Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH
PERTUMBUHAN HADIST DAN PERKEMBANGAN HADIST PADA
MASA RASULULLAH SAW

Makalah ini diajukan untuk di diskusikan pada mata kuliah


“ULUMUL HADIST”

Dosen Pengampu:
RODIYAH, M. Pd. I

Disusun oleh:
KELOMPOK 2
1. Melisa Amanda : PM.02.222.1230
2. Nurjannah : PM.02.222.1228

YAYASAN NURUL ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM YASNI BUNGO
FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadhirat Allah SWT atas segala perkenaannya sehingga


penyusunan Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadist
Makalah ini merupakan makalah yang dibuat sebagai bagian dalam
memenuhi kriteria mata kuliah. Salam dan salawat kami kirimkan kepada
junjungan kita tercinta Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, para sahabatnya
serta seluruh kaum muslimin yang tetap teguh dalam ajaran beliau.
Penulis mengharapkan semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pembaca, baik dikalangan Mahasiswa maupun dikalangan masyarakat nantinya
yang diajukan sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan Makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak khususnya kepada Dosen pembimbing guna untuk
menyempurnakan Makalah ini dan pada akhirnya bisa bermanfaat bagi semua
pembaca.

Muara Bungo, Maret 2023

Kelompok 2

i
3

DAFTAR ISI

HALAN JUDUL ....................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................... i

DAFTAR ISI .......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................... 1

C. Tujuan ............................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis ......................... 3


B. Perbedaan Para Sahabat Dalam Menguasai Hadist ...... 5
C. Menghafal dan Menulis Hadist ..................................... 6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sebelum mempelajari lebih dalam tentang hadis, akan lebih baik jika kita
mengenal sejarah pertumbuhan dan perkembangannya, sejarah ilmu-ilmunya serta
hal yang terkait pokok dasar. Usaha mempelajari sejarah pertumbuhan dan
perkembangan hadis ini diharapkan dapat menambah pengetahuan kita mengenai
proses pertumbuhan dan perkembangannya dari masa ke masa, termasuk usaha
pembinaan dan pemeliharaan hadis pada tiap-tiap periodenya hingga terwujud
kodifikasi hadis secara sempurna.
Pada era modern ini, memperdalam tentang sejarah perkembangan hadis
menjadi sangatlah penting. Perkembangan nalar manusia yang makin kritis
mengundang kalangan orientalis untuk memecah umat islam dengan serangkaian
pendapat atas pemahaman yang keliru. Goldziher misalnya, dia mengemukakan
pendapat-pendapat yang miring tentang islam dan meragukan
orisinalitas sebagian besar hadis. Salah satu alasannya adalah jauhnya rentang
waktu antara wafat Rasulullah Saw Muhammad dengan masa pengumpulan dan
pembukuan hadis. Oleh karena itu mengkaji sejarah ini berarti melakukan upaya
mengungkap fakta-fakta yang sebenarnya sehingga sulit untuk ditolak
kebenaranya.
Terdapat perbedaan di kalangan ulama terkait penyusunan periodisasi
pertumbuhan dan perkembangan hadis. Ada yang membagi menjadi tujuh periode,
seperti masa Rasulullah, masa Khulafa’ Rasyidin, masa sahabat, masa
pengumpulan dan pembukuan hadis, masa pentashihan dan penyusunan kaidah-
kaidahnya.
Terlepas dari periodisasi yang dikemukakan di atas, dalam makalah ini
akan diuraikan secara khusus pada pembahasan masa Rasulullah Saw
Muhammad dan masa Sahabat, cara Rasul menyampaikan hadis kepada para
sahabat, latar belakang perbedaan jumlah hadis yang diterima sahabat dan solusi
hadis yang ta’arud tentang perintah dan larangan menulis hadis. Penulis
menyadari makalah ini jauh akan kesempurnaan, untuk itu penulis mengajak
untuk bersama belajar dan mengembangkan wawasan dan pengetahuan.

B. Rumusan Masalah
2. Bagimana Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis ?
3. Apa saja Perbedaan para Sahabat dalam menguasai hadist ?
4. Bagimana Menghafal dan menulis hadist ?

