GERAKAN WAHABI
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan
kami kesempatan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil tugas makalah ILMU
KALAM yangberjudul “ GERAKAN WAHABI ” dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun secara maksimal agar pembaca dapat mudah memahami materi
yang kami sampaikan. Kami ucapkan banyak terimakasih kepada bapak KUKUH SANTOSO
S.Pd.i,MPd.i selaku pengampu mata kuliah Ilmu kalam Tak lupa juga kami ucapkan banyak
terimakasih kepada seluruh pihak yang terkait yang telah membantu kami dalam menyelesaikan
tugas ini.
Tak terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya baha masih banyak kekurangan baik
dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca agar kedepannya bisa memberikan makalah lebih baik lagi.
Akhir kata kami berharap semoga dengan terselesaikan makalah ini semoga bermanfaat dan
menambah ilmu pengetahuan bagi para pembaca.
penul
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN
2.2 I’tiqad Kaum Wahabi Yang bertentangan Dengan I’tiqad (keyakinan) Ahlussunnah
waljamaah ...............................................................................................................
Kesimpulan
Saran
DAFTAR RUJUKAN
BAB 1
PENDAHULUAN
Gerakan Wahabi di motori oleh juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka gemar
menuduh golongan islam yang tidak sepaham dengan apa yang mereka tuduhkan. Seperti kafir,
musyrik, dan ahli bid’ah. Mereka enggan mengakui para ulama islam manapun kecuali
kelompok mereka ssendiri. Mereka mengatakan ajaran para ali itu masih tercampur oleh hindu
budha, tetapi para wali itu telah meng islamkan 90 persen penduduk di negri ini. Mampukah
wahabi terebut meng islamkan 10 persen sisanya tersebut, dan mempertahankan yang 90 persen
dari terkaman orang kafir. Justru mereka dengan mudah nya mengkafirkan orang orang yang
dengan nyata bertauhid kepada ALLAH SWT. Jika karena bukan rahmat allah yang
mentakdirkan para wali songo untuk berdakah di negri kita ini, tentu orang orang yang menjadi
wadah kaum wahabi itu masih berada dalam kepercayaan animisme, penyambah berhala atau
masih kafir. Oleh karena itu kita tidak boleh percaya ketika mereka mengaku sebagai faham
yang hanya berpegang teguh kepada Al Quran Assunnah. Mereka beralih mengikuti keteladanan
kaum salaf dan mengaku sebagai golongan yang selamat dan ssebagai nya. Mereka telah
menorehkan catatan hitam dalam ejarah dengan membantai ribuan orang di makkah dan madinah
serta daerah lain di wilayah hijas (yang sekarang dinamakan arab Saudi)
2. Mengetahui itiqad kaum wahabi yang bertentangan dengan itiqad ahluunnah waljamaah.
Semasa belajar di Madinah, para gurunya merasa khawatir padanya karena sering mengeluarkan
pernyataan-pernyataan ekstrem yang menghujat para ulama. Ia belajar di Makkah di bawah
bimbingan Muhammad Sulaiman Al-Kurdi, Abdul Wahab (Bapaknya) daan Sulaiman bin Abdul
Wahab (kakaknya). Kemudian merantau ke Bashrah dank e Baghdad. Di Baghdad ini ia
menikahi seorang wanita janda kaya. Setelah istrinya wafat, ia pindah ke Kurdistan, Hamdan,
dan Isfahan.
B. I’tiqad Kaum Wahabi Yang Bertentangan Dengan I’tiqad Ahlusunnah Wal Jama’ah
Suatu ciri khusus dari paham Wahabi ialah mengharamkan pergi ziarah kubur. Kalau
dilakukan maka perjalanan itu dianggap ma’siyat yang wajib dilarang.
Kaum Ahlusunnah seluruhnya menfatwakan bahwa perjalanan ke Madinah untuk menziarahi
makam Nabi adalah perjalanan yang dituntut oleh syari’at islam. Sunnat-muakkad yang baik
sekali untuk dikerjakan.
Kaum Wahabi selanjutnya mengatakan bahwa tidak boleh mengqsar atau menjama’
sembahyang dalam perjalanan untuk ziarah itu, karena perjalanan itu adalah perjalanan
ma’siyat.
