Anda di halaman 1dari 25

TELAAH KITAB TAFSIR AD-DURR AL-MATSÛR FÎ AT-

TAFSÎR BI AL-MA`TSÛR KARYA JALÂL AD-DÎN AS-


SUYÛTHÎ

Moch. Bachtiar Lutfianto

Mahasiswa Pascasarjana Imu al-Quran dan Tafsir

UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

bachtiarlutfisaja@gmail.com

Abstrak

As Suyūthī merupakan salah satu ulama fenomenal yang memiliki penguasaan di


pelbagai bidang keilmuan salah satunya adalah tentang tafsir al Qur’an. Salah
satu karyanya yang cukup masyhur adalah kitab ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi
al-ma`tsûr kitab ini disusun sebagai lanjutan dari kitab sebelumnya yakni
turjuman al Quran. Tulisan ini bertujuan untuk menelaah dan mengurai
metodologi penafsiran yang dilakukan oleh As Suyūthī dalam menafsirkan al
Qur’an di kitab ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr. Dalam mengurai kitab
tersebut dilakukan kajian dan upaya pemetaan kaidah metodologi tafsir. Hasil
kajian menemukan bahwa kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr
secara metodologi dipetakan 1) Segi sumber penafsiran tergolong bil ma’tsur/ bi
al riwayah/ bi al manqul 2) Segi penjelasanya tergolong bil bayani/ deskripsi 3)
Segi keluasan penafsiran tergolong tafsir ithnabiy 3) Segi sasaran dan tertib ayat
tergolong tafsir tahlīlī. Sedangkan dari aliran penafsiran dapat dipetakan
menjadi 1) Segi aqidah tergolong sebagai aliran sunni. 2) segi kecenderungan
fiqh kepada Imam Syafii dan tiga madzhab lainya yakni Imam Abu Hanifah, Imam
Malik, Imam Malik dan Imam Hanbal.

Kata Kunci : Tafsir, Metodologi Tafsir, Ad-durr al-Matsûr.

1|MADZAHIBUT TAFSIR
A. Pendahuluan

Al-Qur’an sebagai sebuah kitab suci yang berisi kalam Tuhan,

menyimpan banyak makna yang terkandung didalamnya. Sejak zaman

dahulu para Ulama’ terus berupaya untuk mencari makna yang terkandung

didalam al-Qur’an, dalam penggalian makna tersebut para Ulama’

menyususun dan menggunakan sebuah ilmu yang disebut sebagai Ulȗm al-

Qur’an. Ilmu ini membahas yang berkaitan dengan al-Qur`an dari segi

turunnya ayat, pengumpulan, urutan ayat, dan pembukuan. Adapun tujuan

dari pengkajian ini adalah untuk memahami makna atas kalam Tuhan,

berdasarkan keterangan dan penjelasan dari Rasulullah Saw dan para

sahabat serta tabi’in untuk mengetahui dasar-dasar penafsiran para

mufassirin, penjelasan tentang tokoh-tokoh dan keistimewaannya di

kalangan mereka, juga untuk mengetahui syarat-syarat penafsiran hingga

ilmu-ilmu yang sulit yang berkaitan dengan Ulȗm al-Qur’an.1

Dari perekembangan keilmuan tersebut, salah satu yang paling

fenomenal dan menjadi ukuran primer utama dikalangan para mufassir

klasik adalah Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî2 . Dia adalah seorang penulis yang

sangat produktif dalam berbagai disipin ilmu pengetahuan, karya as-Suyûthî

kurang lebih mencapai 60.000 karya tulis yang ia tulis pada masanya, tidak

hanya ilmu yang berkaitan dengan hadis, fiqh dan balaghah, as-Suyûthî juga

1
Muhammad Ali as-Shabuni, Ikhtisar Ulumul Qur`an Praktis, Terj. Muhammad Qadirun Nur,
(Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.3.
2
Selanjutnya disebut as-Suyûthî.

2|MADZAHIBUT TAFSIR
merupakan salah seorang yang menafsirkan Al-Qur`an dalam berbagai kitab

tafsir.

Selanjutnya dalam hal ini, penulis akan berupaya menelaah tentang

salah satu kitab tafsir fenomenal diantara banyak karya Jalâl ad-Dîn as-

Suyûthî3 yang berjudul Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-

Ma`Tsûr. Seperti yang tertuang dalam muqadimah kitab ad-Durr al-

Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr, as-Suyûthî menyampaikan bahwa kitab

tersebut merupakan ringkasan dari tafsir Turjumân Al-Quran, rangkaian

sanad nya menjadi lebih ringkas dengan pembubuhan footnote yang

ditambahkan oleh muhaqiqnya sebagai rujukan riwayat. Dari beberapa

uraian di atas, kitab tafsir ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr

menjadi menarik untuk dibahas karena uraian penafsirannya bercorak bi al-

Ma`tsûr dengan menyertakan riwayat yang terkait dengan pembahasan

ayatnya. Maka dari itu, penulis tertarik untuk meneliti tafsir ad-Durr al-

Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma`tsûr karya as-Suyûthî perihal ada atau tidak

ad-dakhîl di dalamnya.4

B. Biografi Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî

1. Profil Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî

Nama lengkapnya adalah Abu Fadl Abdurrāhman bin Abu Bakar bin

Muhammad Jalâl Ad-Dîn As-Suyûthî. As As-Suyûthî lahir di Cairo pada

tanggal 3 Oktober 1505 M atau beretepatan pada bulan Rajab 849 H.

