Anda di halaman 1dari 33

KAJIAN ATAS KITAB TARAJUM

(TAHDZIB AL-KAMAL, TAHDZIB AL-TAHDZIB, DAN TAQRIB AL-


TAHDZIB)
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Kritik Hadis”

Disusun Oleh:

Tiara Fairy 18211104


Wa Ode Asri Fahma R.A 18211111
Zahratunni’mah 18211121

Dosen Pengampu : Sofian Effendi, S. Th.I, MA

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR (IAT)


FAKULTAS USULUHUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QURAN (IIQ JAKARTA)
2021 M/1442 H

1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur Kehadirat Allah Yang Maha Ghafur atas petunjuk, rahmat dan
hidayah–Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah Kritik Hadis.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabiyullah
tercinta yakni Nabi Muhammad SAW, pemimpin para Nabi dan panutan bagi umat
Islam di dunia yang beriman dan bertaqwa, begitu juga dengan para keluarga dan
sahabat yang semoga sampai kepada kita selaku umatnya. Aamiin Yaa Rabbal’alamiin.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih pada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat berguna sebagai referensi ataupun bacaan
yang berguna. Semoga amal kebaikan dan aktivitas yang kita lakukan selalu ada dalam
rahmat dan ampunannya, Aamiin.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..................................................................................................................iii
A. Latar Belakang...........................................................................................................iii
B. Rumusan Masalah......................................................................................................iii
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................iv
BAB II..................................................................................................................................1
PEMBAHASAN..................................................................................................................1
A. Tahdzibul Kamal Fi Asma'i Rijal Karya al-Mizzi......................................................1
1. Biografi al-Mizzi.....................................................................................................1
2. Identifikasi Ideologis...............................................................................................2
3. Latar Belakang Penulisan......................................................................................3
4. Sistematika dan Metode Penulisan........................................................................3
B. Tahdzib al-Tahdzib Karya Ibnu Hajar al-Asqalani....................................................10
1. Biografi Penulis.....................................................................................................10
3. Latar Belakang Penulisan Kitab Tahdzib al-Tahdzib.........................................13
4. Sistematika Penulisan...........................................................................................14
5. Sistematika Penyusunan Kitab............................................................................16
6. Kelebihan Dan Kekurangan Kitab Tahzib Al-Tahzib.......................................17
7. Pandangan ulama terhadap Ibnu Hajar al-Asqalany dam kitab Tahdzib al-
Tahdzib...........................................................................................................................18
C. Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar...........................................................................20
1. Identifikasi Fisiologis............................................................................................20
2. Latar Belakang Penulisan....................................................................................21
3. Karakteristik dan sistematika penulisan.............................................................22
4. Metodologi Penyusunan Kitab.............................................................................22
BAB III..................................................................................................................................24
PENUTUP.............................................................................................................................24
Simpulan............................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kajian agama, signifikansi hadis sebagai sumber otoritatif kedua
setelah al-Qur’an menempati posisi yang sangat sentral. Otoritas Nabi saw. di
luar Al-Qur’an tak terbantahkan dan mendapat justifikasi dari wahyu. Secara
tekstual, merupakan aplikasi Al-Qur’an yang pragmatis. Dalam beberapa
literatur dikatakan bahwa hadis dan wahyu berasal dari sumber yang sama.
Perbedaan keduanya hanya pada bentuk dan tingkat otentisitasnya, bukan pada
substansinya.
Hadis Nabi saw. yang terhimpun dalam kitab-kitab hadis, telah melewati
proses kegiatan yang dinamai riwayah al-hadis atau al-riwayah. Al-riwayah
dalam bahasa Indonesia disebut dengan periwayatan. Sedang periwayatan
menurut terminologi ilmu hadis adalah kegiatan penerimaan dan penyampaian
hadis dengan menyandarkannya kepada orang yang menjadi sandarannya,
dengan menggunakan salah satu bentuk periwayatan. Orang yang telah
menerima hadis dari seorang periwayat, tetapi tidak menyampaikan hadis itu
kepada orang lain, maka tidak dapat disebut sebagai orang yang telah melakukan
periwayatan hadis.
Proses periwayatan berkenaan dengan sanad hadis. Arah penelitian sanad
hadis tertuju pada pribadi para periwayat hadis dan metode periwayatan hadis
yang digunakan. Di mana untuk mengetahuinya diperlukan pemahaman yang
baik tentang berbagai istilah, kaidah dan metode. Dengan demikian, kitab-kitab
rijal al-hadis, yakni kitab yang membahas biografi, kualitas pribadi, dan lain-lain
berkenaan dengan para periwayat hadis, sangat diperlukan. Kitab-kitab yang
digunakan untuk kepentingan itu cukup banyak dan saling melengkapi informasi
yang diperlukan untuk kegiatan penelitian.
Dalam makalah ini, kami membahas tiga kitab yang kitab yang
mejelaskan para periwayat hadis. Kitab-kitab itu ialah Tahdzib al-Kamal karya
Al-Mizzi, Tahdzib al-Tahdzib dan Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-
Asqalani.

iii
B. Rumusan Masalah
Bagaimana kajian terhadap kitab Tahdzib al-Kamal karya Al-Mizzi, Tahdzib al-
Tahdzib dan Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani?

C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui kajian terhadap kitab Tahdzib al-Kamal karya Al-Mizzi,
Tahdzib al-Tahdzib dan Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani.

iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahdzibul Kamal Fi Asma'i Rijal Karya al-Mizzi
1. Biografi al-Mizzi
Pengarang kitab ini adalah Al-Hāfiẓ Jamaluddin Abu al-Hujjaj Yusuf
bin Abdurrahman al-Mizzi al-Damshiqi. Beliau lahir di kota Halab pada tahun
656 Hijriah dan tumbuh di Mizzah, Wafat pada tahun 742 H. Beliau hafal
Qur’an dan ahli fiqih sehingga beliau mencapai derajat ketinggian ilmu yang
biasa disebut dengan ‘Ālim al-‘Allāmah. Al-Mizzi pertama kali belajar pada
tahun 675 H pada usia 19 tahun. Ayah al-Mizzi Shaikh Zaki al-Din ‘Abd al-
Rahman adalah seorang ulama yang hafal Al-Quran (‘Ālim al-Muqri’), hanya
saja tidak ada yang menulis biografinya. Al-Mizzi pertama kali belajar hadis
kepada Zain al-Din Abi al-Abbas Ahmad bin Abi al-Khair Salamah bin
Ibrahim al-Dimashāqi al-Haddad al-Hanbali (589-678 H).1
Sejak saat itu al-Mizzi mengarahkan cita-citanya untuk belajar hadis.
Maka ia banyak mengaji kitab-kitab pokok hadis seperti al-Kutub al-Sittah,
Musnad al-Imam Ahmad, al-Mu’jam al-Kabir karya Abi al-Qāsim al-Ṭabrāni,
Tarikh Madinah al-Salam karya al-Khaṭib al-Baghdādi, Kitab al-Nasb karya
Zubair bin Bakar, al-Sirah karya ibn Hisyam, Muwaththa’ al-Imam Malik, al-
Sunan al-Kabir, Dalāil al-Nubuwwah karya al-Baihaqi, dan sebagainya.
Kemudian al-Mizzi mengembara di kota-kota negeri Syam. Ia pernah belajar
di al-Quds al-Sharif (Yerussalem), Himsha, Himah, dan Ba’albak. Sesudah itu,
ia menunaikan ibadah haji dan belajar di Makkah dan Madinah. Setelah itu ia
pergi ke negeri-negeri Mesir. Ia belajar di Kairo, Alexandria, dan Bilbis
sampai pada tahun 683 H. Di Alexandria ia belajar kepada Shadr al-Din
Sahnun (w.695 H) sampai pada tahun 684 H. Al-Mizzi sakit pada awal bulan
Shafar tahun 742 selama beberapa hari. Sakitnya mula-mula ringan saja,
sehingga tidak menghalanginya untuk memberikan pelajaran. Pada hari Sabtu
tanggal 12 Shafar 742 H beliau wafat, dan dimakamkan di samping makam
isterinya ‘Āishah binti Ibrahim bin Ṣādiq yang meninggal sembilan bulan
sebelumnya, di sebelah barat makam Ibn Taymiyah.2

1
Aniqoh, “Tipologi Kodifikasi Hadith dalam Kitab Tuḥfat Al Aṣrāf bi Ma’rifat Al-Aṭrāf”
dalam jurnal Universum, Vol. 1, No. 1 Januari 2017, h. 29.
2
Aniqoh, “Tipologi Kodifikasi Hadith dalam Kitab Tuḥfat Al Aṣrāf bi Ma’rifat Al-Aṭrāf”, h.
29.

