Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ULUMULT HADITS

" HADITS GHARIB "

Dosen Mata kuliah :


Fiddian Khairuddin, S.Th.I.,MA
Disusun oleh :
Dewi Yani OktaVera 601211010006

Program Studi Ekonomi syariah


Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indragiri
2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warahmatullahi warabakatuh.

Segala puja dan puji saya haturkan kehadirat Sang Pencipta dan Pemilik
alam semesta yaitu Allah SWT. Dan Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat dan seluruh umatnya.

Berkat pertolongan Allah melalui ilmu yang saya proleh selama ini, sehingga
saya mampu menyelesaikan penyusunan makalah tentang, Ilmu Gharib Al
Hadits, yang kami susun untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Ulumul
Hadits. Dan kami harapkan makalah ini dapat menggugah teman–teman untuk
mendalaminya lebih jauh.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................................
Bab I Pendahuluan......................................................................................................................
a. Latar belakang ..............................................................................................................
b. Rumusan masalah...........................................................................................................
BAB II Pembahasan..................................................................................................................
a. Pengertian Hadits Gharib ..............................................................................................
b. Macam-macam Hadits Gharib.......................................................................................
c. Cara-cara menafsirkan ke-ghariban hadits...................................................................
d. Hukum-hukum Hadist Gharib......................................................................................
e. Sejarah Perkembangan Ilmu Gharib al-Hadits dan Kitab-kitabnya

BAB III Penutup...................................................................................................................

a. Kesimpulan................................................................................................................

Daftar Pustaka.......
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Memahami hadis sebagai warisan Nabi saw. haruslah menyeluruh dan universal.
Menyeluruh dalam artian memahami secara benar, sedang universal berarti tidak
meninggalkan satu lafadh pun dalam menelaahnya. Terkait dengan memahami secara
menyeluruh dan universal di era kini akan terbentur dengan pemahaman bahasa yang
tentunya berkembang sebanding dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri.
Hadits mulanya merupakan bahasa lisan kemudian berubah menjadi bahasa teks setelah
terjadi proses transformasi. Hal ini menjadi pertanyaan besar apakah esensi dari bahasa yang
meliputi rasa dan karsa bisa terwakili dengan bahasa teks yang pembukuannya pun tidak
disaksikan oleh pelaku dan saksi-saksi kejadiannya. Berangkat dari itu perlu adanya
peninjauan hadits secara etimologi sebagai upaya dalam melestarikan bahasa hadits sehingga
tidak asing diterima generasi yang semakin menjahui zaman Nabi saw.
Peninjauan hadits dari segi dirayahnya yang lebih spesifik dalam membahas istilah yang
sulit dikenal atau sering disebut ilmu gharib al-hadis. Dengan adanya pembahasan secara
khusus ini diharapkan generasi yang semakin menjauhi bahasa hadis bisa memahami lebih
tepat terhadap arti kosakata hadits itu sendiri. Sehingga dengan pemahaman yang tepat akan
dihasilkan hukum yang tepat pula.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Hadits Gharib ?
2. Macam-macam Hadits Gharib ?
3. Cara-cara menafsirkan ke-ghariban Hadits
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Hadits Gharib


1

Ibnu Shalah menta’rifkan Ilmu Gharibil-Hadits, ialah Ilmu pengetahuan untuk


mengetahui lafadh-lafadh dalam matan Hadits yang sulit lagi sukar difahamkan, karena
jarang sekali digunakannya.
Dengan memperhatikan ta’rif tersebut, hanyalah kiranya bahwa yang menjadi obyek ilmu
Gharibil-Hadits ialah kata-kata yang musykil dan susunan kalimat yang sukar dipahamkan
maksudnya. Dan nyata pulalah kiranya tujuan yang hendak dicapai oleh ilmu ini, ialah
melarang seseorang menafsirkan secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat seseorang
yang bukan ahlinya.
Imam Ahmad pernah ditanya oleh seseorang tentang arti suatu lafadh gharib yng terdapat
dalam sebuah matan Hadits, tetapi karena beliau merasa tidak mampu, lalu menjawab,
ujarnya : “Tanyakannlah kepada seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang Gharibil-
Hadits, karena aku tak suka memperkatakan sabda Rasulullah SAW dengan purbasangka”.
Ilmu ini membahas dan menjelaskan Hadits Rosulullah s.a.w yang sukar diketahui dan
dipahami orang banyak karena telah berbaur dengan bahasa lisan atau bahasa arab pasar.
Sedangkan Menurut Ulumul Hadis, ilmu ini menyingkap apa yang tersembunyi dalam lafadz
hadits. Menurut ibnu Shalah dalam buku ulumul hadis menyatakan:“ Ilmu untuk mengetahui
lafadz matan hadis yang sulit lagi sukar dipahami, karena jarang sekali dipakai”. Kitab yang
cukup baik dalam masalah ini adalah An-Nihayah fi Ghoribil Hadis wal Atsar, karya ibnu
Atsir.
Perintis ilmu ghoribul hadis adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibnu Mutsan at Taimi, seorang
ulam hadis yang berasal dari Basrah. Beliau meninggal tahun 210 H. Ahli hadis lain
menyatakan bahwa perintis ilmu ini adalah Abu Hasan an-Nadlir ibn Syamil al Mazini,
seorang ulama ilmu nahwu yang meninggal pada tahun 204 H.

