Anda di halaman 1dari 57

COVER

Salma Aldira

Kerapian Rambut menurut Rasululullah SAW

Mahasiswa Fakultas Ushuluddin dan Dakwah


Prodi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ)
Jakarta
2022 M/1444 H
Prakata Penulis

Bismillahirrahmanirrahim…

Alhamdulillah, atas nikmat dan hidayah-Nya Allah,


penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan menempuh
banyak waktu untuk mengumpulkan dari banyaknya hadits
Rasulullah untuk disusun menjadi satu tema dalam buku ini.
Hingga akhirnya buku ini penulis hadirkan kepada pembaca
meskipun masih jauh dari kata sempurna.

Buku ini penulis diperuntukkan kepada umat Islam


yang ingin senantiasa melakukan kesehariannya menurut
tuntunan Rasululullah, khususnya dalam hal merapikan rambut.
Banyak hadits yang menjelaskan bagaimana merawat rambut,
baik dari hadits Bukhari, Islam, Tirmidzi, dan masih banyak
perawi hadits yang terkenal yang penulis hadirkan dalam buku
ini sebagai rujukan. Tidak hanya tentang merawat rambut,
penulis juga menyertakan hal-hal yang Rasul haram mengenai
perlakuan terhadap rambut, contohnya menyambung rambut.

Bersama terbitnya buku ini, penulis ucapkan


terimakasih kepada dosen pembimbing yang sudah menjadi
peran penting dalam memberikan kesempatan dan arahan
kepada penulis. Tidak lupa pula kepada teman-teman yang
sudah membantu dalam penulisan buku ini.

Mohon maaf apabila ditemukan kesalahan pada buku


ini, kesalahan tersebut murni kesalahan dari penulis sendiri.
Sudilah kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran
kepada penulis untuk senantiasa terus belajar. Semoga buku ini
memberikan manfaat kepada pembaca sekalian, Aaamiin…
I
Kata Pengantar Dosen Pembimbing

II
DAFTAR ISI

Prakata Penulis………………………………………………I

Kata Pengantar Dosen Pembimbing……………….............II

Daftar Isi……………………………………………………III

Pedoman Transiltrasi………………………………………V

Pendahuluan………………………………………………..VI

a. Latar Belakang Masalah……………………………..VI


b. Identifikasi, Pembatasan, Perumusan Masalah……....VI

BAB I

SIFAT RAMBUT NABI MUHAMMAD SAW…………….1

a. Sampai ke kedua Bahu Beliau………………………...3


b. Sampai antara Kedua Telinga Beliau………………….4
c. Sampai Daun Telinga Beliau………………………….7
d. Sampai Pertengah Telinga Beliau……………………..9

BAB II

ETIKA MENATA RAMBUT…………………….………..12

a. Memuliakan Rambut…………………………………13
b. Bersisir tanpa Berlebihan…………………………….17
c. Meminyaki Rambut…………………………………..18
III
BAB III

HAL YANG DILARANG MENGENAI RAMBUT…...…22

a. Memotong Rambut yang Menyerupai Lawan Jenis…23


b. Mewarnai Rambut dengan Warna Hitam…………....25
c. Menyambung Rambut………………………………..30

BAB IV

RAMBUT LAINNYA……………………...……………….36

a. Memelihara Jenggot dan Memotong Kumis…………37


b. Bulu Ketiak dan Bulu Kemaluan…………………….41

BAB V

PENUTUP…………………………………..………………46

KESIMPULAN…………………………..…………………47

DAFTAR PUSTAKA……………………………...………..48

TENTANG PENULIS……………………………………...51

IV
Pedoman Transiltrasi

Transliterasi adalah suatu upaya penyalinan huruf dari


abjad suatu bahasa ke abjad bahasa lain, untuk memberikan
pedoman kepada para pembaca agar terhindar dari "salah lafal"
yang bisa menyebabkan kesalahan dalam memahami makna
asli kata-kata tertentu.

A. Huruf Hijaiyah

F, f :‫ف‬ Z, z : ‫ز‬ A, a : ‫ أ‬،‫ء‬

Q, q : ‫ق‬ S, s :‫س‬ B, b :‫ب‬

K, k :‫ك‬ Sy, sy : ‫ش‬ T, t :‫ت‬

L, l :‫ل‬ Sh, sh : ‫ص‬ Ts, ts : ‫ث‬

M, m :‫م‬ Dh, dh : ‫ض‬ J, j :‫ج‬

N, n :‫ن‬ Th, th : ‫ط‬ H, h :‫ح‬

W, w :‫و‬ Zh, zh : ‫ظ‬ Kh, kh : ‫خ‬

H, h : ‫ها‬ ‘ ‫ع‬: D, d :‫د‬

Y, y :‫ي‬ Gh, gh: ‫غ‬ R, r ‫ر‬:

V
B. Vokal Panjang

Û, û : ‫أو‬ Î, î : ‫إي‬ Â, â :‫آ‬

VI
Bû, bû : ‫بو‬ Bî, bî : ‫بي‬ Bâ, bâ : ‫ب‬Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Zaman akan berubah siring berjalannya waktu. Hal-hal


yang baru mulai membudaya dikalangan masyarakat terutama
umat muslim. Tidak hanya budaya asing yang baik atau layak
ditiru oleh seorang yang beragama Islam, namun ada yang
bertentangan dengan tuntunan Rasulullah SAW. salah satunya
adalah menyambung rambut.

Maka dari itu penulis ingin mengupas bagaimana


hukum menyambung rambut menurut hadits sebagai sumber
hukum kedua dalam agama Islam. Tidak hanya itu juga,
penulis juga menghadirkan bagaimana cara menjaga rambut
dengan baik sesuai ajaran Rasulullah SAW.

Pembatasan Masalah

Pada buku ini hanya menjelaskan tentang yang


berhubungan dengan rambut, baik itu rambut yang ada di
kepala atau yang ada dibagian selain dari itu. Meliputi hal-hal
yang di anjurkan, hal yang diharamkan untuk dilakukan, dan
lain sebagainya. Juga penulis hadirkan bagaimana rambut
Nabi.

Perumusan Masalah

1. Apa saja yang menjadi sunnah saat merawat rambut?

I
Apa saja yang menjadi haram/makhruh saat merawat rambut.

BAB I

SIFAT RAMBUT

1
NABI MUHAMMAD SAWNabi Muhammad SAW
adalah manusia yang dijadikan panutan bagi seluruh umat
muslim di dunia dan menjadi contoh suri tauladan yang baik
sehingga tidak sedikit diantara mereka yang meniru Nabi, baik
itu berupa sifat khuluqiyyah (akhlak) maupun khalqiyyah
(fisik)-nya Nabi. Salah satu cara meniru sifat khalqiyyah Nabi
adalah dengan meniru gaya berbusana dan sifat rambut Nabi
yang sudah dijelaskan dalam hadis.1

Kegiatan meniru Nabi dalam hal akhlak maupun fisik


Nabi adalah dengan tujuan mendapatkan pahala sunnah dan
juga perwujudan cinta terhadap Nabi Muhammad SAW.
sebagaimanna dalam firman Allah sebagai berikut.

۟ †‫لَّقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِى َرسُو ِل ٱهَّلل ِ ُأس َْوةٌ َح َسنَ ۭةٌ لِّمن َك††انَ يَرْ ُج‬
‫†وا‬ َ
‫ٱهَّلل َ َوٱ ْليَوْ َم ٱ ْلـَٔا ِخ َر َو َذ َك َر ٱهَّلل َ َكثِي ۭ ًرا‬
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang
mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-
Ahzab [33]: 21)

1
Radhie Munadi, “Panjang Rambut Nabi Muhammad SAW: Studi Ma’ani
al-Hadis dan Implementasinya pada Jamaah an-Nadzir Gowa - Sulawesi
Selatan,” Jurnal: Tahdis 10, no. 2 (2019): h.213.
2
Panjang Rambut Nabi

Dari hadits yang sudah penulis temukan, panjang


rambut Nabi terbagi menjadi 4 keadaan. Dan keempat
keadaan ini adalah redaksi dari hadits yang sama-sama
shahih.
A. Sampai ke Kedua Bahu Beliau
Dalam hadits dijelaskan bahwa panjang rambut Nabi
adalah sampai ke kedua bahunya. Saat penulis melakukan
takhrij hadits mengenai panjang rambut nabi sampai kedua

bahunya menggunakan kata kunci “‫ ”منكبيه‬diperoleh 9


hadits yang terdapat dalam 5 kitab induk hadits, adalah
sebagai berikut:
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Pakaian, Juz 7, No. 5903
dan 5094
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Keutamaan, Juz 7, No.
2338
3. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5235
4. Kitab Sunan Ibnu Majah, Kitab Pakaian, No. 3634
5. Kitab Musnad Ahmad, No. 12175, 12265, 13564,
138481.

