Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH ILMU KALAM

(Pemikiran kalam aliran wahabiyah)

Untuk Memenuhi Tugas Mata Ilmu Kalam

Dosen Pengampu :

Mu’tasim Billah S.Pd.I, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 9 :

Mukhammad Muchlis ( 2177011846 )

Syahrul Romadhon (2177011915)

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MA’HAD ALY AL-HIKAM MALANG

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................1
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................2
A. SEJARAH LAHIRNYA ALIRAN SALAFI WAHABI.................................................2
B. DOKTRIN-DOKTRIN ALIRAN WAHABI..................................................................4
C. TOKOH SALAFI WAHABI DI INDONESIA..............................................................5
D. HADIST-HADIST NABI TENTANG ALIRAN SALAFI-WAHABI...........................7
BAB III PENUTUP..................................................................................................................11
A. KESIMPULAN.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................12

i
BAB I PENDAHULUAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini muncul badai yang kencang, fitnah yang membutakan dihadapan generasi muda
yang lurus, menggoyahkan keteguhan mereka, para da’i dan ulama’nya. Itu semua
disebabkan oleh beberapa persoalan yang masih diperselisihkan dan merupakan tempat
berijtihad. Sehingga akibatnya membenarkan kesalahan dan kekeliruan mereka sendiri tanpa
ada pertimbangan, karena ingin pamornya terangkat, iri, dan dengki. Sungguh, hampir
seluruh sifat dan perkataan tercela menimpa diri mereka, kami berlindung kepada Allah dari
perbuatan ini. Meraka menampakkan diri dihadapan manusia dengan penampilan seolah-olah
mencuplik ilmu para ulama’ dan mutiara orang-orang bijak. Tampak dengan pakaian
kebesaran dalam peribadatan yang menipu, mereka beralasan ini adalah sebuah nasihat dan
kritik yang membangun serta untuk meluruskan kesalahan. Akan tetapi sebenarnya adalah
celaan dan hinaan, sehingga mereka pun tersesat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Sejarah lahirnya Aliran Salafi Wahabi ?


2. Apa Doktrin-doktrin Aliran Salafi Wahabi ?
3. Siapakah Tokoh-tokoh zaman dahulu dan sekarang beserta ideologinya ?
4. Apa hadist-hadist nabi tentang aliran Salafi Wahabi ?

C. TUJUAN MASALAH

1. Untuk mengetahui sejarah lahirnya Aliran Wahabi.


2. Untuk mengetahui doktrin-doktrin Aliran Wahabi.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh zaman dahulu dan sekarang beserta ideologinya.
4. Untuk mengetahui hadist-hadist nabi tentang aliran salafi-wahabi

1
BAB II PEMBAHASAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. SEJARAH LAHIRNYA ALIRAN SALAFI WAHABI

Kata salafi adalah sebuah bentuk penisbatan kepada as-Salaf. Kata as-Salaf sendiri secara
bahasa bermakna orang-orang yang mendahului atau hidup sebelum zaman kita. Adapun
makna terminologi adalah generasi yang dibatasi oleh sebuah penjelasan Rasulullah SAW
dalam hadistnya, “ Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) dimasaku, kemudian yang
mengikuti mereka (tabi’in), kemudian yang mengikuti mereka (tabi’ at-tabi’in)” (HR.
Bukhori dan Muslim).