2. Macam-macam Hadits Gharib


Hadis ghorib dari segi tempat kesendiriannya terbagi menjadi dua macam:

1
Rahman Fathur, (1987), Ikhtisar Mushthalahul Hadist, Bandung, PT. Al Ma’Arif.
1) Ghorib Muthlaq atau Fardu Mutlaq
Ghorib Muthlaq atau Fardu Mutlaq Yaitu bila mana keghoribannya terletak pada asal
sanadnya, artinya hadis yang diriwayatkan oleh seorang rawi sendirian pada asal sanadnya.
Contohnya:

“ Dari Abu Huroiroh berkata : rosulullah saw bersabda : Ada dua kalimat yang dicintai Allah
yang Maha pengasih, yang ringan diucapkan dan berat dalam timbangan amal. Yakni “
Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil ‘adzim” (HR. Bukhori Muslim)”.
Hadis ini dikatakan ghorib sebab hanya diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a lalu darinya
hanya diriwayatkan oleh Abu Zur’ah, dari Abu Zur’ah hanya diriwayatkan oleh ‘Umaroh dan
dari ‘Umaroh hanya diriwayatkan oleh Muhammad bin Fudhoil.

2) Gharib nisby atau Fardu Nisby


Gharib nisby atau Fardu Nisby yaitu Hadis yang kegharibannya berada di pertengahan
sanadnya, artinya semula diriwayatkan oleh lebih dari seorang rawi dalam asal sanadnya
kemudian secara sendirian diriwayatkan oleh satu orang rawi dari mereka para perawi
tersebut. Contohnya : Hadis malik dari Az-Zuhri dari Anas ra.
”Sesungguhnya Nabi SAW. Masuk ke kota mekkah sementara diatas kepalnya alat penutu”.
Hadis ini diriwayatkan oleh malik dan Az-Zuhri.

Adapun berbagai keghariban atau ketersediaan yang dianggap sebagai gharib nisby antara
lain :
1. Seorang perawi terpercaya secara sendirian meriwayatkan hadis.
2. Seorang perawi tertentu meriwayatkan secara sendirian dari seorang perawi tertentu
pula.
3. Penduduk negri atau penduduk daerah secara tersendiri meriwayatkan hadis.

3. Cara - cara Menafsirkan ke-Ghariban Al-Hadits


Para Muhadditsin mengemukakan hal-hal yang dapat digunakan untuk menafsirkan ke-
Gharib-an matan Hadits. Di antara hal-hal yang dipandang baik untuk menafsirkan ke-
Gharib-an Hadits ialah:
a) Hadits yang sanadnya berlainan dengan hadits yang bermatan gharib tersebut.
b) Penjelasan dari Sahabat yang meriwayatkan Hadits atau dari Sahabat lain yang tidak
meriwayatkannya.
c) Penjelasan dari rawi selain sahabat.
Contohnya :
Mikhnaf bin Sulaim menyatakan bahwa ia pernah menyaksikan Nabi SAW berkhutbah pada
hari Arafah, beliau bersabda (yang artinya) : “ Bagi setiap keluarga wajib untuk menyembelih
‘Atirah”. Berkata Abu Ubaid dalam "Gharibul Hadits". ’Atirah adalah sembelihan di bulan
Rajab yang orang-orang jahiliyah mendekatkan diri kepada Allah dengannya, kemudian
datang Islam dan kebiasaan itu dibiarkan hingga dihapus setelahnya (setiap tahun).

4. Hukum Hadits Gharib


Hukum hadis ghorib begitu pula dengan hadits fardu, kalau memang dibedakan bisa
berkedudukan shohih atau hasan bila telah memenuhi syarat-syarat dari salah satunya.
Namun mayoritas hadis ghorib berkualitas dho’if. Berangkat dari banyaknya hadis ghorib
yang masuk dalam kategori dho’if inilah kemudian para ulama sangat berhati-hati
terhadapnya dan melarang untuk memperbanyak periwayatan hadis jenis ini.
Imam Ahmad mengatakan : “ Janganlah kamu tulis hadis-hadis ghorib, sebab ia adalah hadis-
hadis mungkar yang umumnya bersumber dari para perowi dho’if.”
Imam Malik juga pernah menyatakan : Seburuk-buruk ilmu (hadis) adalah ilmu yang ghorib.
Dan sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang jelas, yang telah diriwayatkan oleh banyak orang

5. Sejarah Perkembangan Ilmu Gharib al-Hadits dan Kitab-kitabnya.


Ilmu Gharib Al Hadits yang dimaksudkan dalam ilmu hadits ini ialah bertujuan menjelaskan
satu hadits yang dalam matannya terdapat lafazh yang pelik, dan susah difahami, karena
jarang dipakai, sehingga ilmu ini akan membantu dalam memahami hadits tersebut.

