Anda di halaman 1dari 19

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN WAHABI

(makalah)

Makalah ini disusun untuk memenuhi

tugas Mata Kuliah ASWAJA(Ahlussunnah wal jama’ah)

Dosen pengampu: GIMAN BAGUS PANGERAN M.Pd

Disusun Oleh:

Nama NPM

Yuda Suhendar 21310006

Rifki Nur Romadeni 21310007

Agus Salim 21310010

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) DARUL ISLAH

TULANG BAWANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatnya kepada kita semua sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Penyusun
makalah ini di dasari pada tinjauan pustaka mengenai Sejarah dan perkembangan
wahabi ,serta yang melatar belakangi ,dan memahami tentang sejarah dan
berkembangnya wahabi .makalah ini disusun dala rangka guna menyelesaikan
tugas mata kuliah ahli sunnah wal jama’ah(ASWAJA).pada kesempatan ini kami
menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuannya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih memerlukan


penyempurnaan.oleh karena itu, krtik dan saran sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dan khususnya bagi para siswa sebagai sarana pembelajaran.

Tulang bawang 3- Oktober- 2021

II
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG.................................................................................IV

B.RUMUSAN MASALAH.............................................................................IV

C.TUJUAN .......................................................................................................V

BAB II PEMBAHASAN

A.Sejarah berdirinya aliran wahabi...................................................................VI

B.Pengertian Wahabi.......................................................................................VII

C.Paham serta ajaran aliran Wahabi.................................................................IX

D.Pertumbuhan Wahabi Di Indonesia................................................................X

E.Gerakan Wahabi Di Indonesia.......................................................................XI

F.Dampak dari gerakan wahabi di indonesia...................................................XII

G.Bid’ah Wahabi..............................................................................................XV

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan ............................................................................................XVIII

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ketika penulis menjelajahi dunia maya tepatnya di jejaring social facebook


yang sedang membumi dan digemari oleh setiap kalangan, kami menemukan
sebuah group yang bernama “1 juta orang menolak wahabi di Indonesia”.
Mayoritas anggota dari group tersebut menolak dan mencibirkan gerakan wahabi.
Aliran wahabi memang sedang sangat popular dibicarakan di beberapa daerah
seperti Indonesia. Penduduk Indonesia mayoritas menganggap aliran ini
menyimpang, karena aliran wahabi mengajarkan tentang keislaman yang tidak
sesuai dengan syari’at. Penafsiranpenafsiran aliran ini terlalu ekstreme sehingga
banyak kalangan masyarakat yang menganggapnya aliran sesat. Oleh karena itu,
penulis akan sedikit memberikan informasi atau pengetahuan tentang siapa itu
aliran wahabi, ajaran yang digunakan oleh aliran tersebut, dan bagaimana dampak
dari eksistensi gerakan wahabi khususnya di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Dalam makalah ini penulis akan sedikit memaparkan tentang beberapa hal
yang berkaitan dengan gerakan wahabi, diantaranya:

1. Sejarah berdirinya aliran wahabi Serta Pengertian Wahabi

2. Paham serta ajaran wahabi

3. Pertumbuhan wahabi di Indonesia Dan Gerakan Wahabi

4.Dampak dari gerakan wahabi serta bid’ah Wahabi

C. TUJUAN

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
ilmu kalam 1, serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis khususnya dan

IV
bagi para pembaca pada umumnya. Selain itu makalah ini juga bertujuan
memberikan sedikit informasi kepada para pembaca agar mengetahui siapakah
aliran wahabi. Setelah membaca makalah ini diharapkan para membaca tidak
terjerumus kedalam aliran wahabi yang di anggap sebagian masyarakat sebagai
aliran yang menyimpang.

V
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Aliran Wahabi

Wahabi adalah gerakan pembaharuan dan pemurnian Islam yang


dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman at-Tamimi (1115-
1206 H / 1703-1792 M) dari Najd, Semenanjung Arabia. Istilah Wahabi telah
dikenal semasa Ibn Abdul Wahab hidup, tapi bukan atas inisiatif dirinya
melainkan berasal dari lawan-lawannya. Ini berarti, istilah Wahabi merupakan
bagian dari rangkaian stigma terhadap gerakannya.