Berikut adalah salah satu redaksi haditsnya:

3
ُ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َكانَ يَضْ ِرب‬ َّ ِ‫ «َأ َّن النَّب‬: ٌ‫َح َّدثَنَا َأنَس‬
َ ‫ي‬
‫َش َع ُرهُ َم ْن ِكبَ ْي ِه‬
(Hadits shahih riwayat Muslim - Kitab Keutamaan)
“Dari Anas bahwa rambut Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam terurai sampai ke kedua bahunya.”2

Sahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Anas bin


Malik (w. 91H), beliau salah satu sahabat Nabi yang tinggal
di Basrah dan sahabat yang paling banyak meriwayatkan
hadits.3

B. Sampai antara Kedua Telinga Beliau


Redaksi hadits lain juga menjelaskan bahwa panjang
rambut Nabi adalah sampai antara kedua telinganya. Takhrij

hadits yang penulis lakukan menggunakan kata “ ‫أذنيه‬ ‫”بين‬


menghasilkan 14 hadits dalam 6 induk kitab, antara lain:
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Kebajikan No. 3527, 3548,
Kitab Pakaian No. 5900, 5905, dan 5906
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Keutamaan, No. 2338
(94), 2347 (113).
2
Muslim bin Al-Hajjaj Abu Al Husaini An-Naisaburi, Musnad al-Shahih al-
Mukhtashar bi Naqli al-Adl ’an Adl ila Rasulullah SAW (Beirut: Dar Al
Ihya’ Al Turats Al Arabi, 1431), juz 7, no.2338 (95), h.1819.
3
https://ar.m.wikipedia.org/wiki/%D8%A3%D9%86%D8%B3_
%D8%A8%D9%86_%D9%85%D8%A7%D9%84%D9%83
4
3. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Pakaian Rasulullah
SAW, No. 1754 dan Kitab Kebajikan Rasulullah SAW,
No. 3623.
4. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5053.
5. Kitab Sunan Ibnu Majah, Kitab Pakaian, No. 3634.
6. Kitab Musnad Ahmad, No. 12382, 13106, dan 13519.
Salah satu redaksi haditsnya adalah sebagai berikut:

‫ك َك ْي††فَ َك††انَ َش † َع ُر‬ ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬ ِ ‫ت َأِلن‬ ُ ‫ال قُ ْل‬


َ َ‫َح َّدثَنَا قَتَا َدةُ ق‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل َكانَ َش † َعرًا َر ِجاًل‬ َ ِ ‫َرسُو ِل هَّللا‬
‫ْس بِ ْال َج ْع ِد َواَل ال َّس ْب ِط بَ ْينَ ُأ ُذنَ ْي ِه َوعَاتِقِ ِه‬
َ ‫لَي‬
(Hadits shahih riwayat Muslim - Kitab Keutamaan)
“Telah menceritakan kepada kami Qatadah dia
berkata; Aku bertanya kepada Anas bin Malik
bagaimana keadaan rambut Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam? Dia menjawab; Beliau berambut
ikal, tidak lurus dan tidak pula terlalu keriting,
panjang rambutnya sampai antara kedua telinganya
dan bahunya.”4

Hadits ini dinyatakan shahih karena sanad yang


mutawatir juga diriwayatkan oleh Anas bin Malik seperti

4
An-Naisaburi, Musnad al-Shahih al-Mukhtashar bi Naqli al-Adl ’an Adl ila
Rasulullah SAW, juz 7, no.2338 (94), h.1819.
5
redaksi hadits di atas dan matannya tidak terdapat syadz
maupun illat, tidak bertentangan dengan Al-Qur’an, tidak
bertentangan dengan sejarah karena sifat Rasul tersebut
dilihat langsung oleh sahabat.5 Dalam Syarh Fathul Bari
dijelaskan bahwa menurut Al-‘Ashmu’I dan selainnya, “ra’
nya fathah, jim nya kasrah. Yaitu antara lurus dan keriting”.6

Dalam Syarh an- Nawai, dijelaskan bahwa menurut


Fu’ad ‘Abd al-Baqi bahwa panjang rambut terbagi atas dua
bagian, yaitu al-jummuah (panjang rambut sampai kedua
bahu) dan al-wafrah (panjang rambut sampai kedua daun
telinga).7

C. Sampai Daun Telinga Beliau

Hadits lain juga menjelaskan bahwa panjang rambut


Nabi adalah menyentuh kedua daun telinga, dan kualitas
haditsnya juga shahih, dalam hal ini penulis melakukan

5
Radhie Munadi, “Panjang Rambut Nabi Muhammad SAW: Studi Ma’ani
al-Hadis dan Implementasinya pada Jamaah an-Nadzir Gowa - Sulawesi
Selatan,” Jurnal: Tahdis 10, no. 2 (2019): h.226-227.
6
Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa Al-Itobi Al Walwi, Al-Bahr al-
Muhit al-Thajjaj fi Sharh Sahih Imam Muslim ibn al-Hajjaj (Arab Saudi:
Dar Ibnu Jauzi, 2005), juz 37, h.597.
7
Abu Zakaria Muhyi ad Din Yahya bin Syarf An Nawawi, Syarh an Nawawi
’ala Muslim (Beirut: Dar Al Ihya’ Al Turats Al Arabi, 1972), juz 15, h.91.
6
takhrij hadits dengan kata “ ‫أذنيه‬ ‫ ”شحمة‬dan mendapatkan
21 hadits dalam 7 kitab induk, berikut uraiannya

1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Kebajikan No. 3551, Kitab


Pakaian No. 5848 dan 5901.
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Keutamaan, No. 2337 (91,
92).
3. Sunan Abu Dawud, Kitab Menyisir, No. 4183 dan 4184
4. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Pakaian Rasulullah
SAW, No. 1724 dan Kitab Kebajikan Rasulullah SAW,
No. 3635.
5. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5060,
5062, 5232, 5233, 5314.
6. Kitab Sunan Ibnu Majah, Kitab Pakaian, No. 3599.
7. Kitab Musnad Ahmad, No. 18473, 18558, 18613,
18666, dan 18700.
Berikut adalah salah satu bunyi redaksi haditsnya.

َ ِ ‫ َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬: ‫َع ِن ْالبَ َرا ِء قَا َل‬


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ لَ ْم‬،‫ َو َرَأ ْيتُهُ فِي حُلَّ ٍة َح ْم َرا َء‬،‫لَهُ َش ْع ٌر يَ ْبلُ ُغ شَحْ َمةَ ُأ ُذنَ ْي ِه‬
ُ‫ط َأحْ َسنَ ِم ْنه‬ُّ َ‫َأ َر َش ْيًئا ق‬
(Hadits shahih riwayat Abu Dawud - Kitab Pakaian)
“Dari al-Barra berkata: Rasulullah saw. memiliki
rambut yang panjangnya hingga daun telinga, aku

7
pernah melihat beliau mengenakan pakaian
berwarna merah, dan aku tidak pernah melihat
seseorang yang lebih bagus dari beliau”.8

Al Barra’ bin ‘Azib adalah sahabat Nabi yang lahir


pada tahun 600 dan wafat pada 690 M.9 penjelasan hadits
ini mengenai panjang rambut Nabi ada pada syarah ‘Aun
Ma’bud Sayrh Sunan Abu Dawud mengatakan bahwa

‫ شحمة األذن‬adalah bagian lunak telinga di bagian bawah


tempat dimana anting-anting digantung.10

D. Sampai Pertengah Telinga Beliau


Terakhir adalah panjang rambut Nabi sampai ke
pertengahan telinga Nabi. dalam men-takhrij hadits,

penulis menari menggunakan kata “‫أذنيه‬ ‫”أنص†††اف‬


menghasilkan 13 hadits dalam 5 kitab induk hadits.
Berikut uraiannya
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Pakaian No 5905.
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Keutamaan, No. 2338
(96).
8
Abi Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Al-Adzi Al Sijistani,
Sunan Abu Dawud (Beirut: Dar Al Fikr, 1994), juz 4, no.4072, h.54.
9
https://ar.wikipedia.org/wiki/‫البراء_بن_عازب‬
10
Syarf al Haqq Al ’Adzim Abadi Abu Adb al Rahman, ’Aun Al Ma’bud ’ala
Syarh Sunan Abi Dawud (Beirut: Dar al Kutub al Ilmiyah, 1994), juz 11,
h.84.
8
3. Sunan Abu Dawud, Kitab Menyisir, No. 4185 dan 4186.
4. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5053,
5061, dan 5234.
5. Kitab Musnad Ahmad, No. 12118, 12389, 12445,
12601, 12693, dan 13606.
Berikut adalah salah satu redaksi haditsnya