4
Lihat Jalal al Din As Suyuthi, Ad Dur al Matsur fi Tafsir al Matsur Juz 1 (Beirut : Darul
Fikr,1195),h.9.

3|MADZAHIBUT TAFSIR
sebutan As-Suyûthî diambil dari nama daerah tempat kelahirannya Suyuth

yakni sebuah daerah pedalaman di Mesir. Ayahnya meninggal dunia disaat

dia berumur 6 tahun, dan mulai saat itu As-Suyûthî tumbuh dan besar

menjadi seorang anak yatim.

2. Kehidupan Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî

Dengan keadaan yatim piatu tidak membuat dia patah semangat

dalam mengarungi samudera ilmu pengetahuan. Al-Dzahabi menjelaskan

bahwa Imam Jalaluddin al-Suyuthi merupakan orang yang paling alim di

zamannya dalam segala disiplin ilmu, baik yang berkaitan dengan al-

Qur’an, hadits, rijal dan gharib al-hadits5. Dalam sebuah kesempatan Imam

Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî pernah mengungkapkan bahwa beliau hafal hadits

sebanyak 200.000 hadits, bahkan beliau pernah mengatakan “sekiranya saya

menemukan lagi hadits yang labih banyak dari jumlah tersebut, saya pasti

bisa menghafalnya”. Salah satu kelebihan as-Suyûthî adalah beliau pernah

bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, dalam mimpi tersebut beliau

sempat bertanya kepada Nabi “apakah saya termasuk ahli surga? Kemudian

Nabi menjawab ya, kemudian beliau bertanya lagi”apakah saya akan

di’azab terlebih dahulu ya Rasul? Kemudian Rasul menjawab “tidak”.6

Selain dari menghafal al-Qur’an, hadits beliau juga mampu menghafal

berbagai kitab yang membahas berbagai ilmu pengetahuan, sebagian

5
Muhammad Husain al-Dzahabi, Tafsir Wa al-Mufassirun, Cet. Ke-8 (Mesir: Maktabah
alWahbah, 2003),180. Selanjutnya kami sebut al-Zahabi
6
Ibid.,181.

4|MADZAHIBUT TAFSIR
diantaranya adalah kitab Umdah al-Ahkām, Alfiyyah ibnu Mālik, Minhaj al-

Thālibīn, dan lain-lain.

Setelah as-Suyûthî berusia 40 tahun yakni sekitar tahun 809 H, beliau

mulai sibuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, berpaling dari

dunia dan segala kemewahannya, bahkan beliau sempat tidak mengenal

orang-orang sekitarnya. Selain dari beribadah, pada usianya yang seperti itu

beliau juga meninggalkan profesinya sebagai mufti, mengajar, sekaligus

mengurangi kegiatannya dalam menulis. as-Suyûthî wafat pada malam

Jum’at tanggal 19 Jumadil Awal 911 H/ 1505 M, genap berusia 61 tahun 10

bulan 18 hari, seminggu sebelum wafat beliau sempat menderita sakit di

bagian tangan kiri sehingga mengakibatkan beliau berpulang ke

rahmatullah. as-Suyûthî dimakamkan di Husy Qushun di luar Bab Qarafah,

Kairo.7

3. Riwayat Pendidikan

Imam Jalaluddin al-Suyuthi banyak memperoleh pendidikan dari

beberapa ulama besar di zamannya Diantara ulama yang pernah beliau

kunjungi adalah: Imam Sirajuddin al-Qalyubi dan syaikh al-Islam Ilmu al-

Din al-Bulqaini dari keduanya beliau mempelajari fiqh, ilmu farā’id dari

Taqiyuddīn al-Samni dan Syihabuddīn, ilmu Hadits dan Bahasa Arab dari

Imam Taqiyuddīn al-Hanafi, dalam ilmu Tafsir beliau belajar dari ulama

besar yang sangat terkenal dikalangan madzhab Syafi’i yakni Imam Jalâl

7
Mani ‘Abdul Halim Ahmad, Manhaj al-Mufassirin, terj: Faisal Saleh dan Syahdianor, Cet.1
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), 126.

