Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“ASH SHAHABAH WA AT TABI’IN”

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Ilmu
Hadis II

Dipresentasikan di kelas HKI-C

Dosen Pengampu:

Dra. Hj, Hasramita, SH.M,Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Arini Nazhifah (1122095) 4. Nela Guspia (1122128)

2. Farisa Putri Karlina (1122112) 5. Sahara Fadila (1122090)

3. Sukrina Anifa (1122101) 6. Nadilla Sawatul Arsis (1122099)

7. Amirul Mukminin (1120153)

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYECH M. DJAMIL DJAMBEK


BUKITTINGGI

SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2022M/1444 H

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Akhlak Tasawuf. Selanjutnya shalawat dan salam
penulis do‟akan kepada Allah SWT semoga rahmat-Nya selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman
yang berilmu pengetahuan, dalam kurung waktu kurang dari tiga puluh tahun, dengan
penuh kesabaran dan ketaatan kepada Allah SWT. Beliau berhasil menyelamatkan
umat itu berada dalam sebuah lembah tanpa cahaya kepada zaman yang terang
benderang seperti saat sekarang ini. Serta keluarga sahabat dan setiap orang yang
selalu mengikuti cahaya kebenaran beliau hingga hari kiamat.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan
banyaknya pihak dengan tulus memberikan do‟a, saran dan kritik sehingga makalah
ini dapat kami selesaikan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang
membangun. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak.

Bukittinggi, juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Shahabah wa Tabi‟in.................................................. 3
B. Spesifikasi keduanya .................................................................... 6
C. Sahabat nabi yang banyak meriwayatkan Hadits ......................... 8
D. Sahabat yang dijamin masuk surga ............................................ 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................................. 15

B. Saran ............................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam mengenal dua sumber primer dalan perundang-undangan. pertama,
Al-Qur‟an dan kedua Al-Hadits. Terdapat perbedaan yang siknifikan pada sistem
infertirisasi sumber tersebut. Al-Qur‟an sejak awal diturunkan sudah ada perintah
pembukuannya secara resmi, sehingga terpelihara darikemungkinan pemalsuan.
Berbeda dengan hadits, tak ada perlakuan khususyang baku padanya sehingga
pemeliharaannya lebih merupakan spontanitasdan inisitif para sahabatHadits
pada awalnya sebuah literatur yang mencakup semua ucapan, perbuatan, dan
ketetapan Nabi Muhammad SAW.
Persetujuan Nabi yang tidak di ucapkan terhadap pada zamannya, dan
gambaran-gambaran tentang pribadi Nabi. Mula-mula hadits dihafalkan dan
secara lisan disampaikansecara berkesinambungan dari generasi ke
generasi.Setelah Nabi wafat pada tahun 10 H, Islam merasakan kehilangan
yangsangat besar. Nabi Muhammad SAW yang sebagai yang memilik
otaritasajaran Islam, dengan kematiannya umat merasakan otoritas.
Hanya Al-Qur‟an satu-satunya sumber informasi yang tersedia untuk
memecahkan berbagai persoalan yang muncul di tengah-tengah umat Islam yang
masih muda itu,wahyu-wahyu Ilahi, meskipun sudah di catat belum di susun
dengan baik dan belum dapat di peroleh atau tersedia secara materil ketika Nabi
Muhammad Saw. wafat.
Wahyu-wahyu dalam Al-Qur‟an yang sangat sedikit sekali mengandung
petunjuk yang praktis untuk di jadikan prinsip pembimbing yang umum dalam
berbagai aktifitas. Khalifah-khalifah awal membimbing kaum muskim dengan
sahabat nabi, meskipun terkadang bersandar pada penilaian mereka. Namun
setelah beberapa lama, ketika muncul kesulitan-kesulitan yang tak dapat lagi
mereka pecahkan sendiri mereka mulai menjadikan sunnah seperti yang
merupakan kebiasaan perilaku nabi.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Sahabah wa tabi‟in?
2. Bagaimana spesifikasi keduanya?
3. Siapa saja sahabat nabi yang banyak meriwayatkan Hadits?
4. Siapakah nama-nama sahabat yang dijamin masuk surga?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian Sahabah wa tabi‟in.
2. Untuk mengetahui spesifikasi keduanya.
3. Untuk mengetahui sahabat nabi yang banyak meriwayatkan Hadits.
4. Untuk mengetahui siapa saja sahabat nabi yang dijamin masuk surga.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian sahabah wa tabi'in
1. Pengertian sahabah
Kata Sahabah atau sahabat secara etimologi berasal dari kata shuhbah
yang artinya "persahabatan, perkawinan, pertemuan". Kata sahabat dari segi
kebahasaan adalah musytaq (turunan) dari kata shuhbah yang berarti "orang
yang menemani yang lain, tanpa ada batasan waktu dan jumlah. Berdasarkan
pengertian inilah para ahli hadis mengemukakan rumusan Definisi sahabat
sebagai berikut:

‫من لقي صلى هللا عليو و سلم مسلما ومات على االسالم ولو ختللت ردةعلى االصح‬

Artinya: “ Siapa saja dari umat Islam yang menemani nabi Muhammad saw
atau melihat nya, maka dia adalah sahabat beliau."1

Sedangkan menurut ibn al-shalah mengatakan, bahwa yang dimaksud


dengan sahabat dikalangan Ulama hadis adalah

‫كل مسلم راى رسول هللا صلى هللا عليو و سلم فهو من الصحابة‬

Artinya: "".gaSlea hh llh eaS hallaeS ae hlhllea gea emelea eaeteS ”

Yang dimaksud didalam defenisi diatas adalah bertemu atau berjumpa


dengan Rasulullah Saw meskipun tidak melihat beliau, sebagai mana halnya
dengan ibn ummi Maktum, seorang sahabat Rasulullah yang buta.

Ibn hajar lebih merincikan, bahwa seseorang akan disebut sahabat


manakala ia pernah bertemu dengan nabi Muhammad Saw, beriman dengan

1
M.ajjaj al-khatib, al-sunnah qabl al-tadwin (beirut: dr al-fikr, 1414 H/1993 M) hlm.387

3
beliau dan mati dalam keadaan Islam apakah ia hidup bersama beliau untuk
waktu yang lama atau sebentar, meriwayatkan hadis dari beliau atau tidak,
pernah melihat beliau walau sebentar, atau pernah bertemu dengan beliau
namun tidak melihat beliau karena buta kesemuanya itu menurut Ibnu Hajar
adalah sahabat.

pendapat ini merupakan pendapat yang dianut oleh jumhur ulama dan
dipilih oleh Ajjaj Al khatib sebagai pendapat yang terkuat sekaligus sebagai
pendapat pribadinyaMuhammad Jamal Aldin Al qasimi, sejalan dengan
definisi Al Buchori dan Ibnu Hajar di atas mengatakan bahwa yang disebut
dengan sahabat adalah orang yang pernah bertemu dengan nabi SAW
dalam keadaan beriman kepadanya walaupun sesaat, baik dia meriwayatkan
hadits dari beliau atau tidak.2

Said Ibnu Al musayyad sahabat adalah orang yang pernah hidup


bersama Rasulullah Saw selama satu atau dua tahun yang pernah berperang
bersama beliau sekali atau dua kali. Namun, menurut Ibnu Al jauzi ditolak
oleh kebanyakan para ulama hadis karena para ulama hadis sepakat
mengakui status kesahabatan jarir Ibnu Abdullah Al bajali seorang yang
hanya bergaul dengan nabi SAW dalam waktu yang singkat dan tidak
mencapai satu tahun ala iraqi bahkan menyatakan bahwa pendapat tersebut
tidak benar berasal dari Ibnu Al musayyab, sebab pelaksanaan riwayat yang
menyatakan pendapat Ibnu Abu musayyab tersebut terdapat Muhammad
Ibnu umar al wakidi seorang yang daif dan bahkan ada yang menyatakan
sebagai pembohong dan pemalsuan hadits dan oleh karena itu riwayatnya
tidak dapat diterima. Ulama dalam menetapkan seseorang untuk disebut
sebagai sahabat yaitu:

a. Dia pernah bertemu dengan Rasulullah Saw.