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬


َ ِ ‫ َكانَ َش َع ُر َرسُو ِل هَّللا‬: ‫س قَا َل‬ ٍ َ‫ع َْن َأن‬
‫اف ُأ ُذنَ ْي ِه‬
ِ ‫ص‬َ ‫و َسلَّ َم ِإلَى َأ ْن‬.
َ
(Hadits shahih riwayat Muslim – Kitab Keutamaan)
“Dari Anas berkata: Rasulullah memiliki rambut
yang panjangnya pertengahan telinga”.11

Menurut ‘Abdu al-Rauf bin Taj al-‘Arifin, bahwa


belum ada riwayat yang sampai kepada kita mengenai
panjang rambut Nabi melebihi kedua bahu beliau. Artinya
rambut Nabi terpanjang adalah sampai kedua bahu,
sedangkan tependek adalah sampai kedua daun telinga
beliau.12

Juga menurut al-Qadi dikatakan bahwa hadits


tersebut ada dikarenakan perbedaan waktu. Artinya,
11
An-Naisaburi, Musnad al-Shahih al-Mukhtashar bi Naqli al-Adl ’an Adl
ila Rasulullah SAW, juz 4, no.2338 (96), h.1819.
12
Abdu al-Rauf bin Taj al-‘Arifin bin ‘Ali bin Zain al-‘Abidin al- Hadddi
al-Manaw‫ ه‬al-Qahiri, Fayd al-Qadir Syarh al-Jami’ al-Sagir (Mesir: al-
Maktabah al-Tijariyah al-Kubra, 1937), juz 5, h. 74.
9
adakalanya panjang rambut Nabi sampai kedua bahu dan
adakalanya di antara kedua telinga. Hal ini dikarenakan
ketika Nabi lupa untuk mencukur rambutnya, maka
rambutnya memiliki panjang hingga kedua bahunya.
Begitupula jika beliau mencukur rambutnya, maka
panjangnya hingga pertengahan kedua telinganya.13

13
An Nawawi, Syarh an Nawawi ’ala Muslim, juz 15, h.91.
10
BAB II
ETIKA MENATA RAMBUT

Islam adalah agama yang sangat memperhatikan etika


umatnya dalam kehidupan. Tidak hanya tentang etika kepada
Tuhan yaitu Allah dan kepada sesama manusia, namun juga
11
meperhatikan etika kepada diri sendiri tentunya dalah hal
kebersihan dan kerapian. Karena seseorang yang pandai
merawat dirinya akan lebih menampakkan bahwa adanya
kepedulian terhadap dirinya sendiri.

Etika Merapikan dan Menata Rambut

A. Memuliakan Rambut
Rambut adalah salah satu anatomi yang paling
penting dalam tubuh manusia. Tidak hanya di kepala
rambut juga tumbuh diseluruh permukaan kulit manusia
kecuali pada telapak tangan, telapak kaki dan bibir. Salah
satu fungsi adanya rambut pada kepala adalah sebagai
penghatan, perlindungan dan juga sebagai perhiasan.
Memuliakan rambut adalah salah satu etika dalam menata
rambut. 14
Saat penulis melakukan takhrij hadits menggunakan

kata “‫ ”فليكرمه‬hanya ditemukan 1 hadits dalam kitab


Sunan Abu Dawud, beikut adalah redaksi haditsnya

َ ِ ‫ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬، َ‫ع َْن َأبِي هُ َري َْرة‬


‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َس †لَّ َم‬
." ُ‫ " َم ْن َكانَ لَهُ َش ْع ٌر فَ ْليُ ْك ِر ْمه‬: ‫قَا َل‬

14
Made Diah Angendari, “Rambut Indah dan Cantik dengan Kosmetika
Tradisonal,” JPTK UNDIKHSA 9, no. 1 (t.t.): h.25-26.
12
(Hadits hasan shahih riwayat Abu Dawud – Kitab At-
Tarajjuli) “Dari Abu Hurairah: sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda ‘Barangsiapa memiliki
rambut, hendaklah ia memuliakannya’ ”.15
Sahabat yang meriwayatkan hadits ini adalah Abu
Hurairah (Abdurrahman Ibn Sabr) yang berasal dari Bani
Daus bin ‘Adtsan yang lahir pada 598 M dan wafat pada
676 M dalam usia 78 tahun.16
Dalam syarh ‘Aun Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud
dikatakakan bahwa memuliakan rambut adalah dengan
menghiasi dan membersihkan rambut dengan cara
mencucinya, memolesnya dengan minyak dan
mendandaninya, dan tidak membiarkannya terpisah atau
acak-acakan karena kebersihan dan penampilan yang baik
itu disukai.17
Dalam hadits lain juga dikatakan bahwa memuliakan
rambut adalah dengan menjaga dari kotoran. Berikut
adalah redaksi haditsnya,

15
Abi Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Al-Adzi Al Sijistani,
Sunan Abu Dawud (Beirut: Dar Al Fikr, 1994), juz 4, no.4163, h. 76.
16
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://
sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/
BAB314113450002.pdf&ved=2ahUKEwiHrND3yPD7AhWF1TgGHfq2BI
kQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw0gDUSQR1YvS1--CrjdZhJb (diambil
pada 11 Desember 2022, 12:10)
17
al Rahman, ’Aun Al Ma’bud ’ala Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, h.147.
13
َ ِ ‫ َأتَانَا َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ قَا َل‬
ُ ‫ص††لَّى هَّللا‬
: ‫ فَقَ††ا َل‬،ُ‫ق َش † ْع ُره‬َ ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َرَأى َر ُجاًل َش ِعثًا قَ ْد تَفَ َّر‬
‫" َأ َما َك††انَ يَ ِج† ُد هَ† َذا َم††ا ي َُس† ِّك ُن بِ† ِه َش† ْع َرهُ ؟ " َو َرَأى‬
‫ " َأ َما َكانَ هَ † َذا‬: ‫ فَقَا َل‬،ٌ‫َر ُجاًل آخَ َر َو َعلَ ْي ِه ثِيَابٌ َو ِس َخة‬
" ‫يَ ِج ُد َما ًء يَ ْغ ِس ُل بِ ِه ثَوْ بَهُ ؟‬
(Hadits shahih riwayat Abu Dawud – Kitab Pakaian)
“Dari Jabir bin Abdullah ia berkata, Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mendatangi kami, lalu
beliau melihat seorang laki-laki yang rambutnya
acak-acakkan. Maka beliau bersabda: Tidakkah
orang ini mendapatkan sesuatu yang dapat
digunakan untuk merapikan rambutnya?. Kemudian
beliau juga mendapati seorang laki-laki yang
bajunya kotor, beliau bersabda: Tidakkah orang ini
mendapatkan air hingga ia dapat mencuci
bajunya?”.18
Hadits ini juga diriwayatkan oleh:
1. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5236.
2. Kitab Musnad Ahmad No. 14850

Dalam syarh ‘Aun Ma’bud Saryh Sunan Abi Dawud

mengatakan bahwa‫ش ِعثًا‬


َ adalah rambut acak-acakan yang
18
Al Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz 4, no. 4062, h.51.
14
dibelah menjadi dua. ُ‫ َما يُ َس ِّك ُن بِ ِه َش ْع َره‬sesuatu yang bisa
dipakai untuk menyatukan rambut dan
mengumpulkannya.19

B. Bersisir tanpa Berlebihan


Dalam hadits juga menjelaskan bahwa dalam
menyisir rambut adalah dengan tidak berlebihan yang akan
melukai. Berlebihan juga termasuk dalam menyisir terlalu
sering, artinya dianjurkan menurut tuntunan RAsululullah
bahwa menyisir rambut hendaknya dilakukan sesekali.
Berikut adalah haditsnya

ُ ‫صلَّى هَّللا‬
َ ِ ‫ نَهَى َرسُو ُل هَّللا‬: ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِْن ُم َغفَّ ٍل قَا َل‬
‫ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ع َِن التَّ َرجُّ ِل ِإاَّل ِغبًّا‬.
(Hadits shahih riwayat Abu Dawud – Kitab
Merapikan Rambut) “Dari Abdullah bin
Mughaffal ia berkata, ‘Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam melarang mengurai rambut untuk
dibersihkan atau dibaguskan kecuai sesekali saja.’
”20
Abdullah bin Mughaffal adalah perawi tingkat 1
yatiu setingkat dengan sahabat Nabi. Beliau tinggal di