1
Adapun sebagian nama-nama dari guru al-Mizzi yang terkenal adalah
sebagai berikut, Yahya bin Syaraf bin Muri bin Hasan bin Muhammad ibn
Jama’ah bin Hajm al-Nawawi atau yang dikenal dengan Muhyiddin al-
Nawawi. Fakhruddin Ibn Al-Bukhari atau Ali bin Ahmad bin Abdul Wahid
bin Ahmad bin Abdul Rahman al-Sa’di al-Maqdisi al-Shalihi al-Hambali,
yang dikenal dengan Ibnu al-Bukhari. Abu al-Farj Ibnu Qudamah al-Maqdisi.
Muhammad bin Ali bin Wahab bin Muthi’ al-Qusyairi al-Syafi’i al-Maliki
atau yang dikenal dengan Ibnu Daqiq al-‘Iedi. Syarifuddin al-Dimyathi atau
Abdul Rahman bin Khalaf bin Abi al-Husain bin Syaraf bin al-Khadr Ibn
Musa atau yang dikenal dengan al-Dimyathi. Ibrahim bin Ahmad bin Abi al-
Farj Abi Abdillah al-Dimasyqi al-Hanafi atau yang dikenal dengan Ibnu
Sadid.3
Di antara ulama yang berguru kepada al-Mizzi adalah Ibn Taymiyah
(w.728 H), Ibn Sayyid al-Nas al-Ya’mari (w. 734 H), Shams al-Din al-
Dhahaby (w. 748 H), Taqiy al-Din al-Subki (w. 756 H), ‘Alam al-Din al-
Birzali (w. 739 H), Abu ‘Abd Allah bin ‘Abd al-Hadi (w. 744 H), Shalah al-
Din Khalil bin Kaikaldi al-‘Alai (w. 761 H), ‘Ala’ al-Din Mughulthay al-
Hanafi (w. 762 H), Ibn Rafi’ al-Salami (w. 774 H), ‘Imad al-Din Ibn Kathir
(w. 774 H).4

2. Identifikasi Ideologis
Dalam masyarakat pasti mempunyai kebudayaan, adat istiadat,
kepercayaan yang berbeda-beda, hal ini akan mempengaruhi pemikiran serta
watak anggota masyarakat dan ulama dalam menganut sebuah aqidah dan
bermadzhab (dalam fiqh) ataupun dalam menetapkan ketetapan hukum
syari’at. Karena hal ini di pengaruhi oleh kondisi politik, pemikiran, dan
ketetapan hukum. Dalam madzhab fiqh, al-Mizzi menganut madzhab Syafi’i,
dan dalam berakidah al-Mizzi menganut akidah salafi.5

3
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi” dalam Jurnal Studi Hadis Nusantara 8, Vol. 1, No. 2, Desember 2019, h. 8-9.
4
Aniqoh, “Tipologi Kodifikasi Hadith dalam Kitab Tuḥfat Al Aṣrāf bi Ma’rifat Al-Aṭrāf”, h.
30.
5
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi”, h. 8.

2
3. Latar Belakang Penulisan
Sebuah inspirasi yang memacu al Mizzi untuk membuat karya tulis
dalam Rijalul Hadis adalah Kitab Al Kamal Fi Asma'i Rijal karya al Hafidz
Abu Muhammad Abd al Ghani, kitab ini memuat semua para perawi kutubbut
tis'ah, baik dari kalangan sahabat, tabiin, atba 'tabiin sampai semua guru-
gurunya. Namun bagi al Mizzi, kitab tersebut mempunyai kekurangan-
kekurangan yang harus di carikan solusinya, di antara kekurangan-kekurangan
tersebut adalah kebanyakan nama-nama hingga mencapai ratusan kendali dari
kutubuttis'ah yang tepat penjesalan dan informasi. Hal inilah yang mendorong
al Mizzi pada keputusan untuk menyusun kitab baru yang berdasarkan perawi-
perawi dalam kitab al kamal dan kitab itu dinamakan dengan Tahdzibul kamal
fi asma'I rijal. Ia memulai menulisnya pada tanggal 9 Muharram 705 H dan
selesai pada Hari Raya Idul Adha 712 H, kitab tersebut terdiri dari 14 jilid
yang oleh al Mizzi mulai dipresentasikan pada 706 H.6
4. Sistematika dan Metode Penulisan
a. Metode penulisan.7
 Kitab Tadzhib al-Kamal fi Asma’ al-Rijal merupakan ringkasan dan
penyempurnaan dari kitab al-Kamal. Kitab ini memuat 8645 perawi
disusun dalam 35 jilid.
 Penyusunan kitab ini berdasarkan huruf Mu’jam atau berdasarkan
urutan abjad huruf hijaiyah.
 Memberikan tambahan nama-nama perawi yang kurang pada kitab
sebelumnya, berupa pemberian nama-nama perawi yang terdapat
pada kutub al-Sittah. Kitab ini di tulis berdasarkan sumber asli
dengan menggunakan cara sendiri yakni menggunakan tanda pada
nama bapak perawi.

6
https://achwanbrudin-wordpress-
com.cdn.ampproject.org/v/s/achwanbrudin.wordpress.com/2011/02/06/studi-kitab-tahdzibul-kamal-fi-
asma%E2%80%99i-rijal-karya-al-mizzi/amp/?
amp_js_v=a6&amp_gsa=1&usqp=mq331AQHKAFQArABIA%3D
%3D#aoh=16105881611316&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari
%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fachwanbrudin.wordpress.com
%2F2011%2F02%2F06%2Fstudi-kitab-tahdzibul-kamal-fi-asma%25E2%2580%2599i-rijal-karya-al-
mizzi%2F diakses pada 01 Januari 2021 pukul 08:41 WIB.
7
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi”, h. 10-11.

3
 Pemberian tanda pada setiap nama perawi yang terdapat
periwayatanya pada mukharij hadis baik itu terdapat dalam Kutub al-
Sittah atau terdapat pada kitab yang lain. Contoh perawi A terdapat
dalam kitab Shahih Bukhari ditandai dengan huruf (‫ خ‬,(atau terdapat
dalam kitab atau bab hadis contoh perawi A terdapat dalam kitab
Raf’ul Yadaini Fi al-Shalat di tandai dengan huruf (‫( ي‬dan lain
sebagainya.
 Memberikan simbol-simbol berikut : (‫ )ع‬untuk kutub al-Sittah, (٤)
untuk sunan al-Arba’ah, (‫ )خ‬untuk kitab Shahih Bukhari, (‫ )م‬untuk
kitab Shahih Muslim, (‫ ) د‬untuk kitab Sunan Abi Dawud, (‫ )ت‬untuk
kitab Sunan al-Tirmidzi, (‫ )س‬untuk kitab Sunan al-Nasa’i, (‫ )ق‬untuk
kitab Sunan Ibnu Majah, (‫ )خت‬untuk kitab Ta’liqat karya al-Bukhari, (
‫ )بخ‬untuk kitab al-Adab al-Mufrad karya al-Bukhari ,(‫ )ى‬untuk kitab
Raf’u al-Yadain karya al-Bukhari, (‫ )عخ‬untuk kitab Kalq af’al
al-’Ibad karya al-Bukhari,(‫ )ز‬untuk kitab al-Qira’ah Khalfa al-Imam
karya al-Bukhari, (‫ )مق‬untuk Muqaddimah kitab Shahih Muslim, (‫)مد‬
untuk kitab al-Marasil karya Abu Daud, (‫ )قد‬untuk kitab al-Qadar
karya Abu Daud, (‫ )خد‬untuk Kitab al-Nasikh wa al-Mansukh karya
Abu Daud,(‫ )ف‬untuk kitab al-Tafarrud karya Abu Daud, (‫ )صد‬untuk
kitab Fadhail al-Anshar karya Abu Daud, (‫ )ل‬untuk kitab al-Masa’il
karya Abu Daud, (‫ )كد‬untuk kitab Musnad Malik karya Abu Daud, (‫)ثم‬
untuk kitab al-Syama’il karya al-Turmudzi, (‫ )سى‬untuk kitab al-Yaum
wa al-Lailah karya al-Nasa’i, (‫ )كن‬untuk kitab Musnad Malik karya
al-Nasa’i, (‫ )ص‬untuk kitab Khasa’is ’Ali karya al-Nasa’i, (‫ )عس‬untuk
kitab Musnad ’Ali karya al-Nasa’i, (‫ )فق‬untuk kitab al-Tafsir karya
Ibnu Majah.
 Pemberikan nomor pada setiap nama perawi yang terdapat di dalam
kitabnya dengan memberikan tanda pada nomor tersebut dengan
tujuan untuk mengetahui bahwa perawi itu merupakan imam yang
terdapat di dalam kitab hadis yang di keluarkannya.
 Langkah-langkah al-Mizzi dalam menuliskan biografi perawi, pada
tema besar al-Mizzi menyebutkan nama perawi yang sama dalam
jumlah yang banyak, seperti nama Ahmad, kemudian pemberian

4
nomor urut pada setiap perawi dan pemberian rumus atau tanda
sebelum nama perawi, nama perawi disertai dengan gelar, tempat
tinggal perawi, menyebutkan nama-nama guru dan muridnya disertai
dengan sedikit kisah, mencantumkan beberapa pendapat ulama
mengenai penilaian perawi, menyebutkan tanggal wafat dan
menyebutkan mukharij hadis.
 Pada jilid terakhir terdapat empat pasal penting. Pertama, pasal yang
menjelaskan tentang perawi yang terkenal dengan menisbatkan pada
nama kakeknya, bapak, ibu atau pamannya. Kedua, pasal menjelaskan
tentang perawi yang dikenal dengan menisbatkan pada kabilah atau
golongan, negara, atau pekerjaannya. Ketiga, pasal yang menjelaskan
perawi yang dikenal dengan nama panggilan atau Laqab. Keempat,
pasal yang menjalaskan nama-nama perawi wanita dan perawi wanita
yang dikenal dengan nama kunyahnya.
b. Sitematika Penulisan.8
 Jilid pertama, tentang sejarah singkat Nabi Muhammad S.A.W.,
nama-nama beliau, putra-putri beliau, haji dan umrah Nabi, khadim
Nabi, budak-budak Nabi, hewan peliharaan dan kendaraan Nabi,
sifat-sifat dan akhlaq Nabi. Pada akhir jilid ini dimulai penulisan
nama-nama rijal al-hadits yang diurutkan berdasarkan urutan mu’jam
serta dimulai dengan nama Ahmad.
 Jilid ke-dua dan ke-tiga, berisi nama-nama perawi yang diawali
dengan huruf alif seperti: Aban, Asma’, Isma’il, Ayyub dan lain-lain.
 Jilid ke-empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf ba’, ta’, tsa’,
jim seperti: Badzam, Bajalah, Bujair, Tuba’i, Tilb, Talid, Tsabit,
Jaban, Jabir dan lain-lain.
 Jilid ke-lima, nama-nama yang dimulai dengan huruf jim, dan ha’
seperti: Ja’far, Ju’ail, Habs, Hatim, Hajib dan lain-lain.
 Jilid ke-enam dan ke-tujuh, nama-nama yang dimulai dengan huruf
ha’, dimulai dengan nama Hussam, Hasan, Hafs, Hakam, Hammad
dan lain-lain.