2
Nawir yuslem, ulumul hadis, hlm.179

4
b. Pertemuan tersebut terjadi dalam keadaan dia beriman dengan beliau
dan meninggal dunia juga dalam keadaan beriman (islam).

Dengan hal tersebut maka mereka yang tidak pernah bertemu dengan
nabi Saw. atau bertemu dalam keadaan tidak beriman, atau bertemu dalam
keadaan beriman namun ia meninggal dunia tidak dalam keadaan beriman ia
tidak dapat disebut dengan sahabat.

2. Pengertian Tabi‟in
Menurut bahasa: kata tabi‟in merupakan jamak dari kata tâbi‟i (‫)تابعي‬
atau tâbi‟ (‫ )تابع‬yang merupakan isim fa‟il dari kata tabi‟ahu (‫ )تبعه‬yang
bermakna “yang berjalan dibelakangnya”. Sedangkan menurut istilah:
tabi‟in adalah orang yang bertemu dengan sahabat yang muslim dan mati
dalam keadaan islam. 3
Menurut pendapat al-Khatib seperti dikutip dalam Hasbi beliau
mengemukakan bahwa "tabi'in" adalah orang yang menyertai sahabat.
Kebanyakan muhadditsin berpendapat bahwa tabi'in adalah orang yang
bertemu dcngan sahabat walaupun dia tidak menyertainya. Ada tujuh orang
tabiin utama (terbesar) yang disebut al-Fuqaha as-Sab‟ah, mereka semuanya
ulama besar tabiin, penduduk Madinah. Mereka itu adalah:4
1. Said bin al-Musayyab
2. al- Qasim bin Muhammad
3. „Urwah bin az Zubayr
4. Kharijah bin Zayd
5. Abu Salamah bin „Abd ar-Rahman
6. „Ubaydullah bin „Utbah
7. Sulayman bin Yasar

3
Mahmud Tahan, Taysir Musthalah al-Hadits (Kuwait: Markaz al-Hadi li ad-Dirasat, 1415 H), h.155

5
B. Spesifikasi keduanya
1. Pada masa Sahabi
Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa sahabat,
khususnya masa khulafa ar-Rasyidin (Abu bakar, Umar bin Khatab, Usman
bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib), sekitar tahun 11 H sampai dengan 40 H.
Masa ini juga disebut dengan masa sahabat besar.5
a. Menjaga pesan Rasulullah Saw.
Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasul SAW berpesan
kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Qur‟an dan Hadis
serta mengajarkannya kepada orang lain, sebagaimana sabdanya :
ِ ‫ضلٌوا ب ع َد مُهَا كِتاب‬
‫هللا َو مسنَ ِِت َرَواهم احلَاكِ مم َع ْن أَِِب‬ ِ ْ َ‫ت فِ ْي ٌك ْم َش ْي ئ‬
َ‫مى َريْرة‬ َ َ ْ َ ِ َ‫ْي لَ ْن ت‬ ٌ ‫تَ َرْك‬
Artinya: ”Telah aku tinggalkan untuk kalian dua macam, yang tidak
akan sesat setelah berpegang kepada keduanya, yaitu kitab Allah (al-
Qur’an) dan Sunnahku (al-Hadis)”.
Dan sabda-Nya pula :
ِ ِ
ِ ‫الع‬
‫اص‬ َ ‫بَلِغم‬.
َ ‫واع ِِّن َولَوأيَةً ِرَواهم المب َخا ِري َع ْن َع ْبد هللا بْ ِن َع ْم ِرَوبْ ِن‬
Artinya: “Sampaikanlah dariku walau satu ayat/satu hadis,”

b. Berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis


Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan yang dilakukan para
sahabat. Abu bakar sebagai khalifah yang pertama menunjukkan
perhatiannya dalam memelihara hadis. Perhatian para sahabat pada masa
ini terutama sekali terfokus pada usaha memelihara dan menyebarkan al-
Qur‟an. Ini terlihat bagaimana al-Qur‟an dibukukan pada masa Abu
Bakar atas saran Umar Bin Khatab. Usaha pembukuan ini diulang juga
pada masa Usman bin affan, sehingga melahirkan mushaf Usmani. Satu