Tetapi fatwa ini pada waktu sekarang sudah tinggal diatas kertas saja. Kaum wahabi yang
berkuasa di Makkah sekarang tidak sanggup atau tidak berani melawan umat islam sedunia,
yang datang berbondong-bondong menziarahi makam Nabi ke Madinah tiap-tiap tahun atau
diluar musim-musim haji.
Sejalan dengan fakta tidak boleh menziarahi makam-makam, kaum Wahabi berpendapat
bahwa membuat qubbah diatas makam perkuburan adalah haram dan karena itu semuanya
harus diruntuhi, kalau ada.
Hal ini dilaksanakan oleh mereka pada ketika memasuki Hijaz pada gelombang yang
pertama tahun 1803 M. dan pada gelombang kedua tahun 1924 M. Qubbah-qubbah makam
Siti Khadijah di Mu’ala Mekkah dan sahabat-sahabat lain, begitu juga qubbah Saidna
Hamzah dekat bukit Uhud begitu juga qubbah-qubbah di makam Baqi’i di Madinah
semuanya diruntuhi.
Bagi kaum Ahlussunnah wal jama’ah menganggap qubbah-qubbah pada makam-
makam itu tak apa-apa, bahkan hal itu baik sekali untuk dibangun sebagai tanda bagi ulama-
ulama dan auliya-auliya yang bermakam disitu, sehingga memudahkan bagi sekalian orang
yang hendak datang berziarah.
Di situlah perbedaan paham antara kaum Wahabi dengan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Kaum Wahabi melarang orang-orang mengaji sifat Dua Puluh sedang hal ini
dianjurkan oleh kaum Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka menciptakan suatu pengajian
tauhid secara baru, yang tidak ada dari dulu, baik pada zaman Nabi Muhammad atau pada
zaman sahabat-sahabat beliau.
Pengajian baru itu apa yang dinamakan oleh mereka dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid
Uluhiyah.
Tauhid itu dua macam kata mereka, yaitu:
1) Tauhid Rububiyah, yaitu tauhidnya orang kafir, tauhidnya orang musyrik yang
menyembah berhala, atau dengan kata lain “Tauhidnya orang syirik.”.
2) Tauhid Uluhiyah, yaitu tauhidnya orang mu’min, tauhidnya orang Islam serupa iman
dan Islamnya kaum Wahabi.
Jadi kesimpulannya – kata mereka – ada orang yang mengakui ada Tuhan, tetapi menyembah
lain Tuhan. Ini namanya Tauhid Rububiyah, yaitu tauhidnya orang yang mempersekutukan
Tuhan.
Adapun tauhid Uluhiyah menurut mereka ialah tauhid sebenar-benarnya, yaitu me-Esakan
Tuhan, sehingga tak ada yang disembah selain Tuhan. Inilah tauhidnya orang mu’min sejati,
kata mereka.
Pengajian macam ini tak pernah ada sedari dulu, tidak pernah disebut oleh kaum
Ahlussunnah, begitu juga oleh kaum Mu’tazilah dan Syi’ah.
1.Yazid bin Walid (Khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada tahun 125-126 H)
2.Ma`mun bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 198-218 H)
3.Al- Mu`tashim bin Harun Ar-Rasyid (Khalifah Bani Abbasiah 218-227 H)
4.Al- Watsiq bin Al- Mu`tashim (Khalifah Bani Abbasiah 227-232 H)
Diantara gembong-gembong ulama Mu`tazilah lainya adalah :
1.Utsman Al- Jahidz, pengarang kitab Al- Hewan (wafat 255 H)
2.Syarif Radhi (406 H)
3.Abdul Jabbar bin Ahmad yang terkenal dengan sebutan Qadhi`ul Qudhat.
4.Syaikh Zamakhsari pengarang tafsir Al- Kasysyaf (528 )
5.Ibnu Abil Hadad pengarang kitab Syarah Nahjul Balaghah (655)
3.Paham Mu`tazilah
Abu Hasan Al- Kayyath berkata dalam kitabnya Al- Intisar “Tidak ada seorang pun yang
berhak mengaku sebagai penganut Mu`tazilah sebelum ia mengakui Al- Ushul Al- Khamsah
(lima dasar) yaitu Tauhid, Al- Adl, Al- Wa`du Wal Wai`id, Al- Manzilah Baina Manzilatain, jika
telah menganut semua nya, maka ia penganut paham Mu`tazilah. Berikut penjelasannya masing-
masing yaitu 1.Tauhid, memiliki arti “Penetapan bahwa Al-Quran itu adalah makhluk” sebab
jika Al-Quran bukan makhluk, berarti terjadi sejumlah zat qadiim (menurut mereka Allah adalah
Qadiim, dan jika Al-Quran adalah Qadiim, berarti syirik/ tidak bertauhid).