1
2

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis ?
2. Untuk mengetahui Perbedaan para Sahabat dalam menguasai hadist ?
3. Untuk mengetahui teknik Menghafal dan menulis hadist ?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis


Allah menurunkan al-Qur’an sebagai pedoman dan mengutus Rasul-Nya
merupakan hal yang tak dapat dipisahkan. Segala yang Rasulullah ucapkan,
lakukan dan keadaannya serta taqrir beliau merupakan perwujudan dari al-
Qur’an. Sebagaimana firman Allah yang tertuang pada surat an Najm: 3-4:
َ @ Aُ ْ=‫ َو‬Dَ ِ‫ اِ ْن ھ َُ> ا‬,‫َ َ>ى‬JK‫ ْا‬Lَِ M N
;=>ُ ُ OP
ِ َ@ QRَ ‫َو‬
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya)”. (QS an-Najm: 3-4).

Adalah sebuah keistimewaan dimana pada masa ini, para sahabat dan umat
islam lainnya dapat secara langsung berinteraksi dengan Rasulullah. Mereka dapat
bergaul secara bebas dimana pun. Rasulullah dapat berinteraksi dengan mereka
dimana pun, misalnya di rumah, masjid, pasar, atau pun dalam perjalanan, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, mereka dapat secara langsung memperoleh hadis
dari Rasulullah.
Kedudukan Rasulullah yang demikian otomatis menjadikan semua perkataan,
perbuatan dan taqrir Rasulullah sebagai refrensi para sahabat, para sahabat secara
proaktif berguru dan bertanya tentang segala sesuatu yang mereka tidak mengerti
baik urusan dunia maupun urusan akhirat, mereka mentaati bahkan menirunya.
Cara sahabat khulafa al-Rashidin misalnya, menerima hadis berbeda dengan
cara yang dialami generasi setelahnya. Pada masa itu, para sahabat memiliki
semangat yang sangat besar untuk mendapat hadis secara langsung, melihat
perbuatan, mendengar perkataan bahkan taqrir Rasulullah. Oleh karena itu,
mereka berusaha keras untuk selalu dapat mengikuti Rasul.
Jika ada diantara sahabat yang berhalangan, mereka meminta sahabat yang
lain untuk mengikuti kajian Rasulullah. Sebagai contoh atas kegigihan sahabat
dalam mendapatkan hadis, yaitu apa yang dilakukan sahabat Umar bin Khattab.
Jika beliau berhalangan, beliau meminta tetangganya untuk menghadiri majlis
yang diselenggarakan Rasulullah. Keesokan harinya, giliran Umar yang
mengikuti. Siapa pun sahabat yang menemui dan mengikuti Rasulullah serta

3
4

mendapat hadis dari Rasullullah, maka ia segera menyampaikan ke sahabat yang


lain.
Ada beberapa cara Rasulullah menyampaikan hadis pada para sahabat yaitu:
Pertama, melalui ceramah terbuka yang beliau berikan setiap Jum’at, hari
raya dan waktu-waktu yang tidak ditentukan, jika keadaan menghendaki. melalui
majlis ini para sahabat banyak memperoleh hadis sehingga mereka selalu
berusaha untuk berkonsentrasi guna mengikuti kegiatan dan ajaran yang diberikan
kepada Rasulullah. Sehingga para sahabat rela untuk bergantian hadir untuk dapat
menerima hadis, bahkan terkadang kepala suku yang jauh dari madinah
mengirimkan utusannya ke majlis ini, untuk kemudian mengajarkanya kepada
suku mereka sekembalinya dari menerima hadis.
Kedua, dalam banyak kesempatan Rasulullah juga menyampaikan hadis
melalui sahabat tertentu, yang kemudian disampaikan kepada sahabat yang lain,
hal ini disebabkan karena terkadang ketika Rasulullah Saw menyampaikan hadis
para sahabat yang hadir hanya beberapa saja.
Ketiga, Untuk hal-hal yang sensitif, seperti yang berkaitan dengan keluarga
dan kebutuhan biologis, disampaikan melalui istri-istrinya, begitu pula para
sahabat jika ada hal yang berkaitan dengan hal itu segan bertanya
kepada Rasulullah maka para sahabat menanyakan kepada istri-istri Rasul.
Keempat, cara lain yang dilakukan Rasulullah Saw adalah melalui praktek
langsung. Sahabat melihat secara langsung Rasulullah melakukan perbuatan
terkait dengan ibadah, misalnya sholat dan berwudhu. Sebagai contoh peristiwa
yang terjadi antara Rasulullah Saw dengan malaikat Jibril mengenai iman, islam,
ikhsan dan tanda-tanda hari kiamat.
Rasulullah hidup di tengah masyarakat dan para sahabatnya. Beliau terkenal
sebagai sosok yang mudah bergaul dan berinteraksi dengan siapa pun. Oleh
karenanya, beliau dapat memberikan hadis dimana pun serta kapan pun. Misalnya,
di masjid, di rumah, atau pun saat di perjalanan, dan yang lainnya.
Para sahabat dalam menerima hadis dari Rasulullah selalu berpegang pada
kekuatan hafalannya. Hanya sedikit saja sahabat yang mencatat hadis saat
mendengarkan sabda beliau atau melihat beliau melakukan suatu pekerjaan. Pada
saat Rasulullah mengadakan ceramah terbuka misalnya, tidak semua sahabat turut
hadir sehingga mereka mendengar dari sahabat lain yang mendengar sendiri dari
Rasul.
5

