di Dunia Islam
Aliran ini maju pesat setelah bekerjasama dengan kerajaan keluarga Saud di
Dir’iyyah-Saudi Arabia.
Pengertian Salafi
Salafy (Arab: سلفيSalafi) salah satu aliran dalam agama Islam yang mengajarkan
syariat Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan
syariat yang ada pada generasi Muhammad dan para sahabat, setelah mereka dan
orang-orang setelahnya.
Etimologi
Kata "Salaf" adalah kependekan dari "Salaf al-Ṣāliḥ" (Arab: الح%%)السلف الص, yang
berarti "terdahulu". Dalam terminologi Islam, secara umum digunakan untuk
menunjuk kepada tiga generasi terbaik umat muslim: Sahabat, Tabi'in, Tabi'ut
tabi'in. Ketiga generasi ini dianggap sebagai contoh bagaimana Islam dipraktikkan.
Awal penggunaan istilah Salafy yang muncul di dalam kitab Al-Ansab karangan
Abu Sa'd Abd al-Kareem al-Sama'ni, yang meninggal pada tahun 1166 (562 dari
kalender Islam). Di bawah untuk masuk dalam pemikiran al-Salafi ujarnya, "Ini
merupakan pemikiran ke salaf, atau pendahulu, dan mereka mengadopsi pengajaran
pemikiran berdasarkan apa yang saya telah mendengar.“
Salafy melihat tiga generasi pertama dari umat Islam, yaitu Muhammad dan
sahabat-sahabatnya, dan dua generasi berikut setelah mereka, Tabi'in dan Taba 'at-
Tabi'in, sebagai contoh bagaimana Islam harus dilakukan. Prinsip ini berasal dari
aliran Sunni, hadits (tradisi) diberikan kepada Nabi Muhammad:
1
Salafy umumnya menisbatkan kepada Mahdzab Imam Ahmad Bin Hambali dan
kemudian rujukan pemikiran Ibnu Taimiyah. maka Salafy masih dikategorikan
Ahlusunnah Wal Jama'ah .
Salafy juga terkadang digunakan untuk merujuk dengan paham Wahhabi meskipun
yang kedua lebih dapat dijelaskan sebagai sub-aliran, Penganut Salafy biasanya
menolak istilah ini karena dianggap bersifat merugikan karena mereka percaya
bahwa Muhammad ibn Abd al-Wahhab tidak mendirikan pengajaran agama baru
dalam pemikiran atau penggambaran diri.
Muhammad bin 'Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad
bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-
Najdi dilahirkan pada tahun 1115 H (1701 M) di kampung 'Uyainah (Najd), lebih
kurang 70 km arah barat laut kota Riyadh.
Beliau meninggal dunia pada 29 Syawal 1206 H (1793 M) dalam usia 92 tahun,
setelah mengabdikan diri selama lebih 46 tahun dalam memangku jabatan sebagai
menteri penerangan Kerajaan Arab Saudi .
Sejak kecil dididik dan ditempa jiwanya dengan pendidikan agama, oleh ayahnya,
Syeikh 'Abdul Wahab. Berkat bimbingan kedua ibu bapaknya, ditambah dengan
kecerdasan otak dan kerajinannya, Muhammad bin 'Abdul Wahab telah berhasil
menghafal al-Qur'an 30 juz sebelum berusia sepuluh tahu.
Setelah mencapai usia dewasa, Muhammad bin 'Abdul Wahab diajak oleh ayahnya
pergi ke tanah suci Mekah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima -
mengerjakan haji di Baitullah. Setelah itu ayahnya kembali ke kampungnya.
2
Adapun Muhammad, ia tidak pulang, tetapi tinggal di Mekah selama beberapa
waktu, kemudian berpindah pula ke Madinah untuk melanjutkan pengajiannya di
sana.