Pada hakikatnya mereka bukanlah salafi atau para pengikut salaf. Mereka lebih tepat
disebut Salafi Wahabi. Wahabi berganti baju menjadi salafi atau terkadang Ahlussunnah —
yang seringnya tanpa diikuti dengan kata wal Jama’ah. Hal ini diungkapkan oleh Sa’id
Ramadhan al-Buthi : “Wahabi mengubah strategi dakwahnya dengan berganti nama menjadi
salafi karena mengalami banyak kegagalan dan merasa tersudut dengan panggilan nama
Wahabi yang dinisbatkan kepada pendirinya. Adapun awal mula munculnya salafi sebagai
istilah adalah di Mesir, setelah usainya penjajahan Inggris. Tepatnya, saat muncul gerakan
pembaruan Islam yang dipimpin oleh Jamaluddin al-Afghoni dan muridnya, Muhammad
Abduh, diakhir abad ke-19 Masehi, yang terkenal dengan gerakan Pan Islamisme. [1]

Istilah salaf mempunyai dua pengertian :

1. Aspek Qudwah (keteladanan). Artinya, tiga generasi pertam Islam yang disebut
sebagai al-Qurun al-Mufadholah (tiga generasi mulia).
2. Aspek Manhaj (metode). Artinya salaf tidak terbatas pada tiga generasi utama saja,
namun juga mencakup setiap muslim yang mengikuti manhaj mereka sampai hari
akhir nanti. Maka ia bisa disebut sebagai salaf.[2]

Di Indonesia Salafi dan Salaf memiliki dua pengertian yang berbeda. Salaf yaitu
kelompok, pesantren atau ormas Islam yang kental dengan nilai-nilai tradisional lokal dan
klasik. Berpegang teguh pada al-Qur’an dan as-Sunnah serta bermanhaj Ahlussunnah Wal
Jamaah. Sedangkan Salafi adalah kelompok, pesantren atau ormas Islam yang berpaham
Salafi (Wahabi) yang juga berpegang pada al-Qur’an dan as-Sunnah.

2
Aliran Wahabiyah ini dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman an-
Najdi (1115 – 1206 H/1703 – 1792 M). Ia wafat diusia yang sangat tua, dengan umur 91
tahun. Ia belajar ilmu agama dasar bermadzhab Hanbali dari ayahnya yang juga seorang
qodhi. Pengetahuan agamanya kurang memadai, karena dia belajar ilmu agama hanya dari
segelintir guru, termasuk ayahnya yang sangat minim dan terputus-putus. Sebelum
bersekongkol dengan keluarga Saud dan Inggris untuk memberontak dari kekhalifahan Turki
Ustmani, dia layaknya ustadza kampung yang tidak menonjol, biasa-biasa saja dan bahkan
tidak diperhitungkan. Selain itu dia gemar membaca berita dan kisah-kisah para pengaku
kenabian. Sejak masa studinya yang singkat itu, telah tampak darinya gelagat penyimpangan
yang besar.

Pada tahun 1143 H, Muhammad bin Abdul Wahab mulai menampakkan dakwahnya
terhadap aliran barunya itu, akan tetapi ayahnya bersama para masyayikh dan guru-guru
besar disana berdiri tegak menghalau kesesatannya. Mereka membongkar kebatilan ayahnya,
sehingga dakwahnya tidak berlaku. Barulah ketika ayahnya wafat pada tahun 1153 H, ia
mulai leluasa untuk kembali menebar dakwahnya. Atas kehadiran aliran sempalan ini,
masyarakat Huraimila bengkit dan hampir-hampir membuat ia terbunuh. Kemudian ia
melarikan diri ke kota ‘Uyainah. Disana ia merapat kepada emir (penguasa, walikota) kota
tersebut untuk menikahi gadis dari salah seorang kerabatnya. Namun tidak lama kemudian,
masyarakat Uyainah keberatan dengan ajakannya sehingga mengusirnya. Lalu ia pergi dan
menuju Dir’iyah disebelah timur kota Najd — sebuah daerah yang dahulu didiami oleh para
pengaku Nabi dan dari kota itu para murtadin berusaha menyerang kota Madinah sepeninggal
Nabi SAW. Dikota tersebut, ia mendapat dukungan penuh dari emirnya yaitu Muhammad bin
Sa’ud, sehingga warga masyarakat disana pun menyambut ajarannya dengan hangat. Saat itu,
ia bertingkah seperti mujtahid agung. Ia tidak pernah menhiraukan pendapat para imam dan
ulama’ terdahulu, maupun sezaman dengannya. [3]