5|MADZAHIBUT TAFSIR
ad-Dîn al-Mahalli yaitu salah seorang penulis tafsir jalalain.8 Selain dari

para imam tersebut, as-Suyûthî juga pernah belajar kitab shahih muslim

kepada al-Syams al-Syairami, berkaitan dengan ilmu kedokteran. as-

Suyûthî belajar dari Muhammad ibn al-Dawani yakni seorang pakar

kedokteran berasal dari Roma yang pindah ke Mesir. Selain guru laki laki,

as Suyuthi juga memiliki guru dari kalangan perempuan seperti: Aisyah

binti Ali, Niswan binti Abdullah al-Kanani, Hajar binti Muhammad al-

Misriya.

4. Karya Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî

Dari berbagai literasi yang sampai kepada penulis, selama hidupnya as-

Suyûthî berhasil menulis lebih dari 600 judul.9 Berikut ini penulis akan

mengemukakan beberapa nama kitab hasil karya Jalâl ad-Dîn as-Suyûthî 10

a. Bidang Tafsir

1) Tafsir Turjuman al-Qur’an

2) Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim (Tafsir Jalalain)

3) Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr

b. Bidang Ulum al-Qur’an

1) Al-Itqān Fī Ulūm al-Qur’an

2) Mutāsyābīh al-Qur’an

3) Lubāb al-Nuqūl fī Asbāb al-Nuzūl

8
Jalaluddin al-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Cet. Ke- 1, juz I ( Mesir: Darr al-Salam,
2008),6-7.
9
Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufassir al-Qur’an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),
hal. 112
10
As Suyuthi, , al-Itqan fi Ulum …,h.128.

6|MADZAHIBUT TAFSIR
4) Al-Madzhāb fī Ma Waqa’a fi al-Qur’an Min al-Mu’rab

5) Mufhamat al-Aqran fī Mubhamat al-Qur’an.

c. Bidang Hadits

1) Al-Dibāj ’Ala Shahih Muslim bin al-Hajjaj

2) Tanwir al-Hawalik Syarh Muwaththa’ al-Imam Malik

3) Jāmī’ al-Shaghīr

4) Jam’u al-Jawāmi’ (Jami’ al-Kabīr)

5) Misbāh al-Zujajah fi Syarh Sunan ibn Majah

d. Bidang Ulum al Hadis

1) Tadrib al-Rawi

2) Al-Alfiyah fi Mushthalah al-Hadits

3) Itmam al-Dirāyah li Qurra’ al-Niqāyah

4) Al-Ahadits al-Manfiyyah.

5) Al-Durar al-Munatstsarah fi al-Ahadits al-Musytaharah

e. Bidang Fiqh

1) Syarh al-Taqrib al-Nawawi

2) Al-Arju fi al-Farji

3) Nahzah al-Julasa’ fi Asya’ar al-Nisa’

f. Bidang Ushul Fiqh’

al-Asybah wa al-Nazha’ir

g. Bidang bahasa Arab

1) Asbah wa Al-Nazha’ir fi al-Arabiyah

2) Al-Fiyyah fi al-Nahwi

7|MADZAHIBUT TAFSIR
3) Bughiyah al-Wi’at fi Thabaqat al-Nuhat

4) Al-Iqtirah fi Ushul al-Nahwi

5) Al-Taj fi I’rab Musykil al-Minhaj

6) Ham’u al-Hawami’

7) Al-Muzhir fi ‘Ulum al-Lughat

h. Bidang Sejarah

1) Manaqib Abi Hanifah

2) Manaqib Malik

3) Tarikh Asyuth.

4) Tarikh al-Khulafah

5) Husn al- Muhadarah fi Akhbar Misr wa al-Qahirah.

C. Latar Belakang penulisan kitab Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr

Bi Al-Ma`Tsûr

Sebagaimana lazimnya seorang penulis yang membuat sebuah karya

tulis, mereka semua tidak lepas dari latar belakang yang menjadi

motivasinya dalam menulis. Senada dengan hal tersebut as-Suyûthî pun

demikian, dia tidak lepas dari sebuah dorongan motivasi untuk menyusun

sebuah kitab apalagi khususnya kitab tafsir al Qur’an.

as-Suyûthî sebagai seorang yang sangat mencintai ilmu pengetahuan

dengan sangat luar biasa. Dari biografi yang penulis paparkan diatas

membuktikan bahwa as-Suyûthî dan kencintaanya terhadap ilmu

pengetahuan adalah hal yang hebat. Dengan tekun dia secara kreatif

mengarang, daya ingat yang kuat juga mendukungnya dalam menyusun

8|MADZAHIBUT TAFSIR
karangan yang berjumlah lebih dari 500 buah judul yang didalamnya

karanganya sendiri atau upaya ringkasan dari kitab kitab sebelumnya.