19
al Rahman, ’Aun Al Ma’bud ’ala Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, h. 76.
20
Al Sijistani, Sunan Abu Dawud, juz 4, no.4159, h.75.
15
Madinah dan wafat pada 57 H. Hadits yang serupa dengan
hadits ini adalah,
1. Kitab Sunan At Tirmidzi, Bab Pakaian Rasululllah
SAW, No. 1756
2. Kitab Sunan An-Nasa’i, Kitab Perhiasan, No. 5055
3. Kitab Musnad Ahmad, No. 16793

Makna dari ‫الترجل‬ secara bahasa adalah penataan


(gaya) rambut, membersihkannya dan memperindahnya.

dan arti ‫ غبا‬adalah sesekali yang artinya melakukan satu


hari dan tinggalkan satu hari.21 Larangan ini hanya berlaku
untuk laki-laki menurut Hasan Al Basri.22

C. Meminyaki rambut
Pada pembahasan sebelumnya juga mengatakan
bahwa salah satu cara dalam menjaga rambut adalah
dengan memberikan minyak pada rambut. Selain menjaga
juga membuat rambut terlihat lebih rapi. Salah satu hadits
yang penulis sertakan adalah ketika Rasululullah sebelum
pergi ke Madinah, beliau selalu menyisir rambut dan
memberikan minyak. Berikut redaksi haditsnya:

21
Ali Ma’shum dan Zainal Abidin Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-
Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.625.
22
https://www.dorar.net/hadith/sharh/30703
16
: ‫ قَ†††ا َل‬،‫ض††† َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم†††ا‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ‫ع َْن َعبْ††† ِد هَّللا ِ ب ِْن َعبَّا‬
‫ بَ ْع† َد َما‬،‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِمنَ ْال َم ِدينَ † ِة‬
َ ‫ق النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ا ْنطَل‬
‫ت ََر َّج َل‬
(Hadits shahih riwayat Bukhari – Kitab Haji) “Dari
Abdullah ibn Adbbas berkata, Nabi berangkat dari
Madinah setelah bersisir dan meminyaki rambut”.23

Hadits ini diriwayatkan oleh Abdullah ibn Abbas


adalah seorang sahabat yang tinggal di Madinah dan lahir
pada 3 H wafat pada 67 H.

Dalam riwayat lain pada Tafsir Qurthubi yang


menjelaskan bahwa ketika Rasulullah hendak menemui
para sahabat, beliau hanya mengusap rambutnya dengan
air yang ada di bejana kecil di rumahnya. Kemudian
Rasulullah ditanya apakah sering melakukan hal itu dan
menjawab iya lalu berpesan agar senantiasa
mempersiapkan diri ketika menemui seseorang.

Salah satu minyak yang direkomendasikan oleh


Nabi adalah minyak zaitun. Hal ini karena minyak zaitun
terdapat banyak khasiat dalam menjaga kesehatan. Berikut
adalah hadistnya.

23
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih
al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi
(Lebanon: Dar Thuq An Najah, 1422), juz 2, no. 1545, h.137.
17
‫ص †لَّى‬ ِ ‫ع َْن ُع َم َر ب ِْن ْال َخطَّا‬
َ ِ ‫ قَ††ا َل َر ُس †و ُل هَّللا‬: ‫ قَا َل‬، ‫ب‬
‫ َوا َّد ِهنُوا بِ ِه ؛ فَِإنَّهُ ِم ْن‬، َ‫ " ُكلُوا ال َّزيْت‬: ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
." ‫َش َج َر ٍة ُمبَا َر َك ٍة‬
(Hadits shahih riwayat An-Nasa’i – Kitab Makanan)
“Dari Umar bin Al Khaththab ia berkata: Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Makanlah
minyak zaitun dan berminyaklah dengannya
(pergunakan untuk selain makan), karena dia
dihasilkan dari pohon yang diberkahi”.24

24
Al-Imam Al-Hafidz Muhammad bin Isa bin Saurah At Tirmidzi, al Jami’
al Kabir Sunan al Tirmidzi (Beirut: Dar Al Fikr, 1963), juz 3, no.1851,
h.349.
18
Sahabat yang meriwayatkan adalah Umar bin khatab yang
wafat pada 23 H. hadits ini menjelaskan bahwa minyak zaitun
tidak hanya untuk dimakan, namun juga banyak dimanfaatkan
dalam aspek yang lain. Terutama dalam meminyaki rambut.
Sebagaimana dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Anas
bin Malik yang artinya: “Rasulullah saw. miminyaki rambut,
menyisir jenggot, dan membalur wajah dengan minyak zaitun,
seakan-akan pakaian beliau adalah pakaian tukang minyak.”
(HR. Tirmidzi dalam Asy- Syama’il, no.32).25

BAB III

HAL YANG DILARANG

MENGENAI RAMBUT

25
Hamzah Firmansyah, “Zaitun dalam Pandangan Al-Qur’an dan Sains”,
(Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Adab UIN Sultan Mulana
Hasanuddin Banten, 2018), h.75
19
20
Tidak hanya menata rambut atau merapikan rambut
yang harus diperhatikan, namun hal-hal yang dilarang dalam
mewarat dan menghias rambut juga perlu diperhatikan.
Beberapa hal yang dilarang oleh Islam sebagaimana tercakup
dalam hadits.

A. Memotong Rambut yang Menyerupai Lawan Jenis


Salah satu hal yang dilarang dalam Islam adalah
perbuatan yang menyerupai lawan jenis baik itu pakaian
amupun perbuatan. Salah satu contoh dalam menyerupai
lawan jenis dalam hal pakaian adalah dengan meniru gaya
rambut. Seperti perempuan yang memotong rambut
sependek mungkin sehingga menyerupai laki-laki. Hal ini
tentu dilarang dalam Islam dan hukumnya adalah haram.
Sebagaimana dalam hadits dijelaskan sebagai
berikut.

‫ لَ َعنَ َر ُس †و ُل‬: ‫†ال‬ َ †َ‫ض † َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم††ا ق‬ ِ ‫س َر‬ ٍ ‫َع ِن اب ِْن َعبَّا‬
‫ال‬ِ ††‫ص††لَّى هَّللا ُ َعلَيْ†† ِه َو َس††لَّ َم ْال ُمت ََش††بِّ ِهينَ ِمنَ ال ِّر َج‬
َ ِ ‫هَّللا‬
ِ ††‫ت ِمنَ النِّ َس††ا ِء بِال ِّر َج‬
ُ‫ تَابَ َع†† ه‬.‫ال‬ ِ ‫ َو ْال ُمت ََش††بِّهَا‬،‫بِالنِّ َس††ا ِء‬
ُ‫ َأ ْخبَ َرنَا ُش ْعبَة‬، ‫َع ْمرٌو‬
(Hadits shahih riwayat Bukhari – Kitab Pakaian)
“Dari Ibnu Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata;
"Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita

21
dan wanita yang meyerupai laki-laki." Hadits ini
diperkuat juga dengan hadits 'Amru telah
mengabarkan kepada kami Syu'bah.”.26
Hadits yang serupa dengan hadits tersebut akan di
jabarkan sebagai berikut:
1. Kitab Sunan Abu Dawud, Kitab Pakaian No. 4097 dan
Kitab Adab No. 4930.
2. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Bab Adab Rasulullah SAW.,
No.2784 dan 2785.
3. Kitab Sunan Ibnu Majjah, Kitab Nikah, No. 1904.
4. Kitab Musnad Ahmad, No. 2263, 2291, 3059, 3151, dan
3458.
Dalam kitab Syarh ‘Aun Ma’bud Syarh Sunan Abi
Dawud mengatakan bahwa yang dimaksud meniru disini
adalah dalam berpakaian, berpenampilan, berjalan,
meninggikan suara, dan sejenisnya. Bukan dalam hal
pendapat dan ilmu, karena meniru hal itu termasuk
perbuatan adalah terpuji.27

B. Mewarnai Rambut dengan Warna Hitam

26
Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah
SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi, juz 7, no. 5885, h.159.
27
al Rahman, ’Aun Al Ma’bud ’ala Syarh Sunan Abi Dawud, juz 11, h.105.
22
Salah satu perhiasan pada tubuh manusia adalah
rambut. Selain menjadi perhiasan rambut juga menjadi
mahkota yang sangat diperhatikan oleh pemiliknya. Tidak
hanya dengan merawat dan menjaga kerapiannya, manusia
juga menghiasinya dengan memberi warna pada rambut
tersebut. Selain mempercantik diri mewarnai rambut juga
disebabkan karena ketidaknyamanan seseorang apabila
rambutnya sudah muncul uban. Sebagian ada yang
mewarnainya dengan warna hitam atau warna lain dan
juga ada yang bahkan mencabutnya.
Berikut akan dijelaskan bagaimana pandangan
Islam terhadap pewarnaan dalam rambut.