8
http://kulyahinternet.blogspot.com/2015/04/makalah-uraian-kitab-kitab-yang.html?m=1
diakses pada 17 Januari 2021 pukul 11:21 WIB.

5
 Jilid ke-delapan, nama-nama yang dimulai dengan huruf kha’, dal,
dzal, seperti Kharijah, Khalid, Darim, Daud, Dzakwan, Dzuhail dan
lain-lain.
 Jilid ke-sembilan, nama-nama yang dimulai dengan huruf ra’, dan
zai, seperti: Rasyid, Rafi’, Zubair, Zuhairi, Zakariya dan lain-lain.
 Jilid ke-sepuluh, ke-sebelas dan ke-duabelas, nama-nama yang
dimulai dengan huruf zai, sin, syin seperti: Zaid, Sahim, Sa’d, Sa’id,
Sufyan, Sulaiman, Syuja’, Syu’aib, Syihab dan lain-lain.
 Jilid ke-tiga belas, ke-empat belas, ke-lima belas, ke-enam belas,
ke-tujuh belas, ke-delapan belas, ke-sembilan belas, ke-dua
puluh, ke-dua puluh satu, ke-dua puluh dua, ke-dua puluh tiga,
nama-nama yang dimulai dengan huruf shad, dladl, tha’, zha’, ‘in,
ghin, fa’, qaf, seperti: Shalih, Shafwan, al-Dlahhad, Dlamran, Toriq,
Talhah, ‘Asim, ‘Amir, ‘Ubbad, ‘Abbas, ‘Abdullah, ‘Abdurrahman,
‘Abdul Aziz, ‘Ubaidillah, ‘Usman, ‘Atha’, ‘Ali, ‘Umar, ‘Amr,
‘Imran, ‘Isa, Ghani, al-Fadl, Fudlail, al-Qasim, Qatadah, dan lain-lain.
 Jilid ke-dua puluh empat, nama-nama yang dimulai dengan huruf
qaf, kaf, lam, seperti: Qa’is, Kasir, Ka’b, Luqman, Laits, dan lain-
lain.
 Jilid ke-dua puluh lima, ke-dua puluh enam, ke-dua puluh tujuh,
ke-dua puluh delapan, ke-dua puluh sembilan, dan ke-tiga puluh,
nama-nama yang dimulai dengan huruf mim, dan nun seperti:
Muhammad, Mus’ab, Musa, Maisah, Maimun, Nafi, Nashr, dan lain-
lain.
 Jilid ke-tiga puluh satu dan ke-tiga puluh dua, nama-nama yang di-
mulai dengan huruf wawu, lam-alif, dan ya’, seperti: Washil, Waki’,
al-Wahid, Wahb, Lahiq, Yasin, dan Yahya dan lain-lain.
 Jilid ke-tiga puluh tiga, kitab Kuna (nama-nama yang dimulai
dengan Abb, Umm dan sejenisnya).
 Jilid ke-tiga puluh empat, nama-nama yang terkenal yang
dinisbatkan pada nama qabilahnya.
 Jilid ketiga puluh lima, menjelaskan orang-orang yang tekenal yang
dinisbatkan kepada Suku, Negeri, pekerjaan, dan gelar (laqab). Para

6
perawi yang masih samar, perawi dari kalangan wanita dan kunyah
perawi wanita.
c. Contoh sistematika penulisan.9
 Penyusunan berdasarkan huruf Mu’jam atau abjad huruf yang
diawali dengan huruf alif dan dimulai dengan nama Ahmad.

‫بباب األلف‬
‫من امسه أمحد‬
‫ نزيل بغداد‬،‫ أبو علي‬،‫أمحد بن إبراهيم بن خالد املوصلي‬

 Penyusunan kitab berdasarkan nama perawi yang terbilang masih


diragukan.

‫ومن األوهام‬
( ‫ابان بن سلمان ) مد‬
‫ عن النيب صلى اهلل عليه وسلم ) مد ( مرسال يف املناسك‬.
‫ ابن جريج ) مد‬: ‫وعنه‬
‫ و يف‬,‫ وهو خطأ‬، « ‫هكذا وقع يف بعض األصول من « املراسيل‬
‫ إن شاء اهلل‬C‫ وسيأيت يف موضعه‬، ‫بعضها زبان بن سلمان وهو الصواب‬
 Pemberian nomor urut pada setiap nama perawi dan pemberian
tanda atau rumus sebelum menyebutkan nama perawi.

202- ‫ ) بن أيب‬1 ( ‫ إبراهيم بن عبد الرمحن بن عبد اهلل‬: ‫خ س ق‬


) 2 ( ‫بن املغرية بن عبد اهلل بن عمر‬, ‫ وامسه عمرو‬، ‫ربيعة ذي الرحمني‬
‫بن خمزوم بن يقظة بن مرة بن كعب بن لؤي بن غالب القرشي‬
‫ وأمه أم كلثوم بنت أيب بكر الصديق‬، ‫املخزومي املدين‬.
 Penyusunan nama perawi berdasarkan kunyah.

7191 ‫ املديين‬، ) 1 ( ‫ أبو إبراهيم األشهلي األنصاري‬: ‫ت س‬

 Penyusunan nama perawi berdasarkan nama perawi yang dikenal


dengan menisbatkan pada nama bapak, ibu, kakek, atau pamannya.

)3( ‫ و قد تقدم يف الكىن‬.‫ هو ابو عبيدة بن عبيد اهلل‬,‫ابن االشجاعي‬


9
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi”, h. 11-14.

7
‫وقال ابن حبان يف كتاب الثقات ‪ « ) 4 ( :‬عباد بن عبيد اهلل عبید‬
‫الرمحن األشجعي من أهل الكوفة ‪ ،‬يروي عن أبيه ‪ ،‬ووكيع ‪ .‬روى‬
‫عنه إبراهيم بن عرعرة‪ C,‬وعیسی بن حممد املروزي ‪ ،‬وأبو زهري‬
‫‪.‬اخلراساين‬
‫‪‬‬ ‫‪Penyusunan nama perawi yang dikenal dengan menisbatkan pada‬‬
‫‪kabilah, negara, atau pekerjaanya.‬‬

‫اإلسكاف ‪ :‬مجاعة منهم‪ ,‬سعد بن طريف‪-‬‬


‫األشجاعى‪ ,‬هو ‪ :‬عبيد اهلل بن عبيد الرمحن‪-‬‬
‫األصمعى‪ ,‬هو ‪ :‬عبد امللك بن قريب‪-‬‬
‫اإلفرقى‪,‬هو ‪ :‬عبد الرمحن بن زياد بن انعم‪-‬‬

‫‪‬‬ ‫‪Penyusunan nama perawi yang dikenal dengan nama Laqab atau‬‬
‫‪panggilan.‬‬

‫اإلبح ‪ :‬محاد بن حيي السلمى‪-‬‬


‫اإلبرش ‪ :‬اثنان ‪ :‬سلمة بن الفضل الرزى‪ ,‬و حممد بن حرب اخلوالىن‪-‬‬
‫اىب اللحم الغفارى ‪ :‬امسه عبد اهلل‪ ,‬و قيل ‪ :‬حلف‪ ,‬و قيل ‪ :‬احلويرث‪-‬‬
‫‪‬‬ ‫‪Penyusunan nama perawi yang masih samar atau belum jelas.‬‬

‫‪ .‬س ‪ :‬إبراهيم بن أيب عبلة املقدسي‬


‫‪ .‬عن ‪ :‬رجل ‪ ،‬عن واثلة بن األسقع يف العتق عن امليت‬
‫الديلمي ابن الغريف ‪ :‬هو‬
‫‪‬‬ ‫‪Penyunan kitab berdasarkan nama-nama perawi perempuan.‬‬

‫ع ‪ :‬أمساء بنت أيب بكر الصديق زوجة الزبري بن العوام و هي‪7780‬‬


‫شقيقة عبد اهلل بن أيب بكر ‪ .‬أمهما أم العزى قبلة ‪ ،‬ويقال ‪ :‬قتيلة بنت‬
‫عبد العزى بن عبد أسعد بن جابر ‪ ،‬وقيل ‪ :‬نصر ابن مالك بن حسل‬
‫بن عامر بن لؤي‬
‫‪‬‬ ‫‪Penyusunan kitab berdasarkan nama perawi wanita yang dikenal‬‬
‫‪dengan nama kunyahnya.‬‬

‫ام باب الكىن من كتاب النساء ‪948‬‬


‫ابيها بنت عبد اهلل بن جعفر بن أيب طالب القرشية اهلامشية اجلعفري‪C‬‬
‫‪8‬‬
5. Pandangan ulama terhadap al-Mizzi dan kitab Tahdzibul Kamal Fi
Asma'i Rijal
a. Pandangan ulama terhadap al-Mizzi.10
 Adz-Dzahaby, Berpendapat di dalam kitabnya Mu’jam al-Syuyukh
alKabῑr. Orang yang pandai, yang mahir, Jamaluddin Abu alHujjaj
seorang tokoh yang ahli hadis islam al-Kalaby al-Qudlo’i al-Mizzi al-
Dimasyqi al-Syafi’i, mencari hadis pada tahun 675 H dan sampai
sekarang. Al-Mizzi termasuk sosok ulama yang tidak pernah pantang
menyerah. Beliau termasuk orang yang gigih di dalam mempelajari
bahasa arab, orang yang banyak memberikan manfaat pada sesama,
dan ahli pada bidang bahasa dan tashrif, beliau menyusun sebuah
karangan tentang itu. Karangannya banyak dan pendapatnya baik,
orangnnya sederhana, rendah diri, orangnya sabar, dan tidak punya
sifat jelek
 Shalahuddin Ash-Shufdi, Menurutnya al-Mizzi adalah seorang
pemimpin ahli hadis, orang yang hafal banyak hadis, seorang yang
ahli dalam kritikus sanad dan lafadz hadis dan al-Mizzi lah
merupakan syekh di masanya, orang yang banyak hafal hadis di
masanya, seorang kritikus di masanya.
 Tajuddin bin Ali bin Abdul Kafi al-Subki, berpendapat bahwa al-
Mizzi adalah seorang guru yang dijadikan sebagai panutan kita yakni
Syekh Jamaluddin Abu al-Hujjaj al-Mizzi. Beliau adalah orang yang
banyak hafal hadis di masanya yang membawa bendera ahlussunnah
wal jama’ah yang tegak dalam membawa beban pekerjaan untuk
sebuah ketaatan. tidak ada sedikit orang yang menyaksikan atas
kepribadiannya yang kuat, al-Mizzi satu-satunya ulama yang condong
kepada ijma’ di masanya dan salah satu ulama yang condong dalam
periwayatan hadis kepada metode Sima’.
b. Pandangan ulama terhadap kitab Tahdzibul Kamal Fi Asma'i Rijal.11
10
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi”, h. 15.
11
Ibnu Ahmad Saefudin, dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi”, h. 16.