5
SUPARTA, Munzier, ilmu hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 1996) cet. Ke 2, h. 66-74.

6
d simpan di Madinah yang dinamai mushaf al-imam, yang empat buah
lagi masing-masing disimpan di makkah, basrah, siria, dan kuffah. Sikap
memusatkan perhatian terhadap al-Qur‟an tidak berarti mereka lalai dan
tidak menaruh perhatian terhadap hadis. Mereka memegang hadis seperti
halnya yang diterimanya dari Rasulullah SAW secara utuh ketika ia
masih hidup. Akan tetapi dalam meriwayatkan mereka sangat berhati-
hati dan membatasi diri.
c. Periwayatan hadis dengan lafaz dan makna
Ada dua jalan para sahabat dalam meriwayatkan hadis dari Rasul
SAW yaitu periwayatan Lafzi dan maknawi. Periwayatan Lafzi Adalah
periwayatan hadis yang redaksinya atau matannya persis seperti yang di
wurudkan Rasul SAW. Sedangkan Periwayatan Maknawi adalah
periwayatan hadis yang matannya tidak persis sama dengan didengarnya
dari Rasul SAW, akan tetapi isi atau maknanya tetap terjaga secara utuh,
sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Rasul SAW tanpa ada perubahan
sedikitpun.
2. Pada masa Tabi‟in
Pada dasarnya periwayatan yang dilakukan oleh kalangan Tabiin tidak
begitu berbeda dengan yang dilakukan oleh para sahabat. Ketika pemerintah
di pegang oleh Bani Umayah, wilayah kekuasaan islam sampai meliputi
Mesir, Persia, Iraq, afrika, selatan Samarkand dan spanyol, di samping
madinah, makkah, basrah, syam, dan khurasan. Sejalan dengan pesatnya
perluasan wilayah kekuasaan islam, penyebaran.
Peranan Tabi‟in dalam pertumbuhan sejarah hadist tidak dapat
dipungkiri merupakan salah satu pernanan besar dalam kesinambungan dan
pemeliharaan hadist. Khusunya setelah masa pemerinatahan Utsman dan
Ali. Setelah berakhirnya masa pemerintahan Ali Bin Ali Thalib, mulailah
usaha dan kesungguhan mencari hadist dan menghafal hadist oleh kalangan
Tabi‟in dengan mengadakan perjalanan untuk sekedar mencari ilmu (ilmu
ketika itu berupa pencarian hadist-hadist Nabi).

7
Setelah Islam menguasai Syam (Jordan sekarang), Irak, Mesir,
Samarkand (Asia) dan Spanyol, para sahabat banyak berhijrah ke daerah-
daerah baru itu untuk berdakwah dan sekaligus mendirikan madrasah-
madrasah sebagai wadah untuk menyebarkan ilmu. Dengan demikian, para
tabi‟in ini menerima hadist dari para sahabat sekaligus mereka pula belajar
kepada sahabat tentang makna dan arti hadist yang mereka terima. Di masa
tabi‟in pun, para shighor sahabat, masih terus menimba ilmu.
Hal ini dibuktikan dari riwayat Bukhari, Ahmad, Thabarani ataupun
Baihaqi, bahwa Jabir pernah pergi ke Syam, yang memakan waktu sebulan
untuk sampai di Syam hanya untuk menanyakan satu hadist saja yang belum
pernah di dengarnya. Sahabat yang didatangi nya adalah Abdullah Ibn Unais
Al-Anshary. Demikian pula halnya dengan Abu Ayyub Al-Anshory yang
pernah melawat ke Mesir untuk menemui Uqbah Ibn Amir untuk bertanya
satu hadist saja.
Para Tabi‟in Belajar Kepada Sahabat Mulailah babak baru penyebaran
hadist di masa tabi‟in dan mereka mulai mencarinya sekaligus belajar
kepada sahabat-sahabat yang mulai bertebaran di beberapa pelosok bahkan
di beberapa Negara. 6
C. Perawi yang banyak meriwayatkan Hadits
Seorang perawi dianggap banyak meriwayatkan hadits bila ia telah
meriwayatkan 1000 hadits atau lebih. Kalangan sahabat yang banyak
meriwayatkan hadits ada 7 orang, yaitu:7

1) Abu Hurairah meriwayatkan 5.374 hadits dari Nabi.


