Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH SEJARAH PERKEMBANGAN TASAWUF DARI

MASA KE MASA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak tasawuf
Dosen Pengampu: Drs. Dading Z Ibrahim, MMPD

Disusun Oleh:
Kelompok
Muhammad Alfi 6020222051
Dimas Sukandi 6020222044
Abel Issabel 6020222037
Nanda Sari 6020222053

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS SURYAKANCANA
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr, Wb
Alhamdulillah,puji syukur kehadirat Allah SWT.,atas curahan nikmat dan
limpahan rahmat-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Sejarah Muncul dan Berkembangnya Tasawuf” ini sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Tasawuf yang diampu oleh Bapak Drs. Dading Z
Ibrahim, MMPd
Terima kasih yang seluas-luasnya saya haturkan kepada rekan-rekan serta
berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, Penulis berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang telah Penulis buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini daat berguna bagi Penulis
sendiri maupun orang yang membacanya.
Wassalamualaikum Wr,Wb

Cianjur 15 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................3
2.1 Sejarah Munculnya Tasawuf ......................................................................3
2.2 Tasawuf Abad Pertama dan Kedua............................................................4
2.2.1 Perkembangan Tasawuf Pada Masa Sahabat .....................................4
2.2.2 Perkembangan Tasawuf Pada Masa Tabi’in ......................................6
2.3 Tasawuf Abad Ketiga dan Keempat ...........................................................7
2.3.1 Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketiga .......................................7
2.3.2 Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat ...................................8
2.4 Tasawuf Abad Kelima..................................................................................8
2.5 Tasawuf Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan .....................................8
2.6 Tasawuf Abad Kesembilan,Kesepuluh dan Sesudahnya ..........................9
BAB III PENUTUPAN ........................................................................................10
3.1 Kesimpulan .................................................................................................10
3.2 Saran ............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kehidupan sufi sudah terdapat pada diri nabi Muhammad SAW.
Bahkan sebelum diangkat menjadi rasul pun beliau sudah sering melakukan
kegiatan sufi dengan melakukan uzlah di gua Hiro’ sampai beliau menerima
wahyu pertama.

Perkataan tasawuf atau sufi belum dikenal pada zaman nabi ataupun
zaman sahabat-sahabatnya. Tetapi perkataan dan perbuatan yang dikerjakannya
sudah mencerminkan kehidupan sufi.

Menurut catatan sejarah, sahabat yang pertama kali memfilsafatkan


ibadah dan menjadikan ibadah secara satu “thariqah” yang khusus adalah
Khudzaifah bin Al-Yamani dan dialah yang pertama kali mendirikan madrasah
tasawuf tetapi belum terkenal dengan nama “tasawuf”.

Imam sufi yang pertama dalam agama islam adalah Al-Hasan Al-
Bashry. Dialah seorang murid pertama dari Khudzaifah bin Al-Yamani.
Sedangkan tokoh sufi dari kalangan ahlul bait adalah Zainal Abidin bin Husein
bin Ali bin Abi Thalib dan Ja’far As-Shodiq.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah munculnya tasawuf ?
2. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad pertama dan kedua ?
3. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad ketiga dan keempat ?
4. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad kelima ?
5. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad keenam, ketujuh dan
kedelapan ?
6. Bagaimana perkembangan tasawuf pada abad kesembilan, kesepuluh
dan sesudahnya?

1
1.3 Tujuan
1. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui sejarah munculnya
tasawuf
2. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
tasawuf pada abad pertama dan kedua
3. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
tasawuf pada abad ketiga dan keempat
4. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
tasawuf pada abad kelima
5. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
tasawuf pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan
6. Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan
tasawuf pada abad kesembilan, kesepuluh dan sesudahnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Munculnya Tasawuf


Sejarah pertumbuhan dan perkembangan tasawuf sesungguhnya
sama saja dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam itu sendiri.
Mengingat keberadaan tasawuf adalah sama dengan keberadaan agama
Islam. Pada hakikatnya agama islam itu ajarannya hampir bisa dikaitkan
bercorak tasawuf.
Kehidupan tasawuf mulai tumbuh dan berkembang sejak zaman
nabi Muhammad SAW., sebab misi kerasulannya meliputi ajaran-ajaran
yang berkaitan dengan keyakinan/keimanan (aqidah), ibadah dan akhlak.
Bahkan sebelum beliau diangkat secara resmi oleh Allah SWT. Sebagai
rasul-Nya, kehidupan beliau sudah mencerminkan ciri-ciri dan perilaku
kehidupan shufi, yang bisa dilihat dari kehidupan sehari-hari beliau
yang sangat sederhana, disamping menghabiskan waktunya dalam
beribadat dan bertaqarrub pada tuhannya.
Akhlak sebagai bagian ajaran Rasulullah SAW., ditanamkan
kepada seluruh sahabat beliau melalui pengajaran dan pembinaan yang
disertai dengan contoh dari beliau. Pengajaran dan pembinaan dilalukan
melalui internalisasi nilai-nilai dan ajaran al-Qur’an serta al-Hadits.[4]
Dari ayat-ayat al-Qur’an itulah, Rasulullah SAW. mengajarkan
tasawuf kepada umatnya. Di penjelasan ayat-ayat al-Qur’an itulah beliau
menuntun akhlak para sahabatnya baik dengan perkataan maupun
perbuatan beliau. Penanaman akhlak pada masa Rasulullah SAW.
meliputi berbagai dimensi kehidupan yang lebih memfokuskan kepada
keteguhan dan kebasaran umat islam untuk menghadapi tekanan dan
himpitan oleh kaum kafir Quraisy.Pada saat Rasulullah SAW. berada
di Madinah, pembinaan akhlak lebih ditekankan pada aspek
kemasyarakatan.