Nama yang dipakai oleh golongan Wahabiyah sendiri ialah “golongan Muwahhidin”
(Unitarians) dan metodenya mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW. Mereka menganggap
dirinya golongan Ahlussunnah, yang mengikuti pikiran-pikran Imam Ahmad bin Hanbal
yang ditafsirkan oleh Ibnu Taimiyah. [4]

Wahabisme atau ajaran Wahabi muncul pada pertengahan abad 18 di Dir’iyyah


sebuah dusun terpencil di Jazirah Arab, di daerah Najd. Ibn Abdul Wahhab adalah

3
seorang mubaligh yang fanatik, dan telah menikahi lebih dari 20 wanita (tidak lebih dari 4
pada waktu bersamaan) dan mempunyai 18 orang anak. [5]

Kemudian pada tahun 1125 H / 1713 M, dia terpengaruh oleh seorang


orientalis Inggris bernama Mr. Hempher yang bekerja sebagai mata-mata Inggris di Timur-
Tengah. Sejak itulah dia menjadi alat bagi Inggris untuk menyebarkan ajaran barunya. Inggris
memang telah berhasil mendirikan sekte-sekte bahkan agama baru di tengah umat Islam
seperti Ahmadiyah dan Baha’i. Bahkan Muhammad bin Abdul Wahab ini juga termasuk
dalam target program kerja kaum kolonial dengan alirannya Wahabi.

Mulanya Muhammad bin Abdul Wahab hidup di lingkungan sunni pengikut madzhab
Hanbali, bahkan ayahnya Syaikh Abdul Wahab adalah seorang sunni yang baik,
begitu pula guru-gurunya. Namun sejak semula ayah dan guru- gurunya mempunyai firasat
yang kurang baik tentang dia bahwa dia akan sesat dan menyebarkan kesesatan.
Bahkan mereka menyuruh orang-orang untuk berhati- hati terhadapnya. [6]

Aliran Wahabi merupakan sebuah gerakan separatis yang muncul pada masa
pemerintahan Sultan Salim III (1204-1222 H). Gerakan ini berkedok memurnikan
tauhid dan menjauhkan umat manusia dalam kemusyrikan. Muhammad bin Abdul Wahhab
dan para pengikutnya menganggap bahwa selama 600 tahun umat manusia dalam
kemusyrikan dan dia datang sebagai mujaddid yang memperbaharui agama mereka.
Gerakan wahabi muncul melawan kemampuan umat Islam dalam masalah akidah dan
syari’ah, karenanya gerakan ini tersebar dengan peperangan dan pertumpahan darah.
Dengan dukungan hijaz bagian timur yaitu raja Muhammad bin Saud raja ad Dir’iyah,
pada tahun 1217 H Muhammad bin Abdul Wahhab bersama pengikutnya menguasai
Thaif setelah sebelumnya mereka membunuh penduduknya, tidak ada yang selamat
kecuali beberapa orang. Dari Thaif kemudian mereka memperluas kekuasaannya ke
beberapa kota seperti Makkah, Madinah, Jeddah dan kota-kota lainnya. Hingga pada
akhirnya pada tahun 1226 H, Sultan Mahmud Khan II turun tangan dengan
memerintahkan Raja Mesir Muhammad Ali Basya untuk membendung gerakan
Wahabi ini. Sampai akhirnya mereka dapat mengambil alih kota Thaif, Makkah, Madinah
dan Jeddah dari kekuasaan golongan Wahab. [7]

B. DOKTRIN-DOKTRIN ALIRAN WAHABI

Muhammad bin Abdul Wahhab telah membuat ajaran baru yang diajarkan kepada
pengikutnya. Dasar ajarannya ini adalah menyerupakan Allah dengan makhlukNya dan