2) Abdullah bin Umar: meriwayatkan 2,630 hadits dari Nabi.
3) Anas bin Malik: meriwayatkan 2.286 hadits dari Nabi.
4) Aisyah bintu Abu Bakar: meriwayatkan 2.210 hadits dari Nabi.

6
Karim, Abdullah, membahas ilmu-ilmu hadis ,(PT. Comdes Kalimantan), h. 65-68.

7
Al-Baits Al-Hatsist, Syarh Ihtisar 'Ulum Al-Hadits Ibn Katsir, "Ahmad Syakir Maktabah Daar Al-
Faihaa, Damaskus, cet. 1 hal. 176.

8
5) Abdullah bin Abbas: meriwayatkan 1.660 hadits dari Nabi.
6) Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 hadits dari Nabi.
7) Abu sa'id Al-Khudri: meriwayatkan 1.170 hadits dari Nabi.

a. Abu Hurairah

Nama aslinya Abdus Syamsi. Setelah masuk Islam pada saat Perang
Khaibar, ia mengganti namanya menjadi Abdur Rahman As-Shahri. Kemudian
oleh Rasulullah ia diberi gelar Abu Hurairah, yang berarti "Bapak kucing
kecil." Nama ini diberikan setelah ia membawa seekor kucing kecil kehadapan
Rasul Saw. Kecintaannya kepada Rasulullah sangat luar biasa. Sejak memeluk
Islam ia belum pernah berpisah dengan Rasul kecuali saat tidur. Selama empat
tahun ia berteman dengan Rasulullah Saw hingga wafatnya. Ia selalu
mengikuti kemana beliau pergi.

Abu Hurairah memiliki ingatan yang sangat kuat. Ia pernah berkata,


"Tidak seorang pun dari sahabat-sahabat Rasulullah yang menandingi aku
dalam hal menghafal hadits, kecuali Abdullah bin Amru. Sesungguhnya
(perbedaannya adalah) ia menulis dan aku tidak." Tak heran bila Abu Hurairah
tercatat sebagai sahabat Rasul yang terbanyak meriwayatkan hadits. Ia
meriwayatkan hadits sebanyak 5.374 hadits.

b. Abdullah bin Umar Ra

Ia adalah putra Umar bin Khattab dan saudara kandung Hafshah, Istri
Nabi. Tercatat, Abdullah telah meriwayatkan sebanyak 2.630 hadits (jumlah
kedua terbanyak setelah Abu Hurairah). Abdullah sangat setia mengikuti
Rasulullah SAW. Jika Rasul SAW menunaikan shalat, ia bermakmum
dibelakang beliau. Jika beliau berdoa dengan berdiri maka Abdullah ikut
berdiri dan mengamininya. Bahkan ketika beliau turun dari unta betina setelah
mengelilingi kota Mekah dan menunaikan shalat dua rakaat, Abdullah pun ikut
mengitari Mekah dan shalat dua rakaat sesudahnya, sebagaimana yang ia
saksikan.

9
Tak heran jika Ummul Mukminin, Aisyah, berkata, "Tidak seorang pun
sahabat yang setara Ibnu Umar dalam mengikuti jejak Rasulullah." Abdullah
juga sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. la tak mau meriwayatkan
suatu hadits, kecuali yang benar-benar ia ingat huruf demi hurufnya.