3
Pembinaan masa ini lebih mengarah pada pola interaksi umat
islam kepada sesama muslim dan kepada kaum non muslim (Yahudi
dan Nasrani).Ajaran tasawuf pada masa ini meliputi kasih sayang, saling
menghargai dan menghormati, menolong, berbuat baik kepada orang
tua, solidaritas antar sesama dan lain-lain. Ajaran-ajaran inilah yang
dilandasi atas cinta kasih antar mereka sehingga tercipta persaudaraan
sesama umat Islam.

2.2 Tasawuf Abad Pertama dan Kedua


2.2.1 Perkembangan Tasawuf Pada Masa Sahabat
Beberapa sahabat yang tergolong sufi di abad pertama, dan
berfungsi sebagai Mahaguru bagi pendatang dari luar kota Madinah yang
tertarik pada kehidupan sufi antara lain:

a. Abu Bakar As-Siddiq (w.13 H)


Abu Bakar As-Siddiq adalah saudagar yang kaya-raya
ketika masih berada di Mekah. Tetapi ketika ia hijrah ke
Madinah, harta kekayaannya telahhabis disumbangkan untuk
kepentingan tegaknya agama Allah SWT. sehingga ia dan
keluarganya mengalami kemiskinan dalam hidupnya.
Diceritakan bahwa Abu Bakar hanya memiliki sehelai pakaian. Ia
berkata, “Jika seorang hamba begitu dipesona oleh hiasan dunia,
Allah SWT. membencinya sampai sampai meninggalkan hiasan
itu. Sehingga beliau memilih taqwa sebagai “pakaiannya”. Ia
menghiasi dirinya dengan sifat-sifat rendah hati, santun, sabar,
dan selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT. dengan ibadah
dan zikir.
b. Umar bin Khattab (w.23 H)
Umar bin Khattab termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya
terhadap sesama manusia. Ketika menjadi khalifah, ia selalau
mengadakan pengamatan langsung terhadap keadaan rakyatnya.

4
c. Utsman bin Affan (w.35 H)
Meskipun ia diberikan kelapangan rizki oleh Allah SWT.,
namun ia selalu ingin hidup sederhana. Harta kekayannya yang
berlimpah, selau dijadikan sarana untuk menolong orang-orang
miskin, hal ini tergambar pada dirinya bahwa ia termasuk sufi
karena beliau tidak tertarik kepada kekayaan atau kesenangan
duniawi.
d. Ali bin Abi Thalib (w.40 H)
Beliau juga termasuk orang yang senang hidup sederhana.
Diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain berkata kepadanya:
“Mengapa khalifah senang memakai baju itu, padahal sudah
robek-robek?” Ali menjawab “Aku senang memakainya agar
menjadi teladan kepada orang banyak, sehingga mereka mengerti
bahwa hidup sederhana merupakan sikap yang mulia. Maka sikap
dan pernyataan inilah yang menandakan diri beliau sebagai seorang
sufi.
e. Salman Al-Farisy (w. 32 H)
Di kalangan ahli tasawuf, Salman Al-Farisy dikenal sebagai
seorang sahabat yang suka hidup keras (menderita) dan zuhud,
bahkan dikatakan termasuk ahl as-suffah (penganut tasawuf) dan
pendiri tasawuf yang dikaruniai ilmu laduni (ilmu yang
dianugerahkan Allah SWT. kepada orang-orang tertentu secara
langsung, tanpa melalui proses belajar mengajar). Dikatakan
juga bahwa ia adalah orangpertama yang melontarkan ide tentang
khilafah (wakil guru Sufi) dan nur muhammad.
f. Abu Dzar Al-Ghifary (w. 22 H)
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan ajaran zuhud yang
telah dirintis oleh Abu Bakar dan Umar. Ia lebih senang memilih
cara hidup miskin dan tidak pernah merasa menderita apabila
ditimpa cobaan. Bahkan, ia sangat senang menerima berbagai