Meskipun pada kesempatan lain, sahabat yang berhalangan menghadiri majlis


atau ceramah terbuka meminta sahabat yang lain untuk menyampaikan, ada
kemungkinan tidak semua melakukan hal yang sama.
Adanya kecenderungan masing-masing sahabat memiliki fokus perhatian
pada bidang yang berbeda dalam periwayatan hadis menjadi latar belakang
perbedaan jumlah hadis yang diterima sahabat.

B. Perbedaan Para Sahabat Dalam Menguasai Hadist


Periode kedua sejarah perkembangan hadis, adalah masa sahabat, khususnya
pada masa Khulafa’ al-Rasyidin, yang berlangsung sekitar tahun 11 H sampai 40
H, masa ini juga disebut dengan masa sahabat besar.
Setelah Rasulullah Saw Muhammad SAW wafat para sahabat belum
memikirkan akan penghimpunan dan pengkodifikasian hadis, karena banyak
peroblem yang dihadapai para sahabat, diantaranya timbulnya kelompok orang
yang murtad, timbulnya peperangan sehingga banyak penghafal al-Qur’an yang
gugur dan konsentrasi mereka bersama Abu Bakar dalam pembukuan al-Qur’an.
Demikian juga kasus lain kondisi orang-orang asing atau non Arab yang masuk
Islam yang tidak faham dalam bahasa Arab secara baik sehingga dikhawatirkan
tidak bisa membedakan al-Qur’an dan Hadis. Abu Bakar pernah
berkeinginan membukukan sunah tetapi digagalkan karena kekhawatirkan terjadi
fitnah ditangan orang-orang yang tidak dapat dipercaya.

Pada masa ini yakni pada masa sahabat periwayatan hadis belum begitu
berkembang dan kelihatanya berusaha untuk membatasinya.
1. Menjaga Pesan Rasulullah Saw
Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasulullah Saw berpesan
kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Hadis serta
mengajarkannya kepada orang lain.
Pesan Rasul sangat mendalam pengaruhnya bagi para sahabat sehingga
segala perhatian yang tercurah semata-mata untuk melaksanakan dan
memelihara pesan-pesannya, kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw,
dibuktikan dengan melakukan segala yang dicontohkannya.
2. Berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis
Perhatian para sahabat pada masa ini masih terfokus pada usaha
memelihara dan menyebarkan al-Qur’an, ini terlihat bagaimana al-Qur’an
6

dibukukan oleh sahabat. Kehati-hatian dan usaha membatasi periwayatan


yang dilakukan para sahabat, disebabkan karena mereka khawatir terjadi
kekeliruan, dimana mereka sadari hadis merupakan sumber tashri’ yang
kedua setelah al-Qur’an, yang harus terjaga dari kekeliruan sebagaimana al-
Qur’an. Oleh karenanya para sahabat khususnya khulafa al-Rashidin berusaha
memperketat periwayatan hadis.
Pada masa ini pula belum ada secara resmi menghimpun hadis dalam suatu
kitab, seperti halnya al-Qur’an. Hal ini desebabkan agar tidak memalingkan
perhatian atau kekhususan mereka dalam mempelajari al-Qur’an, sebab
banyak para sahabat yang sudah menyebar ke berbagai kekuasaan Islam
dengan kesibukanya masing-masing sebagai pembina masyarakat. Sehingga
dengan kondisi seperti ini ada kesulitan untuk mengumpulkan mereka secara
lengkap.