c. Anas bin Malik Ra

Anas bin Malik berada pada urutan ketiga terbanyak meriwayatkan


hadits. Ia telah meriwayatkan hadits sebanyak 2.286 hadits, setingkat di
bawah Abdullah bin Umar. Ayahnya bernama Malik bin Nadhir Ra yang
nasabnya bersambung dengan Adi bin Najjar Ra. Saat Anas berusia 10 tahun,
ibunya menyerahkan Anas kepada Rasulullah untuk menjadi pelayan beliau.
Beliau memanggil Anas dengan sebutan Dzal Udzunaini, yang artinya "yang
punya dua telinga." Anas tidak mengikuti perang Badar, karena usianya saat
itu masih sangat muda. Namun, pada perang-perang lain, Anas selalu tampil
berani. Tatkala Abu Bakar bermusyawarah untuk mempergunakan tenaga
Anas, Umar sangat memuji usul tersebut dan berkata, "Anas adalah seorang
pemuda yang pandai menulis dan terkenal pula ketakwaannya, karena ia lama
bersahabat dengan Rasulullah.

Ibnu Sirin berkata, "Anas Ra adalah orang yang paling baik dalam
melaksanakan shalat, di rumah atau di perjalanan." Sedang Abu Hurairah
berkata, "Saya belum pernah berjumpa dengan orang yang seperti Ibnu
Sulaim (Anas Ra) dalam melaksanakan shalat."

d. Aisyah Ra

la lahir di Mekah empat tahun sesudah kenabian Muhammad Saw. Ia


adalah putri dari Abu Bakar Ra dan Ummi Ruman. Ia adalah istri Rasul
setelah wafatnya Khadijah Ra. Ia memeluk islam selagi masih kecil, bersama
delapan orang yang lain. Aisyah adalah gadis yang cerdas dan pandai
berbahasa. Ia juga menguasai ilmu kesehatan dan ilmu nasab. Seorang sahabat
bernama Zuhri pernah berkata, "Seandainya ilmu Aisyah dibandingkan

10
dengan semua ilmu istri-istri Nabi dan semua wanita Arab, niscaya ilmu
Aisyah-lah yang lebih utama."

Rasulullah begitu sayang kepada Aisyah Ra. Pada suatu kesempatan


beliau berkata kepada Aisyah Ra, "Rasa cintaku kepadamu wahai Aisyah,
seperti Al-Urwatul Wutsqa (pegangan yang kuat)."

Semasa hidupnya, Aisyah telah meriwayatkan 2.210 hadits. Keunggulan


Aisyah dalam meriwayatkan hadits, kadang-kadang ia bisa mengkonklusikan
beberapa masalah. Ia kerap berijtihad sendiri lalu diikuti oleh para sahabat
yang lain.

e. Abdullah bin Abbas Ra

Pada usia tujuh tahun Abdullah telah menempel pada Rasulullah bagaikan
alis dengan mata. Ia juga biasa diboncengkan Nabi ketika bepergian, laksana
orang dengan bayangannya. Abdullah bercerita. "Ketika Rasulullah hendak
shalat, beliau memberikan isyarat agar aku berdiam di belakangnya. Setelah
selesai shalat, beliau menatapku seraya bertanya, "Mengapa engkau tidak
berdiri disampingku wahai Abdullah?' Aku menjawab, "Karena engkau sangat
mulia dalam pandanganku. Aku sangat keberatan berdiri di sampingmu.
kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya seraya berdoa, "Ya Allah,
karuniakanlah ilmu yang hak dan hikmah kepadanya."

Doa tersebut ternyata dikabulkan. Putra Abbas bin Abdul Muthalib,


paman Rasulullah ini menjadi sosok yang berilmu luas dan ahli fiqih yang
mendetail. Sepanjang hidupnya ia telah meriwayatkan sebanya 1.660 hadits.

f. Jabir bin Abdullah Ra

Setiap orang yang berjumpa dengannya, banyak menimba ilmu darinya.