Di Madinah, beliau berguru pada dua orang ulama besar dan termasyhur di waktu
itu. Kedua-dua ulama terse-but sangat berjasa dlm membentuk pemikiran-nya,
yaitu Syeikh Abdullah bin Ibrahim bin Saif an-Najdi dan Syeikh Muhammad
Hayah al-Sindi .Selama berada di Madinah, beliau sangat prihatin menyaksikan
banyak umat Islam setempat maupun penziarah dari luar kota Madinah yang telah
melakukan perbuatan-perbuatan tidak senonoh dan tidak sepatutnya dilakukan oleh
orang yang mengaku dirinya Muslim.
Beliau melihat banyak umat yang berziarah ke maqam Nabi maupun ke maqam-
maqam lainnya untuk memohon syafaat, bahkan meminta sesuatu hajat pada
kuburan maupun penghuninya, yang mana hal ini sama sekali tidak dibenarkan
oleh agama Islam.
Di antara karya-karya ulama terdahulu yang paling terkesan dalam jiwanya adalah
karya-karya Syeikh al-Islam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah mujaddid besar abad ke
7 Hijriyah yang sangat terkenal. Gerakan ini memang terpengaruh dengannya
3
Pada tahun 1139H/1726M, bapanya berpindah dari 'Uyainah ke Huraymilah dan
dia ikut serta dengan bapanya dan belajar kepada bapanya. Tetapi beliau masih
meneruskan tentangannya yang kuat terhadap amalan-amalan agama di Najd. Hal
ini yang menyebabkan adanya pertentangan dan perselisihan yang hebat antara
beliau dengan bapanya yang Ahlussunnah wal jama'ah (serta penduduk-penduduk
Najd). Keadaan tersebut terus berlanjut hingga ke tahun 1153H/1740M, saat
bapanya meninggal dunia.
Kemerosotan dari sektor agama, terutama yang menyangkut aqidah sudah begitu
memuncak. Kebudayaan jahiliyah dahulu seperti taqarrub (mendekatkan diri) pada
kuburan (maqam) keramat, memohon syafaat dan meminta berkat serta meminta
diampuni dosa dan disampaikan hajat, sudah menjadi ibadah mereka yang paling
utama sekali, sedangkan ibadah-ibadah menurut syariat yang sebenarnya pula
dijadikan perkara kedua. Di mana ada maqam wali, orang-orang soleh, penuh
dibanjiri oleh penziarah-penziarah untuk meminta sesuatu hajat keperluannya.
Seperti misalnya pada maqam Syeikh Abdul Qadir Jailani, dan maqam-maqam wali
lainnya.
Melihat keadaan umat islam yang sudah melanggar akidah, ia mulai merencanakan
untuk menyusun sebuah barisan ahli tauhid (muwahhidin) yang diyakininya sebagai
gerakan memurnikan dan mengembalikan akidah Islam. Oleh lawan-lawannya,
gerakan ini kemudian disebut dengan nama gerakan Wahabiyah. Muhammad bin
Abdul Wahab memulai pergerakan di kampungnya sendiri, Uyainah.
Ketika itu, Uyainah diperintah oleh seorang Amir (penguasa) bernama Usman bin
Muammar. Amir Usman menyambut baik ide dan gagasan Syeikh Muhammad,
bahkan beliau berjanji akan menolong dan mendukung perjuangan tersebut.
Suatu ketika, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab meminta izin pada Amir
Uthman untuk menghancurkan sebuah bangunan yang dibina di atas maqam Zaid
bin al-Khattab. Zaid bin al-Khattab adalah saudara kandung Umar bin al-Khattab,
Khalifah Rasulullah yang kedua. Membuat bangunan di atas kubur menurut
pendapatnya dapat menjurus kepada kemusyrikan. Amir menjawab "Silakan... tidak
ada seorang pun yang dapat menghalang rancangan yang mulia ini
Tetapi beliau khuatir masalah itu kelak akan dihalang-halangi oleh penduduk yang
tinggal berdekatan maqam tersebut. Lalu Amir menyediakan 600 orang tentara
untuk tujuan tersebut bersama-sama Syeikh Muhammad merobohkan maqam yang
dikeramatkan itu.