Sejak dimulainya pembukuan hadits pada akhir abad kedua dan awal abad ketiga hijriyah,
para ulama sudah menyusun buku-buku tentang ilmu gharib al hadits. Orang yang pertama
menyusun dalam ilmu gharib al hadits adalah Abu Ubaidah Mu’ammar bin Al Mutsanna At
Taimi (wafat 210 H).

Buku-Buku Terkenal dalam Bidang ini:


2
Subhi As Shalih, (1995), Membahas Ilmu Ilmu Hadist, Jakarta, Pustaka
1) Kitab Gharib Al Hadits, karya Abul Hasan An Nadhr bin Syumail Al Mazini (wafat 203
H), salah satu guru Ishaq bin Rahawaih, guru Imam Bukhari.
2) Kitab Gharib Al Atsar, karya Muhammad bin Al Mustanir (wafat 206 H).
3) Kitab Gharib Al Hadits, karya Abu Ubaid Al Qasim bin Salam (wafat 224 H)
4) Kitab Al Musytabah min Al Hadits wa al Quran karya Abu Muhammad Abdullah bin
Muslim bin Qutaibah Ad Dainuri (wafat 276 H)
5) Kitab Gharib Al Hadits karya Qasim bin Tsabit bin Hazm Sirqisthi (wafat 302 H)

Ilmu yang telah dirintis oleh kedua ulama tersebut disempurnakan dan dikenbangkan oleh
ulama-ulama kemudian, hingga melahirkan beberapa kitab gharibil-Hadits yang sangat
berguna dalam memahami Al-Hadits. Kitab-kitab itu antara lain :

1) Gharibil Hadits oleh Abu Ubaid al-Qasim bin Salam (157-224 H). Tidak sedikit para ahli
ilmu yang memuji kitab itu sebagai kitab yang kaya akan faidah dan berharga.
2) Al-Faiqu fi Gharibil-Hadits, karya Abu Qasim Jarullah Mahmud bin Umar Az-
Zumakhsyary (468-538) Kitab yang mencangkup seluruh ilmu Gharibil Hadits yang telah
ditulis oleh ulama-ulama yang mendahuluinnya itu telah dicetak berulang kali di Hayderabab
dan Mesir.
3) An-Nihayah fi Gharibil-Hadits wal-Atsar, karya Imam Majdudin Abis- Sa’adat Al-
Mubarak bin Muhammad ( Ibnu’I Atsir ) Al-Jazary (544-606 H). Buku ini merupakan buah
daripada hasil-karya ulama-ulama sebelumnya yang diperbaiki susunannya menurut alfabetis
dari lafadh-lafadh yang gharib. Hadits-Hadits yang ada hubungannya dengan hadits yang
Gharib itu dikemukakan pula serta ditafsirkankanlah kalimat demi kalimat hingga hilang ke
Gharibannya. Kitab yang terdiri dari 4 jilid itu dicetak berulang kali diMesir. Pada cetakan
yang terakhir, ia dijadikan 5 jilid dengan diberi tahqiq ( interpensi ringkas ) oleh kedua ulama
besar, Tharir Ahmad Az-Zawy dan Mahmud Muhammad At-Thanahy dan dicetak oleh Daru
Ihya’l-kutubi’l Arabiyah (Mesir) pada tahun 1383 H atau 1963 M.
4) Kemudian disusul oleh Abu Hafsh umar bin Muhammad bin Raja’I Al-Ukbury (380-
458H). Ia adalah salah seorang guru Abu Yahya Muhammad bin Al-Husain
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu gahrib al-hadits adalah ilmu yang membahas tentang matan hadits yang
sulit dan sukar untuk difahami sehingga membutuhkan keahlian yang khusus
untuk memahaminya.
Objek dari ilmu gharibil hadist adalah kata-kata yang musykil dan susunan
kalimat yang sukar dipahami maksudnya.
Sebagian ulama berbeda pendapat terkait siapa promotor atau perintis pertama
ilmu gharib al-hadist. Golongan para muhaditsin menganggap bahywa perintis
ilmu gharib al-hadis adalah Abu Ubaidah Ma’mar bin Mutsana at-Taimy.
Sementara sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa perintis pertama ilmu
ini adalah Abu Hasan an-Nadrl bin Syamil al Maziny.
Hukum hadis ghorib begitu pula dengan hadits fardu, kalau memang dibedakan
bisa berkedudukan shohih atau hasan bila telah memenuhi syarat-syarat dari
salah satunya. Namun mayoritas hadis ghorib berkualitas dho’if. Berangkat dari
banyaknya hadis ghorib yang masuk dalam kategori dho’if inilah kemudian para
ulama sangat berhati-hati terhadapnya dan melarang untuk memperbanyak
periwayatan hadis jenis ini
DAFTAR PUSTAKA

Rahman Fathur, (1987), Ikhtisar Mushthalahul Hadist, Bandung, PT. Al


Ma’Arif.
Subhi As Shalih, (1995), Membahas Ilmu Ilmu Hadist, Jakarta, Pustaka Firdaus.
.

Anda mungkin juga menyukai