Di Masjid Nabi di Madinah, ia memiliki halaqoh', tempat orang-orang
menuntut ilmu dan bertakwa. Jabir bin Abdullah Ra pernah mengikuti
peristiwa bersejarah bersama ayahnya dalam baiat Aqabah. Ia juga berjihad
menyertai Rasulullah SAW dalam banyak peperangan, kecuali Perang Badar
dan Perang Uhud. Pada kedua perang tersebut, ayahnya, Abdullah bin Amru,

11
mencegahnya untuk ikut. Setelah sang ayah wafat pada Perang Uhud, Jabir
tak pernah lagi absen menyertai Rasulullah SAW di medan jihad. Dan selama
berada di sisi beliau, Jabir telah mampu meriwayatkan 1.540 hadits.

g. Abu Said Al-Khudri

Nama aslinya Sa'ad bin Malik bin Sanan. Namun, ia lebih dikenal dengan
julukan Abu Said al-Khudri. Ia adalah salah seorang sahabat yang dibaiat
oleh Rasulullah untuk berpegang pada tali Allah dengan meninggalkan hal-
hal yang tercela. Bersamanya dibaiat juga Abu Dzar Al-Ghifari, Sahal bin
Sa'ad. Ubadah bin Shamit dan Muhammad bin Maslamah. Abu Said tampil
dalam perang Bani Musthalik, perang Khandak dan perang sesudahnya
sebanyak 12 kali.

D. Sahabat yang dijamin masuk surga


1. Abu Bakar Siddiq ra.
Beliau adalah khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah Saw.
Selain itu Abu bakar juga merupakan laki-laki pertama yang masuk Islam,
pengorbanan dan keberanian beliau tercatat dalam sejarah, bahkan juga
didalam Quran (Surah At-Taubah ayat ke-40) sebagaimana berikut : “Jikalau
tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah)
mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seseorang dari dua orang
(Rasulullah dan Abu Bakar) ketika keduanya berada dalam gua, diwaktu dia
berkata kepada temannya:”Janganlah berduka cita, sesungguhya Allah
bersama kita”.
Maka Allah menurunkan ketenangan kepada (Muhammad) dan
membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Allah
menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah
itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
2. Umar Bin Khatab ra.

12
Beliau adalah khalifah ke-dua sesudah Abu Bakar, dan termasuk salah
seorang yang sangat dikasihi oleh Nabi Muhammad Saw semasa hidupnya.
Sebelum memeluk Islam, Beliau merupakan musuh yang paling ditakuti
oleh kaum Muslimin. Namun semenjak ia bersyahadat dihadapan Rasul
(tahun keenam sesudah Muhammad diangkat sebagai Nabi Allah), ia
menjadi salah satu benteng Islam yang mampu menyurutkan perlawanan
kaum Quraish terhadap diri Nabi dan sahabat. Dijaman kekhalifaannya,
Islam berkembang seluas-luasnya dari Timur hingga ke Barat, kerajaan
Persia dan Romawi Timur dapat ditaklukkannya dalam waktu hanya satu
tahun. Beliau meninggal dalam umur 64 tahun karena dibunuh, dikuburkan
berdekatan dengan Abu Bakar dan Rasulullah dibekas rumah Aisyah yang
sekarang terletak didalam masjid Nabawi di Madinah.
3. Usman Bin Affan ra.
Khalifah ketiga setelah wafatnya Umar, pada pemerintahannyalah
seluruh tulisan-tulisan wahyu yang pernah dicatat oleh sahabat semasa Rasul
hidup dikumpulkan, kemudian disusun menurut susunan yang telah
ditetapkan oleh Rasulullah Saw sehingga menjadi sebuah kitab (suci)
sebagaimana yang kita dapati sekarang. Beliau meninggal dalam umur 82
tahun (ada yang meriwayatkan 88 tahun) dan dikuburkan di Baqi‟.
4. Ali Bin Abi Thalib ra.
Merupakan khalifah keempat, beliau terkenal dengan siasat perang
dan ilmu pengetahuan yang tinggi. Selain Umar bin Khatab, Ali bin Abi
Thalib juga terkenal keberaniannya didalam peperangan. Beliau sudah
mengikuti Rasulullah sejak kecil dan hidup bersama Beliau sampai Rasul
diangkat menjadi Nabi hingga wafatnya. Ali Bin Abi Thalib meninggal
dalam umur 64 tahun dan dikuburkan di Koufah, Irak sekarang.
5. Thalhah Bin Abdullah ra.
Masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Siddiq ra, selalu aktif
disetiap peperangan selain Perang Badar. Didalam perang Uhud, beliaulah
yang mempertahankan Rasulullah Saw sehingga terhindar dari mata

