MAKALAH
PERTUMBUHAN HADIST DAN PERKEMBANGAN HADIST PADA
MASA RASULULLAH SAW
Dosen Pengampu:
RODIYAH, M. Pd. I
Disusun oleh:
KELOMPOK 2
1. Melisa Amanda : PM.02.222.1230
2. Nurjannah : PM.02.222.1228
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
i
3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
C. Tujuan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
2. Bagimana Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis ?
3. Apa saja Perbedaan para Sahabat dalam menguasai hadist ?
4. Bagimana Menghafal dan menulis hadist ?
1
2
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Cara Rasulullah Menyampaikan Hadis ?
2. Untuk mengetahui Perbedaan para Sahabat dalam menguasai hadist ?
3. Untuk mengetahui teknik Menghafal dan menulis hadist ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
Adalah sebuah keistimewaan dimana pada masa ini, para sahabat dan umat
islam lainnya dapat secara langsung berinteraksi dengan Rasulullah. Mereka dapat
bergaul secara bebas dimana pun. Rasulullah dapat berinteraksi dengan mereka
dimana pun, misalnya di rumah, masjid, pasar, atau pun dalam perjalanan, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu, mereka dapat secara langsung memperoleh hadis
dari Rasulullah.
Kedudukan Rasulullah yang demikian otomatis menjadikan semua perkataan,
perbuatan dan taqrir Rasulullah sebagai refrensi para sahabat, para sahabat secara
proaktif berguru dan bertanya tentang segala sesuatu yang mereka tidak mengerti
baik urusan dunia maupun urusan akhirat, mereka mentaati bahkan menirunya.
Cara sahabat khulafa al-Rashidin misalnya, menerima hadis berbeda dengan
cara yang dialami generasi setelahnya. Pada masa itu, para sahabat memiliki
semangat yang sangat besar untuk mendapat hadis secara langsung, melihat
perbuatan, mendengar perkataan bahkan taqrir Rasulullah. Oleh karena itu,
mereka berusaha keras untuk selalu dapat mengikuti Rasul.
Jika ada diantara sahabat yang berhalangan, mereka meminta sahabat yang
lain untuk mengikuti kajian Rasulullah. Sebagai contoh atas kegigihan sahabat
dalam mendapatkan hadis, yaitu apa yang dilakukan sahabat Umar bin Khattab.
Jika beliau berhalangan, beliau meminta tetangganya untuk menghadiri majlis
yang diselenggarakan Rasulullah. Keesokan harinya, giliran Umar yang
mengikuti. Siapa pun sahabat yang menemui dan mengikuti Rasulullah serta
3
4
Pada masa ini yakni pada masa sahabat periwayatan hadis belum begitu
berkembang dan kelihatanya berusaha untuk membatasinya.
1. Menjaga Pesan Rasulullah Saw
Pada masa menjelang akhir kerasulannya, Rasulullah Saw berpesan
kepada para sahabat agar berpegang teguh kepada al-Qur’an dan Hadis serta
mengajarkannya kepada orang lain.
Pesan Rasul sangat mendalam pengaruhnya bagi para sahabat sehingga
segala perhatian yang tercurah semata-mata untuk melaksanakan dan
memelihara pesan-pesannya, kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw,
dibuktikan dengan melakukan segala yang dicontohkannya.
2. Berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis
Perhatian para sahabat pada masa ini masih terfokus pada usaha
memelihara dan menyebarkan al-Qur’an, ini terlihat bagaimana al-Qur’an
6
b. Menulis Hadist
Larangan penulisan hadis setiap Rasulullah menyampaikannya ialah untuk
menghindari kemungkinan adanya ketercampuran penulisan antara hadis dan
wahyu, karena sahabat menganggap semua yang disampaikan Rasulullah
merupakan wahyu. Selain itu, karena orang Arab kuat berpegang teguh pada
kekuatan hafalan.
Para sahabat yang pada umumnya memiliki kelebihan berupa ingatan atau
penghafalan yang sangat kuat, sehingga dalam rangka memelihara hadis
Rasulullah Saw Muhammad SAW menyuruh untuk menyimpan dalam ingatan
atau dalam dada para sahabat.
Beberapa alasan yang cukup memberi motivasi kepada para Sahabat,
diantaranya adalah:
1) Kegiatan menghafal merupakan budaya Arab yang telah ada sejak zaman
pra Islam.
2) Mereka terkenal kuat hafalan jika dibanding bangsa-bangsa lain.
3) Rasulullah banyak memberi spirit melalui doa-doanya agar mereka diberikan
kekuatan hafalan dan dapat mencapai derajat yang tinggi.
4) Dan Rasul sering kali menjanjikan kebaikan akhirat bagi mereka yang
menghafalkan hadist dan menyampaikan kepada orang lain.
c. Menulis Hadis
Dibalik larangan Rasulullah Saw tentang penulisan hadis, ternyata
ditemukan sejumlah sahabat yang memiliki catatan dan melakukan penulisan
diantaranya adalah Abdullah Ibn ‘Amr al-‘Ash, ia memiliki catatan hadis yang
menurut pengakuannya dibenarkan oleh Rasulullah Saw. Menurut suatu riwayat
diceritakan bahwa orang-orang Qurash mengeritik sikap Abdullah ibn
‘Amr karena sikapnya yang selalu menulis apa yang datang dari Rasulullah Saw,
kritikan ini disampaikan kepada Rasulullah Saw, dan Rasulullah Saw menjawab
dengan mengatakan :
ٍهQَ‚ ;ِVَ• ُ>اiُjnْ ا
Rasulullah saw pun berkata kepada beberapa orang sahabat: Kalian tuliskan
untuk Abu Syah.
Beberapa sahabat juga mengaku kalau dia memiliki catatan hadis dan
dibenarkan Rasulullah Saw.
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan
di pihak lain, bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya
dapat dikompromikan sebagai berikut:
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cara sahabat khulafa al-Rashidin misalnya, menerima hadis berbeda dengan
cara yang dialami generasi setelahnya. Pada masa itu, para sahabat memiliki
semangat yang sangat besar untuk mendapat hadis secara langsung, melihat
perbuatan, mendengar perkataan bahkan taqrir Rasulullah. Oleh karena itu,
mereka berusaha keras untuk selalu dapat mengikuti Rasul.
Jika ada diantara sahabat yang berhalangan, mereka meminta sahabat yang
lain untuk mengikuti kajian Rasulullah. Siapa pun sahabat yang menemui dan
mengikuti Rasulullah serta mendapat hadis dari Rasullullah, maka ia segera
menyampaikan ke sahabat yang lain.
Ada beberapa cara Rasulullah menyampaikan hadis pada para sahabat yaitu,
melalui ceramah terbuka yang beliau berikan, melalui sahabat sahabat tertentu,
melaui praktek langsung yang dilihat para sahabat, terkait hal-hal yang sensitif
seperti yang berkaitan dengan keluarga dan kebutuhan biologis disampaikan
melalui istri-istri Rasul.
Nash-nash yang melarang menulis hadis di satu pihak dan memerintahkan di
pihak lain, bukanlah hal yang patut dipertentangkan. Akan tetapi, keduanya dapat
dikompromikan sebagai berikut:
1. Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah dikarenakan adanya
kekhawatiran bahwa hadis akan bercampur dengan al-Qur’an yang masih
berada dalam tahap proses penurunan.
2. Larangan menulis hadis itu bersifat umum, sedangkan izin menuliskannya
bersifat khusus bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis sehingga
terjaga dari kekeliruan. Seperti pada Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash.
9
10
DAFTAR PUSTAKA