Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Ikhtishar Hadist

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulum al-Hadist

Dosen

H. Sukardi, M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 9

Dandi Abdul Rohman (NIM: 18.03.2034)

Hairil Anwar (NIM: 18.03.2098)

Sekolah Tinggi Agama islam Persatuan Islam Bandung

JL. Ciganitri No.2 Cipagalo Bojong Soang-Bandung

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan
makalah mata kuliah Ulum al-Hadist yang berjudul “Ikhtishar hadist” dapat
selesai seperti waktu yang telah kami rencanakan. Tersusunnya Makalah ini
tentunya tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada :

1. Bapak H. Sukardi M.Ag Dosen Mata Kuliah Umul al-Hadist Sekolah tinggi
agama islam Persatuan Islam bandung.

2. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar


makalah ini dapat di selesaikan.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini


disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Umul al-Hadist.

Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan
makalah-makalah selanjutnya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar belakang....................................................................................................

B. Rumusan Masalah.....................................................................................

C. Tujuan Penulisan................................................................................................

BAB II :PEMBAHASAN

A. Pengertian ikhtishar....................................................................................

B. Hukum ikhtish...........................................................................

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan...........................................................................................................

DAFTAR PUST

BAB I
PENDAHLUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang tata Bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan dipermudah dengan adanya
satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan masyarakat
Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena segala hal tentang
kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu makalah ini.
Dan ini juga akan dipersentasikan dikelas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia.
Serta penyusun mengharapkan dengan makalah ini dapat menyadarkan kepada
seluruh masyarakat Indonesia tentang bagaimana pentingnya penggunaan tata
bahasa yang benar, sehingga selanjutnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ikhtishar

1. ikhtishar secara bahasa

ikhtishar secara bahasa artinya meringkas hadist.

Maksudnya, menyisihkan sebagian dari hadist dengan meriwayatkan sebagian


yang lain.

2. Ikhtishar secara istilah

‫ِع ْل ُم الحديسث هو معرفة القو اعد التي يتو صل بهاالئ‬


‫معرفة‬
“ ilmu hadist adalah pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang mengantarkan
kepada pengetahuan tentang rawi (riwayat ) dan marwi (materi yang
diriwayatkan).’’

Pendapat lain yang mengataakan bahwa,

‫هو علم بقوانين يعرف بهااحوال السندوالمتن‬

Ilmu hadis adalah ilmu tentang kaidah-kaidah untuk mengetahui kondisi sanad
dan matan.

Sanad adalah rangkaian rijal/rawi ( periwayat hadits ) yang menghantarkan


kepada matan (teks) hadis.
Matan adalah perkataan ( teks/isi berita ) yang terletak di penghujung sanad.

Contoh-contoh :

Al-Bukhari meriwayatkan hadits berikut, di dalam kitabnya yang bernama


ash-shahih , Bab kayfa kana bad’al-wahyi ila Rasulillah saw,jilid 1,hal.5

‫ اخبرنيم‬:‫ حد ثنا يحيى بن سعيد االنصا ريو قال‬: ‫قال‬,‫حد ثناسفيان‬:‫قال‬,‫حد ثناالحميدي عبدهللا بن الزبير‬
‫محمد بن ابر اهيم التيمي انه سمع عاقمة بن و قا ص الليثي يقول سمعت عمر بن الخطاب رضي هللا‬
‫و‬.‫ انما االعمال با لنية‬:‫عنحم على المنبر قال سمعت رسول هللا صلى هللا عليه و سلم يقول‬