Menurut Hanafi (2003/198), Muhammad bin Abdul Wahab merupakan


seorang ulama pembaharuan dan ahli teologi agama Islam yang mengetuai
gerakan salafiah. Wahabi dianggap sebagai ultra-konservatif berbanding salafi. Ia
dianggap sebagai gerakan pembaharuan, bukan suatu mazhab. Beliau
memperkenalkan semula undang-undang Syariah di Semenanjung Arab. Beliau
sangat dipengaruhi oleh Ahmad ibn Hanbal dan Ibn Taimiah. Selama beberapa
bulan beliau merenung dan mengadakan orientasi, untuk kemudian mengajarkan
paham-pahamnya. Meskipun tidak sedikit orang yang menentangnya, antara lain
dari kalangan keluarganya sendiri, namun ia mendapat pengikut yang banyak.

Wahhabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di


Dir’iyyah sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd. Kata Wahabi
sendiri diambil dari nama pendirinya, Muhammad Ibn Abdul-Wahhab (1703-
1787). Laki-laki ini lahir di Najd, di sebuah dusun kecil Uyayna. 1 Ibn Abdul-
Wahhab adalah seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20
wanita (tidak lebih dari 4 pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak.
Kaum Wahabi mengklaim sebagai muslim yang berkiblat pada ajaran Islam yang
pure, murni. Mereka sering juga menamakan diri sebagai muwahiddun, yang
berarti pendukung ajaran yang memurnikan keesaan Allah (tauhid). Tetapi,
1
Muhammd bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid (t.t. Rabwah,
t.th.) h. 5

VI
mereka juga menyatakan bahwa mereka bukanlah sebuah mazhab atau kelompok
aliran Islam baru, tetapi hanya
mengikuti seruan (dakwah) untuk mengimplementasikan ajaran Islam yang
(paling) benar. Arizal (2012).

Menurut Hamid (2010/101), muncul nya gerakan wahabi tidak bisa


dipisahkan dari gerakan politik, perilaku keagamaan, pemikiran dan social
ekonomi umat islam. Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan
sunni pengikut madzhab Hanbali2, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab bin
Sulaiman adalah seorang sunni yang baik, begitu pula guru-gurunya. Muhammad
bin Abdul wahab memang dikenal orang yang haus ilmu. Ia berguru pada Syeikh
Abdullah bin Ibrahim an-N ajdy, Syeikh Efendi ad Daghastany, Ismail al-
Ajlawy,syeikh Abdul lathief al-‘Afalaqy dan Syeikh Muhammad al-‘afalaqy. Di
antara mereka yang paling lama menjadi guru adalah Muhammad hayat Sindhi
dan Syeikh Abdullah al-Najdy. Tidak puas dengan itu ia pergi ke syiria untuk
belajar sambil berdagang. Disana ia menemukan buku-buku karya Ibnu Taimiyah
dan Ibnu Qayyim yang sangat ia idolakan. Akhirnya ia semakin jauh terpengaruh
terhadap dua aliran reformis itu. Tak lama kemudian ia pergi ke Basrah dan
berguru pada Syeikh Muhammad al-majmuu’iyah. Di kota ini ia menghabiskan
mencari ilmu selama empat tahun, sebelum akhirnya ia ditolak masyarakat karena
pandangannya dirasa meresahkan dan bertentangan dengan pandangan umum
yang berlaku di masyarakat setempat, kurnia (2012). Kemudian Muhammad bin
Abdul Wahab diusir dari tempat tersebut dan menuju ke subuah tempat yang
bernama Najd. Di situlah Abdul Wahab bertemu dengan Abdul Aziz Al Sa’ud
yang sedang memerintah Dir’iyyah. Beliau pun mendapat angin segar, karana
Abdul Aziz Al Sa’ud menaungi kehidupannya., bahkan menjadi pelindung dan
pentirnya. Nasir ( 2010/289).

Wahabisme dan keluarga Kerajaan Saudi telah menjadi satu kesatuan yang
tak terpisahkan sejak kelahiran keduanya. Wahabisme-lah yang telah menciptakan
kerajaan Saudi, dan sebaliknya keluarga Saud membalas jasa itu dengan
menyebarkan paham Wahabi ke seluruh penjuru dunia. One could not have
2
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab
dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 11

VII
existed without the other – Sesuatu tidak dapat terwujud tanpa bantuan sesuatu
yang lainnya. Akbar (2010).