2.Al-Adl, memiliki Arti “Pengingkaran terhadap taqdir” sebab seperti kata mereka bahwa Allah
tidak menciptakan keburukan dan tidak mentaqdirkan nya, apabila Allah menciptakan
keburukan, kemudian Dia menyiksa manusia karena keburukan yang diciptakannya, berarti Dia
berbuat zalim, sedang Allah adil dan tidak berbuat zalim.
3.Al- Wa`du Wal Wa`iid (terlaksananya ancaman), maksudnya adalah apabila Allah mengancam
sebagian hamba-Nya dengan siksaan, maka tidak boleh bagi Allah untuk tidak menyiksa-Nya
dan menyelisih ancaman-Nya, sebab Allah tidak menginginkan janji, artinya- menurut mereka
Allah tidak memaafkan orang-orang yang dikehendaki-Nya dan tidak mengampuni dosa-dosa
(selain syirik) bagi yang dikehendaki-Nya. Hal ini jelas bertentangan dengan Ahlus Sunnah
Waljama`ah.
4.Al-Manzilah Baina Manzilatain, Artinya orang yang berbuat dosa besar berarti keluar dari
iman tetapi tidak masuk kedalam kekufuran, akan tetapi ia berada dalam satu posisi antara dua
keadaan (tidak mukmin dan tidak juga kafir)
5.Amar Ma`ruf Nahi Munkar, yaitu bahwa mereka wajib memerintahkan golongan selain mereka
untuk melakukan apa yang mereka lakukan dan melarang golongan selain mereka apa yang
dilarang bagi mereka.
Beberapa I`tiqad kaum Mu`tazilah yang bertentangan dengan Ahlus Sunnah yaitu :
1.Mereka berpendapat bahwa baik buruknya sesuatu ditentukan oleh akaln dan bukan oleh
syari`at. Dengan demikian dalam pandangan mereka akal menduduki kedudukan yang lebih
tinggi dari pada syari`at.
2.Mereka mengatakan bahwa tidak memiliki sifat. Apa yang tercantum dalam Al- Quran dan
sunnah berupa asma dan sifat Allah merupakan sekedar nama yang tidak memiliki pengaruh
sedikitpun dari nama tersebut. Dengan demikian mereka menafikan adanya sifat-sifat tinggi dan
mulia bagi Allah.
3.Mereka berpendapat bahwa Al-Quran adalah makhluk. Ahlus Sunnah berpendapat dan
bersepakat bahwa Al- Quran bukan makhluk.
4.Mereka berpendapat bahwa pelaku dosa besar dari golongan mukmin, maka dia tidak disebut
lagi sebagai seorang mukmin, namun juga tidak disebut kafir. Ahlus sunnah berpendapat bahwa
seorang mukmin yang berbuat dosa besar , ia tetap sebagai mukmin yang berbuat kefasikan .
5.Mereka berpendapat bahwa Allah tidak dapat dilihat nanti pada hari kiamat (ketika dalam
surga), karena hal itu akan menimbulkan pendapat, seolah-olah Allah berada dalam surga atau
Allah dapat dilihat. Ahlus Sunnah berpendapat bahwa orang-orang beriman yang telah masuk
surga akan dapat melihat Allah sesuai dengan (Q.S. Al- Qiyamah : 22-23).
6.Mereka tidak meyakini bahwa Nabi Muhammad mi`raj dengan ruh dan jasadnya.
7.Mereka berpendapat bahwa manusialah yang menjadikan pekerjaannya, dan Allah sama sekali
tidak ikut campur dalam perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
8.Mereka tidak meyakini adanya `Arsy dan Kursi”. Mereka mengatakan bahwa jika keduanya
benar-benar sebesar itu. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis, lalu diletakkan dimana
kedua benda tersebut. Mereka mengatakan kedua benda tersebut hanyalah sekedar
menggambarkan kebesaran dan keagungan Allah.