5
macam cobaan dari Allah SWT. karena menganggap bahwa
cobaan itu merupakan perhatian tuhan kepadanya

2.2.2 Perkembangan Tasawuf Pada Masa Tabi’in

a. Al-Hasan Al-Bashry (22-110 H)


Ia mendapatkan ajaran tasawuf dari Hudzaifah bin Al-Yaman,
sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Maka ia dikenal sebagai ulama sufi yang
sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasia yang terkandung
dalam ajaran Islam, dan sangat menguasai ilmu batin. dan raja’
(mengharapkan) karunia-Nya. Kemudian kita harus
meninggalkan kenikmatan dunia, karena hal itu merupakan
hijab (penghalang) dari keridhaan Allah SWT
b. Rabi’ah Al-Adawiyah (w. 185 H)
Ia dikenal sebagai ulama sufi wanita yang mempunyai banyak
murid dari kalangan wanita pula. Rabi’ah menganut ajaran zuhud
dengan menonjolkan falsafah hubb (cinta) dan syauq (rindu)
kepada Allah SWT
c. Sufyan bin Said Ats-Tsaury (97-161 H)
Sufyan Ats-Tsaury selama hidupnya diisi dengan pengabdian
secara tasawuf, dan aktif mengajarkan ilmu yang ada padanya. Ia
pun selalu menyerukan kepada sesama ulama
d. Daud Ath-Thaiy (w. 165 H)
Semula ia belajar Fiqh pada Imam Abu Hanifah, kemudia
tertarik mempelajari Ilmu Tasawuf, sampai dikenal sebagai
ulama sufi yang senang uzlah (menyepi) di tempat yang sunyi.
Ia melakukan zuhud dengan cara mengurangi makannya, serta
menjauhkan dirinya dari pakaian uang bagus

6
Ciri lain yang terdapat pada perkembangan tasawuf di abad pertama
dan kedua Hijriyah, adalah kemurniannya dibandingkan dengan
kemurnian tasawuf di abad-abad sesudahnya

2.3 Tasawuf Abad Ketiga dan Keempat


2.3.1 Perkembangan Tasawuf Pada Abad Ketiga
Pada abad ini para sufi cenderung memperbincangkan konsep-
konsep yang sebelumnya tidak dikenal, misalnya tentang moral, jiwa,
tingkah laku, pembatasan arah yang harus ditempuh seorang penempuh
jalan menuju Allah SWT. yang dikenal dengan istilah maqam
(tingkatan) dan hal (keadaan), makrifat dan metode-metodenya, tauhid,
fana’, dan hulul (penyatuan). Dapat dikatakan bahwa abad ketiga adalah
abad awal mula tersusunnya ilmu tasawuf dalam arti yang luas. Selan itu,
karakteristik tasawuf mulai tampak jelas.

a. Abu Sulaiman Ad-Darani (w. 215 H)


Dia adalah murid Ma’ruf dan merupakan tokoh Sufi terkemuka,
seorang ‘arif dan hidupnya sangat wara’. Dalam sejarahnya, ia
dikenal sebagai salah seorang sufi yang banyak membahas
ma’rifat dan hakikat.
b. Ahmad bin Al-Hawary (w. 230 H)
Ia merupakan salah seorang murid Sufyan bin Uyainah dan sahabat
dekat Abu Sulaiman Ad-Darani. Ketika salah seorang bertanya
kepadanya tentang ilmu akhlaq dengan cara yang sopan, ia
menguraikan keterangan, yang didahului dengan perkataan,
“Perbuatan ini tidak (dapat dikatakan baik), sampai tampak
kebaikan akhlaqmu.
c. Dzun An-Nun Al-Misri (155–245 H)
Dialah yang dianggap oleh orang-orang Mesir sebagai seorang
Sufi yang pertama-tama yang memperkenalkan istilah maqam
(tingkatan kejiwaan) dalam ilmu tasawuf. Ajaran tasawuf yang
dianutnya cenderung bercorak filsafat kimia.