C. Menghafal dan Menulis Hadist


a. Menghafal Hadis
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-Qur’an dan
hadis, sebagai sumber ajaran Islam, Rasulullah Saw menempuh jalan yang
berbeda. Terhadap al-Qur’an Rasulullah Saw secara resmi menginstruksikan
kepada sahabat disamping menghafal supaya untuk ditulis juga, sedangkan untuk
hadis beliau menyuruh hanya untuk menghafal saja, sebagaimana Rasulullah Saw
bersabda:
َ jnَ Lْ Rَ ‫ﱢ; َو‬PMَ ‫ُ>ا‬iُjkْ َl َD » ‫ل‬Q
mَ َ َg -fc\‫ و‬eZcM ‫; ﷲ‬cd- ِ‫ ِرىﱢ أَ ﱠن َر\ُ> َل ﷲ‬Yْ _ُ K‫ ْا‬Yٍ Z[ِ \َ ;ِVَ‫ أ‬Lَْ M
ْ ْ ْ ْ َ yَ nَ Lْ Rَ ‫ َج َو‬oَ =َ َD‫ﱢ; َو‬PMَ ‫ُ>ا‬vY‫ُ َو َ= ﱢ‬esُ tْ َZcْ َu ‫آن‬
ْ
ُ‫ه‬Yَ [َ rRَ ‫>ﱠأ‬iَ َjَZcَu ‫ًا‬Yt‫َ َ[ ﱢ‬jRُ ‫َ>ﱠأ‬iَjَZcَu ;‫َ ﱠ‬cMَ ‫ب‬ ِ ْoُrK‫ ْا‬oَْ Zpَ ;‫ﱢ‬PMَ
.« ‫ر‬Q ِ ‫ﱠ‬PK‫َ ا‬LRِ
Dari Abu Sa'id al-Khudri ra. Rasulullah saw bersabda: Janganlah kalian menulis
dariku, dan barang siapa yang menulis dariku selain al-Qur'an maka hendaklah
dia menghapusnya. Dan bicarakanlah tentangku tanpa masalah, dan barang
siapa yang berbohong atas namaku maka dia sudah mendudukkan kursinya di
Neraka. (HR. Muslim)
Hadis tersebut selain menganjurkan agar meriwayatkan hadis secara lisan,
juga memberi peringatan bagi seseorang yang membuat riwayat palsu. Maka
segala hadis yang diterima dari Rasulullah Saw oleh para sahabat diingat secara
sungguh-sungguh dan hati-hati, mereka sangat khawatir dengan ancaman
Rasulullah Saw untuk tidak terjadi kekeliruan tentang apa yang diterimanya.
7