: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ‫ال النَّبِ ُّي‬ َ َ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬
َ َ‫ ق‬:‫ال‬
‫ فَ َخالِفُوهُ ْم‬، َ‫صا َرى اَل يَصْ بُ ُغون‬ َ َّ‫ِإ َّن ْاليَهُو َد َوالن‬
(Hadits shahih riwayat Bukhari – Kitab Pakaian)
“Dari Abu Hurairah, dia berkata: Nabi SAW
bersabda, ‘Sesungguhnya kaum yahudi dan nashrani
tidak menyemir rambut, maka selisihilah mereka’”.28

28
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih
al-Mukhtasar min Umur Rasulilah SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi
(Lebanon: Dar Thuq An Najah, 1422), juz 7, no.5899, h.161.
23
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang wafat pada
57 H. Hadits yang serupa dengan hadits ini akan penulis
jabarkan sebagai berikut

1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Para Nabi, No. 3462


2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Pakaian dan Perhiasan,
No. 2103
3. Kitab Sunan Abu Dawud, Kitab Kerapian Rambut, No.
4203
4. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Pakaian Rasulullah
SAW, No. 1752
5. Kitab Sunan An Nasa’I, Kitab Perhiasan, No. 5069,
5071, 5072, 5241
6. Kitab Sunan Ibnu Majjah, Kitab Pakaian, No. 3621
7. Kitab Musnad Ahmad No. 7274.

Maksudnya, adalah merubah warna uban kepala


dan jenggot. Menurut Ibnu Al Arabi “Dilarang mencabut
dan tidak melarang memberi warna, karena dengan
memberi warna (menyemir) terdapat perubahan ciptaan
dari asalnya. Berbeda dengan memberi warna yang tidak
merubah ciptan bagi yang memandangnya. Dinukilkan
bahwa hal itu wajib. Pendapat lain darinya mengatakan
wajib meski hanya satu kali. Dinukilkan pula, dia berkata.
24
“aku tidak menyukai bagi seseorang meninggalkan
menyemir dan menyerupai ahli kitab.” Sementara
menyemir menggunakan warna hitam dinukilkan darinya
sama seperti madzhab Sayfi’i, yaitu dua riwayat masyhur,
salah satunya mengatakan makruh, dan satunya lagi
mengatakan haram. Larangan ini semakin ditekankan bagi
yang melakukan penyamaran.29

Dapat disimpulkan bahwa mewarnai rambut adalah


hal yang sunnah dengan tujuan menyelisihi orang-orang
Yahudi. Namun dalam menyemir rambut tidaklah
sembarang dalam memilih warna semir. Karena dalam
menyemir rambut ada batasan warna yang boleh dipilih,
yaitu warna selain warna hitam. Hal ini disebabkan akan
adanya nanti di akhir zaman kaum-kaum yang tidak akan
mencium bau surga, yaitu orang-orang yang menyemir
waran rambutnya dengan warna hitam. Sebagaimana sabda
Rasulullah SAW berikut ini:

‫ص †لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي † ِه‬َ ِ ‫س قَ††ا َل قَ††ا َل َر ُس †و ُل هَّللا‬


ٍ ‫ع َْن اب ِْن َعبَّا‬
‫الس† َوا ِد‬ َّ ِ‫†ان ب‬ِ †‫†ر ال َّز َم‬ِ †‫ض†بُونَ فِي آ ِخ‬ ِ ‫ون قَوْ ٌم يَ ْخ‬ ُ ‫َو َسلَّ َم يَ ُك‬
‫ص ِل ْال َح َم ِام اَل يَ ِريحُونَ َراِئ َحةَ ْال َجنَّ ِة‬ِ ‫َك َح َوا‬
29
Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari terj. Amiruddin (Jakarta: Pustaka
Azzam, 2021), h. 799-804.
25
(Hadits shahih riwayat Abu Dawud - Kitab
Merapikan rambut) “Dari Ibnu Abbas ia berkata,
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Pada akhir zaman nanti akan ada orang-orang yang
mengecat rambutnya dengan warna hitam seperti
warna mayoritas dada merpati, mereka tidak akan
mendapat bau surga”.30
Hadits diatas juga dapat ditemukan pada 2
riwayat berikut:
1. Kitab Sunan An Nasa’I, Kitab Perhiasan, No. 5075
2. Kitab Musnad Ahmad No. 2470.

ِ ‫ْال َح َم‬
Pada kata (‫ام‬ ِ ‫ ) َك َح َوا‬Yaitu, dada burung
‫ص ِل‬
merpati konon yang dimaksud seperti burung merpati
pada umumnya, karena burung merpati sebagian tidak

berwarna hitam.. ( َ‫ريحُون‬


ِ َ‫ي‬ ‫)اَل‬ Artinya, mereka tidak
mencium bau. Dikatakan, "Dia akan beristirahat, dan
dia akan beristirahat". Dikatakan bahwa, bahkan jika
mereka memasuki surga, mereka tidak akan
menemukan keharumannya, juga tidak akan
menikmatinya atau tidak menemukan kesenangan di
dalamnya. 31

30
Al Sijistani, Sunan Abu Dawud, jilid 4, no.4212, h.269.
26
C. Menyambung Rambut
Menyambung rambut dalam bahasa Arab disebut
washlu asy-sya’r, artinya menambah panjang rambut
manusia, hewan, maupun rambut imitasi. Menyambung
rambut adalah suatu tindakan yang berupa merubah
ciptaan Allah SWT. Islam sangat menantang keras perilaku
yang berlebih-lebihan, termasuk dalam berhias.32

ً‫ي هَّللا ُ َع ْنهُ َما َأ َّن ا ْم† َرَأة‬ †َ ‫ض‬ ِ ‫ت َأبِي† بَ ْك ٍر َر‬ ِ ‫ع َْن َأ ْس َما َء بِ ْن‬
‫ت‬ْ َ‫ص†لَّى† هَّللا ُ َعلَ ْي† ِه َو َس†ل َّ َ†م فَقَ††ال‬
َ ِ ‫ت ِإلَى† َرسُو ِل هَّللا‬ ْ ‫َجا َء‬
‫ق َرْأ ُس †هَا‬ َ ‫صابَهَا َش ْك َوى† فَتَ َم† َّر‬ َ ‫ت ا ْبنَتِ†ي ثُ َّم َأ‬ ُ ْ‫ِإنِّي َأ ْن َكح‬
‫ص ُل َرْأ َس†هَا فَ َس†بَّ َر ُس†و ُل‬ ِ ‫َو َزوْ ُجهَا يَ ْستَ ِحثُّنِي بِهَا َأفََأ‬
ِ ْ‫صلَةَ َو ْال ُم ْستَ†و‬
†َ‫صلَة‬ ِ †‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِ†ه َو َسل َّ َم ْال َوا‬َ ِ ‫هَّللا‬
(Hadits Shahih riwyaat Bukhari - Kitab Pakaian)
“Dari Asma` binti Abu Bakr radliallahu 'anhuma
bahwa seorang wanita datang kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata;
‘Sesungguhnya saya hendak menikahkan putriku,

31
Muhammad bin Abdul Hadi At-Tatawi, Hasyiah As-Sindi ’ala Sunan An-
Nasa’i (Halab: Maktab al Mathbu’ah al Islamiyah, 1986), juz 8, h.138.
32
Masturah Yasmin Hafidzoh, “Kontekstuan Hadits-hadits Larangan
Menyambung Rambut”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin, Jakarta,
2017), h.33
27
ternyata putriku menderita suatu penyakit yang
menyebabkan rambutnya rontok sedangkan calon
suaminya sangat kasihan kepadanya, apakah saya
boleh menyambung rambutnya?’ maka Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam mencela orang yang
menyambung rambutnya dan yang minta
disambung rambutnya”.33
Asma’ binti Abu Bakr RA (w.73 H), hadits
tersebut dapat ditemukan dalam riwayat lain, adalah
sebagai berikut.
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Pakaian, No. 5936, 5941
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Pakaian dan Perhiasan
No. 2122
3. Kitab Sunan An Nasa’I, Kitab Perhiasan, No. 5094,
5250
4. Kitab Sunan Ibnu Majjah, Kitab Nikah, No. 1988.
Al-Washilah ialah perempuan yang menyambung
rambutnya dengan orang lain dan al-Mustaushilah
perempuan yang meminta untuk menyambung rambut
dalam istilah lain disebut juga dengan Al-Maushulah.
Hadit ini sudah menjelaskan bahwa perbuatan tersebut