9
 Shalahuddin al-Sufdi, Al-Mizzi menuliskan kitab Tahżib al-Kamāl
terdapat 14 jilid yang merupakan dari sebagian dari kitab-kitab
terdahulu di dalam kepentingannya, dan imam al-Mizzi ini termasuk
orang yang masyhur (terkenal) di masa hidupnya.
 Tajuddin al-Subki, Menurut Tajuddin al-Subki di dalam karangan
kitabnya Ṭabaqāt al-Syāfi’iyah al-Kubra berkomentar bahwasanya
kitab Tahżῑb al-Kamāl ini merupakan kitab majmu’ dan tidak ada
karangan kitab yang sepadan dengannya.
 Ibnu Taghri Bardi, Menurut pendapat Ibnu Taghri Bardi di dalam
kitab al-Nujum al-Zāhirah fῑ Muluki Mishra wa al-Qāhirah, ia
berkomentar bahwa karangan yang di tulis oleh al-Mizzi pada kitab
Tahżῑb al-Kamāl Fῑ Asmā al-Rijāl merupakan kitab yang paling baik
diantara yang baik di dalam maknanya.

B. Tahdzib al-Tahdzib Karya Ibnu Hajar al-Asqalani


1. Biografi Penulis
Nama dan Nasab
Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqalany adalah Syaikh al-Islam alUstadz
pemimpin para Imam, Syihabuddin Abu al-Fadl Ahmad bin ‘Ali bin
Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad al-Kannany al-Asqalany alMishry al-Qahiri
al-Syafi’i lebih dikenal dengan nama Ibnu Hajar.12
Kelahiran dan perkembangan Ibnu Hajar
Ibnu Hajar dilahirkan pada bulan Sya’ban tahun 773 H di sebuah
daerah pinggiran sungai nil Mesir kuno. Ayahnya wafat pada tahun 777 H,
sedangkan ibunya wafat sebelumnya. Pada usia 4 tahun Ibnu Hajar sudah
menjadi yatim piatu. Ibnu Hajar diasuh oleh kakak tertuanya, seorang
saudagar kaya raya di Mesir yaitu Zakiuddin Abu Bakr bin Nuruddin ‘Ali al-
Kharubi (w. 787 H) setelah kedua orang tuanya meninggal. Selanjutnya, Ibnu
Hajar diasuh oleh al-‘Allamah Syamsuddin Ibnu al-Qatthan (w. 813 H).13
Zakiuddin al-Kharubi menjadi wali Ibnu Hajar dengan penuh dedikasi.
Ia mengerahkan segenap kemampuan untuk mengasuh dan mendidik Ibnu
Hajar sampai wafatnya pada tahun 787 H. Ibnu Hajar hafal al-Qur’an pada
12
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, dalam
Jurnal Studi Hadis Nusantara, Volume 1 Nomor 2 Desember 2019, hal. 3.
13
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 3.

10
usia 9 tahun. Pada suatu perjalanan umrah bersama dengan walinya, Ibnu
Hajar yang saat itu berusia 12 tahun pernah menjadi Imam di Masjid al-
Haram. Sekembalinya ke Mesir, Ibnu Hajar belajar dengan giat dan penuh
semangat. Ibnu Hajar mampu menghafalkan beberapa kitab diantaranya: kitab
Umdah al-Ahkam karya Abd al-Ghina al-Maqdisi, Al-Hawi al-Shagir karya
Al-Qhazwini, Mukhtasar Ibnu al-Hajib al-Ashli.14
Ibnu Hajar memiliki daya ingat yang kuat. Setiap hari, Ibnu Hajar
menghafalkan setengah juz al-Qur’an. Hari-harinya diisi dengan belajar
berbagai disiplin ilmu kepada para ulama ahli hadis, fiqh, bahasa dan sastra.
Ibnu Hajar sangat bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu sehingga
mendapatkan hasil yang maksimal. Ibnu Hajar berhasil menjadi ulama yang
sangat disegani masyarakat, cerdas, dan sangat dalam ilmunya.15
Sifat dan Akhlak Ibnu Hajar
Ibnu Taghri Bardi dalam kitabnya al-Nujum al-Zahirah menerangkan
sifat Ibnu Hajar sebagai berikut; Ibnu Hajar adalah Syaikh al-Islam hafidz
seluruh wilayah timur dan barat, Amir al-Mu’minin dalam bidang hadis, guru
para syaikh al-Islam, penjaga Sunnah Nabi SAW., ketua para qadhi, pemimpin
para hafidz dan rawi yang dijuluki Syihabuddin Abu al-Fadhl Ahmad bin
Syaikh Nuruddin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad bin
Hajar al-Mishri. Ibnu Hajar dilahirkan, dibesarkan, bermukim, serta wafat di
Mesir. Seorang ulama besar madzhab Syafi’i, pemimpin para qadhi mesir.
Setelah masa Ibnu Hajar, belum ditemukan orang yang sebanding dengannya
dalam hal ilmu hadis.16
Ibnu Hajar merupakan seorang imam yang alim, hafidz, pandai
bersyair, sastrawan, penulis yang handal, kuat hafalan, fasih lisannya, sangat
cerdas, dan menjadi pemimpin dimasanya. Ibnu Hajar merupakan orang yang
tawadhu’, sangat wara’, lapang dada, tidak pendendam, memiliki rasa
toleransi yang tinggi, dermawan, dan sangat disiplin terhadap waktu.17
Perjalanan Ibnu Hajar dalam Menuntut Ilmu
Ibnu Hajar melakukan perjalanan ke berbagai wilayah untuk menuntut
ilmu. Wilayah-wilayah yang ia singgahi diantaranya: Mesir, Syam, Hijaz, dan
14
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 3.
15
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 3.
16
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.
17
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.

11
Yaman. Ibnu Hajar belajar dari para ulama yang ada di berbagai wilayah
tersebut.18
Para Guru Ibnu Hajar
Al-Sakhawy dalam kitabnya al-Jawahir wa al-Durar membagi guru
Ibnu Hajar menjadi tiga kelompok: a) Para Syaikh yang Ibnu Hajar pernah
mendengar suatu hadis darinya, sekalipun hanya satu hadis; b) para Syaikh
yang pernah memberikan ijazah kepada Ibnu hajar; c) para Syaikh yang Ibnu
Hajar ikuti mudzakarah dan ceramah serta membaca karya-karyanya.19
Jumlah keseluruhan guru Ibnu Hajar mencapai 640 ulama. 14 Diantara
guru Ibnu Hajar yang mempunyai pengaruh terhadapnya adalah: Ibrahim bin
Ahmad al-Ba’ly al-Ashli al-Dimasqi, Umar bin Ruslan al-kannani al-
Asqalany, Abu Hafs Sirajuddin al-Balqiny, Ibnu Mulqin, Ibnu Jama’ah
‘Izzuddin. Ibnu Hajar banyak mendengar hadis dari para ulama pada masanya,
diantaranya al-Dzahabi dan al-Mizi.20
Murid-murid Ibnu Hajar
Ibnu Hajar dikenal dengan ilmunya yang luas serta akhlaknya yang
mulia. Faktor inilah yang membuat orang orang tertarik untuk berguru
kepadanya. Murid Ibnu Hajar mencapai 500 orang.21 Diantaranya yaitu ;
Zakariya ibn Muhammad al-Anshari, Syamsuddin Muhammad ibn
‘Abdurrahman al-Sakhawi, al-Jamal Ibrahim alQalqasandi, ‘Abdul Haq al-
Sinbati, al-‘Aziz Fahad, Ibn Arkamasi, al-Burhan al-Biqa‘i, Ibnu Haidari, al-
Kamal Ibnu al-Hammam al-Hanafi, Qasim Ibnu Qutlubuga, Ibnu Taghir
Bardi, Ibnu Quzni, Abul Fadl Ibnu asy-Syihnah, al-Muhib al-Bakri, Ibnu al-
Sairafi, dan lainnya.22
Wafatnya Ibnu Hajar
Ibnu Hajar menjalani masa-masa kehidupan yang penuh dengan
kegiatan ilmiah dalam berkhidmah kepada ilmu dan berjihad menyebarkannya
dengan beragam cara. Cara yang dilakukan seperti pengajaran formal, imla’,
berfatwa, dan menulis berbagai macam kitab. Ibnu Hajar jatuh sakit pada

18
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.
19
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.
20
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.
21
Amin Iskandar, “Metodologi Kritik Sanad Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalany”, hal 4.
22
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, dalam Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah : Farabi , Vol. 18 No. 2,
Desember 2018, hal 140.

