140-141
8
Mukhassis dibagi menjadi dua bentuk:

1. Mukhassis Muttasil, ada lima macam:


a) Istisna’ (pengecualian), yaitu suatu ungkapan atau penyataan yang memiliki bentuk
kalimat sambung, dan yang disebutkan sesudahnya bukanlah sesuatu yang disebutkan
oleh ungkapan pertama. Contohnya pada QS. Al-Ashr ayat 2-3. Artinya
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh”. Pengkhususan pada ayat tersebut adalah
dengan jalan mengecualikan, yakni dengan memakai huruf istisna’ (illa).17
b) Sifat (al-assifah). Seperti pada QS. An-Nisa’ ayat 23:

‫ِّساۤ ِٕى ُك ُما ٰلّيِت ْ َد َخ ْلتُ ْم هِبِ ۖ َّن َو َربَاۤ ِٕىبُ ُك ُما ٰلّيِت ْ يِف ْ ُح ُج ْو ِر ُك ْم ِّم ْن‬
َ‫ن‬
Terjemahnya:
“Anak-anak perempuan dari istrimu (anak tiri) yang dalam pemeliharaanmu dari istri

yang telah kamu campuri”. Maksud dari kalimat ‫ نِّ َس ( (اۤ ِٕى ُك ُم‬adalah istri yang sudah

dicampuri, anaknya tidak boleh dinikahi.

c) Syarat. Seperti pada QS. Al-Baqarah ayat 180. Lafaz “‫خْيرا‬


َ ً ‫ ”اِ ْن َتَر َك‬yang artinya “jika
ia meninggalkan harta” adalah syarat dalam wasiat.18

d) Gayah (batas sesuatu). Lafaz yang digunakan biasanya ‫ إىل‬atau ‫حىت‬. Seperti pada QS.
Al-Baqarah ayat 187: ‫الصيَ َام اِىَل الَّْي ۚ ِل‬
ِّ ‫مُثَّ اَمِت ُّوا‬, yang artinya ““Kemudian sempurnakanlah
puasa sampai malam”.
e) Sebagian ganti keseluruhan (badalual-ba’di min al-Kulli). Seperti pada QS. Ali

‘Imran ayat 97: ‫اع اِلَْي ِه َسبِْياًل‬


َ َ‫استَط‬
ِ ِ ِ ‫ولِٰلّ ِه علَى الن‬. Lafaz “‫ ”م ِن استَطَاع‬adalah
ْ ‫َّاس ح ُّج الَْبْيت َم ِن‬ َ َ َ ْ َ
ِ ‫”الن‬. Maka kewajiban haji hanya khusus bagi mereka yang mampu (baik
badaldari “‫َّاس‬

fisik maupun materinya).19

2. Mukhassis Munfasil.

17
Basiq Djalil, Ilmu Usul Fiqih (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), h. 87
18
Manna’ Khalil al-Qattan, Loc.Cit.
19
Ibid.
9
Mukhassis munfasil adalah mukhassis yang terdapat di tempat lain, baik ayat, hadis,

ijma’, ataupun qiyas. Contoh yang di-takhsis oleh Qur’an ialah: ‫ص َن بِاَْن ُف ِس ِه َّن‬ ُ ‫َوالْ ُمطَلَّ ٰق‬
ْ َّ‫ت َيَتَرب‬
‫( ثَ ٰلثَ (ةَ ُقُرْۤو ۗ ٍء‬QS. Al-Baqarah ayat 228). Ayat ini adalah ‘amm, mencakup setiap istri yang

dicerai baik dalam keadaan hamil maupun tidak, sudah digauli maupun belum. Tetapi

keumuman ini di-takhsis oleh ‫ض ( ْع َن مَحْلَ ُه ۗ َّن‬


َ َّ‫ت ااْل َمْح َ ( ِ(ال اَ َجلُ ُه َّن اَ ْن ي‬
ُ ‫( َواُو ٰل‬QS. At-Talaq ayat 4)

ٍ ‫ِعد‬
dan firman-Nya: ‫َّة‬ ‫( مَتَ ُّس ْو ُه َّن فَ َما لَ ُك ْم َعلَْي ِه َّن ِم ْن‬QS. Al-Ahzabayat 49).20

D. Dalalah ‘Am dan Khas

Dalalah ‘Am

Adanya lafaz ‘am dan khas dalam Al-Qur’an tentu memiliki tujuan dan maksud
tertentu. Adapun pendapat jumhur ulama, diantaranya Syafiiyah memandang bahwa lafaz
‘am itu zhanni dalalahnya atas setiap satuan-satuan didalamnya.21 Sehingga mereka
berpendapat bahwa dalam melakukan penafsiran apabila menjumpai ayat yang terdapat
lafaz ‘am hendaklah berijtihad dengan mencari dan mengkaji ayat ataupun hadis yang
men-takhsis lafaz tersebut. Ulama’ Hanafiyah memiliki pandangan yang berbeda, mereka
berpendapat bahwa dalalah ‘am itu qath’iy selagi tidak ada dalil lain yang men-takhsis-
nya.