33
Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah
SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi, juz 7, no.5935, h.165.
28
adalah haram, artinya baik itu Al-Washilah maupun al-
Mustaushilah akan dilaknat. Tidak hanya untuk dua
pelaku itu saja, namun juga berlaku untuk semua umat
muslim baik itu perempuan maupun laki-laki. Seperti
menyambung rambutnya dengan laki-laki atau
perempuan, dengan rambut mahramnya, suaminya, dan
selainnya hukumnya haram dan akan dilaknat.
Diharamkannya perbuatan ini karena tidak boleh
mengambil manfaat dari rambut anak Adam yang
merupakan suatu bagian dari kemuliaannya. Apabila
setelah memotong rambut alangkah baiknya ditanam. 34
Dalam redaksi hadits lain juga dikatakan bahwa
Allah melaknat wanita yang menyambung rambutnya.
Rasulullah SAW bersabda:

‫ص †لَّى† هَّللا ُ َعلَ ْي † ِه َو َس †ل َّ َم قَ††ا َل‬


َ ‫ي‬ †َّ ِ‫ع َْن ا ْب ِ†ن ُع َم† َر َأ َّن النَّب‬
†َ‫اش†††††† َمة‬ ِ ‫ص††††††لَةَ† َو ْال َو‬ ِ ْ‫†ص††††††لَةَ َو ْال ُم ْستَ†و‬ ِ ‫لَ َعنَ هَّللا ُ ْال َوا‬
†َ‫َو ْال ُم ْستَوْ ِش َمة‬
(Hadits Shahih riwayat At-Tirmidzi - Kitab Baju)
“Dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: Allah melaknat wanita yang
menggelung rambut dan wanita yang minta untuk
34
Abu Zakaria Muhyi ad Din Yahya bin Syarf An Nawawi, Syarh an
Nawawi ’ala Muslim (Beirut: Dar Al Ihya’ Al Turats Al Arabi, 1972), juz
14, h.102-103.
29
digelung rambutnya, wanita yang mentato dan
wanita yang minta untuk ditato”.35
Sebagaimana hadits tersebut, dapat disimpulkan
bahwa menyambung rambut termasuk tindakan yang
dilarang dalam berhias, baik itu dimaksudkan untuk
menambah jumlah rambut atau menutupi kulit kepala
dengan rambut lain. Dalam hadits lain juga dijelaskan
bahwa perbuatan menyambung rambut dianggap sebagai
tipuan sekaligus sebagai tindakan pengelabuan. 36

َ‫اويَ †ةُ ب ُْن َأبِي ُس † ْفيَان‬ ِ ‫ب قَ††ا َل قَ † ِد َم ُم َع‬ ِ َّ‫َس † ِعي َد ْبنَ ْال ُم َس †ي‬
‫ْال َم ِدينَةَ آ ِخ َر قَ ْد َم ٍة قَ ِد َمهَا فَخَ طَبَنَا فََأ ْخ َر َج ُكبَّةً ِم ْن َش َع ٍر‬
‫ت ُأ َرى َأ َّن َأ َحدًا يَ ْف َع ُل هَ َذا َغ ْي َر ْاليَهُ††و ِد َوِإ َّن‬ ُ ‫ال َما ُك ْن‬ َ َ‫فَق‬
ُّ
‫ال†††زو َر يَ ْعنِي‬ ُ‫ص†††لَّى هَّللا ُ َعلَيْ††† ِه َو َس†††لَّ َم َس††† َّماه‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫النَّب‬
َ‫صا َل فِي ال َّش َع ِر تَابَ َعهُ ُغ ْن َد ٌر ع َْن ُش ْعبَة‬ َ ‫ْال ِو‬
(Hadits Shahih riwayat Bukhari - Kitab Hadits-hadits
yang meriwayatkan tentang para Nabi) “Sa'id bin Al
Musayyab berkata; Mu'awiyah bin Abu Sufyan
mengunjungi Madinah pada kunjungannya yang
terakhir lalu dia memberikan khathbah sambil
35
Al-Imam Al-Hafidz Muhammad bin Isa bin Saurah At Tirmidzi, al Jami’
al Kabir Sunan al Tirmidzi (Beirut: Dar Al Fikr, 1963), juz 3, no.1759,
h.363.
36
Hafidzoh, “Kontekstuan Hadits-hadits Larangan Menyambung Rambut”,
h.70
30
memegang jambul rambutnya lalu berkata ‘Aku
belum pernah melihat seorang pun yang melakukan
hal seperti ini kecuali orang Yahudi dan
sesungguhnya Nabi Shallallu 'alaihi wa salam
menamakannya dengan az-Zuur (kepalsuan) yaitu
menyambung rambut dengan rambut palsu’ ”.37
Hadits ini diperkuat jalur perawinya oleh
Ghundar dari Syu'bah. Mu'awiyah bin Abu Sufyan (w. 60
H). Perbuatan menyambung rambut disebut juga “Azzur”
oleh Rasulullah SAW. hal ini menunjukkan bahwa
hikmah dibalik pengharaman menyambung rambut
adalah stau penipuan dan pemalsuan. Dimana Islam
sendiri tidak menyukai perbuatan tersebut. Sebagaimana
sabda Rasulullah yang artinya “Barangsiapa yang
menipu kamu, maka ia bukan dari golongan kami”38

37
Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah
SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi, juz 4, no. 3488, h.177.
38
Al Asqalani, Fathul Baari terj. Amiruddin, fudbjn.
31
BAB IV

RAMBUT LAINNYA

32
A. Memelihara Jenggot dan Memotong Kumis
Pengertian jenggot dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah bulu yang tumbuh di dagu.39 Menurut
Ibnu Manzur, jenggot adalah bulu yang tidak hanya
tumbuh di sekitar dagu saja, melainkan juga bulu-bulu
yang tumbuh di sekitar kedua belah pipi.40
Dalam islam memelihara jenggot adalah hal yang
sunnah. Perbuatan ini bertujuan untuk tampil berbeda
dengan orang-orang selain Islam. Didalam hadits
dikatakan ada 3 kaum yang menjadi acuan agar tampil
beda dengan kaum tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Kaum musyrik (orang yang mempersekutukan Allah),
ada pada HR. Muslim No. 601
2. Kaum Majusi (pemeluk agama Persia Kuno) ada pada
HR. Muslim No. 602
3. Kaum Yahudi dan Nasrani ada pada HR. Musnad Imam
Ahmad No. 8318

Artinya, umat Islam haruslah memiliki kepribadian


yang berbeda, tidak selalu meniru gaya orang non Islam

39
https://kbbi.web.id/jenggot diakses pada 14 desember 2022, pukul 11:16
40
Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu al-Fadhl Jamaluddin Ibnu Manzhur
al-Anshari ar-Ruwaifi’i al-Afriqi, Lisan Al-Arab (Beirut: Dar Sadr, 1993).
33
namun seharusnya menjadi contoh bagi umat lain.
Rasulullah bersabda,

‫ص†لَّى هَّللا ُ َعلَ ْي† ِه‬


َ ِ ‫†ال َر ُس†و ُل هَّللا‬
َ †َ‫ ق‬:‫†ال‬
َ †َ‫ ق‬،‫ع َْن اب ِْن ُع َم َر‬
:»‫ب َوا ْعفُوا اللِّ َحى‬ ِ ‫ «احْ فُوا ال َّش َو‬:‫َو َسلَّ َم‬
َ ‫ار‬
(Hadits shahih riwayat At-Tirmidzi – Kitab Adab)
“Dari Ibnu Umar ia berkata; Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: Cukurlah kumis dan
biarkan jenggot”.41
Berikut riwayat lain yang serupa dengan isi hadits
diatas:
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Pakaian, No. 5888,
5890, 5892, 5893.
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Thaharah, No. 259
3. Kitab Sunan Abi Dawud, Kitab Kerapian Rambut,
No. 4199
4. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Adab Rasulullah
SAW, No. 2764
5. Kitab Sunan An Nasa’I, Kitab Thaharah, No. 12 dan
15
Walaupun hadits tersebut memiliki tujuan agar umat
Islam tampil dan berkepribadian yang berbeda dengan
umat-umat lain, bukan berarti tidak boleh mencukurnya.
41
At Tirmidzi, al Jami’ al Kabir Sunan al Tirmidzi, juz 5, no. 2763, h.95.
34
Karena jenggot adalah bulu yang bisa memanjang kika
tidak dipotong dan akan terlihat jelek. Maka memotong
jenggot diperbolehkan dengan tujuan untuk menjaga
kerapian dan tidak memotongnya dengan habis.42
Dalam hadits lain juga dijelaskan bahwa selain
menjadi sebagai identitas seorang muslim, memelihara
jenggot dan memotong kumis adalah hal yang fitrah. Umat
muslim yang ingin menghidupkan sunnah tentunya akan
melakukan perintah dalam hadits ini. Rasulullah SAW.
bersabda:

ُ ‫ص†لَّى هَّللا‬
َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬،‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ َم††ا‬
ِ ‫ع َِن اب ِْن ُع َم َر َر‬
." ‫ب‬ ِ ‫ط َر ِة قَصُّ ال َّش‬
ِ ‫ار‬ ْ ِ‫ " ِمنَ ْالف‬: ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
(Hadits shahih riwayat Bukhari – Kitab Pakaian)
“Dari Ibnu Umar radliallahu 'anhuma dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Termasuk
dari (sunnah) fitrah adalah mencukur kumis.”43
Memelihara jenggot sudah pernah dilakukan oleh
Nabi-nabi terdahulu, yaitu Nabi Harun a.s. yang mana
jenggot milik beliau terekam dalam QS. Thaha: 94 sebagai
berikut.