4
meyakini bahwa Allah adalah benda yang duduk diatas ‘Arsy. Para ulama’ salaf bersepakat
bahwa barangsiapa yang menyifati Allah dengan salah satu sifat diantara sifat-sifat manusia
maka ia telah kafir. Sebagaimana hal ini ditulis oleh Imam al-Muhaddits ath-Thahawi (227-

321 H) dalam kitab aqidahnya yang terkenal dengan nama ( ‫ة‬ ‫) العقي دة الطحاوي‬, teks

pernyataannya adalah :

‫ومن وصف اهلل مبعىن من معاين البشر فقد كفر‬

“Barangsiapa mensifati Allah dengan salah satu sifat dari sifat-sifat manusia, maka ia telah
kafir”. [8]

Secara umum tujuan gerakan wahabi adalah mengikis habis segala bentuk takhayul,
bid’ah, khurafat dan bentuk-bentuk penyimpangan pemikiran dan praktik keagamaan umat
Islam yang dinilainya telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya. Ada beberapa yang
didoktrinkan atau diajarkan dalam praktik gerakan ini, yaitu sebagai berikut :

Semua objek peribadatan selain Allah adalah palsu dan siapa saja yang melakukannya
harus menerima hukuman mati atau dibunuh.

Orang yang berusaha memperoleh kasih tuhannya dengan cara mengunjungi kuburan
orang-orang suci bukanlah orang yang bertauhid, tetapi termasuk orang musyrik.

Bertawassul kepada Nabi dan orang saleh dalam berdoa kepada Allah termasuk
perbuatan syirik. [9]

C. TOKOH SALAFI WAHABI DI INDONESIA

Sejak awal tahun 1980-an, terjadi perkembangan dakwah yang agak berbeda di
Indonesia. Saat itu mulai berdatangan elemen-elemen pergerakan dakwah Islam dari luar
negeri ke Indonesia. Nama salafi secara khusus mulai populer di Indonesia pada tahun 1995
bersamaan dengan terbitnya Majalah Salafi yang dibidani oleh Ja’far Umar Thalib dkk.
Secara garis besar, faham Salafi di dunia ini terpecah menjadi dua faksi, yaitu Salafi Haraki
(salafi yang menerapkan sistem pergerakan atau organisasi) ada istilah yang kerap dipakai
untuk menyebutkan komunitas Salafi Haraki ini, yakni Surui atau Sururiyah. Dan Salafi
Yamani (salafi yang berafiliasi kepada syaikh-syaikh salafi di Yaman dan Saudi Arabia).
Salafi Haraki masuk lebih awal ke Indonesia, ketimbang Salafi Yamani. Tokoh perintis Salafi

5
Yamani adalah Ustadz Ja’far Umar Thalib yang kemudian hari menjadi Panglima Laskar
Jihad.

Gerakan di Sumatra Barat inilah akar sejarah faham Wahabi pertama lahir di tanah air yang
kemudian lebih dikenal dengan gerakan kaum padri, yang salah satu tokoh utamanya adalah
Tuanku Imam Bonjol. Gerakan ini sendiri berlangsung dalam kurun waktu 1803 hingga
sekitar 1832. Gerakan kaum padri tidak sepertyi Wahabi yang keras dan kaku, tetapi sudah
mengalami kulturisasi dengan budaya lokal, sehingga mudah diterima masyarakat. Diantara
motif yang melatarbelakangi mudahnya spirit pembaharuan Wahabi mudah diterima oleh
beberapa ulama’ Indonesia saat itu adalah medan dakwah nusantara yang berhadapan
langsung dengan ajaran animisme, dinamisme dan pengaruh Hindhu-Budha.

