Disusun Oleh:
Dan tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Irawan,
S.Pd.I, M.Pd.I. Selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam dan juga kepada rekan-
rekan yang telah membantu sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi sekalian pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR ….….......…………………………………………… i
DAFTAR ISI .……………………………………..……………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Muhammad bin Abdul Wahab........................................................3
B. I’tiqad Kaum Wahabi Yang Bertentangan Dengan I’tiqad Ahlusunnah Wal
Jama’ah.............................................................................................7
C. Perbedaan Antara (Sunni) Aswaja Dengan Wahabi.....................12
D. Perkembangan Ajaran Wahabi di Indonesia..................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam keadaan masyarakat yang seperti ini, pada pertengahan abad ke-18, di
Jazirah Arab muncul satu gerakan yang berusaha memurnikan ajaran Islam
dengan semboyan kembali kepada Islam yang asli seperti yang dianut dan di
praktikkan di Zaman Nabi, Shahabat, serta Tabi’in sempai abad ke-3 Hijriah.
Gerakan ini dalam sejarah terkenal dengan nama “Gerakan Wahabi” yang
dilancarkan oleh tokohnya bernama Muhammad ibn Abdul Wahab.1
B. Rumusan Masalah
1
2
A. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan makalah kami ini ialah:
1. Mengetahui Sejarah Kemunculan Golongan Wahabi?
2. Mengetahui Pendiri Golongan Wahabi
3. Mengetahui Apa Saja Ajaran atau Pemahaman Golongan Mu’tazilah?
BAB II
PEMBAHASAN
Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyaynah, Nejd, pada tahun 1703 M
(1115 H). Ayahnya Abdul Wahab, seorang hakim di Uyaynah dan menyusun
berbagai risalah mengenai fikih dan tafsir di samping mengajar fikih, tafsir dan
hadits di masjid Uyaynah. Sedangkan kakeknya Sulaiman bin Ali, adalah seorang
mufti penganut Mazhab Hanbali.3
Sejak kecil ia telah bel;ajar Al-Qur’an pada ayahnya, dan sebelum berusia 10
tahun ia sudah hafal seluruh isi Al-Qur’an. Pengetahuan dasar diperolehnya di
kampungnya sendiri dari tokoh-tokoh Mazhab Hanbali. Sebagian besar usianya di
habiskan untuk mengembara mencari ilmu. Mula-mula ia pergi ke Makkah untuk
2
Ali Mufrodi, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos), Cet. I, 1997, H. 151
3
Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), Cet. II,
2014, H. 2
3
4
4
Ris’an Rusli, Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers), Cet. II,
2014, H. 2-4
Abdul Wahhab dan Muhammad bin Saud Wafat, anak-anak mereka saling berjanji
satu akan meneruskan kerja sama orang tua mereka dan akan bahu membahu
dalam mensukseskan dakwahnya.
Menurut Ahmad Sarwat, Muhammad bin Abdul Wahab tidak menulis buku
yang tebal dan berjilid-jilid seperti para fuqaha atau filsuf muslim. Ia hanya
menulis beberapa risalah atau makalah pendek yang dikumpulkan menjadi “kitab
at-tauhid” yang kini menjadi rujukan para ulama. Di dalmnya terdapat larangan
membuat bangunan di atas kuburan dan memasang larangan lampu di dalamnya.
Kaum wahabi juga melarang orang melakukan tindakan yang menjerumuskan
mereka pada syirik. Seperti melarang ber-tawassul dengan menggunakan nama
orang sholeh.
Perbuatan yang tidak terpuji ini dilakukan setelah kerjaan Arab Saudi berdiri
dan mengambil paham Wahabiyah sebagai mahdzab resmi Negara. merka tidak
hanya menolak praktik dan ajaran sufi, bahkan menganggapnya sebagai bid’ah
dan syirik. Memang ini konsekuensi dari sikap teologis Muhammad bin Abdul
Wahab yang tegas dengan prinsip tuhid (pengesaan allah). Begitu juga dengan
sikap taqlid di kalangan umat islam, dianggapnya sebagai penyebab kemunduran
islam.
Sikap radikal dalam memurnikan ajaran islam Muhammad bin Abdul Wahab
ini oleh sebagai peneliti islam di sebut gerakan pembaruan islam. Namun, dalam
perkembangannya, sikap kritis itu tidak menular kepada pengikutnya. Mereka
malah menjadi fanatic dan terjebak dalam taqlid kepada Muhammad bin Abdul
Wahab.
Ajaran pemurnian akidah islam ini dikritik oleh Sulaiman bin Abdul wahab
kakak Muhammad bin Abdul Wahab dalam buku Al-Shawa’iq Al-IIahiyah. Di
ceritakan bahwa suatu waktu terjadi diskusi antara Muhammad bin Abdul Wahab
dengan kakaknya.