Ikhtisar hadits artinya meringkas Hadits. Maksudnya, menyisihkan sebagian dari


hadits dengan meriwayatkan sebagian yang lain. Dalam pembicaraan ini, termasuk
juga: a. Mendahulukan susunan yang semestinya diakhir dan mengakhirkan susunan.
b. Dari hadits yang panjang hanya diambil isinya ataub sesuatu yang penting.
Mengikhtisar hadits memang boleh,  asal ringkasannya tidak membawa kekeliruan
dan salah faham, sehingga bisa menebabkan tidak betul dalam membatas satu-satu
masalah atau menetapkan suatu hukum agama. ‫الينظر هللا الي من جر ثو به خيال ء ( البخا ري‬
) ‫ ومس لم‬Seperti contoh berikut: Artinya: (Telah bersabda Rosulullah SAW) ”Allah
tidak (suka) melihat kepada orang yang melabuhkan kainnya dengan keadaan
menyombong.                                                                (HR.Bukhari dan Muslim)
Keterangan: 1.      Hadits tersebut kalau kita ringkaskan dengan meninggalkan
perkataan akhir sekali,akan jadi begini    )   ‫ ال ينظر هللا الي من جر ثوبه‬  (                          
Maka dari ringkasan ini, orang bisa paham, bahwa Allah tidak suka melihat orang
yang melabuhkan kainnya, maupun ia melabuhkannya itu karena hendak
menyombongkan diri ”atau tidak”. Pemahaman ini tidak benar, karena menurut
keterangan-keterangan agama yang terlarang itu ialah melabuhkan kain karna
hendak menyombongkan diri. Oleh karena itu ikhtisar menimbulkan kekeliruan
paham dan salah dalam menetapkan hukum, maka kata-kata (  ‫خيال ء‬   )itu tidak
boleh di tinggalkan,mesti disebut. 2.      Jadi hadits atau riwayat seperti itu tidak
dapat di ringkaskan. ‫ان نفرامن بني ها شم د خلوا عل أس ما ء بنت عم يىس ف د‬:‫عن عبدا هللا بن عمروبنالعاص‬
‫ فق ال رس ول‬.‫ لم اراال خ ير‬:‫خل ا بو بكر الصد يق و هي تحته يو مئذ فراهم فكره ذلك فذ كر ذلك لر سو ل اهللا ص وق ل‬
‫ ال يد خلن ر جل بع د ي و مي ه ذا على مغيب ة‬:‫اهللا ص ان هللا قد بر أها من ذلك ثم قا م ر سو ل هللا ص على المنبر فقا ل‬
)‫رواه مسلم‬.‫ص‬.‫(ح‬    ‫ اال ومعه رجل اواثنا ن‬Artinya: Dari Abdillah Bin Amr Bin Ash (ia berkata)
bahwa beberapa orang dari bani hasyim datang menemui Asma Binti Umais
masuklah Abu Bakar as-sidiq sedang asma di waktu itu jadi istrinya: tiba-tiba ia
melihat mereka itu tetapi yang demikian itu tidak menyenangkan dia, lalu ia
ceritakan hal tersebut kepada Rosulullah Saw. Sambil berkata:” aku tidak dapati
melainkan kebaikan” maka bersabdalah Rosulullah Saw:” Sesungguhnya allah telah
melepaskan dia (Asma) dari yang demikian. Kemudian Rosulullah berdiri di atas
mimbar lalu bersabda ”Tidak boleh sekali-kali seorang laki-laki mulai hari ini masuk
bertamu kepada seorang perempuan yang suaminya tidak ada malainkan handaklah
bersama dia seorang laki-laki atau dua orang. Keterangan: 1.      Hadits tersebut,
kalau diringkaskan dengan mengambil sabda Nabi Saw yang akhir sekali akan
berupa demikian: ‫ ال ي د خلن رج ل بع د ي و مي ه ذا على مغيب ة اال ومع ه رج ل اواثن ا ن‬Artinya: "tidak
boleh sekali-kali seorang laki-laki dari mulai hari ini masuk bertamu pada seorang
perempuan yang suaminya tidak hadir, melainkan hendaklah beserta dia ”Seorang
laki-laki atau dua orang”. 2.      Dari hadits yang diringkas ini orang bisa paham:
“Boleh seorang laki-laki bertamu kepada saorang perempuan apabila bersama si
laki-laki itu ada seorang laki-laki atau dua orang laki-laki lain”. Faham ini tidak
benar karna kalau seorang atau dua orang laki-laki lain boleh bertamu dengan
seorang perempuan tentu beberapa orang dari Bani Hasyim itu boleh juga. Kalau
beberapa orang ini boleh tenttu tidak perlu Nabi Saw berdiri diatas mimbar
mengeluarkan larangan itu. Jadi yang Nabi maksudkan dengan perkataan: Seorang
laki-laki atau dua orang laki-laki adalah mahram si perempuan, yakni ” seorang
atau dua orang laki-laki yang siperempuan haram kawin kepadanya seperti lakinya,
bapaknya, saudaraya, yang laki-laki dsb.” 3.      Dari pembahasan diatas, nyatalah,
bahwa riwayat Muslim itu tidak dapat diringkaskan seperti penulis ajukan, karena
dengan ringkasan itu orang yang mendengar atau membaca bisa keliru paham,
sehingga yang “dilarang” menjadi “tidak terlarang”. 4.      oleh karena itu, kalau
mau juga diringkaskan. Hendaklah diterangkan sekali maksud bagi ”Seorang laki-
laki atau dua orang”.

Sumber: https://makalahnih.blogspot.com/2014/09/pengertian-sanad-matan-dan-
ikhtisar.html
Silahkan mengcopy paste dan menyebarkan artikel ini selama masih menjaga
amanah ilmiah dengan menyertakan sumbernya

Anda mungkin juga menyukai