4
Muhammad bin Abdul Wahab mengungsi
Kehidupannya di Dir'iyyah
Muhammad bin Suwailim menemui Amir Muhammad bin Saud untuk melaporkan
kedatangan Syeikh Abdul Wahab yang baru tiba dari Uyainah serta menjelaskan
maksud dan tujuannya kepada beliau.
Beliau berkata :"Ya Syeikh! Bergembiralah anda di negeri kami, kami menerima
dan menyambut kedatangan anda di negeri ini dengan penuh gembira. Dan kami
berjanji untuk menjamin keselamatan dan keamanan anda di negeri ini dalam
menyampaikan dakwah kepada masyarakat Dir'iyyah. Demi kejayaan dakwah
Islamiyah yang anda rencanakan, kami dan seluruh keluarga besar Ibnu Saud akan
mempertaruhkan nyawa dan harta untuk berjuang bersama-sama anda demi
5
meninggikan agama Allah dan menghidupkan sunnah RasulNya, sehingga Allah
memenangkan perjuangan ini, Insya Allah
Menyerukan dibukanya pintu ijtihad setelah lama tertutup sejak jatuhnya baghdad
pada tahun 656 H (1253M)
Kembali kepada al-Qr’an dan al-Sunnah serta tidak menerima persoalan apapun
tentang akidah yang tidak bersandar kepada dalil yang langsung dan jelas dari al-
Qur’an dan al-Sunnah.
Berpegang tegus pada mazhab ahlus Sunnah wal Jamaah dalam memahami dalil
dan berdasarkan kepadanya.
5. Menyeru kepada pemurnian arti tauhid dengan menuntut kepada umat Islam agar
mengembalikan tauhid kepada apa yang dipahami umat Islam pada masa awal
Islam.
6
6. Tauhid Asma’ wa Sifat ialah menetapkan asma’ was sifat-sifat Allah
sebagaimana telah ditetapkan-Nya untuk diri-Nya sendiri dan telah ditetapkan
pula oleh Rasul-Nya tanpa tamsil (Perumpamaan) takyif (pencocokan, dan ta’wil
(interpretasi).
دَى هللاُ َو ِم ْنهُ ْمWَوا الطَّا ُغوْ تَ فَ ِم ْنهُ ْم َم ْن هWWَُولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِ ْي ُكلِّ أُ َّم ٍة َرسُوْ الً أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هللاَ َواجْ تَنِب
WورةWW(س. َ ِّذبِ ْينWةُ ْال ُم َكWَانَ عَاقِبWWفَ َكWWا ْنظُرُوْ ا َك ْيWWَض فِ ْضالَلَةُ فَ ِس ْيرُوْ ا فِي األَر ْ ََّم ْن َحق
َّ ت َعلَ ْي ِه ال
.)36 النحل أية
Artinya : “dan sesungguhnya Kami telah mengutus dalam kalangan tiap-tiap umat
seorang rasul dengan memerintahkannya menyeru mereka, hendaklah kamu
menyembah Allah dan jauhilah taghut, maka di antara mereka yang menerima
seruan rasul itu, ada yang diberi hidayah petunjuk oIeh Allah dan ada pula yang
berhak ditimpa kesesatan, oleh itu mengembaralah kamu di bumi, kemudian
lihatlah bagaimana buruknya kesudahan umat-umat yang mendustakan rasul-
rasulNya”. Q.S al-Nakhl : 36
9. Menghancurkan berbagai bentuk bid’ah dan khurafat yang pada waktu itu
merajalela karena kebodohan dan kemunduran umat Islam, seperti :
A. Berziarah ke makam yang diyakini sahabat nabi Dhirar bin Azwar yang
dijadikan tempat meminta sesuatu.