12
bulan Dzul qa’dah tahun 852 H . Di hari-hari berikutnya, sakit yang dialami
semakin parah sampai wafat pada hari sabtu tanggal 18 Dzul Hijjah tahun 825
H. Ibnu Hajar dishalatkan oleh kaum muslimin yang jumlahnya mencapai
sekitar lima puluh ribu orang. Kaum muslimin yang menyolati terdiri dari
berbagai kalangan, meliputi ulama, umara, dan masyarakat umum. Jenazahnya
dikuburkan di perkuburan Bani al-Kharubi, tidak jauh dari makam Imam al-
Syafi’i.23
Karya-Karya Ibnu Hajar
Ibnu Hajar memiliki karya dalam berbagai bidang ilmu Ulum al-
Qur’an dan Ulum al-Hadis dengan berbagai cabangnya seperti fiqh, akidah,
ma’ajim, kutub al-rijal, manaqib, tarikh, sastra dan bahasa, serta syair.
Karyanya tidak kurang dari seratus lima puluh kitab, diantaranya: Ithaf Al-
Mahrah bi Athraf Al-Asyrah, Al-Ishabah Fi Tamyiz Al-Shahabah, Bulugh al-
Maram Min Adillah al-Ahkam, Taqrib al-Tahdzib, Tahdzib al-Tahdzib, Fath
al-Bari, Lisan Al-Mizan.24

2. Identifikasi Fisiologis
Judul Kitab : Tahdzib al-Tahdzib
Pengarang : Ibnu Hajar al-Asqalani
Penerbit : Maktabah Dar al-Fikr Beirut
Cetakan : 1327 H
Jumlah jilid : 12 jilid

3. Latar Belakang Penulisan Kitab Tahdzib al-Tahdzib


Tahzib al-Tahzib merupakan sebuah karangan yang cukup terkenal
dalam bidang Ilmu al-Rijal yang mencakup ringkasan dari kitab Tahzib al-
Kamal karangan al-Mizziy (742 H). Selain itu juga mencakup beberapa
tambahan lain selain ringkasan tersebut. Kitab Tahzib al-Tahzib adalah kitab
yang ke 19 dari beberapa kitab rijal yang ada sebelumnya. Tahzib al-Tahzib
adalah salah satu karya tulis yang disusun sendiri oleh Ibnu Hajar. Berbeda
dengan al-Mizziy dengan Tahzib al-Kamalnya yang lebih melebar dan meluas,

23
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 140.
24
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 140.

13
serta berbeda pula dengan Tahzib al-Tahzib karangan al-Zahabiy yang
memiliki ungkapan-ungkapan meluas karena tahzib al-tahzib lebih terarah dan
simpel. Penjelasan Ibnu Hajar menjadi cukup berbeda dengan dua kitab di
atas, lantaran tidak memasukkan beberapa hadis yang telah ditakhrij oleh al-
Mizziy dalam tahzib al-Kamalnya, bahkan membatasi, hanya mengambil
nama-nama guru yang cukup terkenal dari tokoh yang diangkat.25
Dalam muqaddimahnya, Ibnu Hajar menuturkan bahwa awal mula
penulisan kitab ini merupakan respon dari kitab - kitab sebelumnya. Yaitu al
Kamal fi Asma al'Rijal karya Al-Hafidz Abu Muhammad Abdul Ghaniy ibn
Abdul Wahid al-Maqdisiy, Tahdzib al- Kamal fi Asma' ar-Rijal karya al-
Hafidz Jamaluddin Yusuf ibn Abdirrahman al-Miziy ad-Dimasyqi, dan
Tadzhib al-Tahdzib karya al- Dzahaby. Dari ketiga kitab tersebut, Ibnu Hajar
mengarang kitab Tahdzib al-Tahdzib.26

4. Sistematika Penulisan
Kitab Tahzib al-Tahzib karya Ibnu Hajar al-Asqalani adalah salah satu
kitab yang sering digunakan dalam mengkaji kualitas rawi. Dinamakan tahzib
karena kitab ini berisi ringkasan dari kitab Tahzib al-Kamal karya al-Mizzi.
Tulisan ini membahas tentang kitab Tahzib al-Tahzib karya Ibnu Hajar al-
Asqalani.27
Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam muqaddimah kitabnya mengatakan:
“Aku memohon petunjuk kepada Allah Ta‘ala dalam menyusun ringkasan (al-
Tahzib) dengan harapan agar diluruskan oleh Allah Ta‘ala, dan aku
sesungguhnya meringkasnya khususnya untuk kepentingan jarh dan ta‘dil dan
memotong sebagian keterangan-keterangan yang terlalu panjang (dalam kitab
sebelumnya). Aku memotong sebagian keterangan-keterangan yang terlalu
panjang tersebut sehingga menjadi sepertiga dari kitab”.28
Walaupun hal yang ditekankan pada Tahzib al-Tahzib adalah jarh dan
ta‘dil, tidak berarti bahwa kitab sebelumnya tidak memuat jarh dan ta‘dil.
25
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, Tesis,
(Makassar : Uin Alaudin Makasar, 2015), Hal. 21, t.d.
26
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, terj. Qadirun Nur
dan Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), hal. 231.
27
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 135.
28
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 142.

14
Kitab Tahzib alKamal juga memuat jarh dan ta‘dil tetapi hal ini bukan yang
menjadi fokus utama penyusunan kitabnya al-Mizzi. Karena di samping
mencantumkan jarh dan ta‘dil, kitab ini juga banyak mencantukan perbedaan
pendapat para ‫احب‬€€‫ة ص‬€€‫ الترجم‬,guru-guru dan murid yang disebutkan secara
panjang lebar dan sebagainya.29
Adapun metode yang digunakan Ibnu Hajar dalam kitabnya Tahzib al-
Tahzib, antara lain:
a. Ibn Hajar al-Asqalani dalam kitab Tahzib al-Tahzib memuat lima pasal
pada muqaddimah Tahzib al-Tahzib sebelum membahas tentang biografi
rijal hadis.30
b. Tidak dibuangnya seorang pun biografi tokoh – tokoh hadis yang terdapat
dalam kitab Tahzib al-Kamal tetapi ditambahkan komentar terhadap
mereka serta memberikan tambahan terhadap apa yang belum disebutkan
al-Mizzi.31
c. Lambang-lambang yang terdapat dalam kitab Tahzib al-Kamal juga
dicantumkan oleh Ibnu Hajar dalam kitab Tahzibnya. Adapun lambang
yang dimaksud seperti :
- ‫ ع‬:untuk menyatakan terdapat dalam kutub al-sittah.
- ٤: untuk menyatakan terdapat dalam kitub al-arba‘ah.
- ‫ خ‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab al-Bukhari.
- ‫ م‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab Muslim.
- ‫ د‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab Abu Dawud.
- ‫ ت‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab Tirmizzi.
- ‫ س‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab al-Nasa’i.
- ‫ ق‬:untuk menyatakan terdapat dalam kitab Ibn Majah dan sebagainya.
d. Sistematika penyusunan nama-nama para ‫ الترجمة صاحب‬dalam kitab al-Mizzi
disusun berdasarkan susunan mu‘jam. Demikian pula yang terdapat dalam
kitab al-Tahzib karya Ibnu Hajar.32

29
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 142.
30
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”
31
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 143.
32
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 146.

15
e. Tidak mencantumkan tiga pasal yang disebut al-Mizzy pada awal kitabnya.
Hal itu yang berkaitan dengan syarat-syarat para tokoh hadis yang enam,
menganjurkan meriwayatkan dari para rawi tsiqot dan biografi Nabi atau
siroh Nabi.33
f. Guru-guru dan murid-murid ‫ الترجمة صاحب‬yang diringkas adalah mereka
yang terkenal atau masyhur, sedang sisanya dibuang. Dan apabila guru-
guru yang terkenal dan tidak seimbang, maka yang diringkas adalah yang
terdapat dalam kitab Bukhari dan Muslim disertai dengan keterangannya
apabila keterangannya pendek, maka tidak diringkas.34 Ibnu Hajar tidak
mengurutkan urutan guru sesuai urutan abjad, karena hal itu akan merusak
urutan usia sehingga didahulukan yang paling banyak dijadikan sandaran.35
g. Meringkas banyak bagian dari Tahdzib al-Kamal yang berupaya
menonjolkan penjelasan tentang jarh dan ta’dil-nya saja dan membuang
penjelasan lain yang dianggap kurang perlu seperti hadits-hadits yang tidak
memiliki keterkaitan.36
h. Banyak membuang perbedaan-perbedaan pendapat tentang wafatnya ‫الترجمة‬
‫صاحب‬.
i. Menambahkan kata ‫ قلت‬di sela sebagian biografi yang tidak ada pada kitab
sebelumnya. Hendaknya pembaca sadar bahwa seluruh kata setelah 'Qultu'
merupakan tambahan Ibn Hajar hingga akhir biografi.37
j. Membuang keterangan dalam biografi jika tidak menunjukkan atau
mengarah kepada untuk menilai ketsiqahan (tautsiq) atau mengkritik
(jarh).38
k. Penyusunan kitab ini berdasarkan atas urutan abjad arab, yakni dimulai dari
huruf ‫ أ‬-‫ي‬.. Jika perawi memiliki nama kunyah atau nama aslinya telah
dikenal atau tidak diperdebatkan maka akan dicantumkan dalam kelompok
nama asli dan ditulis lagi dalam kelompok kunyah. Sedangkan jika nama
33
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 146
34
Fitria N. Laiya, “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, hal 148.
35
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021, pukul 15:45.
36
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021, pukul 15:41.
37
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal 31.
38
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021, pukul 15:47.