Bahkan dalam akhir hayatnya as-Suyûthî memilih untuk mengasingkan diri

dari dunia pergaulan umum dan menghindari para pencintanya bahkan pada

istrinya hingga keluarganya bahkan tidak memberi fatwa dan tidak pula

mengajar, dia hanya memfokuskan diri kepada mengarang hingga akhir

hayatnya.11

Dari kecintaanya tersebut sejalan berjalanya waktu as-Suyûthî melihat

dalam karanganya yang berjudul Tarjuman Al Qur’an memiliki beberapa

kekurangan, maka dia mengarang lagi atau dalam kata lain

menyempurnakanya dengan mengarang kitab yang hanya memuat matan

dari hadis hadis Rasulullah SAW serta atsar atsar sahabat dan

menyeleksinya. Hasil seleksi dari kitab kitab yang terpilih kemudian

mengolahnya kitab tersebut dengan sebuah ringkasan kitab sebelumnya.

Kitab yang berupaya disemputnakan tersebut dinamai oleh as Suyuthi

dengan nama Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr.

D. Potret Tafsir Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr

Menurut ad-Zhabi sebagaimana juga diakui as-Suyûthî dalam

muqaddimah kitab, karya ini merupakan kitab musnad hadis, yang berisikan

tafsir atau penjelasan terhadap al-Qur’an. Di dalamnya memuat sekitar

10.000 hadis marfu’ dan hadis mauquf diselesaikan dalam empat jilid dan

11
Mahmud Basuni Faudah, Tafsir tafsir Al Quran, perkenalan dengan meodologi tafsir,( Bandung
: Pustaka,1987),60.

9|MADZAHIBUT TAFSIR
diberi nama Tarjuman al -Qur’an. Kemudian unutk memudahkan pembaca

dalam memahami kitab tersebut, as-Suyûthî meringkasnya dengan hanya

mencantumkan matan atau teks hadis tanpa menyebutkan sanadnya.

Meskipun demikian, dijelaskan bahwa sumber hadis-hadis tersebut

merupakan hasil takhrij dari kitab-kitab yang mu’tabar , kitab tersbut diberi

nama Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr.

Imam as Suyuthi menulis tafsir ini dengan mengutip riwayat-riwayat

dari Al-Bukhori, Muslim, An-Nasa’i, Al-Tirmizi, Abu Daud, Ibnu Jarir, Ibu

Hatim danlain-lain. Namun beliau tidak memilah antara riwayat shahih dan

dhaif bahhkan mencampurkan keduanya. Tafsir ini merupakan satu-satunya

tafsir bil ma’tsur yang hanya memuat hadis-hadis saja. Seperti yang

dijelaskan as Suyuthi dalam muqaddimahnya yakni,

“Setelah Aku menyusun kitab Turjuman Alquran ia merupakan tafsir


yang bersambung dari Rasulullah dan para sahabatnya, dan
Alhamdulillah kitab ini selesai sempurna dalam beberapa jilid, maka
ada yang saya sampaikan di dalamnya dari atsar (jejak) dengan
sanadsanad kitab yang ditakhrij darinya. Aku berpendapat bhwa
keterbatasan kebanyakan hasrat dari mencapainya dan kegemaran
mereka dalam meringkas matan hadis tanpa isnad dan tidak panjang
lebar, maka aku rangkum darinya dengan ringkasan pada matan dari
atsar bersumber pada riwayat dan takhrij dalam kitab yang
diperhitungkan. Aku beri nama kitab tersebut dengan Al - Durr al -
Mantsur fi al - tafsir bi al - Ma’tsur (Mutiara yang ditabaurkan pada
Tafsir bi al - Ma’tsur”12

Dalam menafsirkan Alquran as-Suyûthî memuat berbagai hadis dan


munasabah ayat yang diperlukan untuk menjelaskan suatu ayat Alquran,
sehingga dengan keadaan seperti itu, ketika menela’ah kitab tersebut ajan
sangat terasa bahwa kitab tersebut sesuai dengan namanya yakni Tafsir bi
al - Ma’tsūr, sebab hampir seluruh unsur-unsur Tafsir bi al - Ma’tsūr
tercakup dalam kitab tersebut. Pada masing-masing terbitan tersebut

12
Jalal al Din As Suyuthi, Ad Dur al Matsur…,h.3-4.

10 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
terdapat perbedaan, pada terbitan yang bersumber dari Darr al-Kutub al-
Islamiyah pada bagian terkahir dicantumkan awal ayat serta tempatnya.
Sedangkan pada terbitan Darr al-Fikr dicantumkan awal matan hadis dan
awal ayat serta tempatnya, sehingga meskipun as-Suyûthî memuat jumlah
riwayat yang sangat banyak dalam ktabnya sangat mudahbagi seseorang
jika ingin mencari sebuah hadis dilam kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-
tafsîr bi al-ma`tsûr jika merujuk kepada kitab terbitan Darr al-Fikr.
E. Sistematika Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr

1. Sistematika Penafsiran
Yang penulis maksud dengan sistematika pada permasalahan ini adalah
merupakan rangkaian yang ditempuh as-Suyûthî dalam menafsirkan
ayat ayat guna menjelaskan maksud Allah dalam al Quran. Sistematika
tersebut adalah
a. Menuliskan nama surat

b. Menuliskan tempat turunya ayat

c. Menuliskan jumlah ayatnya

d. Tidak dikemukakan munasabah ayat

e. Terkadang ditulis lengkap satu surat penuh, namun terkadang hanya

satu aya.

f. Menuliskan atsar atau hadis yang berkaitan dengan ayat atau surat

tanpa memberikan komentar atau penjelasan dari penafsiran sendiri,

Adapun perincian menurur ayat-ayat dapat dikemukakan sebagai

berikut:

a. Disebutkan satu ayat atau beberapa ayat dalam suatu surat yang

kemudian masing-masing kalimat atau rangkaian kalimat dalam satu

ayat dijelaskan dengan mcmakai atsar atau hadis yang berkcnaan.

11 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
dengan hal tersebnt, baik badis tersebut bemilai dhaif atau pun

shahih yang semuanya disebutkan. Dalam hal ini penafsir tidak

sampai mengajak pada suatu kesimputan sehingga nampak tidak

menjadi satu tupik pembahasan yang sampai pada kcsimpulan.

b. Setelah itu beralih pada ayat lain yang seolah-olah kandungan ayat

yang ditafsirkan sesudahnya dan sebclumya itu tidak berkaitan sam

sarna lain.

2. Sistematika Kitab

Adapun sistematika kitabnya dapat dipaparkan sebagaimana yang

dicetak oleh percetakan Darul Fikri di bagi menjadi delapan jilid yang

isinya scbagai berikut :

a. Jilid I terdiri dari surat al-Fatihah - al-Baqarah ayat 252

b. Jilid II terdiri dari surat al-Baqarah ayat 253- al-Nisa

c. Jilid III terdiri dari surat al-Maidah - al-A’raf

d. Jilid IV terdiri dari surat al-Anfal – al-Ra’d

e. Jilid V terdiri dari surat Ibrahim – al-Anbiya

f. Jilid VI terdiri dari surat al-Hajj –Saba’

g. Jilid VII terdiri dari surat Fathir – al-Rahman

h. Jilid VIII terdiri dari surat al-Waqi’ah– al-Nass

Sedangkan untuk kitab yang dicetak oleh Darr al-Kutub al-Islami di

Bairut Libanon pada tahun 1990 dan disusun menjadi enam jilid dengan

susunan sebagai berikut

a. Jilid I terdiri dari surat al-Fatihah sampai surat al-Baqarah

12 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
b. Jilid II terdiri dari surat Ali Imran samapi surat al-Ma’idah

c. Jilid III terdiri dari surat al-An’am sampai surat Hud

d. Jilid IV terdiri dari surat Yusuf sampai surat al-Hajj

e. Jilid V terdiri dari surat al-Mu’minun sampai surat al-Jatsiyah

f. Jilid VI terdiri dari surat al-Ahqaf sampai surat al-Nass

Pada masing-masing terbitan tersebut terdapat perbedaan, pada

terbitan yang bersumber dari Darr al-Kutub al-Islamiyah pada bagian

akhir dicantumkan awal ayat serta tempatnya. Sedangkan pada terbitan

Darr al-Fikr dicantumkan awal matan hadits dan awal ayat serta

tempatnya, Sehingga meskipun as-Suyûthî memuat jumlah riwayat yang

sangat banyak dalam kitabnya sangat mudah bagi seseorang jika ingin

mencari sebuah hadits dalam kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi

al-ma`tsûr jika merujuk kepada kitab terbitan Darr al Fikr’.

F. Metode penafsiran dalam Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-

Ma`Tsûr

1. Ditinjau dari sumber penafsiran

Yang dimakasud dengan meninjau tafsir dari sumber penafsiran

adalah, melihat sumber interpretasi yang digunakan dalam menafsirkan

al Qur’an. Kemudian dalam hal ini Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-

Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr secara penuh menggunakan sumber atau metode

tafsir bil at matsur/ bi al riwayah/ bi al Manqul, yakni tafsir yang

didasarkan atas sumber penafsiran al Qur’an, al Hadist, dan Riwayat

Riwayat sahabat.

13 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
Dalam hal ini, tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsû

menggunakan Riwayat yang marfu’ (bersumber dari Rasulullah) hingga

mauquf (bersumber dari sahabat).13

a. Contoh Riwayat marfu’

b. Contoh Riwayat mauquf

2. Ditinjau dari segi cara penjelasanya terhadap tafsiran ayat

Yang dimaksud dengan meninjau tafsir dari cara penejelasanya

adalah melihat model interpretasi dalam kitab tafsir dalam cara

menjelaskanya. Dalam hal ini tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi

13
M. Ridlwan Nasir, Memahami Al Qur’an Prespektif Baru Metodologi Tafsir Muqarin,
(Surabaya : Indra Media,2003),14.

14 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
Al-Ma`Tsûr merupakan kitab tafsir dengan metode Bayaani/ Metode

Deskripis. Metode ini merupakan penafsiran dengan cara menafsirkan

ayat ayat al Qur’an hanya dengan memberikan keterangan secara

deskripsi tanpa membandingkan Riwayat/ pendapat dan tanpa menilai

(tarjih) antar sumber.14 Berikut beberapa redaksi penafsiran dan paparan

as-Suyûthî yang menampilkan banyak Riwayat tanpa melakukan tarjih.