42
Mahmudi, “Pemahaman Hadis Tentang Memelihara Jenggot Dalam
Konteks Kekinian,” Jurnal: Riwayah 3, no. 2 (2018): h.279.
43
Al-Ja’fi, al-Jami al-Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah
SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi, juz 7, no.5888, h.120.
35
ُ ‫قَا َل يَ ْبنَُؤ َّم اَل تَْأ ُخ ْذ بِلِحْ يَتِى َواَل بِ َرْأ ِس ٓى ۖ ِإنِّى َخ ِش‬
‫يت َأن‬
‫ول فَ َّر ْقتَ بَ ْينَ بَنِ ٓى ِإ ْس ٰ َٓر ِءي َل َولَ ْم تَرْ قُبْ قَوْ لِى‬
َ ُ‫تَق‬
“Harun menjawab: Hai putera ibuku, janganlah
kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku;
sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan
berkata (kepadaku): Kamu telah memecah antara
Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku”
(QS. Thaha [20]: 94)
Menurut Al-Qadhi Iyadh mencukur jenggot hingga
habis, memotong dan membakarnya adalah makruh.
Namun jika memotongnya dengan tujuan untuk
merapikannya adalah sesuatu hal yang dianggap baik. 44

B. Bulu Ketiak dan Bulu Kemaluan

Islam adalah agama yang senantiasa menuntun


umatnya untuk selalu hidup bersih dan sehat, sehingga
sejalan dengan aspek ilmu kesehatan. Salah satu hal yang
perlu dibersihkan adalah mencukur bulu ketiak dan bulu
kemaluan. Kegiatan ini merupakan hal yang sunnah karena
termasuk dalam pekerjaan merawat diri. Karena merawat
diri juga termasuk perwujudan rasa syukur kepada Allah
44
An Nawawi, Syarh an Nawawi ’ala Muslim, juz 3, h.151.
36
SWT yang telah memberikan nikmat, yaitu tubuh yang
sehat.

Bulu ketiak adalah bulu yang tumbuh pada tubuh


manusia yang pertumbuhannya tidak boleh dibiarkan,
artinya harus adanya penjagaan kebersihan yaitu dengan
mencabutnya. Hal ini sudah dijelaskan oleh Rasulullah
dalam hadits berikut:

‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي † ِه َو َس †لَّ َم قَ††ا َل‬ َ ‫ع َْن َأبِي هُ َري َْرةَ ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫†ف اِإْل ْب† ِط‬ ُ †‫ق ْال َعانَ† ِة َونَ ْت‬ ُ †‫َان َو َح ْل‬
ُ ‫ط َر ِة ْال ِخت‬ ْ ِ‫َخ ْمسٌ ِم ْن ْالف‬
‫ب‬
ِ ‫ار‬ ِ ‫ار َوَأ ْخ ُذ ال َّش‬
ِ َ ‫ظف‬ْ ‫َوتَ ْقلِي ُم اَأْل‬
(Hadits riwayat An-Nasa’I – Kitab Thaharah) “Dari
Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam beliau bersabda: Ada lima perkara yang
termasuk fitrah yaitu: berkhitan, mencukur bulu
kemaluan, mencabut bulu ketiak, memotong kuku,
dan memotong kumis”.45

Berikut riwayat lain yang serupa dengan isi hadits


diatas:

45
Abu Adbu al Rahman Ahmad bin Syu’aib bin Ali al Khurasani, al Sunan
al Shugra li an Nasai (Halab: Maktab al Mathbu’ati al Islamiyati, 1406), juz
1, no.10, h.14.
37
1. Kitab Shahih Bukhari, Kitab Pakaian, No. 5889,
5891, 6297.
2. Kitab Shahih Muslim, Kitab Thaharah, No. 257
3. Kitab Sunan Abu Dawud, Kitab Kerapian Rambut,
No. 4198
4. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Adab Rasulullah
SAW, No. 2756
5. Kitab Sunan An Nasa’I, Kitab Thaharah, No. 9 dan
10
6. Kitab Sunan Ibnu Majjah, Kitab Thaharah, No. 292.

Adapun manfaat perintah mengilangkan bulu


ketiak adalah agar tidak menimbulkan bau yang tidak
sedap akibat keringat yang menempel di dalamnya. Pada
dasarnya cara menghilangkan bulu ketiak adalah dengan
mencabut, namun bila tidak kuat maka boleh
memotongnya dengan gunting, pisau cukur atau dengan
tawas dan lain sebagainya.46

46
Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani Lubis dan Abdul Rafik, “Inspection of
Maqasid al-Syari’ah in Religious Texts Regarding the Recommendation to
Shave Underarm Hair,” Jurnal: Cakrawala 15, no. 2 (2020): h.112.
38
Hal ini juga berlaku untuk bulu kemaluan. Bulu
kemaluan adalah rambut atau bulu yang tumbuh di sekitar
kemaluan manusia. Manfaat untuk menghilangkan bulu
kemaluan dari segi kesehatan adalah agar terhindar dari
kutu dan penyakit kelamin yang berbahaya. Bulu
kemaluan tang tidak dirawat akan menimbulkan adanya
sarang bakteri dan jamur yang dapat menginfeksi
kemaluan.47

Dalam hadits lain dikatakan bahwa waktu yang


dianjurkan oleh Nabi untuk menghilangkan bulu ketiak
dan bulu kelamin adalah setiap 40 malam. Rasulullah
SAW bersabda:

: ‫ ُوقِّتَ لَنَ††ا فِي‬: ٌ‫ قَ††ا َل َأنَس‬: ‫††ال‬ َ َ‫††ك ق‬ ٍ ِ‫َس ب ِْن َمال‬ِ ‫ع َْن َأن‬
ِ †‫ َو َح ْل‬،‫†ف اِإْل بِ† ِط‬
‫†ق‬ ِ †‫ َونَ ْت‬،‫ار‬ِ َ ‫ظف‬ْ ‫ َوتَ ْقلِ ِيم اَأْل‬،‫ب‬
ِ ‫ار‬ِ ‫قَصِّ ال َّش‬
.ً‫ َأ ْن اَل نَ ْترُكَ َأ ْكثَ َر ِم ْن َأرْ بَ ِعينَ لَ ْيلَة‬،‫ْال َعانَ ِة‬
(Hadits shahih riwayat Muslim – Kitab Thaharah)
“Dari Anas bin Malik dia berkata: Kami diberi batas
waktu untuk mencukur kumis, memotong kuku,

47
Muhammad Taufiq Murtadha, Susanti Vera, dan Muliadi, “Hadis Anas bin
Malik tentang Kesehatan: Studi Takhrij dan Syarah Hadis,” Gunung Djati
Conference Series 8 (2022): h.730.
39
mencabut bulu ketiak, memotong bulu kemaluan
tidak boleh lebih dari empat puluh malam”.48

Lihat juga:

1. Kitab Sunan Abu Dawud, Kitab Kerapian


Rambut, No. 4200
2. Kitab Sunan At-Tirmidzi, Kitab Adab Rasulullah
SAW, No. 2758, 2759
3. Kitab Sunan An-Nasa’I, Kitab Thaharah, No. 14
Disisi lain, perintah yang menyebutkan waktu
empat puluh hari bukanlah anjuran yang wajib untuk
memotong atau mencukur selama empat puluh hari sekali.
Namun, apabila sebelum empat puluh hari bulu-bulu
tersebut sudah panjang dan mulai mengganggu, maka
sebaiknya dipotong.49

48
An-Naisaburi, Musnad al-Shahih al-Mukhtashar bi Naqli al-Adl ’an Adl
ila Rasulullah SAW, juz 1, no. 285, h.222.
49
Murtadha, Vera, dan Muliadi, “Hadis Anas bin Malik tentang Kesehatan:
Studi Takhrij dan Syarah Hadis,” h.731.
40
BAB V

41
PENUTUPKESIMPULAN

Kebersihan dan kerapian adalah hal yang sangat


penting dalam kehidupan. Karena hal itu Islam adalah agama
yang sangat memperhatikan kebersihan dan kerapian umatnya.
Salah satu upaya Islam dalam menegakkan kebersihan adalah
adanya bab-bab yang membahas tentang kebersihan dan
kerapian disusun dalam kitab sunnah Nabi.