Salafi Haroki/Sururi tetap berpegang teguh pada doktrin-doktrin dasar Salafi, namun
tidak mengaharamkan politik. Tokoh utama gerakan ini sebagian besar adalah oposisi
pemerintah kerajaan Saudi Arabia, seperti Muhammad Surur bin Nayef bin Zainal Abidin.
Salafi Hiroki secara tegas menolak dan menentang modernisasi yang dianggap gagal dalam
memperbaiki kehidupan sosial, ekonomi & politik. Khususnya yang terjadi di negara-negara
muslim, bahkan sistem tersebut dipandang menjadi sumber kerusakan moral. Di Indonesia
banyak sekali kalangan Salafi yang mendapat gelar Sururiyah atau yang mempunyai
pandangan berbeda dengan Salafi Wahabi. Jadi tdak usah heran kalau kelompok Salafi ini
gemar Takfir, karena dikalangan mereka sendiri rentan bersebrangan dan berlawanan.

Demokrasi adalah sistem kafir yang tidak boleh diikuti oleh masyarakat Islam. Sitem
kedaulatan yang dipercaya oleh ulama’ Salafi Yamani bukan ditangan rakyat tetapi berada
ditangan Tuhan atau disebut dengan kedaulatan Ilahi. Orang-orang yang percaya kepada
kedaulatan rakyat dianggap telah kafir dan keluar dari Islam (syirik akbar). Pemikiran ulama’
Salafi Yamani tentang demokrasi sepaham dengan pemikiran politik dengan pemikiran Abul
A’la Al-Maududi, yakni kedaulatan rakyat yang terbebas dan dibawah pengawasan
kedaulatan Tuhan atau yang dikenal dengan Teo-Demokrasi.

Dalam hal relasi agama dan negara, ulama’ Salafi Yamani di Indonesia, menganggap
Islam tidak hanya sekedar agama yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tapi
merupakan suatu pola hidup yang sempurna, termasuk didalamnya urusan negara. Segala
urusan yang diterapkan dalam kehidupan umat Islam sepenuhnya sudah diatur oleh syari’at
Islam, sehingga tidak diperlukan sama sekali mengambil cara-cara Barat. Menurut

6
pengelompokan Dr. Musdah Mulia, pemikiran ulama’ Salafi Yamani dapat digolongakan
kedalam kelompok Tradisionalisme.[1]

Jagad pergerakan Islam Indonesia sekarang semakin diramaikan dengan hadirnya jama’ah
pergerakan baru yang juga secara perlahan mulai menanamkan pengaruhnya. Salah satu
gerakan Islam tersebut adalah yang menyebut diri mereka sebagai Salafi atau Salafiyyah.
Abu Abdillah Al-Thalibi memisahkan jama’ah Salafi di Indonesia menjadi dua kelompok
yaitu Salafi Yamani dan Salafi Haraki. Salafi Yamani lebih dikenal karena sifatnya yang
keras dibandingkan dengan Salafi Haraki yang cenderung moderat. Salah satu fatwa keras
yang dikeluarkan oleh Salafi Yamani adalah haramnya berpolitik. Para ulama Salafi Yamani
melarang jama’ahnya untuk memilih presiden dan pejabat di pemerintahan dalam pemilu,
serta menilai sesat saudara sesama muslim yang terlibat dalam pemilu dan politik. Namun di
sisi lain, para ulama Salafi Yamani mewajibkan pengikut-pengikutnya untuk mentaati
presiden dan pemerintah (dalam hal kebaikan dan bukan hal kemaksiatan), walaupun
presiden dan pemerintah tersebut dihasilkan dari cara-cara yang haram yaitu pemilu dan
demokrasi. Dari sinilah muncul kerancuan di dalam pemikiran ulama Salafi Yamani terhadap
politik.[2]

D. HADIST-HADIST NABI TENTANG ALIRAN SALAFI-WAHABI

Selain pernyataan para ulama’ dunia Islam dari berbagai madzhab yang menegaskan
bahwa aliran salafi-wahabi bukan bagian dari Ahlussunnah Wal Jama’ah, akan tetapi
termasuk bagian dari ahli bid’ah, aliran sesat dan neo-Khawarij, para ulama’ juga
menegaskan bahwa terdapat hadist shohih yang mengisyaratkan bahwa aliran Salafi-Wahabi
termasuk bagian dari aliran sesat, yaitu :

Waktu kemunculan mereka adalah di akhir zaman.