3. Ditinjau dari keluasan penjelasan tafsirnya

Yang dimaksud dengan meninjau tafsir dari segi keluasan adalah

melihat porsi penjelasan dalam usaha mufassir menafsirkan ayat al

Qur’an baik secara global atau mendetail. Dalam hal ini tafsir Ad-Durr

Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr tergolong tafsir ithnabi yakni

penafsiran dengan cara menafsirkan ayat al Quran secara mendetail /

rinci, dengan uraian uraian yang Panjang lebar, sehingga cukup jelas dan

terang yang banyak disenangi oleh para cerdik pandai.

14
Ibid.,16.

15 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
Model tafsir ithnabi ini terlihat saat as-Suyûthî menjelaskan lafadz

basmalah dalam kaitanya dengan surat al Fatihah. Ia memamparkan

banyak sekali Riwayat yang berkaitan dengan itu. Mulai dari hadis nabi

hingga perkataan sahabat.

4. Ditinjau dari segi sasaran dan tartib ayat

Yang dimaksud dengan meninjau tafsir dari segi sasaran dan tertib

ayat adalah melihat model tartib penafsiran yang dilakukan oleh

mufassir. Dalam hal ini tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr

menggunakan metode tafsir tahlīlī. Yakni menafsirkan ayat ayat al

Qur’an dengan cara urut dan tertib sesuai dengan uraian ayat ayat dan

surat surat dalam mushaf dari awal surat al Fatihah hingga akhir surat

an Nas.15

G. Aliran Penafsiran dalam Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-

Ma`Tsûr

1. Ditinjau dari segi Aqidah

Yang dimaskud dengan meninjau tafsir dari kecenderungan aqirdah

adalah melihat kecenderungan mufassīr dalam hal aqidah yang meraka

anut dan dituangkan dalam tafsir mereka. Dalam hal ini Tafsir Ad-Durr

Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr karya as Suyūthī sangat berhati

hati dalam menafsirkan ayat ayat yang problematis seperti pada al

An’am ayat 103 yang berkiatan dengan melihat Allah.

15
Ibid.,17.

16 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
17 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
Padahal dalam masalah ru'yat ini terjadi perbedaan pendapat yang

tajam antara Mu'tazilah dan Ahli Sunnah, Mu’tazilah berpendapat

bahwa pada hari kiamat nanti manusia tidak dapat melihat Tuhan

bahkan melihat Tuhan merupakan nikmat yang terbesar bagi kaum

Muslimin. Sedangkan Sunni berpendapat bahwa manusia dapat melihat

Tuhan. Dari sini nampaknya as-Suyûthî sangatlah berhati hati dalam

menafsirkan ayat ayat seperti ini.

Namun dapat diambil kesimpulan bahwa: Tuhan ketika di dunia

ini tidak dapat dilihat oleh siapapun, Dan di akhirat nanti Tuhan dapat

dilihat di surga bagi. penduduk (ahli) surga. Dari kesimpulan tersebut

secara tersirat maka dapat dikatakan bahwa as As-Suyûthî beraliran

Sunni. terlebuh jika disandarkan dengan kitab kitabnya yang lain mutlak

memang menunjukan bahwa As-Suyûthî memanglah beraliran Sunni.

2. Ditinjau dari segi kecenderungan Fiqh

Yang dimaskud dengan meninjau tafsir dari kecenderungan fiqh

adalah melihat kecenderungan mufassīr dalam menjelaskan ayat ayat

yang berkaitan dengan hukum hukum fiqh. Dari penafsiran tersebut

sebenarnya masyhur ditemui bahwa As-Suyûthî memiliki gelar

Mujtahid Mutlaq (berijtihad mandiri) namun dalam kitab Taqrīr al

Istinād fi Tafsīr al Ijtihad bahwa dia memang memiliki kemampuan

dalam keluasan ilmu dan berfatwa tetapi dia dalam pandangan fiqhnya

lebih banyak mengikuti Imam Syafi’i. namun dalam kitabnya yang lain

juga dia menyebutkan bahwa dalam bersandar setidaknya tidak lepas

18 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
dari empat madzhab fiqh yakni Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam

Syafii dan Imam Hanbal. Hal ini juga terjadi dalam penafsiranya pada

kitab Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi Al-Ma`Tsûr ia juga

mengutip banyak dari beberap madzhab tersebut, meskipun dalam

pengutipanya tidak lepas dari apa yang disepakati oleh Imam as Syafii.