16
aslinya tidak diketahui atau masih diperdebatkan maka dimasukkan dalam
kelompok nama kunyah dan ditulis ulang dalam kelompok nama asli.39

5. Sistematika Penyusunan Kitab


Kitab Tahzib al-Tahzib karya Ibn Hajar al-Asqalani yang membahas
tentang biografi periwayat hadis berjumlah Dua belas jilid. Adapun uraian
tentang kedua belas jilid kitab sebagai berikut :40
a. Jilid Pertama : memuat lima pasal yang terdapat di dalam
muqaddimah, kemudian melanjutkan menulis nama-nama periwayat
yang diurutkan berdasarkan urutan mu’jam/abjadiyah serta dimulai .
Dimulai dari periwayat dari huruf alif, ba’ dan ta’ dengan jumlah 863
periwayat.
b. Jilid Kedua : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf tsa’,
ja, ha dengan jumlah 698 periwayat.
c. Jilid Ketiga : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf kha’,
dal, dzal, ro’, zay dengan jumlah 800 periwayat.
d. Jilid Keempat : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf sin,
syin, shod, dhod dengan jumlah 734 periwayat.
e. Jilid Kelima : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf tha’
dengan jumlah 599 periwayat.
f. Jilid Keenam : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf ‘ain
dan ghain dengan jumlah 732 periwayat.
g. Jilid Ketujuh : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf fa dan
qaf dengan jumlah 727 periwayat.
h. Jilid Kedelapan : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf kaf
dan lam dengan jumlah 760 periwayat.
i. Jilid Kesembilan : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf
mim dengan jumlah 807 periwayat.
j. Jilid Kesepuluh : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf
nun dengan jumlah 818 periwayat.
k. Jilid Kesebelas : nama-nama periwayat yang dimulai dengan huruf
ha’, wau dan ya. Dengan jumlah yang 708 periwayat.
39
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021, pukul 15:49.
40
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal 83.

17
l. Jilid Keduabelas : nama-nama periwayat yang memuat beberapa bab
diantaranya bab Kunyah, fasal yang berisikan rawi-rawi yang masyhur
dengan penisbatan kepada bapak, kakek, fasal Laqab, fasal Mubhamat,
kitab an-Nisa’, bab kitab an-Nisa’41 Adapun jumlah periwayat yang
terdapat di dalam jilid ini berjumlah 905 periwayat.

6. Kelebihan Dan Kekurangan Kitab Tahzib Al-Tahzib42


a. Kedudukan Kitab Tahzib al-Tahzib
Setiap karya yang ada, tidak terlepas dari sisi kelebihan dan
kekurangan. Tahzib al-Tahzib selaku karya yang muncul belakangan
dalam Ilmu al-Rijal dan al-Jarh wa al-ta’dil memiliki beberapa kelebihan
tersendiri. Dari sekian banyak kitab Rijal, Tahzib al-Tahzib adalah salah
satu diantara dua buku pegangan umum dalam ilmu Rijal, khususnya
yang tercakup dalam al-Kutub al-Sittah. Bahkan ada istilah populer yang
melekat kepada karya Ibnu Hajar ini, dia digelari dengan predikat
setingkat Shahih Bukhari Muslim dalam deretan kitab hadis, maka tahzib
al-tahzib merupakan salah satu dari dua kitab rijal terbaik yang memuat
ruwat al-kutub al-sittah.
b. Kelebihan Tahzib al-Tahzib
Bermula dari judul kitab, sangat jelas fungsi dan kedudukan kitab
ini seakan menjadi hasil koreksi terhadap beberapa karya sebelumnya.
Bahasan yang ada dalam kitab ini lebih terarah dan terkerucut terhadap
informasi yang dapat memunculkan penilaian kepada al-Rijal baik itu
berupa jarh maupun ta’dil. Muatannya lebih terseleksi, dengan tidak
mengambil pembahasanpembahasan yang terlalu meluas sebagaimana
pada tahzib al-kamal, serta lebih terarah paparannya ketimbang tazhib al-
tahzib. Kitab ini merupakan ringkasan dari kitab sebelumnya yaitu tahzib
alKamal, namun jumlah rijal yang terkandung dalam bahasannya lebih
banyak dibanding yang ada dalam tahzib al-Kamal. Tataran
penjelasannya-pun lebih singkat dan padat, serta tertuju langsung kepada
penilaian terhadap Rijal.
c. Kekurangan Tahzib al-Tahzib
41
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), di akses pada 18 Januari 2021, pukul 15:24.
42
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal 86-87.

18
Berseberangan dengan nilai lebih dari kitab ini, tetap pula ada
sisi-sisi kekurangannya., beberapa hal diantaranya adalah:
1) Terkadang menisbatkan kritikan langsung berdasarkan penilaian
ulama yang masa hidupnya jauh lebih lampau dari Ibn Hajar tanpa
menyebutkan persambungan rentetan kritikus-kritikus sebelumnya.
Bahkan terkadang tanpa penjelasan yang jelas alasan mengapa
seorang rawi dinilai jarh.
2) Terkadang masih mencantumkan pembahasan yang panjang lebar
ketika membahas biografi seorang periwayat.

7. Pandangan ulama terhadap Ibnu Hajar al-Asqalany dam kitab


Tahdzib al-Tahdzib
a. Pandangan Ulama terhadap Ibnu Hajar al-Asqalany
Al-Hafizh Abu Zur'ah berkata, saat memuji sebagian takhrij
Ibnu Hajar, Aku melihat takhrij ini yang tiada bandingannya. Aku
melihat ternyata berisikan kebaikan-kebaikan, baik secara global
maupun terperinci. Aku mengakui bahwa ini kumpulan yang
menghimpun berbagai faidah, lautan yang berisikan hal-hal yang
unik, dan aku merasa kagum dengan isi kandungannya, ketika aku
mencermati riwayatnya. Bagaimana mungkin tidak memiliki sifatsifat
yang cemerlang ini, sedangkan dia terbit dari seorang yang memiliki
berbagai keutamaan yang mencengangkan, asy-Syaikh al-Imam, as-
Sayyid al-Hammam yang memiliki sifat-sifat terpuji dan manaqib
yang bermacammacam, Jamal al-Muhadditsin, Mufid ath-Thalibin,
Syihabuddin Abu al-Fadhl, semoga Allah melimpahkan kepada-nya
sebagian dari karuniaNya, dan mengumpulkan untuknya antara
cabang kebaikan dan pokoknya.43
Jalaluddin as-Suyuthi mengatakan, dia seorang yang tiada
duanya di zamannya, pembawa panji Sunnah di zamannya, Imam
bagi orang-orang yang meneladaninya, orang yang didahulukan
dalam hal hadits, sandaran manusia dalam penilaian dhaif dan shahih,
saksi dan hakim paling besar mengenai atTa'dil dan at-Tajrih.
Keistimewaannya terutama mengenai Syarh al-Bu-khari diakui oleh

43
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal. 123.

19
setiap Muslim, dan semua hakim memutuskan bahwa dia adalah
pengajar. Dia memiliki hafalan luas yang apabila aku sifatkan, maka
sama saja membicarakan tentang al-Bahr (lautan) Ibnu Hajar, dan itu
tidak masalah, dan kritikus yang menyamai Ibnu Ma'in. Karya-
karyanya yang tidak bisa ditandingi. Semoga Allah meridhoi dan
memberi hidayah kepadanya.44
Al-Allamah as-Syaukani mengatakan, Penghafal besar yang
masyhur, imam yang tiada duanya dalam hal pengetahuan tentang
hadits dan ilalnya di zaman-zaman belakangan. Hafalan dan
kesempurnaannya diakui baik oleh orang dekat maupun orang jauh,
musuh maupun teman, hingga penyebutan secara muthlaq kata 'al-
Hafizh' telah menjadi kata kesepakatan. Para penuntut ilmu
melakukan perjalanan kepadanya dari berbagai penjuru, dan karya-
karyanya telah tersebar di masa hidupnya di berbagai negeri. Para raja
saling berkirim surat dari satu negeri ke negeri lainnya mengenai
tulisannya, dan ini banyak sekali.45

b. Pandangan Ulama terhadap kitab Tahdzib al-Tahdzib


Syamsuddin bin al-Jazari telah menghadiahkan karyanya, an-
Nasyr fi alQira`at al-Asyr, kepada al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani,
dan dia menulis pada jilid pertama darinya, Hadiah dari hamba yang
butuh kepada rahmat Allah, Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad al-Jazari, pengarangnya semoga Allah mengampuninya
kepada tuan kami Syaikh al-Imam al-Allamah, hafizh zamannya,
syaikh Mesirnya, Syihabuddin Abu al-Fadhl Ahmad bin asy-Syaikh al-
Imam al-Marhum Nuruddin Abu al-Hasan Ali bin Muhammad al-
Asqalani yang dikenal dengan Ibnu Hajar al-Asqalani semoga Allah
memuliakannya, dan senantiasa memberikan manfaat kepada kaum
Muslimin lewat karya-karyanya yang berguna, keutamaan-
keutamaannya yang banyak, terutama kitab Tahzib al-Tahzib.46
Ibnu Qadhi Syuhbah mengatakan, Tokoh ulama terkemuka
yang masih tersisa, Qadhi al-Qudhah, atau penulis banyak kitab yang
44
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal 125.
45
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal 125.
46
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal. 126

20
dibawa oleh para kafilah. Dia menulis juz-juz dan thabaqat dengan
tulisannya yang bagus, cemerlang dalam hadits, dan memiliki
keistimewaan dalam disiplin ilmu, saat syaikhnya yakni al-Iraqi masih
hidup. Dia duduk di samping syaikhnya saat mendiktekan, dan mahir
dalam berbagai disiplin ilmu, tetapi disiplin hadits lebih
mendominasinya, lalu pengetahuan tentang ilmu ini berpuncak
kepadanya ketika menulis kitab Tahzib al-Tahzib, semoga Allah
melanggengkan nikmatnya, melanggengkan kebahagiaannya, dan
mengukuhkan kemauannya.47

C. Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar


1. Identifikasi Fisiologis
Judul kitab : Taqrib al-Tahdzib
Pengarang : al-Hafidz Ahmad bin 'Ali Ibnu Hajar al-'Asqalany
Pentahqiq : Abu al-Isybal Shaghir Ahmad Shaghif al- Bakistaniy
Penerbit : Dar al-'Ashimah
Tahun terbit : -
Jumlah jilid : 1 jilid
Jumlah halaman: 1412 halaman.

