Dosen Pembimbing:
Disusun Oleh :
Kelompok 3
INDRIANA (11930121190)
MELIA SEPTRI AYU FADILLA (11930121197)
RAHLIA ENDAWARTI (11930120494)
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata pengantar.........................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................1
C. Tujuan Penulisan....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut istilah ulama hadis, hadis ialah ucapan, perbuatan, taqrῐr
(pengakuan/persetujuan), dan sifat yang dihubungkan kepada Nabi
Muhammad SAW.
Secara teoritis, perbedaan antara sunnah dan hadis cukup
beralasan, karena dari segi bahasa kedua kata ini mengandung arti yang
berbeda. Akan tetapi secara praktis untuk masa sekarang ini, malah sejak
masa setelah wafatnya Rasulullah, pembedaan itu sulit dilakukan. Pada
masa Rasululllah, masih hidup para sahabat dengan mudah dapat
membedakan antara hadis dan sunnah. Apabila mereka mendengar ucapan
Nabi, mereka dapat mengatakan ucapan itu hadis Nabi secara khusus,
meskipun ucapan itu bisa juga disebut sunnah. Dan apabila melihat suatu
tindakan atau sikap Nabi, mereka langsung mengatakan itu sunnah, karena
tindakan atau sifat itu tidak bisa disebut hadis, sebab antara ucapan dan
tindakan terdapat perbedaan yang jelas sekali.
Dalam hal ini, penyusun akan membahas tentang hadis pada masa
Rasulullah ﷺlebih rinci agar bisa dijadikan pembelajaran bagi penyusun
secara khusus dan pembaca secara umum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadis pada masa Rasulullah ?ﷺ
2. Bagaimana cara sahabat menerima hadis di masa Rasulullah ?ﷺ
3. Bagaimana penulisan hadis di masa Rasulullah ?ﷺ
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami perkembangan hadis pada masa Rasulullah ﷺ.
2. Memahami cara sahabat menerima hadis di masa Rasulullah ﷺ.
3. Memahami penulisan hadis di masa Rasulullah ﷺ.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
langsung ataupun tidak langsung seperti melalui istri-istri beliau seperti
masalah keluarga dan kewanitaan.1
Hadits pada waktu itu pada umumnya hanya diingat dan di hafal
oleh mereka tidak tertulis seperti Al-Qur’an. Karena situasi dan kondisi
yang tidak memungkinkan. Dr. Musthafa As-Siba’i menyampaikan
beberapa alasan diantaranya sebagai berikut:
1
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, (Amzah: Jakarta, 2018), hlm. 46-48.
2
Musthafa As-Siba’i, As-Sunnah wa Makanatuha fi At-Tasyri’ Al-Islami, Cet. 1, (Dar As-
Salam: Cairo, 1998), hlm. 66-67.
3
dasar-dasar agama yang bersumber dari Alquran. Penjelasan-
penjelasan yang diberikan Nabi merupakan hadis yang
senantiasa dihafal oleh sahabat di samping Alquran. Pengajian
seperti ini sangat penting artinya bagi para sahabat sehingga
mereka tidak mau absen dalam menghadirinya jika tidak ada
halangan yang berat. Mereka tidak saja rajin menghadiri
pengajian tapi juga bersungguh-sungguh menghafal semua
yang diajarkan Rasulullah SAW, baik berupa ayat-ayat
Alquran maupun ucapan-ucapan beliau sendiri. Ini sesuai
dengan ucapan dua orang sahabat, yaitu: Anas Ibn Malik R.A.
menyatakan:
كنن نكون عند النبي صلى هللا عليه وسلم فنسمع منه الحديث فاذا قمنن تذاكرناه
فيما بيننا حتى تحفظ
“Kami selalu bersama Nabi SAW, maka kami mendengar hadis
dari beliau. Apabila pengajian (majlis) telah selesai, kami
sama-sama mendiskusikannya sampai kami hafal”.
4
“Tidak termasuk dalam golongan kami orang yang menipu”
Jadi sabab al-wurûd (sebab datang, sebab diucapkan hadis ini)
adalah peristiwa yang dialami sendiri oleh Rasulullah.