B. Pengertian Wahabi

Aliran Wahabi bukanlah satu mazhab akan tetapi satu bentuk gerakan
pemikiran agama yang banyak dipegang oleh ulama-ulama Haramayn (Mekah dan
Madinah) yang mengikuti pendekatan yang diambil oleh Muhammad bin Abdul
Wahab. Dari segi mazhab, mereka lebih hampir dengan mazhab Hanbali
walaupun dari beberapa segi mereka lebih ketat dan keras.

Dalam sejarah tradisi ilmu Islam, aliran Wahhabi bukanlah mewakili arus
perdana mazhab Ahlu Sunnah wa al-Jamaah. Dari segi pendekatan ilmiah, aliran
Wahabi membawa pendekatan yang agak sempit dengan metodologi harfiah
(literal) yang mereka ambil dalam memahami sumber agama khususnya al-
Qur’an. Justeru itu, sebahagian dari pandangan mereka dalam agama bersifat agak
keras terutama terhadap orang yang tidak mengambil pendekatan mereka.
Pendekatan telah membawa kepada kecenderungan untuk mudah mengeluarkan
orang Islam dari lingkungan agama yang tidak sealiran dengan aliran Wahabi.

Banyak amalan dan pegangan yang telah diamalkan oleh masyarakat Islam
telah dianggap keluar dari agama Islam oleh golongan Wahabi. Pendekatan ini
telah menyebabkan perpecahan di kalangan sebagian masyarakat yang telah lama
mempunyai kesatuan dalam ibadah menurut pentafsiran imam-imam muktabar
dalam mazhab Shafi’i dan dalam akidah menuruti aliran al-Ash’ari dan
alMaturidi.

Dalam konteks tasawuf, mereka amat keras membid’ah amalan-amalan


tariqat, amalan wirid dan selawat yang dilakukan oleh golongan sufi. Dalam
akidah, mereka membid’ahkan ajaran tauhid berdasarkan sifat yang kesemuanya
dipelopori oleh ulamaulama berwibawa dalam aliran Ahl Sunnah wa al-Jama’ah.3

C. Paham Serta Ajaran Aliran Wahabi

3
http://www.e-fatwa.gov.my/blog/pandangan-mengenai-golongan-wahabi.

VIII
Sebelum Muhammad Bin Abdul Wahab muncul, keadaan kaum muslimin
dijazirah arab sangat memprihatinkan. Baik dalam segi akidah maupun dari segi
peribadatan, sudah tidak lagi sesuai dengan ajaran islam yang sebenarnya, bahkan
kembali kepada karakter jahiliyah. Hamid (2010/106).

Setelah Abdul Wahab hadir dikalangan tersebut, beliaumengamati keadaan


dan berkeinginan untuk merubah keadaan tersebut kembali ke islam murni.
Menurut Nasir (2010/292), akidah-akidah yang pokok dari aliran wahabi pada
hakikatnya tidak berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyah.
Perbedaan yang ada hanya dalam cara melaksanakan dan menafsirkan beberapa
persoalan tertentu. Akidah-akidahnya dapat disimpulkan dalam dua bidang, yaitu
bidang tauhid (pengesaan) dan bidang bid’ah. Gerakan wahabi dimotori oleh para
juru dakwah yang radikal dan ekstrim, mereka menebarkan kebencian
permusuhan dan didukung oleh keuangan yang cukup besar. Mereka gemar
menuduh golongan Islam yang tak sejalan dengan mereka dengan tuduhan kafir,
syirik dan ahli bid’ah. Itulah ucapan yang selalu didengungkan di setiap
kesempatan, mereka tak pernah mengakui jasa para ulama Islam manapun kecuali
kelompok mereka sendiri.4

Di negeri kita ini mereka menaruh dendam dan kebencian mendalam


kepada para Wali Songo yang menyebarkan dan meng-Islam-kan penduduk negeri
ini.

Doktrin-doktrin wahabi Secara umum tujuan gerakan wahabi adalah


mengikis habis segala bentuk takhayul, bid’ah, khurafat dan bentuk-bentuk
penyimpangan pemikiran dan praktik keagamaan umat islam yang dinilainya telah
keluar dari ajaran islam yang sebenarnya. Ada beberapa yang didoktrinkan atau
diajarkan dalam praktik gerakan ini, yaitu sebagai berikut :

a.Semua objek peribadatan selain allah adalah palsu dan siapa saja yang
melakukannya harus menerima hukuman mati atau dibunuh.