2. Latar Belakang Penulisan


Dalam muqaddimahnya, Ibnu Hajar menuturkan bahwa awal mula
penulisan kitab ini merupakan respon dari kitab - kitab sebelumnya. Yaitu al
Kamal fi Asma al'Rijal karya Al-Hafidz Abu Muhammad Abdul Ghaniy ibn
Abdul Wahid al-Maqdisiy, Tahdzib al- Kamal fi Asma' ar-Rijal karya al-
Hafidz Jamaluddin Yusuf ibn Abdirrahman al-Miziy ad-Dimasyqi, dan
Tadzhib al-Tahdzib karya al- Dzahaby. Dari ketiga kitab tersebut, Ibnu Hajar
mengarang kitab Tahdzib al-Tahdzib. Kemudian, karena permintaan kawan -
kawannya akan kitab yang lebih ringkas lagi sebagai pengantar bagi para
pemula pengkaji hadis, beliau mengarang kitab ini (Taqrib al-Tahdzib).
Sementara menurut 'Ajjaj Khatib, berikut kronologi responisasi kitab -
kitab tersebut: Al-Hafidz Abu Muhammad Abdul Ghaniy ibn Abdul Wahid al-
Maqdisiy (541 - 600 H) telah menyusun kitab Al-Kamal fi Asma' ar-Rijal

47
Masri S, “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”, hal. 126

21
dalam dua jilid. Kemudian al-Hafidz Jamaluddin Yusuf ibn Abdirrahman al-
Miziy ad-Dimasyqi (654 742 H) menyeleksinya dengan memberikan beberapa
tambahan dan menyusunnya secara alfabetis dalam kitab Tahdzib al-Kamal fi
Asma' ar-Rijal. Penyusunannya berlangsung sejak tahun 705 H - 712 H, dan
terdiri 50 juz dalam 12 jilid. Kemudian Ibn Hajar al-'Asqalaniy meringkas
karya al-Miziy tersebut dengan memberikan beberapa tambahan penting,
sehingga lahirlah kitabnya, Tahdzib at- Tahdzib. Kemudian Ibn Hajar
al-'Asqalaniy meringkas lagi kitabnya tersebut dengan nama Taqrib at-
Tahdzib fi Asma' ar- Rijal yang terdiri dari dua jilid kecil.48
Tahdzib al-Tahdzib merupakan karya Ibn Hajar yang berupaya
meringkas dan menyempurnakan kitab Tahdzib al-Kamal karya al-Mizzi yang
oleh Ibn Hajar dianggap terlalu panjang dan bertele-tele. Kemudian Ibn Hajar
juga mengkritik kitab Tahdzib at-Tahdzib karya az-Dzahabi dan juga Kitab al-
Kasyif yang memberikan pembahasan yang cukup panjang namun tidak
memperhatikan ke-tsiqahan dan kritik jarh didalamnya, padahal kedua hal
tersebut paling tidak menjadi tolok ukur utama. Selain itu juga terdapat
beberapa nama yang keberadaan gurunya tidak diketahui dan tidak ada ada
penjelasan lebih lanjut.49

3. Karakteristik dan sistematika penulisan


Kitab Taqrib ini merupakan jawaban dari permintaan para sahabat Ibnu
Hajar agar mempermudah para pemula dalam mengkaji ilmu hadis, khususnya
ilmu rijal dan ilmu jarh wa ta'dil. Untuk menjawab permintaan tersebut, Ibnu
Hajar tidak menjelaskan panjang lebar biografi masing - masing rawi seperti
dalam kitab kitab sebelumnya. Akan tetapi, beliau hanya menyebutkan nama
lengkap (baik nisbah, laqab, maupun kunyah), tingkatan tabaqah, penilaian
jarh wa ta'dil, serta tahun wafat. Oleh karena itu, para pengkaji mudah dalam
memahami maksud di dalamnya. Selain pembahasan yang singkat, pembaca
kitab ini perlu mengetahui beberapa ketentuan yang diberikan oleh Ibnu Hajar
dalam kitab Taqrib. Ibnu Hajar juga menggunakan kode atau rumus kitab yang
menunjukkan rujukan dari masing - masing perawi.

48
Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, terj. Qadirun Nur
dan Ahmad Musyafiq, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2013), hal. 231.
49
Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity Worldview
(wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021, pukul 16:29.

22
Disamping itu, Ibnu Hajar juga memberikan tingkatan jarh wa ta’dil
yang digunakan dalam kitab ini. Kemudian beliau menggunakan rumus
penulisan berupa tingkatan thabaqat.
Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, dalam Taqrib al-Tahdzib membagi
martabat jarh dan ta'dil menjadi dua belas tingkatan.18 Apabila diperinci maka
akan menjadi enam martabat, yaitu enam martabat untuk jarh dan enam
martabat untuk ta'dil.50
Tingkatan lafadz ta'dil bagi rawi, sebagai berikut:
a. Martabat pertama adalah martabat tertinggi, yaitu sahabat Nabi SAW..
b. Martabat kedua adalah martabat ta'dil tertinggi menurut penilaian ulama
dalam tazkiyah atau seleksinya, yaitu lafadz-lafadz ta'dil yang
menunjukkan ketinggian mereka atau menggunakan bentuk af 'al al-
tafdhil, seperti: Autsaq an-Nas, Atsbat an-Nas, Adhbath an-Nas, Ilahi al-
Muntaha fi al-Tatsabbut. Demikian juga kata- kata La A'rifu lahu
Nazhirun fi al-dunya, la Ahada Atsbata Minhu, Man Mitslu Fulan, atau
Fulanun La Yus 'alu Anhu.
c. Martabat ketiga adalah lafadz-lafadz ta'dil yang diulang-ulang, baik
pengulangan maknawi seperti: Tsabtun Hujijatun, Tsabtun Hafizhun,
Tsiqatun Tsabtun, dan Tsiqatun Mutqinun maupun pengulangan lafdzi,
seperti: Tsiqatun Tsiqat, Tsabatun Tsabatun.
d. Martabat keempat adalah lafadz ta'dil tunggal seperti: Tsiqatun, Tsabtun,
Mutqinun, Ka'annahu Mushhafun, Hujjatun, Imamun, dan "Adlun
Dhabithun. Julukan Hujjatun lebih kuat daripada Tsiqatun.
e. Martabat kelima adalah lafadz laisa bihi ba'sun, la ba'sa bih, Shaduq,
Ma'munun, Khiyar al-Khalqi, Ma a'lamu bihi ba 'sun atau mahailuhu
ash-Shidqu.
f. Martabat keenam adalah lafadz-lafadz yang mengesankan dekat kepada
jarh. Martabat ini adalah martabat ta 'dil terendah, seperti Laisa bi ba'id
min al-shawab, Syaikhun, Yurwa hadisuhu, Yu'tabaru bih, Syaikhun
Wasath, Ruwiya 'anhu, Shalih al-hadis, Yuktabu hadisuhu, Muqarib al-
Hadis, Ma aqraba hadisuhu, Shaduq insya Allah.51
50
Amin Iskandar, Jurnal Studi Hadis Nusantara, “Metodologi Kritik Sanad al-Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany”, Vol. 1 No. 2 Desember, 2019, hal 5
51
Amin Iskandar, Jurnal Studi Hadis Nusantara, “Metodologi Kritik Sanad al-Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany”, Vol. 1 No. 2 Desember, 2019, hal 6

23
Sedangkan tingkatan lafadz tajrih bagi rawi, sebagai berikut:
a. Martabat pertama, menunjuk keterlaluan rawi dalam cacaunya. Hal ini
digambarkan dalam shigat al-tafdhil atau ungkapan lain yang
menunjukkan arti sejenis, seperti: audha' al-Nas, akdzabu al-Nas, Ilaihi
al-muntaha fi al-wadh 'i.
b. Martabat kedua, menunjuk sangat dalam kecacatannya. Hal ini biasanya
digambarkan dalam shigat mubalaghah, seperti: Kadzdzabun, Dajjalun.
c. Martabat ketiga, menunjuk pada tuduhan dusta dan lain sebagainya,
seperti lafadz: Fulan Muttaham bi al-kadzibi, Fulan fihi al-nadzar, Fulan
sakitun, Fulan dzahib al-hadis, Fulan matruk al-hadis.
d. Martabat keempat, menunjuk pada sangat dalam cacatnya atau
lemahnya. Seperti lafadz: Mutharrahu al-hadis (orang yang dilempar
hadisnya), Fulan dha 'ifun, Fulan mardud al-hadis.
e. Martabat keempat, menunjuk pada lemah dan kacaunya hafalan rawi,
seperti lafadz: Fulan la yuhtajju bihi (orang yang hadisnya tidak bisa
dijadikan hujjah), Fulan munkar al-hadis, Fulan mudhtarib al-hadis
(orang yang kacau hadisnya), Fulan wahun (orang yang banyak
menduga-duga).
f. Martabat keenam, menunjukkan kelemahan rawi dengan sifat yang
berdekatan dengan adil, seperti lafadz: Dhu'ifa hadisuhu (orang yang di
dha'ifkan hadisnya), Fulan maqalun fihi (orang yang diperbincangkan),
Fulan fihi khalaf (orang yang disingkirkan), Fulan layyinun (orang yang
lunak), Fulan laisa bi al-hujjah, Fulan laisa bi al-qawi.
Ada beberapa perbedaan dalam urutan maratib jarh dan ta'dil. Menurut
Amin Abu Lawi, penyebab perbedaan peringkat jarh dan ta'dil adalah adanya
perbedaan dalam mengukur ke- dhabit-an dan kekuatan hafalan seorang rawi.
Sedangkan ukuran keadilan seorang rawi tidak ada perbedaan karena
hanya ada dua pilihan untuk seorang rawi yaitu, antara adil dan tidak adil.
Khusus mazhab Ibnu Hajar mengelompokkan orang yang dianggap melakukan
bid'ah pada martabat kelima. Sedangkan para imam lainnya menyebutkan
aqidah seorang rawi dengan dua tujuan. Pertama, ditinggalkan riwayatnya jika
seorang rawi ahli bid'ah serta mempropagandakan kebid'ahannya, seperti telah
dijelaskan dalam syarat-syarat diterimanya seorang perawi ahli bid'ah. Kedua,
pengetahuan tentang akidahnya, karena ada kemungkinan dia melakukan