‫سيخرج قوم يف أخر الزمان أحدث األسنان سفهاء األحالم يقولون من خري قول الربية ال جياوز‬

‫إمياهنم حناجرهم ميرقون من الدين كما ميرق السهم من الرمية فأينما لقيتموهم فاقتلوهم فإن يف‬

‫قتلهم أج را ملن قتلهم ي وم القيام ة (رواه البخ اري ومس لم وأب و داود والرتم ذي وأمحد والنس ائ‬

. )‫وغريهم‬

7
“Diakhir zaman nanti akan keluar segolongan kaum muda usianya, bodoh cara berfikirnya,
mereka berbicara dengan sabda Rasulullah, namun iman mereka tidak sampai melewati
kerongkongan. Mereka keluar dari agama Islam seperti anak panah tembus keluar dari
(badan) binatang buruannya. Apabila kamu bertemu dengan mereka makan bunuhlah, karena
membunuh mereka mendapat pahala disisi Allah pada hari kiamat”.

Fragmen hadist tersebut menegaskan, bahwa sebagian kaum Khawarij ada yang
muncul pada masa-masa akhir zaman. Oleh karena itu bisa dibenarkan bila Salafi Wahabi
baru muncul pada abad ke-18 M/1200 tahun setelah masa Rasulullah SAW.

Usia kaum itu “berumur muda”, maksudnya usia pergerakan dakwahnya masih muda,
atau ajaran yang dibawanya adalah ajaran muda (baru) tidak sama dengan sekte-sekte
sebelumnya. Atau ilmunya sedikit dan belum matang. Atau cara berfikirnya pendek dan
sempit.

Cara berfikirnya seperti “orang bodoh”, seseorang dikatakan bodoh jika tidak dapat
menggunakan akalnya dengan baik, karena akal dapat difungsikan sebagai tolak ukur
kepandaian seseorang. Pada kenyataannya, Salafi Wahabi terlalu sempit dan kaku dalam
memahami dalil, sehingga sering berbenturan dengan dalil-dalil yang lain. Itu disebabkan
karena mereka sangat tekstual (harfiah) dalam menolak akal dan takwil.

“Berbiacaranya dengan sabda Rasulullah SAW namun iman mereka tidak sampai pada
kerongkongan”. Artinya, ucapannya hanya dimulut saja, tidak meresap dihati. Mereka
berdalil dengan al-Qur’an dan as-Sunnah, tetapi dalil-dalil yang mereka pergunakan hanya
sebatas dimulut, tidak direalisasikan dalam kehidupan nyata.

Mereka “keluar dari agama Islam seperti anak panah yang tembus keluar”. Mereka dihukumi
oleh Nabi sebagai orang yang telah keluar dari agama Islam (murtad) dan tidak pernah
kembali lagi.

“Bunuhlah mereka, karena membunuh mereka mendapat pahala disisi Allah”. Maksudnya
Nabi SAW memerintahkan umatnya untuk mencegah aksi dan ajaran mereka. [3]

Mereka muncul dari Najd : Negeri Sumber Fitnah & Kegoncangan bagi umat Islam.

8
‫قال رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم وأشار بيده حنو املشرق فقال ها إن الفنت من ها هنا إن الفنت‬

‫من هاهن ا إن الفنت من ه ا هن ا من حيث يطل ع ق رن الش يطان (رواه البخ اري والرتم ذي وأمحد‬

. )‫واللفظ له‬

“Rasulullah SAW bersabda sambil menunjuk ketimur Madinah, Sesungguhnya fitnah-fitnah


itu dari sana, Sesungguhnya fitnah-fitnah itu dari sana, Sesungguhnya fitnah-fitnah itu dari
sana, dimana muncul tanduk syetan”. (HR. Bukhori dan Ahmad, dengan lafadz darinya)

“Asal fitnah-fitnah itu datang dari sana”. Nabi SAW telah memberitahukan kepada umatnya
bahwa kemunculan fitnah-fitnah yang menerpa umatnya berasal dari arah timur. Bahkan,
para pembuat fitnah itu berasal dari kaum yang sama dengan dengan kaumnya pendiri
Wahabi, yaitu Bani Tamim.