4
Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin Abdul Wahab
dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 12-13

IX
b. Orang yang berusaha memperoleh kasih tuhannya dengan cara mengunjungi
kuburan orangorang suci bukanlah orang orang yang bertauhid, tetapi termasuk
orang musyrik.

c.Bertawassul kepada nabi dan orang saleh dalam berdoa kepada allah termasuk
perbuatan syirik.5

D. Pertumbuhan wahabi di Indonesia

Gerakan wahabi masuk ke indonesia, menurut beberapa sejarawan,


dimulai pada masa munculnya gerakan padri sumatera barat pada awal abad xix.
Beberapa tokoh minangkabau yang tengah melaksanakan ibadah haji melihat
kaum wahabi menaklukkan mekah dan madinah yang pertama pada tahun 1803-
1804. Abna. (2012). mereka sangat terkesan dengan ajaran tauhid dan syariat
wahabiyah dan bertekat menerapkannya apabila mereka kembali ke sumatera.
Tiga di antara mereka adalah haji miskin, haji sumanik, dan haji piobang. Jejak
gerakan Wahabi (Salafi) di Indonesia sebenarnya sudah ada pada abad ke 18
dengan corak ragam yang berbeda-beda dalam cara dan bentuknya sesuai dengan
perbedaan kemampuan tokoh-tokohnya serta lingkungan dimana mereka berada,
namun demikian gerakan-gerakan tersebut menuju satu sasaran yang sama dan
berjuang dibawah satu semboyan yaitu kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah
serta kembali ke jalan kaum Salaf. Karena itu, sebagian orang menamakan
gerakan-gerakan tersebut dengan nama gerakan Salafiah. Hisyam (2013) Gerakan
Wahabi (Salafi) di Indonesia dimulai dengan kelahirannya di Sumatera, salah satu
lima pulau terbesar di Indonesia, pada tahun 1802 atas inisiatif beberapa orang
Haji dari umat Islam di pulau Sumatera tersebut yang kembali dari Mekkah yang
setelah mereka disana mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Wahabi (ini
nama yang diberikan olehpara penentangnya), merekapun merasa puas akan
kebenaran Dakwah Wahabi (Salafi) dan mengikutinya. Pada tahun 1905,
penyebaran ajaran Wahabi diperkuat oleh datangnya Ahmad Surkati ,ulama
Wahabi keturunan Arab-Sudan. Melihat perlawanan yang cukup keras dari

5
Muhammd bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid (t.t. Rabwah,
t.th.) h.112

X
mayoritas penganut Ahlussunnah Wal Jamaah, terlebih setelah berdirinya
Nahdlatul Ulama pada 1926 yang diprakarsai Hasyim Asy’ari, penyebaran ajaran
Wahabiyah lebih condong dilakukan melalui jalur pendidikan, dengan mendirikan
sekolah-sekolah semi modern.Menurut Ensiklopedi Islam, meski sempat melemah
di Arab Saudi, ajaran Wahabi justru telah tersebar luas ke berbagai negara seperti
India, Sudan, Libya serta ke Indonesia. Penyebaran aliran Wahabi ke wilayah
Nusantara dibawa oleh para haji yang baru pulang menunaikan rukun Islam
kelima di Tanah Suci. Salah satunya melalui kaum Padri di Minangkabau yang
dikembangkan tiga tokoh. ketiga tokoh yang tertarik dengan ajaran Wahabi itu
adalah Haji Miskin dari Lu(h)ak Agam, Haji Abdur Rahman dari Piobang, bagian
dari Lu(h)ak Limah Puluh Kota, dan Haji Muhammad Arief dari Sumanik,
Batusangkar. Arief (2012)

E. Gerakan Wahabi Di Indonesia

Gerakan Islam di Indonesia yang baru-baru ini muncul sebagai ajaran


Salafi banyak sekali ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Gerakan Salafi
tersebut saat ini banyak dipengaruhi oleh gerakan Islam dari Timur-Tengah, yang
sering dinamai oleh sebagian masyarakat sebagai ajaran atau gerakan Wahabi.
Selain itu juga sering dinamai kelompok garis keras di Indonesia yang berbeda
dari ormas-ormas Islam moderat seperti Muhammadiyah dan NU. Dalam
beberapa tahun terakhir sejak kemunculanya, gerakan Wahabi telah berhasil
mengubah wajah Islam Indonesia mulai menjadi agresif, bringas, intoleran dan
penuh kebencian. Padahal selama ini Islam Indonesia dikenal lembut, toleran dan
penuh kedamaian. 6

Islam di Indonesia sendiri dari awal kedatanganya bukanlah islam yang


keras dan menginginkan segala sesuatu berdasarkan eksplisit liiterarure Al-
Quaran dan Hadits, melainkan Islam yang masih melihat kondisi dan kebudayaan
masyarakatnya, dengan begitu Islam mudah dan diterima di Indonesia. Berbeda
dengan aliran Wahabi yang dari awal kedatanganya memang sudah keras dan kak,

6
Abdur Rahman Wahid, Ilusi Negara Islam EKspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia,
(Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 21.