13
pedang musuh, sehingga putus jari-jari beliau. Thalhah Bin Abdullah
gugur dalam Perang Jamal dimasa pemerintahan Ali Bin Abi Thalib
dalam usia 64 tahun, dan dimakamkan di Basrah.
6. Zubair Bin Awaam
Memeluk Islam juga karena Abu Bakar Siddiq ra, ikut berhijrah
sebanyak dua kali ke Habasyah dan mengikuti semua peperangan. Beliau
pun gugur dalam perang Jamal dan dikuburkan di Basrah pada umur 64
tahun.
7. Sa‟ad bin Abi Waqqas
Mengikuti Islam sejak umur 17 tahun dan mengikuti seluruh
peperangan, pernah ditawan musuh lalu ditebus oleh Rasulullah dengan
ke-2 ibu bapaknya sendiri sewaktu perang Uhud. Meninggal dalam usia
70 (ada yang meriwayatkan 82 tahun) dan dikuburkan di Baqi‟.
8. Sa‟id Bin Zaid
Sudah Islam sejak kecilnya, mengikuti semua peperangan kecuali
Perang Badar. Beliau bersama Thalhah Bin Abdullah pernah
diperintahkan oleh rasul untuk memata-matai gerakan musuh (Quraish).
Meninggal dalam usia 70 tahun dikuburkan di Baqi‟.
9. Abdurrahman Bin Auf
Memeluk Islam sejak kecilnya melalui Abu Bakar Siddiq dan
mengikuti semua peperangan bersama Rasul. Turut berhijrah ke Habasyah
sebanyak 2 kali. Meninggal pada umur 72 tahun (ada yang meriwayatkan
75 tahun), dimakamkan di baqi‟.
10. Abu Ubaidillah Bin Jarrah

Masuk Islam bersama Usman bin Math‟uun, turut berhijrah ke


Habasyah pada periode kedua dan mengikuti semua peperangan bersama
Rasulullah Saw. Meninggal pada tahun 18 H di urdun (Syam) karena
penyakit pes, dan dimakamkan di Urdun yang sampai saat ini masih
sering diziarahi oleh kaum Muslimin.

14
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Sahabah atau sahabat secara etimologi berasal dari kata shuhbah
yang artinya "persahabatan, perkawinan, pertemuan". Sedangkan Menurut
bahasa kata tabi‟in merupakan jamak dari kata tâbi‟i (‫ )تابعي‬atau tâbi‟ (‫ )تابع‬yang
merupakan isim fa‟il dari kata tabi‟ahu (‫ )تبعه‬yang bermakna “yang berjalan
dibelakangnya”. Perawi yang banyak meriwayatkan hadits ada 7 orang, yaitu:
1. Abu Hurairah meriwayatkan 5.374 hadits dari Nabi.
2. Abdullah bin Umar: meriwayatkan 2,630 hadits dari Nabi.
3. Anas bin Malik: meriwayatkan 2.286 hadits dari Nabi.
4. Aisyah bintu Abu Bakar: meriwayatkan 2.210 hadits dari Nabi.
5. Abdullah bin Abbas: meriwayatkan 1.660 hadits dari Nabi.
6. Jabir bin Abdullah meriwayatkan 1.540 hadits dari Nabi.
7. Abu sa'id Al-Khudri: meriwayatkan 1.170 hadits dari Nabi.
B. Saran
Penulis berharap dengan adanya makalah ini, pembaca mengerti makalah
tentang As-sahabah wa At-tabi‟in. Penulis juga senantiasa meminta kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

M.ajjaj al-khatib, al-sunnah qabl al-tadwin (beirut: dr al-fikr, 1414 H/1993 M)

Mahmud Tahan, Taysir Musthalah al-Hadits (Kuwait 1415 H)

SUPARTA, Munzier, ilmu hadis (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada 1996)

Al-Baits Al-Hatsist, Syarh Ihtisar 'Ulum Al-Hadits Ibn Katsir, Damaskus.

Karim, Abdullah, membahas ilmu-ilmu hadis ,(PT.Comdes Kalimantan)

16

Anda mungkin juga menyukai