Nabi SAW bersabda “sambil menunjuk ke timur”. Karena Nabi Muhammad SAW berada di
Madinah, berarti yang dimaksud adalah arah timur dari Madinah. Lebih tepatnya adalah
Najd.

“Puncak kekafiran berasal dari sana”. Terbuka kemungkinan bahwa yang dimaksud fitnah
besar atau puncak kekafiran itu adalah sekte Salafi Wahabi, karena mereka telah memporak-
porandakan persatuan umat Islam, membid’ahkan, mengkafirkan, membunuhi umat Islam,
memalsukan buku-buku dan lain-lain.

Dari Najd timbul “Qorn asy-Syaithon”. Ulama mengatakan bahwa yang dimaksud dengan
dua tanduk syetan itu tiada lain adalah Musailamah al-Kadzdzab dan Muhammad bin Abdul
Wahab. [4]

Ciri-ciri mereka bercukur (plontos), celana nggantung dan memecah belah umat.

‫ “خيرج ن اس من قب ل‬: ‫عن أيب س عيد اخلدري رض ي اهلل عن ه عن الن يب ص لى اهلل علي ه وس لم ق ال‬

‫املش رق ويق رؤون الق رأن ال جياوز ت راقيهم ميرق ون من ال دين كم ا ميرق الس هم من الرمي ة مث ال‬

‫ ويف صحيح مسلم‬. ‫يعودون فيه حىت يعود السهم إىل فوقه قيل ما سيماهم التحليق أو قال التسبيد‬

9
‫ (رواه البخاري ومسلم والنسائي‬. ”‫وصحيح ابن حبان فيهما زيادة ” خيرجون يف فرقة من الناس‬

. )‫وابن حبان وأبو داود وأمحد وغريهم‬

“Dari Abu Sa’id al-Khudriy ra dari Nabi SAW bersabda, : akan keluar dari araha timur
segolongan manusia yang membaca al-Qur’an namun tidak sampai melewati batas
kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama Islam seperti anahk panah tembus keluar
dari (badan) binatang buruannya. Mereka tidak pernah kembali sampai anak panah bisa
kembali kebusurnya. Ciri-cirinya adalah mencukur habis rambutnya atau gundul. Dalam
Shahih Muslim dan Shahih Ibnu Hibban ditambahkan kalimat “mereka keluar dalam
perpecahan manusia”.

“mereka tidak pernah kembali sampai anak panah kembali ke busurnya”. Ini menandakan
keras kepalanya mereka dan hanyutnya mereka dalam kesesatan, sehingga sangat sulit bagi
mereka untuk menerima kebenaran atau kembali kepada pangkuan Islam yang lurus.

Rambut kepala mereka gundul/plontos. Semasa hidupnya, dia telah memerintahkan


setiap pengikutnya untuk mencukur habis rambut kepalanya sebelum mengikuti fahamnya.
Ibnu Abdul Wahab mengklaim bahwa, orang-orang Islam masih dalam keadaan musyrik atau
kafir sebelum mengikuti ajaran yang dibawanya. Oleh karena itu, mereka semua harus
membersihkan sisa-sisa rambut kekafiran mereka itu dengan cara mencukurnya.