XI
sehingga menjadi ancaman dan kecemasan tersendiri bagi ajaran yang sudah ada
di Indonesia. Apalagi aliran yang sudah ada sebelumnya sangatlah tidak bisa
disejajarkan dengan ajaran Wahabi, karena memang keduanya adalah aliran yang
bukan dari imam atau tokoh yang sama, sehingga banyak sekali perbedaan-
perbedaan mulai dari pemikiran, ilmu pengetahuan sampai dengan landasan
agama yang sangat berbeda dari keduanya.

Kebiasaan buruk dari gerakan Wahabi adalah menganggap setiap muslim


yang berbeda dari mereka sebagai kurang Islami, atau bahkan kafir dan murtad,
maka mereka melakukan berbagai cara untuk menyebarkan ajaran ke masjid-
masjid, lembaga-lembaga pendidikan, instansi-instansi pemerintah maupun
swasta, dan ormasormas Islam moderat, terutama Muhammadiyah dan NU, untuk
mengubahnya menjadi keras dan kaku juga. Mereka mengklaim memperjuangkan
dan membela Islam, padahal yang dibela dan diperjuangkan adalah pemahaman
yang sempit dalam bingkai idiologis dan platform ajaran mereka, bukan islam itu
sendiri. Mereka berusaha keras menguasai Muhammadiyah dan NU karena
keduanya merupakan ormas Islam yang kuat dan banyak pengikutnya. Selain itu
kelompok ini menganggap NU dan Muhammadiyah sebagai penghalang utama
pencapaian ajaran mereka.7

Strategi utama gerakan Wahabi dalam usaha membuat umat Islam menjadi
radikal dan keras adalah dengan berusaha meminggirkan dan memusnahkan
bentuk-bentuk pengalaman Islam yang lebih toleran yang telah lebih lama ada dan
dominan di berbagai belahan dunia muslim. Mereka berusaha keras melakukan
penerobosan ke berbagai bidang kehiduan umat Islam, baik melalui cara-cara
halus hingga yang kasar dan keras.

F. Dampak Dari Gerakan Wahabi Di Indonesia

Awalnya, oleh banyak kalangan, gerakan ini dianggap sebagai pelopor


kebangkitan pemikiran di dunia Islam, antara lain gerakan Mahdiyah, Sanusiyah,
Pan Islamisme-nya Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh di Mesir dan
gerakan lainnya di benua India. Namun para penerusnya kelihatan lebih

7
15Ibid., 23

XII
mengkhususkan diri kepada bentuk penghancuran bid'ah-bid'ah yang ada di
tengah umat Islam. Bahkan hal-hal yang masih dianggap khilaf, termasuk yang
dianggap seolah sudah bid'ah yang harus diperangi. Mungkin memang sebagian
umat Islam ada yang merasakan arogansi dari kalangan pendukung dakwah
Wahabiyah ini. Majannai (2011).