Dalalah Khas

Semua ulama sepakat bahwa dilalah lafaz khas adalah qathi. Dikatakan qathi apabila
tidak ada dalil yang memalingkannya atau mengubahnya kepada makna lain. Yang
menjadi qathi di sini tidak hanya dalalahnya saja, tetapi juga hukum yang menyertainya.
Jika kita menemukan lafaz khas dalam Al-Qur’an, maka dapat disimpulkan memakai arti
yang hakiki selama tidak ada yang memalingkan. Namun, ada juga perbedaan dalam sifat
ke-qathi-annya.

Menurut pendapat Hanafiyah, lafaz khas ini sudah qathi. Mereka mengatakan
bahwa sebenarnya lafaz khas telah memiliki arti tersendiri. Dengan maksud kata lafaz
tersebut juga sudah sangat jelas dengan ketentuannya. Karena mereka berpendapat bahwa

20
Ibid, h. 320

Muhammad Fathoni, ‘AMM DAN KASS: PENGARUHNYA DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN,


21

Kontemplasi, Vol. 4 No. 2, 2016, h. 349


10
lafaz khas Al-Qur’an itu qathi dilalahnya dan tidak memerlukan penjelasan atau bayan,
maka setiap perubahan hukum dengan nash lain dianggap sebagai penghapusan hukum
bukan penjelasan. Oleh karena itu, nasikh (penghapus hukum) harus memiliki kekuatan
dilalah yang sama dengan nash yang dihapus dilalahnya (mansukh). Dengan demikian,
jika kekuatan dilalahnya tidak sama, maka tidak bisa diterima.22

Menurut jumhur ulama seperti Syafiiyah dan Malikiyah, meskipun dilalah


lafaz itu qathi, masih ada kemungkinan terjadi perubahan makna. Jadi menurut jumhur
ulama, di dalam nash yang mempunyai lafaz khas masih merima penjelasan dan
perubahan. Lafaz khas mungkin berubah sekalipun melalui penjelasan yang lebih rendah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

‘Am adalah suatu kata yang memiliki pengertian umum, didalamnya mengandung
banyak satuan yang merupakan bagian dari kata itu tanpa ada batas tertentu. Khas ialah
suatu lafaz yang menunjukkan makna khusus, didalamnya mengandung kriteria tertentu,
seperti nama, bilangan, dan lain sebagainya.

22
Misbahuddin, Op.Cit, hal. 13.
11
Karakteristik lafaz ‘am dan khas ada banyak. Salah satu contoh karakteristik lafaz
‘am ialah lafaz-lafaz jamak seperti kullu, ayyu, dan sebagainya. Sedangkan untuk khas
sendiri, salah satunya ialah sebagaimana lafaz tsalatsa pada QS. Al-Baqarah ayat 228,
yakni dengan menyebutkan jumlah atau bilangannya.

Pembagian ‘am yakni terbagi menjadi tiga, ‘Am Yuradu bihi ‘am, ‘Am Yuradu
bihi Khas, dan ‘am Muthlaq. Sedangkan khas sendiri terbagi atas Mukhassis Muttasil dan
Mukhassis Munfasil.

Mengenai dalalah ‘am, jumhur ulama memandang bahwa dalalah ‘am itu zhanni.
Hal ini berbeda dengan ulama Hanafiyah yang memandang bahwa dalalah ‘am itu qath’i.
Sedangkan mengenai lafaz khas, seluruhnya berpendapat bahwa dalalahnya ialah qath’i.

DAFTAR PUSTAKA

Djalil, Basiq. Ilmu Usul Fiqih (2010) Jakarta: Prenada Media Group

Fathoni, Muhammad. ‘AMM DAN KASS: PENGARUHNYA DALAM PENAFSIRAN AL-QUR’AN,


Kontemplasi (2016) Vol. 4 No. 2

Harisudin, M. Noor. Ilmu Ushul Fiqih I (2020) Jember

Ikhwan, Mohammad Nor. Memahami Bahasa Al-Qur’an (2002) Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002

Mahrus, Abdul Wahid. Memahami Fiqih (2006) Bandung: Armico

12
Manna’ Khalil al-Qattan. Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (2011) Bogor: LiteraAntar Nusa

Misbahuddin. Ushul Fiqh II (2015) Makassar: Alauddin Press

Romli. Studi Perbandingan Usul al-Fiqh.

Sahib, Muhammad Amin. LAFAZ DITINJAU DARI SEGI CAKUPANNYA (‘Am-Khas-Muthlaq-Muqayyad)


(2016) Jurnal Hukum Diktum, Vol. 14, No. 2

Saifuddin, Muhammad Umar. TESIS: PERDEBATAN AL-‘AMM, AL-KHASS, DAN AL-QIYAS (Studi Kritik
Pemikiran Yusuf Al-Qaradawi Mengenai Perkembangan Harta Wajib Zakat) (2018) IAIN Ponorogo

13

Anda mungkin juga menyukai