b. Menulis Hadist
Larangan penulisan hadis setiap Rasulullah menyampaikannya ialah untuk
menghindari kemungkinan adanya ketercampuran penulisan antara hadis dan
wahyu, karena sahabat menganggap semua yang disampaikan Rasulullah
merupakan wahyu. Selain itu, karena orang Arab kuat berpegang teguh pada
kekuatan hafalan.
Para sahabat yang pada umumnya memiliki kelebihan berupa ingatan atau
penghafalan yang sangat kuat, sehingga dalam rangka memelihara hadis
Rasulullah Saw Muhammad SAW menyuruh untuk menyimpan dalam ingatan
atau dalam dada para sahabat.
Beberapa alasan yang cukup memberi motivasi kepada para Sahabat,
diantaranya adalah:
1) Kegiatan menghafal merupakan budaya Arab yang telah ada sejak zaman
pra Islam.
2) Mereka terkenal kuat hafalan jika dibanding bangsa-bangsa lain.
3) Rasulullah banyak memberi spirit melalui doa-doanya agar mereka diberikan
kekuatan hafalan dan dapat mencapai derajat yang tinggi.
4) Dan Rasul sering kali menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang
menghafalkan hadist dan menyampaikan kepada orang lain.
c. Menulis Hadis
Dibalik larangan Rasulullah Saw tentang penulisan hadis, ternyata
ditemukan sejumlah sahabat yang memiliki catatan dan melakukan penulisan
diantaranya adalah Abdullah Ibn ‘Amr al-‘Ash, ia memiliki catatan hadis yang
menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah Saw. Menurut suatu riwayat
diceritakan bahwa orang-orang Qurash mengeritik sikap Abdullah ibn
‘Amr karena sikapnya yang selalu menulis apa yang datang dari Rasulullah Saw,
kritikan ini disampaikan kepada Rasulullah Saw, dan Rasulullah Saw menjawab
dengan mengatakan :
‫ ٍه‬Qَ‚ ;ِVَ• ‫ُ>ا‬iُjnْ ‫ا‬
Rasulullah saw pun berkata kepada beberapa orang sahabat: Kalian tuliskan
untuk Abu Syah.
Beberapa sahabat juga mengaku kalau dia memiliki catatan hadis dan
dibenarkan Rasulullah Saw.
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan
di pihak lain, bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya
dapat dikompromikan sebagai berikut:
8

1. Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah dikarenakan adanya


kekhawatiran bahwa hadis akan bercampur dengan al-Qur’an yang masih
berada dalam tahap proses penurunan.
2. Larangan menulis hadis itu bersifat umum, sedangkan izin menuliskannya
bersifat khusus bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis sehingga
terjaga dari kekeliruan. Seperti pada Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Cara sahabat khulafa al-Rashidin misalnya, menerima hadis berbeda dengan
cara yang dialami generasi setelahnya. Pada masa itu, para sahabat memiliki
semangat yang sangat besar untuk mendapat hadis secara langsung, melihat
perbuatan, mendengar perkataan bahkan taqrir Rasulullah. Oleh karena itu,
mereka berusaha keras untuk selalu dapat mengikuti Rasul.
Jika ada diantara sahabat yang berhalangan, mereka meminta sahabat yang
lain untuk mengikuti kajian Rasulullah. Siapa pun sahabat yang menemui dan
mengikuti Rasulullah serta mendapat hadis dari Rasullullah, maka ia segera
menyampaikan ke sahabat yang lain.
Ada beberapa cara Rasulullah menyampaikan hadis pada para sahabat yaitu,
melalui ceramah terbuka yang beliau berikan, melalui sahabat sahabat tertentu,
melaui praktek langsung yang dilihat para sahabat, terkait hal-hal yang sensitif
seperti yang berkaitan dengan keluarga dan kebutuhan biologis disampaikan
melalui istri-istri Rasul.
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan di
pihak lain, bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya dapat
dikompromikan sebagai berikut:
1. Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah dikarenakan adanya
kekhawatiran bahwa hadis akan bercampur dengan al-Qur’an yang masih
berada dalam tahap proses penurunan.
2. Larangan menulis hadis itu bersifat umum, sedangkan izin menuliskannya
bersifat khusus bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis sehingga
terjaga dari kekeliruan. Seperti pada Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash.

9
10

DAFTAR PUSTAKA

Mukhlisin, M., Pengantar Ilmu Hadis, Bandung: PT Pustaka Jaya, 2000


Rahman, Fatchur , Ikhtisar Musthalahul Hadis, Bandung: PT al-Ma’arif, 1974
Sajidin, M., Ilmu Hadis, Jakarta: Pena Mutika, 1999
Shiddieqy, Hasbi ash, Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits, Jakarta: Pustaka Rizki
Putra, 2011
Sumbullah, Umi, Kritik Hadis: Pendekatan Historis Metodologis, Malang: UIN
Malang Press
Suparta, Munazier, Ilmu Hadis, Jakarta: PT Raja Grafindo Persda, 2002
Yunus, Mahmud, Ilmu Musthalah al-Hadis, Jakarta: As- Sya’diyah, 1987

Anda mungkin juga menyukai