Para ulama sunni pun memberikan kritik terhadap aliran wahabiyah ini.
Diantaranya Abdullah bin Lathif Syafii menulis kitab tajrid syaiful al-jihad lil
mudda’I al-ijtihad”, afiffudin Abdullah bin dawud hanbali menulis kitab “as-
awa’iq wa al-ruduud” Muhammad bin abdurahman bin afalik hanbali menulis
kitab “tahkamu al-muqalladin biman ad’I tajdidi ad-diin”, ahmad bin ali bin
luqbaani basri dan syaikh atha’ allah makki yang menulis kitab “al-aarimul al-
hindi fi unuqil najdi”, dan seorang ulama syi’ah bernama ayatollah ja’far kasyif
al-qittha juga memberikan kritik terhadap ajaran wahabiyah ini.
Aliran wahabiyah ini jika diruntut secara historis berasal dari pemikiran dan
fatwa yang di kembangkan oleh ibnu taimiyah dan ahmad bin hanbal. Dengan
dukungan pemerintah Arab Saudi, ajaran wahabiyah cepat menyebar dan
menginspirasi lahirnya gerakan pembaruan islam Indonesia yang di tandai
berdirinya Muhammadiyah dan persatuan islam
B. I’tiqad Kaum Wahabi Yang Bertentangan Dengan I’tiqad Ahlusunnah
Wal Jama’ah
2. Istigatsah Syirik
Arti “menjadi perantara” yang dilarang itu – menurut paham Wahabi ialah
ber-istigatsah dengan mereka.
Tegasnya: “Siapa yang ber-istigatsah menjadi syrik”.
Apa yang dimaksud dengan istigatsah?
Inilah unsur-unsur kemusyrikan dalam istigatsah itu dan karenanya orang itu
menjadi musyrik kalau mengerjakan ini.
b. Nabi Muhammad Saw. walaupun beliau sudah mati, tetapi beliau hidup
dalam kubur dan mendengar sekalian salam orang dan sekalian
permintaan orang sebagai keadaannya sewaktu belum hidup didunia.
c. Minta tolong kepada makhluk, kepada lain Allah, kepada Nabi dan
kepada manusia boleh saja, tidak terlarang dalam agama.
Suatu ciri khusus dari paham Wahabi ialah mengharamkan pergi ziarah
kubur. Kalau dilakukan maka perjalanan itu dianggap ma’siyat yang wajib
dilarang.
Tetapi fatwa ini pada waktu sekarang sudah tinggal diatas kertas saja. Kaum
wahabi yang berkuasa di Makkah sekarang tidak sanggup atau tidak berani
melawan umat islam sedunia, yang datang berbondong-bondong menziarahi
makam Nabi ke Madinah tiap-tiap tahun atau diluar musim-musim haji.
Hal ini dilaksanakan oleh mereka pada ketika memasuki Hijaz pada
gelombang yang pertama tahun 1803 M. dan pada gelombang kedua tahun 1924
M. Qubbah-qubbah makam Siti Khadijah di Mu’ala Mekkah dan sahabat-sahabat
lain, begitu juga qubbah Saidna Hamzah dekat bukit Uhud begitu juga qubbah-
qubbah di makam Baqi’i di Madinah semuanya diruntuhi.
Bagi kaum Ahlussunnah wal Jama’ah menghisap rokok itu harus saja, hanya
kalau membikin mudarat bagi tubuh barulah hukumnya haram. Kalau tidaknya
tidak apa-apa. Merokok sama dengan makan buah-buahan saja, kalau mau ya
boleh dan kalau tidak ya boleh juga. Jadi termasuk mubah (harus).
Memang luka hati kita melihat, bahwa tempat yang mengandung sejarah
kebesaran Islam itu dijadikan tempat tambatan onta yang seolah-olah dihinakan
saja.
Kaum Ahlussunnah wal Jama’ah, atau katakanlah dunia Islam yang banyak,
tidak berpaham begitu. Mereka berpendapat bahwa makam Nabi-nabi, auliya-
auliya, ulama-ulama dan orang-orang mati syahid lebih baik dibuatkan
qubbahnya, sehingga mudah diketahui oleh orang yang hendak datang ziarah,
sebagai keadaannya dengan “Qubbatul Khadra” (Kubah Hijau) pada makam
SaidinaMuhammad Saw. di kota Madinah.
Kaum Wahabi melarang orang-orang mengaji sifat Dua Puluh sedang hal ini
dianjurkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka menciptakan suatu
pengajian tauhid secara baru, yang tidak ada dari dulu, baik pada zaman Nabi
Muhammad atau pada zaman sahabat-sahabat beliau.
Pengajian baru itu apa yang dinamakan oleh mereka dengan Tauhid
Rububiyah dan Tauhid Uluhiyah.