Gerakan Wahabi di Indonesia dicurigai membawa misi untuk


menghancurkan dan menguasai, baik teritori maupun ekonomi. Di Indonesia tak
hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk
ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir
rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu
mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi). Selain itu, menurut arsyadal
(2012) Misi dari gerakan wahabi sebenarnya yaitu memecah umat islam. Dalam
sepak terjangnya, wahabi berkilah dengan segala cara. Hadits dimanipulasi, kitab-
kitab ahlus sunnah banyak yang dirubah, semua itu sebenarnya tak lain lagi hanya
untuk menyokong gerakan mereka. Namun kami selalu yakin bahwa akan selalu
ada generasi ahlus sunnah wal jama'ah yang akan mampu mengoyak dan
membongkar kedok mereka, menerobos tembok-tembok muslihat mereka dengan
hujjah yang tak terbantahkan. Orang yang taqlid kepada madzhab di hukumi kafir.
Orang ziarah kubur dibilang kafir. Tawassul syirik. Istighotsah juga syirik. Ini
kafir dan itu kafir. Intinya, yang tidak sefaham dengan wahabi, dibilang kafir dan
halal darahnya. Bahkan, dalam rangka me-naik daun-kan gerakannya, mereka tak
segan-segan mengatakan bahwa sayyidah hawa, ibu seluruh manusia adalah
musyrik. Mereka juga mengatakan bahwa sahabat nabi, ibnu abbas R.A adalah
sesat. Semua doktrin atau ajaran wahabi ahirnya menimbulkan banyak
pertumpahan darah, karena gerakan ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang
bersifat musyrik dan bid’ah harus diberantas atau dibunuh. Seperti yang terjadi di
Indonesia, banyak kasus pengeboman yang disebabkan oleh salah satu dari
golongan wahabi. Wahabi menciptakan terorisme yang menggunakan label islam.
Salah satunya ialah peristiwa bom Bali yang terjadi pada 12 oktober 2002 yang
dilakukan Amrozi. Tujuan Amrozi melakukan ialah untuk memberantas
kemaksiatan yang ada di pantai kuta, bali.Namun dia melakukan usaha yang

XIII
sangat bertentangan dengan agama islam yaitu pembunuhan yang mengakibatkan
banyak manusia yang tidak berdosa ikut menjadi korban. Penyabab dari
pengeboman itu adalah hasutan dari kelompok wahabi, bahwa memberantas
kemaksiatan adalah diwajibkan. Tetapi alirah wahabi salah dalam menafsirkannya
sehingga berakibat pertumpahaan darah. 8

Sejarah perkembangan gerakan Wahabi di dunia Arab mempunyai asal


muasal yang dikenal dengan gerakan Salafiah klasik yang dirintis oleh Ibnu
Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziyah, sehingga dalam konteks sejarahnya
salafisme yang awalnya murni keilmuan dan a-politis kemudian menjadi sebuah
gerakan politis karena dipengaruhi oleh faham wahabisme yang dibangun oleh
Muhammad Ibnu Abdul Wahhab. Wahabisme merupakan isu yang senantiasa
hangat untuk diperdebatkan dalam arena global sampai saat ini. Gerakan ini juga
merupakan sempalan dari gerakan fundamentalisme Islam yang berada pada
posisi Islam kanan atau Islam garis keras (radikalisme Islam).Dalam sejarahnya,
gerakan Wahabi berkembang di dunia Arab seperti Mesir, Iran,Arab Saudi, dan
bahkan sampai ke Indonesia yang masyarakatnya majemuk dan mayoritas Islam.
Sejalan dengan gerakan-gerakan Islam lokal atau nasional di Indonesia,gerakan
Wahabi mempunyai pengaruh besar terhadap persoalan sosial
keagamaan,ekonomi, dan bahkan politik yang ada Indonesia. Kasus ini sangat
menarik untuk dikaji terkait dengan sejarah gerakan Wahabi di dunia Arab dan
sejarah penyebarannya ke Indonesia terutama respon ormas-ormas Islam
Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU),Muhammadiyah, Haizbut Tahrir
Indonesia (HTI), al-Irsyad dan seterusnya yang begitu menantang bagi penulis
untuk mengkaji lebih dalam.Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan Sosio-Historis,sedangkan teori yang digunakan adalah teori
evolusi dan teori Challenge and Response.Teori evolusi merupakan suatu teori
yang berkembang bermula dari tingkat sederhana yang selalu berkembang di
masyarakat, challenge merupakan tantangan dari perkembangan sebuah Gerakan
Wahabi, sedangkan response merupakan reaksi budaya dan pemikiran baru yang
digunakan untuk menjawab sebuah persoalan dan tantangan yang ada. Sebagai
8
Diposkan oleh tijani rajh di 02.54

XIV
penunjang dari penelitian ini, penulis memakai metode pemikiran Karl Jaspers
yang menyatakan bahwa suatu peristiwa (event) atau kejadian sejarah harus
ditentukan oleh man, time, dan place, sehingga penelitian ini dapat menjadi
sempurna sesuai dengan perangkat analisis yang ada. Hasil dari penelitian ini
berbentuk analisis sejarah tentang akar gerakan Wahabi di dunia Arab dan proses
penyebarannya ke Indonesia melalui teori challenge and response yang
merupakan akhir penelitian ini sebagai kontribusi pemikiran. Pada bab IV
merupakan hasil aplikasi dari teori evolusi dan teori Challenge and Response
dengan menganalisis problem historis gerakan Wahabi, karena muncul
ketegangan yang awal mulanya a-politis menjadi politis khususnya di Arab Saudi.