Contoh penafsiranya seperti membahas surat al An’am ayat 145 tentang

makanan.

19 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
H. Sketsa pemetaan tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr

Sumber Penafsiran
( bil al matsur/ bi al riwayah/ bi al Manqul)

Cara Penjelasanya (bi Bayaani / Deskripsi)


Metode
penafsiran
Segi Keluasan Penafsiran (Tafsir Ithnaby)

ad-durr al-matsûr
fî at-tafsîr bi al- Segi sasaran dan tertib ayat ( Tafsir Tahlily)
ma`tsûr

Segi Aqidah (Sunni)

Aliran Penafsiran

Segi Fiqh (Imam Syafi'i / 4 madzhab)

I. Analisa Penafsiran Jalâl Ad-Dîn As-Suyûthî

Imam Jalaluddin al-Suyuthi menjelaskan bahwa kitab tafsir tafsir

ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr merupakan ringkasan dari kitab

tafsirnya yang berjudul Turjuman al-Qur’an. Salah satu perbedaan antara

dua kitab tersebut terletak pada penggunaan sanad dalam mengutip hadits.

Dalam kitabnya turjuman Al Qur’an beliau menggunakan sanad-sanad

hadits dengan lengkap mulai dari mukharrij sampai kepada Rasulullah

SAW, sedangkan dalam kitabnya tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-

ma`tsûr beliau menggunakan sanad secara ringkas.

Kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr merupakan

tafsir yang memiliki perbedaan tersendiri jika dibandingkan dengan tafsir

yang lain, letak perbedaan tersebut terdapat pada penggunaan pemikiran

mufassir dalam menafsirkan ayat. as-Suyûthî dalam menyusun kitab

tersebut tidak menggunakan pemikirannya secara langsung dalam tafsirnya,

20 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
tetapi beliau mengumpulkan riwayat-riwayat yang ada kaitannya dengan

ayat yang hendak ditafsirkan, hal ini sangat berbeda dengan apa yang

dilakukan oleh para mufassir yang lain, seperti ibnu Jarīr al-Thabāri dalam

kitabnya jami’ al-bayān ‘an ta’wīl al qur’an (W.310 H), ibn Katsir dalam

kitabnya tafsir al-qur’an al-‘adzīm (700-774 H), dan lain-lain, dimana

mereka dalam menafsirkan sebuah ayat juga mengemukakan riwayat-

riwayat yang ada kaitannya dengan suatu ayat, tetapi mereka terkadang

mencantumkan pandangannya terhadap ayat yang telah ditafsirkan. Inilah

salah satu letak keistimewaan yang dimiliki oleh tafsir tafsir ad-durr al-

matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr karya Jalâl Ad-Dîn As-Suyûthî, Beliau

seolah menghindari penggabungan penafsiran dengan menggunakan unsur

ma’tsur dan unsur ra’yi. Hal ini dapat dilihat dari kitab-kitab tafsir karya

beliau, seperti dalam kitabnya tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-

ma`tsûr beliau memuat unsur ma’tsur sedangkan di dalam kitabnya tafsir

al-qur’an al-‘adzīm (tafsir jalalain) beliau menggunakan unsur ra’yi.

Berdasarkan contoh yang telah dikemukakan sebelumnya

nampaklah bahwa as-Suyûthî sangat mengutamakan unsur ma’tsūr di dalam

tafsirnya jika ditinjau dari segi sumber tafsir. Hal ini terlihat bahwa beliau

sangat menekankan masalah sumber-sumber tafsir yang empat dalam

tafsirnya yakni penafsiran ayat-dengan ayat, ayat dengan hadits, ayat

dengan qaul sahabat, dan qaul tabi’in. Bahkan, dalam satu ayat saja beliau

menafsirkannya dengan menggunakan keempat unsur ma’tsūr . Sedangkan

jika tafsir tersebut ditinjau dari segi metode atau manhaj maka tafsir ad-durr

21 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr dapat dikategorikan sebagai tafsir yang

menggunakan manhaj tahlīlī, hal ini dapat dilihat dari segi penafsiran as-

Suyûthî pada umumnya sangat menekankan pada masalah asbab nuzul,

munasabah ayat dan juga masalah pendapat imam qira’at serta masalah

nasikh mansukh dalam tafsirnya.

Berkaitan dengan metode tahlili, Abdul Mu’in Salim dalam bukunya

“Metodologi Ilmu Tafsir” menjelaskan bahwa salah satu pokok penting

yang mesti diperhatikan oleh mufassir adalah masalah asbab nuzul,

munasabah ayat. Dengan kata lain seseorang yang ingin menggunakan

metode tahlili dalam menafsirkan al Qur’an hendaklah memperhatikan dan

memahami kedua hal tersebut.16

J. Kelebihan dan Kekurangan Tafsir Ad-Durr Al-Matsûr Fî At-Tafsîr Bi

Al-Ma`Tsûr

Dari hasil pembacaan penulis serta komentar komentar Ulama’ terhadap

kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr tentunya memiliki

sesuatu keunggulan atau keistimewaan dibandingkan banyak kitab tafsir

lainya, sejalan dengan itu ada beberapa sisi kekurangan dalam kitab tafsir

ini. Berikut kelebihan/keunggulan dan kekurangan tafsir ad-durr al-matsûr

fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr karya as-Suyûthî.