Salah satu yang harus diperhatikan dalam kebersihan


tubuh sebagai manusia adalah merawat dan menjaga rambut.
Rambut adalah suatu anggota tubuh manusia yang berperan
sangat penting. Selain itu juga sebagai perhiasan bagi
pemiliknya dan mahkota di kepala. Saat merawat rambut juga
harus memperhatikan hal-hal yang dilarang, seperti
menyambung rambut dan mewarnai rambut dengan warna
hitam.

Selain rmbut yang ada di kepala manusia, ada juga


rambut yang tumbuh dibagian tubuh manusia. Seperti kumis,
jenggot, bulu ketiak, dan bulu kemaluan. Rambut-rambut ini
sangat penting dirawat agar senantiasa jauh dari berbagai
macam penyakit.

42
DAFTAR PUSTAKA

Afriqi, Muhammad bin Mukrim bin Ali Abu al-Fadhl


Jamaluddin Ibnu Manzhur al-Anshari ar-Ruwaifi’i al-.
Lisan Al-Arab. Beirut: Dar Sadr, 1993.
Al Asqalani, Ibnu Hajar. Fathul Baari terj. Amiruddin. Jakarta:
Pustaka Azzam, 2021.
Al Sijistani, Abi Dawud Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin
Al-Adzi. Sunan Abu Dawud. Beirut: Dar Al Fikr, 1994.
Al Walwi, Muhammad bin Ali bin Adam bin Musa Al-Itobi. Al-
Bahr al-Muhit al-Thajjaj fi Sharh Sahih Imam Muslim
ibn al-Hajjaj. Arab Saudi: Dar Ibnu Jauzi, 2005.
Al-Ja’fi, Muhammad bin Ismail Abu Abdillah. al-Jami al-
Musnad as-Sahih al-Mukhtasar min Umur Rasulilah
SAW wa Sunanihi wa Ayyamihi. Lebanon: Dar Thuq
An Najah, 1422.
An Nawawi, Abu Zakaria Muhyi ad Din Yahya bin Syarf.
Syarh an Nawawi ’ala Muslim. Beirut: Dar Al Ihya’ Al
Turats Al Arabi, 1972.
Angendari, Made Diah. “Rambut Indah dan Cantik dengan
Kosmetika Tradisonal.” JPTK UNDIKHSA 9, no. 1
(t.t.).
An-Naisaburi, Muslim bin Al-Hajjaj Abu Al Husaini. Musnad
al-Shahih al-Mukhtashar bi Naqli al-Adl ’an Adl ila
Rasulullah SAW. Beirut: Dar Al Ihya’ Al Turats Al
Arabi, 1431.
At Tirmidzi, Al-Imam Al-Hafidz Muhammad bin Isa bin
Saurah. al Jami’ al Kabir Sunan al Tirmidzi. Beirut: Dar
Al Fikr, 1963.
At-Tatawi, Muhammad bin Abdul Hadi. Hasyiah As-Sindi ’ala
Sunan An-Nasa’i. Halab: Maktab al Mathbu’ah al
Islamiyah, 1986.

43
Khurasani, Abu Adbu al Rahman AHmad bin Syu’aib bin Ali
al. al Sunan al Shugra li an Nasai. Halab: Maktab al
Mathbu’ati al Islamiyati, 1406.
Lubis, Ali Akhbar Abaib Mas Rabbani, dan Abdul Rafik.
“Inspection of Maqasid al-Syari’ah in Religious Texts
Regarding the Recommendation to Shave Underarm
Hair.” Jurnal: Cakrawala 15, no. 2 (2020).
Mahmudi. “Pemahaman Hadis Tentang Memelihara Jenggot
Dalam Konteks Kekinian.” Jurnal: Riwayah 3, no. 2
(2018).
Ma’shum, Ali, dan Zainal Abidin Munawwir. Kamus Al-
Munawwir Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997.
Munadi, Radhie. “Panjang Rambut Nabi Muhammad SAW:
Studi Ma’ani al-Hadis dan Implementasinya pada
Jamaah an-Nadzir Gowa - Sulawesi Selatan.” Jurnal:
Tahdis 10, no. 2 (2019).
Murtadha, Muhammad Taufiq, Susanti Vera, dan Muliadi.
“Hadis Anas bin Malik tentang Kesehatan: Studi
Takhrij dan Syarah Hadis.” Gunung Djati Conference
Series 8 (2022).
Qahiri, Abdu al-Rauf bin Taj al-‘Arifin bin ‘Ali bin Zain
al-‘Abidin al- Hadddi al-Manaw‫ ه‬al-. Fayd al-Qadir
Syarh al-Jami’ al-Sagir. Mesir: al-Maktabah al-
Tijariyah al-Kubra, 1937.
Rahman, Syarf al Haqq Al ’Adzim Abadi Abu Adb al. ’Aun Al
Ma’bud ’ala Syarh Sunan Abi Dawud. Beirut: Dar al
Kutub al Ilmiyah, 1994.
https://kbbi.web.id/

https://www.dorar.net/hadith/sharh/30703

https://ar.wikipedia.org

44
https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://
sc.syekhnurjati.ac.id/esscamp/risetmhs/
BAB314113450002.pdf&ved=2ahUKEwiHrND3yPD7
AhWF1TgGHfq2BIkQFnoECBIQAQ&usg=AOvVaw0
gDUSQR1YvS1--CrjdZhJb

45
TENTANG PENULIS

Salma Aldira merupakan salah satu mahasiswi Institut


Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakartayang sedang menimba ilmu di
semester 5 jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Salma Aldira
merupakan anak sulung dari pasangan Asral Anas dan Allen
Martina. Beliau adalah orangtua yang hebat dengan bekerja
sebagai pedagang dan berhasil menghantarkan Salma untuk
menimba ilmu yang jauh hingga ke Jakarta.

Dengan latar belakang keluarga yang masih jauh dari


kata berada itulah, Salma adalah mahasiswi yang giat dalam
belajar agar dapat membahagiakan orangtua baik di dunia
maupun di akhirat kelak. Sebelum memasuki dunia
perkuliahan, dia juga sangat aktif dan sering meraih peringkat
46
kelas di Madrasah Aliyah Kulliyatul Muballighien Padang
Panjang, Sumatera Barat begitu juga di sekolah-sekolah
sebelumnya.

Dengan hobi menulis, membuat Salma sering mengikuti


perlombaan menulis secara online, meskipun hanya sesekali
meraih kemenangan. Karena hobi tersebut Salma bercita-cita
ingin menebar karyanya dalam bentuk buku yang kelak akan
dibaca dan bermanfaat bagi banyak orang. Karena prinsip
Salma adalah Membaca buku adalah membuka dunia.

Melalui buku ini yang disusun kali ini karena tugas dari
Bapak Dr. Sofian Effendy, S.Th.I., M.A. sebagai dosen
pembimbing mata kuliah Hadits Maudhu’I, menjadikan
pengalaman yang luar biasa untuk Salma dalam menulis buku.
Semoga kedepannya Salma dapat menerbitkan buku lain-
lainnya yang lebih bermanfaat dan membuka wawasan para
pembaca, Aamiin Allaahumma Aamiin.

47
SINOPSIS

Perkembangan zaman yang semakin kedepan dengan

trend-trend kekininan yang tidak sedikit jauh dari ajaran Islam.

Terkadang dengan kehebatan dan keindahan trend tersebut

membuat kita sebagai umat Islam menjadi lalai terhadap

larangan-larangan yang masih terkait dalam trend tersebut

Contohnya saja menyambung rambut dengan wig.

Sudah menjadi trend sekarang dengan berbagai tujuan yang

kebanyakan hanya sebagai mempercantik diri atau bahkan

bermaksud menipu pihak lain. Na’udzubillah

Hendaknya sebagai umat muslim menjauhi trens-trend

yang sudah dilarang dalam Islam dan selayaknya menjadi contoh

yang baik bagi orang lain.

Anda mungkin juga menyukai