Masuknya ke Indonesia dimulai sejak terjadinya gerakan Paderi di


Sumatra Barat,sedangkan problem historis gerakan Wahabi di Indonesia
merupakan tantangan tersendiri hadirnya Wahabisme yang mengundang pro dan
kontra, karena dapat mengancam kebudayaan Indonesia. Respon ormas-ormas
Islam seperti Muhammadiyah yang juga menentang bid’ah dan khurafat, tetapi
tidak terlalu ekstrim memahami al-Qur’an dan Sunnah, NU mendukung jargon
kembali kepada al-Qur’an dan Sunnah, tetapi ia tetap mempertahankan tradisi,
HTI cenderung lebih ekstrim dengan usaha mereka mendirikan khilafah Islamiyah
di Indonesia begitu juga al-Irsyad, tetapi ia lebih pada misi-misi dakwah
keislaman dan pendidikan.

G. Bid’ah Wahabi

Kaum Wahabi selalu mempunyai pandangan yang berbeda dengan ulama


yang menjadi panutan mayoritas kaum muslimin, termasuk di dalam persoalan
Bid’ah. Perbedaan itu tidak lepas dari perbedaan perspektif masing-masing
tentang makna dan hakikat Bid’ah.9

9
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali,) (Surabaya: Khalista, 2008), 69.

XV
Bid’ah menurut bahasa adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa mengikuti
contoh sebelumnya, yang dimaksud disini adalah sesuatu yang dikerjakan tanpa
didahului pengakuan syara’ melalui al-Quran dan Sunnah.

Secara umum para ulama membagi Bid’ah menjadi dua: yaitu Bid’ah
Hasanah (Bid’ah yang baik) dan bid’ah Madzmumah (bid’ah yang tercela).

Pertama, Bid’ah Hasanah yaitu Bid’ah yang sesuai dengan sunnah Rasul
dan di hukumi terpuji. Dalam hal ini al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris
al-Syafi’i yang di ikuti oleh mayoritas Ahlussunnah Wal-Jamaah di dunia Islam
berkata:

“Bid’ah (muhdatsat) ada dua macam; pertama, sesuatu yang menyalahi


Al-Quran dan Sunnah atau ijma’, dan itu disebut Bid’ah dhalalah (tersesat).
Kedua, sesuatu yang baru dalam kebaikan yang tidak menyalahi Al-Quran,
Sunnah dan ijma’ dan itu disebut Bid’ah yang tidak tercela”. (Al-Baihaqi,
Munaqib al-Syafi’i).10

Bid’ah Hassanah ini meliputi sesuatu yang baik dan terpuji yang menurut
kaum Wahabi sesuatu ini di sebut Bid’ah Madzmumah karena tidak ada di zaman
Rasulallah namun berbeda dengan para

ulama Ahlusunnah Wal-Jamah yang berpendapat bahwa meskipun Bid’ah


Hasanah ini tidak ada di zaman Rasulallah namun di anjurkan karena terdapat
beberapa ayat Al-Quran yang mendukung dan pernah di sampaikan oleh
Rasulallah sebelumnya.

Contoh dari Bid’ah hassanah seperti, tradisi ngapeti atau mitoni, yaitu
upacara selamatan ketika kehamilan menginjak empat bulan atau tujuh bulan.
Upacara tersebut dilakukan dengan tujuan agar janin yang didalam kandungan
lahir dengan keadaan sehat dan menjadi anak yang saleh.

Dalam Al-Quran dijelaskan ketika nabi Ibrahim mendoakan anak cucunya


yang belum lahir.

10
Muhammad Idrus Ramli, Membedah Bid’ah & Tradisi: Dalam Perspektif Ahli Hadists & Ulama
Salafi (Surabaya: Khailista, 2010), 3.

XVI
“Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada
engkau dan jadikanlah di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada
engkau (Qs. Al Baqoroh 128).