3. Adanya peristiwa yang dialami oleh kaum muslimin. Banyak
sekali hadis yang wurûd (datang, diucapkan Rasulullah)
dengan cara seperti ini, karena para sahabat tidak segan-segan
menanyakan kepada Rasulullah tentang masalah apa saja yang
mereka hadapi. Jawaban-jawaban, fatwa-fatwa, dan keputusan-
keputusan yang diberikan Nabi, seluruhnya merupakan hadis
yang senantiasa mereka hafal. Hadis-hadis semacam ini dapat
ditemuai dalam berbagai bab dari kitab-kitab hadis.
4. Adanya peristiwa yang dialami Rasulullah dimana para
sahabat menyaksikan reaksi beliau dalam menghadapi
peristiwa tersebut. Misalnya keadaan Nabi ketika turun wahyu,
peristiwa kematian anak dan isteri beliau, dan sebagainya.
Dalam kategori ini sebenarnya termasuk juga semua tindakan
dan sikap dalam seluruh kehidupan Nabi yang disaksiskan oleh
para sahabat. Apa yang disaksikan sahabat ini, seluruhnya
menjadi teladan bagi mereka. Hadis yang wurûd dengan cara
ini umumnya hadis-hadis fi’liyah (dalam bentuk perbuatan,
sikap, keadaan) dan taqrῐrῐyah (persetujuan).3
C. Penulisan Hadis Di Masa Rasulullah ﷺ
Mengenai penulisan hadis terdapat dua kelompok hadis yang
nampaknya bertentangan, yaitu antara hadis larangan dan anjuran. Di satu
pihak banyak hadis yang melarang penulisan hadis, dan di pihak lain
terdapat pula hadis yang dapat dipahami sebagai anjuran atau setidak-
tidaknya sebagai pembolehan penulisan hadis. Menurut Rasyid Ridha, di
3
Iskandar Usman, 2021, Hadis pada Masa Rasulullah dan Sahabat: Studi Kritis terhadap
Pemeliharaan Hadis diakses dari https://jurnal.ar.raniry.ac.id/index.php/usrah/article/ pada 23
Mei 2022 pukul 09.30 WIB.
5
antara hadis larangan yang paling sahih (ashah) adalah hadis Abu Sa’id al-
Khudri yang diriwayatkan oleh Muslim:
ال تكتبوا عنى شيىأ إال القرآن ومن كتب عنى غير القرآن فليمحه
6
ditujukan kepada orang yang kuat hafalannya sehingga ia tidak perlu
menulis, hanya membuang-buang waktu saja. Alternatif terakhir ini
tampaknya kurang kuat. Sebagian ulama, lanjut Abu Syuhbah,
mengatakan bahwa hadis Abu Hurairah merupakan nāsikh bagi hadis Abu
Sa’id. Argumennya adalah: (1) Kisah Abu Syah terjadi pada tahun ke 8 H.,
yakni tahun penaklukan Mekkah, dan (2) Hadis itu diriwayatkan oleh Abu
Hurairah yang masuk Islam pada tahun ke 7 H. Jadi, menurut kedua
argumen ini, hadis larangan lebih awal wurûdnya dari pada hadis yang
membolehkan; dan hadis larangan itu dipandang mansûkh. Kedua
argumen ini lebih kuat dibandingkan dengan argumen yang dimajukan
oleh Abu Rayyah di atas.4
4
Ibid.
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagaimana halnya Al-Qur’an, hadis juga terpelihara sejak masa
Rasulullah ﷺhingga saat ini. Pada masa beliau, hadis tidak umum untuk
dituliskan tersebab adanya larangan dalam penulisannya. Namun larangan
tersebut tidaklah mutlak, karena ada juga yang menganjurkan menuliskan
hadis.
Setelah Rasulullah wafat, para sahabat menganjurkan untuk
mengurangi periwayatan hadis. Hal ini bukan disebabkan oleh mereka
yang anti hadis, namun mereka bermaksud untuk tetap menjaga martabat
hadis serta menghindari timbulnya hadis-hadis palsu yang sengaja dibuat
olwh orang-orang munafik dan musuh-musuh islam.
8
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Usman, Iskandar. 2021. Hadis pada Masa Rasulullah dan Sahabat: Studi Kritis
terhadap Pemeliharaan Hadis diakses dari
https://jurnal.ar.raniry.ac.id/index.php/usrah/article/ pada 23 Mei 2022
pukul 09.30 WIB.