1. Kelebihan/Keunggulan

Dalam kitab tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr karya as-

Suyûthî tidak ada satu pendapat pribadi yang dimasukkaa sebagai penjelas

16
Abdul Mu’in Salim, Metodologi Ilmu Tafsir, cet. 3, (Yogyakarta : Teras,2010),31.

22 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
ayat baik itu berupa satu kalimat arau beberapa kalimat, namun dalam kitab

tersebui merupakan kumpulan dari hadis Rasul atau pendapat sahabat utau

tabi’in. dari segi ini lah keunggulan dan keistimewaan tafsir ini. Mengingat

didalamnya berisi penafsiran yang merupakan murni sabda Nabi

Muhammad SAW atau perkataan sahabat hingga tabiin.

2. Kekurangan

a. Ditinjau dari kehujjahan periwayatan yang dilakukan as-Suyûthî

dalam tafsirnya, as-Suyûthî tidak menyebutkan secara detail dan

keseluruhan terkait derajat hadis tersebut. Bisa saja hadis tersebut

berkedudukan sebagai shahih, hasan, atau dhaif. Oleh karena itu

dalam berhujjah dengan tafsir ini perlu mengadakan penelitian Iebih

dahulu terhadap hadisnya.

b. Dilihat dari segi dilalah seringkali Imam as-Suyûthî hanya

memaparkan dari berbagai hadis, hingga kadang kala

mcmbingungkan bagi para pembaca apalagi banyak

mengungkapkan suatu hadis yang saling bertentangan. Padahal

tujuan adanya tafsir adalah untuk mengungkapkan dilalah al Qur’an

bukan untuk membingungkan pembaca, mengingat al Qur’an

merupakan sebuah perunjuk dan tafsir adalah upaya untuk

mengungkapkan dan menjeleskanya.

K. Kesimpulan

Tafsir ad-durr al-matsûr fî at-tafsîr bi al-ma`tsûr karya Jalâl ad-Dîn

as-Suyûthî merupakan kitab yang menarik dan menjadi kitab rujukan

23 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
banyak mufassīr di dunia. Kitab ini sepernuhnya menggunakan kutipan

kutipan hadis pada tingkat dan derajatnya masing masing. as-Suyûthî dalam

kitabnya ini sama sekali atau tidak ditemukan menggunakan ra’yu atau

komentar pribadinya dalam menafsirkan suatu ayat.

Rincian metodoligi yang digunakan as-Suyûthî dalam tafsirnya ini

dapat dikelompokan sebagai berikut

1. Metode penafsiran

a. Segi sumber penafsiran : bil matsûr/ bil riwayah/ bil al

manqūl

b. Cara penjelasanya : bil bayāni

c. Segi keluasan penafsiran : tafsīr ithnabiy

d. Segi sasaran dan tertib ayat : tafsīr tahlīlī

2. Aliran Penafsiran

a. Segi aqidah : Sunni

b. Segi Fiqh : Imam Syafii/ 3 madzhab lainya : Imam Abu

Hanifah, Imam Malik, Imam Hambali.

24 | M A D Z A H I B U T T A F S I R
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mani ‘Abdul Halim. Manhaj al-Mufassirin, terj: Faisal Saleh dan
Syahdianor, Cet.1, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006.
Adz Dzahabi, Muhammad Husain, Tafsir Wa al-Mufassirun, Cet. Ke-8, Mesir:
Maktabah al Wahbah, 2003.
Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir tafsir Al Quran, perkenalan dengan meodologi
tafsir, Bandung : Pustaka,1987.
Ghofur, Saiful Amin. Profil Para Mufassir al-Qur’an, Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2008.
Nasir, M. Ridlwan. Memahami Al Qur’an Prespektif Baru Metodologi Tafsir
Muqarin, Surabaya : Indra Media,2003.
Salim, Abdul Mu’in. Metodologi Ilmu Tafsir, cet. 3, Yogyakarta : Teras, 2010.
As Shabuni, Muhammad Ali. Ikhtisar Ulumul Qur`an Praktis, Terj. Muhammad
Qadirun Nur, Jakarta: Pustaka Amani, 2001.
__________, Jalaluddin, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an, Cet. Ke- 1, juz I, Mesir: Darr
al-Salam, 2008.
__________, Jalaludin, Ad Dur al Matsur fi Tafsir al Matsur, Juz 1, Beirut : Darul
Fikr,1195.

25 | M A D Z A H I B U T T A F S I R

Anda mungkin juga menyukai