24
bid'ah yang dikafirkan oleh sebagian atau mayoritas ulama dan tidak
menjadikannya martabat secara terpisah. Misalnya yang dikatakan oleh al-
Daruquthni terhadap 'Ibad bin Ya'kub: Syi'i, Shaduq.
Para rawi yang riwayatnya diterima dan hadisnya dijadikan hujjah
menurut pendapat Ibnu Hajar adalah mereka yang berada dimartabat kesatu
sampai keempat. Sedangkan menurut pendapat al-Dzahabi dan al-Iraqi adalah
para perawi yang berada dimartabat kesatu sampai ketiga. Sementara itu,
menurut Ibnu al-Shalah dan Ibnu Abi Hatim al-Razi adalah mereka yang
berada dimartabat kesatu dan kedua.52
Ibnu Hajar menggunakan rumus penulisan berupa tingkatan tabaqah
juga. Berikut tingkatan tabaqah tersebut.
1) Sahabat
2) Tabi'I besar, contohnya Ibnu Musayyab
3) Tabi' in sedang Hasan, contohnya Ibnu Sirin
4) Generasi setelahnya Az-Zuhri, contohnya Qatadah
5) Tabi'in kecil, contohnya Al-A'masy
6) Generasi abad ke-5 H, contohnya Ibnu Juraij
7) Atba'at-tabi 'in besar, contohnya Malik, ats-Tsauri
8) Atba'at-tabi 'in sedang, contohnya Ibnu "Uyainah, Ibnu 'Ulayyah
9) Atba'at-tabi 'in kecil, contohnya Yazid bin Harun, as-Syafi'I, Abu Daud
at- Thayalisiy, 'Abdurrazaq
10) Murid atba' at-tabi'in yang tidak bertemu dengan tabi 'in, contohnya
Ahmad bin Hanbal
11) Generasi dibawahnya (sedang), contohnya Adz-Dzuhly, al-Bukhari
12) Generasi kecil, contohnya At-Timidzi.53
Kitab Taqrib disusun secara alfabetis, mulai dari alif sampai ya’. Selain
itu Ibnu Hajar juga menambahkan bab mengenai al-Kuna (nama kunyah), al-
Alqab (nama laqab), al-Mubhamat (rawi yang tidak disebutkan namanya
dalam periwayatan), dan bab al-Nisa (perawi perempuan). Jumlah keseluruhan
rawi 8.923 tanpa pengulangan. Di dalam kitab ini memang terjadi
pengulangan. Misalnya, apabila rawi telah disebutkan dalam urutan alfabetis,
52
Amin Iskandar, Jurnal Studi Hadis Nusantara, “Metodologi Kritik Sanad al-Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany”, Vol. 1 No. 2 Desember, 2019, hal 7-8
53
Triyanti Nurhikmah, Metodologi Kitab Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar, diakses dari
www. Academia edu, hal 8-9

25
kemudian disebutkan dalam bab al-kuna. Akan tetapi, di penyebutan terulang
tersebut dijelaskan bahwa nama rawi ini telah disebutkan sebelumnya.54

4. Metodologi Penyusunan Kitab


Muqoddimah Taqrib al-Tahdzib Ibnu Hajar menjelaskan metodologi
penyusunan kitab tersebut. Bahwasanya Ibnu Hajar menilai setiap orang dari
para perawi dengan penetapan yang paling shahih, menggambarkannya
dengan selurusnya, dan memberi keterangan yang ringkas, serta mengambil
intisari dari isyarah-nya. Sehingga, setiap biografi tidak lebih dari satu baris,
sudah tercantum nama sang perawi, serta nama ayah dan kakeknya.
Dicantumkan juga nasab, kunyah, dan laqab serta dijelaskan syakl-nya dengan
huruf. Kemudian, dijelaskan juga penilaian jarh dan ta’dil-nya serta thabaqat-
nya. Dicantumkan pula tahun wafatnya, sesuai yang Ibnu Hajar ketahui.
Thabaqat pertama dan kedua sebelum tahun 100 H, thabaqat ketiga sampai
kedelapan diatas tahun 200 H, jika ada yang beda maka dijelaskan oleh Ibnu
Hajar.55
Metodologi Ibnu Hajar dalam menyimpulkan penilaian terhadap
seorang rawi adalah dengan memadukkan dua langkah berikut ini:
1. Memilih salah satu pendapat dari penilaian-penilaian ulama kritikus
sebelumnya, dan menyandarkannya dalam kitab taqrib.
2. Mengambil intisari dari pendapat-pendapat tersebut dan dibahaskan ulang
dengan redaksinya sendiri.

54
Triyanti Nurhikmah, Metodologi Kitab Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar, diakses dari
www. Academia edu, hal 4-5
55
Amin Iskandar, Jurnal Studi Hadis Nusantara, “Metodologi Kritik Sanad al-Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany”, Vol. 1 No. 2 Desember, 2019, hal 8

26
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Pengarang kitab Al Kamal Fi Asma'i Rijal adalah Al-Hāfiẓ Jamaluddin Abu al-Hujjaj
Yusuf bin Abdurrahman al-Mizzi al-Damshiqi. Beliau lahir di kota Halab pada tahun
656 Hijriah dan tumbuh di Mizzah, Wafat pada tahun 742 H. Beliau hafal Qur’an dan
ahli fiqih sehingga beliau mencapai derajat ketinggian ilmu yang biasa disebut dengan
‘Ālim al-‘Allāmah. Sebuah inspirasi yang memacu al Mizzi untuk membuat karya
tulis dalam Rijalul Hadis adalah Kitab Al Kamal Fi Asma'i Rijal karya al Hafidz Abu
Muhammad Abd al Ghani, kitab ini memuat semua para perawi kutubbut tis'ah, baik
dari kalangan sahabat, tabiin, atba 'tabiin sampai semua guru-gurunya.
2. Ibnu Hajar yang memiliki Nama lengkap Ahmad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad Ibn ‘AliIbn
Mahmud Ibn Ahmad Ibn Hajar al-Kannani al-Qabilah merupakan salah satu ulama
terkenal di bidang hadis. Ia berasal dari al-‘Asqalan. Perjalanan dan kegigihannya
dalam menuntut ilmu membuatnya menjadi seorang ulama yang produktif. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya karya yang telah dihasilkan. Guru-guru dan murid Ibnu
Hajar memberikan apresiasi terhadapnya. Apresiasi tersebut bukan saja mengarah
pada kepribadiannya, tetapi juga pada kecerdasan intelektualnya. Metode penyusunan
kitab tahzib al-tahzib yang digunakan Ibnu Hajar meringkas/menghilangkan hal-hal
yang dianggap terlalu panjang agar lebih mudah untuk dipahami. Akan tetapi,
ringkasan tersebut tidak mengurangi substansi yang terdapat pada kitab yang
diringkasnya.
3. Kitab Taqrib merupakan jawaban dari permintaan para sahabat Ibnu Hajar agar
mempermudah para pemula dalam mengkaji ilmu hadis, khususnya ilmu rijal dan
ilmu jarh wa ta'dil. Ibn Hajar al-'Asqalaniy meringkas karya al-Miziy dengan
memberikan beberapa tambahan penting, sehingga lahirlah kitabnya, Tahdzib at-
Tahdzib. Kemudian Ibn Hajar al-'Asqalaniy meringkas lagi kitabnya tersebut dengan
nama Taqrib at-Tahdzib fi Asma' ar- Rijal yang terdiri dari dua jilid kecil.
4.

27
DAFTAR PUSTAKA

al-Khatib, Muhammad ‘Ajjaj. Ushul al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, terj. Qadirun
Nur dan Ahmad Musyafiq. Jakarta: Gaya Media Pratama. 2013.

Aniqoh. “Tipologi Kodifikasi Hadith dalam Kitab Tuḥfat Al Aṣrāf bi Ma’rifat Al-Aṭrāf”
dalam jurnal Universum. Vol. 1, No. 1 Januari 2017.

https://achwanbrudin-wordpress
com.cdn.ampproject.org/v/s/achwanbrudin.wordpress.com/2011/02/06/studi-kitab-
tahdzibul-kamal-fi-asma diakses pada 01 Januari 2021 pukul 08:41 WIB.

http://kulyahinternet.blogspot.com/2015/04/makalah-uraian-kitab-kitab-yang.html?m=1
diakses pada 17 Januari 2021 pukul 11:21 WIB.

Iskandar, Amin. Jurnal Studi Hadis Nusantara, “Metodologi Kritik Sanad al-Hafidz Ibnu
Hajar al-Asqalany”. Vol. 1 No. 2 Desember. 2019.

Kitab Tahdzib at-Tahdzib Karya Ibn Hajar al-‘Asqalani – Change & Continuity
Worldview (wordpress.com), diakses pada 18 Januri 2021.

Laiya, Fitria N. “Metode Penyusunan Kitab Tahzib Al-Tahzib Karya Ibnu Hajar Al-
Asqalani”, dalam Jurnal Pemikiran Konstruktif Bidang Filsafat dan Dakwah :
Farabi , Vol. 18 No. 2, Desember 2018.

Nurhikmah, Triyanti. Metodologi Kitab Taqrib al-Tahdzib karya Ibnu Hajar. Diakses dari
www. Academia edu.

S, Masri. “Metodologi Ibnu Hajar Al-Asqalani Dalam Kitab Tahzib Al-Tahdzib”. Tesis.
Makassar : Uin Alaudin Makasar. 2015.

Saefudin, Ibnu Ahmad dkk, “Tela’ah Kitab Rijal Al-Hadis Tahzib Al-Kamal Fi Asmai Al-
Rijal Karya Al-Mizzi” dalam Jurnal Studi Hadis Nusantara 8, Vol. 1, No. 2,
Desember 2019.

28

Anda mungkin juga menyukai