 Berpakaian menggantung.
 Pencela Nabi Muhammad SAW.
 Mereka keluar dari perpecahan manusia. Sejarah mencatat bahwa ajaran dia muncul
ketika umat Islam sedang terpecah-belah akibat penjajahan bangsa Barat terhadap
dunia Islam.[5]

10
BAB III PENUTUP

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Aliran Wahabiyah ini dinisbatkan kepada Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman
an-Najdi (1115 – 1206 H/1703 – 1792 M). Ia wafat diusia yang sangat tua, dengan umur 91
tahun.

Secara umum tujuan gerakan wahabi adalah mengikis habis segala bentuk takhayul,
bid’ah, khurafat dan bentuk-bentuk penyimpangan pemikiran dan praktik keagamaan umat
Islam yang dinilainya telah keluar dari ajaran Islam yang sebenarnya.

Diantara tokoh-tokoh Salafi International dan Indonesia adalah Saudi : Ibnu Fauzan, Ibnu
Utsaimin dkk (Komite Fatwa Tinggi Saudi), Yaman : Muqbil bin hadi al-Wad’i, Mesir :
Syarif Fuad Muhammad Hazza dll.

Indonesia dari aliran Salafi Sururi adalah Alumni LIPIA tingkatan pertama, Murid-murid
Muqbil bin hadi al-Wad’i, Murid-Murid Syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali dll.

Indonesia dari aliran Salafi Yamani adalah Ustadz Muhammad Umar as-Sewed (Ponpes
Dhiyaus Sunnah Cirebon), Ust. Askari (sudah bertaubat, aktif dakwah di Balik Papan
Kaltim), Ust. Muhammad Sarbini (sudah bertaubat, aktif dakwah di Muntilan Magelang).

Selain pernyataan para ulama’ dunia Islam dari berbagai madzhab yang menegaskan bahwa
aliran salafi-wahabi bukan bagian dari Ahlussunnah Wal Jama’ah, akan tetapi termasuk
bagian dari ahli bid’ah, aliran sesat dan neo-Khawarij, para ulama’ juga menegaskan bahwa
terdapat hadist shohih yang mengisyaratkan bahwa aliran Salafi-Wahabi termasuk bagian dari
aliran sesat

11
DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

[1] http://digilib.uin-suka.ac.id/4388/1/BAB%20I,V,%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf,
diakses pada tanggal 08 Juni 2015

[2] http://digilib.uin-suka.ac.id/4388/, diakses pada tanggal 08 Juni 2015.

[3] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, (Pustaka Pesantren : Yogyakarta,
2011), cet. ke-XVI, hlm.141.

[4] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, (Pustaka Pesantren : Yogyakarta,
2011), cet. ke-XVI, hlm. 146.

[5] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, (Pustaka Pesantren : Yogyakarta,
2011), cet. ke-XVI, hlm. 164.

[1] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, (Pustaka Pesantren : Yogyakarta,
2011), cet. ke-XVI, hlm. 23.

[2] Mut’ab bin Suryan Al-‘Ashimi, Beda Salaf Dengan Salafi, (Media Islamika : Solo, 2008)
cet. ke-3, hlm. 8.

[3] Mut’ab bin Suryan Al-‘Ashimi, Beda Salaf Dengan Salafi, (Media Islamika : Solo, 2008)
cet. ke-3, hlm. 35.

[4] A. Hanafi, Pengantar Teology Islam, (Pustaka Al-Husna : Jakarta, 1980) cet. Ketiga, hlm.
149

[5] http://tijaniagus.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html,
diakses pada tanggal 17 Maret 2015

[6] http://kabarislamia.com/2013/11/29/mengenal-ulama-wahabi-di-indonesia/, Diakses Pada


Tanggal 18 Maret 2015.

[7] Tim Aswaja NU Center PWNU, Risalah Ahlussunnah Wal-Jama’ah, (Surabaya : Khalista,
2012), hlm. 71.

[8] Ibid, hlm. 78

[9] http://tijaniagus.blogspot.com/2013/02/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html,
diakses pada tanggal 17 Maret 2015

12
13

Anda mungkin juga menyukai