Kedua, Bid’ah madzmummah yaitu Bid’ah yang sesat atau tercela. Secara
umum para ulama’ membagi Bid’ah madzmumah ini menjadi dua, yaitu Bid’ah
dalam poko-pokok agama (ushul al-din) dan Bid’ah dalam cabang-cabang agama
(furu’ al-din).11

Bid’ah dalam ushul al-din yaitu Bid’ah yang menyalahi akidah sahabat
nabi, Bid’ah ini juga disebut Bid’ah dholalah (sesat).

19Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan


Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya: Khalista, 2008),
112.

Seperti bid’ah Qodariyah, Jabariyah, Khawarij dan pendapat alam yang


tidak ada permulaanya.

Sedangkan Bid’ah furu’ al-din yaitu Bid’ah dalam amaliyah fiqih seperti
penulisan pada huruf (‫( ص‬pada penulisan nabi dan tayamumnya seseorang ke
sajadah dan bantal yang tidak ada debunya.12

BAB III
11
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya: Khalista, 2008), 112.

12
Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan Kiai NU
Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya: Khalista, 2008), 116

XVII
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kepada ummat


Muslim agar kembali kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, berpegang teguh
kepada al-Quran dan sunnah Nabi, mengamalkan tauhid dengan semurni-
murninya tanpa ada tamzil serta menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah.

2. Gerakan Muhammad bin Abdul Wahab pada tahun 1740 M dia mulai
mengajar dengan mengadakan halaqah dan dari sana dia mempropagandakan
prinsip-prinsip pemurnian di wilayah Nejed. Perkembangan gerakan Muhammad
bin Abdul Wahab pada saat beliau diusir oleh penguasa Unaynah, (Ustman).
Muhammad bin Abdul Wahab akhirnya pindah ke kota duriyyah (dar’iyyah)
kejadian ini justru menjadi awal sesungghnya dari tersebarnya ajaran-ajarannya
dan menjadi sebuah gerakan besar karena setelah kejadian itu Muhammad bin
Abdul Wahab disambut baik oleh penguasa daerah tersebut yakniMuhammad Ibn
Sa‘ud, penguasa kota itu, yang kemudian diperkuat dengan perkawinannya yang
lain. Aliansi ini terbukti permanen, yang melahirkan suatu entitas politik yang
selama bertahun-tahun dapat disebut secara bergantian sebagai Saudi atau Wahab

3. Dampak dari teologi Muhammad bin Abdul Wahab di Indonesia


memiliki dua dampak yakni dampak positif dan negatif.

a. Dampak positife Umat muslim yang tadinya cara mengamalkan tauhid


belum sempurna dikarenakan tercampur baurnya syariat Islam dengan Adat,
gemar melakukan perbuatan tahayyul, bid’ah dan kurafat (TBC), minum-
minuman keras, sabung ayam serta mengkultuskan para wali tarekat berubah
menjadi meninggalkan perbuatan dosa itu.

b. Dampak negatif Dengan hadirnya teologi ini di Indonesia terjadi perang


saudara, dan polemik yang berkepanjangan dikarenakan kurang saling memahami
perbedaan yang ada.

DAFTAR PUSTAKA

XVIII
Muhammd bin Abdul Wahab, Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid
(t.t. Rabwah, t.th.) h. 5

Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh Muhammad bin
Abdul Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 11

http://www.e Ja’far Subhani, Wahabism, terj. Arif M dan Nainul Aksa, Syekh
Muhammad bin Abdul Wahab dan Ajarannya (Cet. I; Citra, 2007), h. 12-13

-fatwa.gov.my/blog/pandangan-mengenai-golon Muhammd bin Abdul Wahab,


Kitab Tauhid, terj. M. Yusuf Harun, Kitab Tauhid (t.t. Rabwah, t.th.) h.112
gan-wahabi

Abdur Rahman Wahid, Ilusi Negara Islam EKspansi Gerakan Islam Transnasional
di Indonesia, (Jakarta: The Wahid Institute, 2009), 21.

15Ibid., 23

Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan


Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali,) (Surabaya:
Khalista, 2008), 69.

Muhammad Idrus Ramli, Membedah Bid’ah & Tradisi: Dalam Perspektif Ahli
Hadists & Ulama Salafi (Surabaya: Khailista, 2010), 3.

Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan


Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya:
Khalista, 2008), 112.

Tim Bahtsul Masail PC NU Jember, Membongkar Kebohongan Buku: “Mantan


Kiai NU Menggugat Sholawat & Dzikir Syirik” (H. Mahrus Ali) (Surabaya:
Khalista, 2008), 116

XIX

Anda mungkin juga menyukai