7
2.3.2 Perkembangan Tasawuf Pada Abad Keempat
Pada abad ini, kemajuan ilmu tasawuf lebih pesat dibandingkan
dengan abad ketiga, karena usaha maksimal para ulama tasawuf untuk
mengembangkan ajaran tasawufnya masing-masing. Sehinga kota
Baghdad yang hanya satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat
kegiatan tasawuf yang paling besar sebelum masa itu, tersaing oleh kota-
kota besar lainnya. Upaya untuk mengembangkan ajaran tasawuf diluar
kota Baghdad, dipelopori oleh beberapa ulama tasawuf, antara lain :
a. Musa Al-Anshary, mengajarkan ilmu tasawuf di Khurasan dan wafat
disana tahun 320 H.
b. Abu hamid bin Muhammad Ar-Rubazy, mengajarkannya disalah
satu kota di Mesir, dan wafat disana tahun 322 H.
c. Abu Zaid Al-Adamy mengajarkannya di Semenanjung Arabiyah, dan
wafat disana tahun 314 H.
d. Abu Ali Muhammad bin Abdil Wahhab As-Saqafy,
mengajarkannya di Naisabur dan kota Syaraz, hingga ia wafat disana
tahun 328 H

2.4 Tasawuf Abad Kelima


Disamping adanya pertentangan yang ditemukan antara ulama sufi
dengan ulama fiqih, maka abad kelima ini, keadaan semakin rawan
ketika berkembangnya mazhab yang hendak mengembalikan kekuasaan
pemerintahan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib

2.5 Tasawuf Abad Keenam, Ketujuh dan Kedelapan


Ia awalnya belajar filsafat dan ushul fiqh pada Asy-Syekh Al-Iman
Majdudin Al-Jily di Aleppo. Bahkan sebagian besar ulama dari berbagai
disiplin ilmu agama di negeri itu, telah dikunjunginya untuk menimba
ilmu pengetahuan dari mereka

8
2.6 Tasawuf Abad Kesembilan,Kesepuluh dan Sesudahnya
Disini tasawuf sangat sunyi dalam Islam, berarti nasibnya lebih
buruk lagi dari keadaannya pada abad keenam, ketujuh, kedelapan hijriyah.
Faktor yang menonjol menyebabkan runtuhnya ajaran tasawuf di dunia
islam, yaitu :
1. Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan
dikalangan masyarakat islam, sebab banyak diantara mereka yang terlalu
menyimpang di ajaran Islam yang sebenarnya.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa Eropa yang beragama Nasrani
sudah menguasai seluruh negeri islam. Tentu paham-paham selalu
dibawa dan digunakan untuk menghancurkan ajaran tasawuf yang sangat
bertentangan dengan pahamnya

9
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sejarah muncul dan
perkembangan tasawuf dalam Islam dimulai pada akhir abad kedua atau ada
yang mengatakan pada awal abad ketiga hijriyah pada zaman nabi. Secara
garis besar, perkembangan tasawuf ini sangat dupengaruhi oleh perkembangan
ilmu pengetahuan dan keadaan sosial politik umat Islam saat itu.
Sejarah munculnya tasawuf terdiri dari beberapa fase yaitu:
1. Pada abad pertama dan kedua hijriyah
2. Pada abad ketiga dan keempat hijriyah
3. Pada abad kelima hijriyah
4. Pada abad keenam, ketujuh dan kedelapan hijriyah
5. Pada abad kesembilan, kesepuluh dan sesudahnya.
Sebenarnya tidak perlu ada pertentangan pada ajaran tasawuf yang
tidak sepenuhnya ada dalam ajaran Islam. Hal yang penting adalah
bagaimana kita bisa selalu berupaya untuk mendekatkan diri kepada Allah
SWT. dengan menjadikan syariat Islam sebagai pedoman untuk mencapai
hakikat.

3.2 Saran
Demikian makalah sejarah muncul dan berkembangnya tasawuf yang
kami susun. Kami menyadari masih terdapat banyak kesalahan dalam makalah
yang kami susun. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi terciptanya kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca maupun bagi pendengar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Rosihun. Akhlak Tasawuf. Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.


Mustofa, A. Akhlak Tasawuf.Bandung: CV Pustaka Setia, 2010.
Nasution, Ahmad Bangun, dan Riyani Hanum Siregar. Akhlak tasawuf.
Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 2015.
Senali, Moh Saifullah Al Aziz. Risalah Memahami Ilmu Tashawwuf.
Surabaya: Terbit Terang, 1998.
Solichin, Mohammad Muchlis. Akhlak & Tasawuf Dalam Wacana
Kontemporer. Surabaya: Pena Salsabila, 2013.
Moh Syaifullah Al-Aziz S., Risalah Memahami Akhlak Tashawwuf, (Surabaya:
Terbit Terang, 1998), hlm. 49.
Mohammad Muchlis Sholihin, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: Pena Salsabila,
2013), hlm. 124.
Moh Syaifullah Al-Aziz S., Risalah Memahami Akhlak Tashawwuf,
(Surabaya: Terbit Terang, 1998), hlm. 49.
Mohammad Muchlis Sholihin, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: Pena Salsabila,
2013), hlm. 124.
Ibid. hlm. 125.
Ibid. hlm. 125-126.
A. Mustofa,Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 209.
Rosihun Anwar, Akhlak tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 166.
Ibid.

11

Anda mungkin juga menyukai