9. Mereka juga tidak mengakui adanya malaikat “Kiraman Katibin” atau malaikat Rajib dan
Atid. Mereka berpendapat bahwa ilmu Allah telah meliputi segalanya, sehingga tidak perlu lagi
adanya pembantu dari kalangan malaikat.
10.Mereka tidak meyakini adanya mizan, hisab, shirat, al- haudh dan syafa`at pada hari kiamat
kelak.
Aliran atau sekolah pemikiran yang menegaskan bahwa berasio dengan logika adalah azas yang
paling baik dalam melakukan sesuatu tindakan ataupun menyelesaikan masalah.
Dalam hubungannya dengan pemikiran Islam, rasiolisme merupakan aliran yang pertama
muncul sebagai respon terhadap kitab ayat-ayat Al-Quran sehubungan dengan penggunaan akal.
Aliran rasionalis ini seiring dihubungkan dengan Mu`tazilah yang dipelopori oleh Washil
Ibn Atha` Al- Gazzal (689-749 M) murid kepada Hasan Al- Basri (642-728 H). Hasan Al- Basri
adalah seorang tabiin dengan sering kali diberi julukan sebagai imam pada zamannya. Apbila
dihubungkan dengan istilah salaf dan berpegang dengan sunah, Hasan A- Basri adalah salah
seorang dari kalangan mereka.
4.Gagasan Rasionalisme/ Mu`tazilah.
Memberi keutamaan kepada akal dalam memahami ajaran Quran serta hadis. Kebebasan
akal terikat pada ajaran-ajaran mutlak Quran dan Sunah, yaitu ajaran yang termasuk dalam istilah
Qat`iy al-wurud dan Qat`iy al-dalalah.
Maksud Quran dan hadis difahami sesuai dengan pendapat akal.
“Pemikiran rasional dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal
seperti yang terdapat dalam Quran dan Hadis”. Oleh Prof. Harun Nasution
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyebaran ajaran wahabi halus tetapi perubahan itu terjadi dan banyak masyarakat
menilai ajaran mereka sangat kaku dan keras akhirnya banyak kecaman dari masyarakat.
Pendidri ajaran wahabi adalah Muhammad bin Abdul Wahid. Ajaran ini dibawa orang-orang
yang pulang dari beribadah haji. Organisasi wahabi yang moderen dan masih tetap bertahan
adalah muhammadiyah. Ajaran dari wahabi menilai kebiasaan masyarakat tradisional adalah
bid’ah’.
Mu`tazilah mempunyai lima ajaran dasar, perintah bernuat baik dan larangan berbuat
jahat, dianggap sebagai kewajiban bukan oleh kaum Mu`tazilah saja, tetapi oleh golongan-
golongan umat Islam lainnya.
Aliran kaum Mu`tazilah dipandang sebagai aliran yang menyimpang dari ajaran Islam,
dan dengan demikian tak disenangi oleh sebagian umat Islam, terutama di Indonesia. Pandangan
demikian timbul karena kaum mu`tazilah dianggap tidak percaya kepada wahyu dan hanya
mengakui kebenaran yang diperoleh rasio. Sebagai diketahui kaum Mu`tazilah tidak hanya
memakai argumen rasuonal, tetapi juga memakai ayat-ayat Al-Quran dan hadist untuk menahan
pendirian mereka.
B. Saran
Demikian yang dapat penulis sajikan, mungkin banyak kesalahan atau kekeliruan dalam
menulis karena ini semua jauh dari kesempurnaan penulis. Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca agar penulis bisa memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik. Dan semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Sholihin, Ahmad. 2009. Aliran-Aliran Dalam Islam. Cet. 1, Bandung: Kawah Media.
Abbas, Siradjuddin. 2006. I’tiqad Ahlussunnah Wal Jama’ah. Cet. XXXII, Jakarta: Pustaka
Tarbiyah.
http://id-id.facebook.com/notes/membongkar-kesesatan-wahabi/beda-sunni-dgn-syiah-dan-beda-
sunni-dgn-wahabi/374592852616576 diakses pada 28 Maret 2014 pukul 09:08 WIB
http://labanursongo.blogspot.com/2011/10/kata-pengantar-puji-syukur-kami.html diakses pada
28 Maret 2014 pukul 2:13 WIB