Tauhid itu dua macam kata mereka, yaitu:
a. Tauhid Rububiyah, yaitu tauhidnya orang kafir, tauhidnya orang
musyrik yang menyembah berhala, atau dengan kata lain “Tauhidnya
orang syirik.”.
b. Tauhid Uluhiyah, yaitu tauhidnya orang mu’min, tauhidnya orang
Islam serupa iman dan Islamnya kaum Wahabi.
Jadi kesimpulannya – kata mereka – ada orang yang mengakui ada Tuhan,
tetapi menyembah lain Tuhan. Ini namanya Tauhid Rububiyah, yaitu tauhidnya
orang yang mempersekutukan Tuhan.
Pengajian macam ini tak pernah ada sedari dulu, tidak pernah disebut oleh
kaum Ahlussunnah, begitu juga oleh kaum Mu’tazilah dan Syi’ah.
Pendapat Aswaja : Allah Ta’ala tidak sama dengan makhlukNya, Dia tidak
mempunyai anggota dan jisim sebagaimana Yang dimiliki oleh makhluk.
Dalilnya:. Firman Allah Ta’ala:_ ﺷﻰ ﻛﻤﺜﻠﮫ ﻟﯿﺲ
Maksudnya: "Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatu pun dari makhlukNya
baik dari satu segi maupun dari semua segi, dan tidakada sesuatu pun yang
menyerupaiNya".(Asyura ayat:11)
Pendapat Wahabi : Ibnu Baz berkata: “penafian jisim dan anggota bagi Allah
adalah suatu yang dicela”
Pendapat Aswaja : Allah Ta’ala wujud tanpa tempat, karena Dia yang
menjadikan tempat yang mempunyai batasan batasan,kadar tertentu dan bentuk
sedangkan Allah tidak bisa disifatkan sedemikian.
Dalilnya : Sabda Nabi: "Allah wujud pada azal(adaNya tanpa permulaan),dan
belum wujud sesuatu selainNya"H.R al-Bukhari,isnad sahih
Pendapat Wahabi : Ibnu Baz mengatakan bahwa zat Allah Ta’ala itu di atas
arasy.
Pendapat Aswaja : Abu jahal dan Abu lahab bukanlah dari kalangan orang
Islam sebagaimana di jelaskan dalam Al-Qur’anul kariim dan tidak bisa
terbantahkan kekuatan firman Allah.
Dalilnya : Firman Allah Ta’ala mengenai Abu lahab:Maksudnya: kelak dia
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala.(Al-Masad ayat: 3)
Pendapat Wahabi : Wahabi mengatakan bahwa Abu jahal lebih mulia dan
mengamalkan serta peng-ESA-an tauhid mereka kepada Allah daripada orang
Islam umumnya yang mengucap dua kalimah syahadah. ( yang dimaksudkan
dengan orang Islam di sini ialah mereka yang bertawassul dengan wali-wali dan
para solihin dimana pengertian tawasul menurut wahabi seperti menyembah
berhala, batu, orang mati atau sejenisnya ).
5. Persoalan : Madzab
Tidak hanya itu, selain memerangi pria-pria pemakai emas dan pemadat
tembakau, surau-surau yang mengembangkan tarekat dan memberi penghargaan
yang lebih kepada para syeh dikecam keras. Aksi-aksi tersebut banyak mendapat
perlawalan dari masyarakat karena dianggap keras dan mengarah ke Anarkisme.
Sementara dibelahan Nusantara yang lain Wahhabi telah menjelma semacam
organisasi-organisasi beridiologi tertentu.
5
http://nininghayuk.blogspot.co.id/2014/10/makalah-wahabi.html, Di akses Kamis 17
Desember 2015, Pukul 23:20 WIB.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan mengucapkan Alhamdlillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini, dan penulis ingin mencoba untuk menyimpulkan makalah
ini. Adapun kesimpulannya sebagai berikut:
2. Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyaynah, Nejd, pada tahun 1703 M
(1115 H). Ayahnya Abdul Wahab, seorang hakim di Uyaynah dan menyusun
berbagai risalah mengenai fikih dan tafsir di samping mengajar fikih, tafsir
16
17
dan hadits di masjid Uyaynah. Sedangkan kakeknya Sulaiman bin Ali, adalah
seorang mufti penganut Mazhab Hanbali.
A. Saran
Pada penyusunan makalah ini kami sangat menyadari masih banyak terdapat
kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalamnya baik berupa bahasa maupun
cara penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
menciptakan penyusunan makalah yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Mufrodi Ali, Islam Di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta: Logos), Cet. I, 1997
Rusli Ris’an, Pembaharuan Pemikiran Modern Dalam Islam, (Jakarta: Rajawali Pers),
Cet. II, 2014
http://nininghayuk.blogspot.co.id/2014/10/makalah-wahabi.html