B. Berziarah ke kuburan yang berkubah (bercungkup) yang diyakini itu
adalah makam Zaid bin al-Khattab.
Melarang amalan-amalan sufi yang dimasukkan dalam agama yang tidak ada
sebelumnya.
7
Menjelaskan bentuk-bentuk syirik dan membagi kepada 3
1. Syirik Akbar (besar); syirik dalam ibadah, niat, ketaatan dan kecintaan
2. Syirik Asghar (kecil) : Riya’
3. Syirik khafie (Tersembunyi) ; ialah syirik yang menyebabkan orang
mukmin bisa terperosok kedalamnya, tanpa diketahuinya .
Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab mengikuti tiga ulama tokoh besar : Imam
Ahmad bin hanbal (164-241H), Ibn Taimiyah (661-728H) dan Ibn Qoyyim al-
Jauziyah (691-751H).
Buku-buku karangannya :
Dalam waktu yang singkat , Dir'iyyah telah menjadi kiblat ilmu dan tujuan mereka
yang hendak mempelajari Islam. Para penuntut ilmu, tua dan muda, berduyun-
duyun datang ke negeri ini.
Bentuk dakwahnya
8
surat itu, beliau menjelaskan tentang bahaya syirik yang mengancam negeri-negeri
Islam di seluruh dunia, juga bahaya bid’ah, khurafat dan tahyul.
Hal ini dalam rangka pergerakan pembaharuan tauhid demi membasmi syirik,
bidah dan khurafat di negeri mereka masing-masing. Untuk langkah awal
pergerakan itu, beliau memulai di negeri Najd. Ia pun mula mengirimkan surat-
suratnya kepada ulama-ulama dan penguasa-penguasa di sana.
'Abdullah bin Muhammad bin 'Abdul Wahab, menulis dalam risalahnya sebagai
ringkasan dari beberapa hasil karya ayahnya, Syeikh Ibnu 'Abdul Wahab, seperti
berikut:
1. Bahwa mazhab kami dalam usuluddin (tauhid) adalah mazhab ahlus sunnah
wal jamaah, dan cara (sistem) pemahaman kami adalah mengikuti cara
Ulama salaf.
6. Kami tidak pernah sama sekali mengaku bahwa kami sudah sampai ke
tingkat mujtahid mutlaq, juga tidak seorang pun di antara para pengikut
kami yang berani mendakwakan dirinya dengan demikian.
7. Hanya ada beberapa masalah yang kalau kami lihat di sana ada nas yang
jelas, baik dari Qur'an maupun Sunnah, dan setelah kami periksa dengan
teliti tidak ada yang menasakhkannya, atau yang mentaskhsiskannya atau
yang menentangnya, lebih kuat daripadanya, serta dipegangi pula oleh salah
seorang Imam empat, maka kami mengambilnya dan kami meninggalkan
mazhab yang kami anut, seperti dalam masalah warisan yang menyangkut
dengan datuk dan saudara lelaki; Dalam hal ini kami berpendirian
mendahulukan datuk, meskipun menyalahi mazhab kami (Hambali)."
9
Tantangan terhadap dakwahnya
Perlawanan dari dalam terutama dari tokoh-tokoh agama Islam sendiri yang takut
akan kehilangan pangkat, kedudukan, pengaruh dan jamaahnya.
Perlawanan dari Penguasa Turki Utsmani yang khawatir terhadap pengaruh dakwah
Ibnu Abdil Wahhab yang telah memasuki dua kota suci umat Islam, Mekkah dan
Madinah. Karenanya, demi mempertahankan kekuasaan mereka, mereka mengirim
pasukan besar di bawah komando Muhammad Ali Basya (Gubernur Mesir) untuk
menaklukkan Dir'iyyah beberapa kali, hingga akhirnya jatuh pada tahun 1233 H.
Golongan ulama khurafat yang mana mereka melihat yang haq (benar) itu batil dan
yang batil itu haq. Mereka menganggap bahwa mendirikan bangunan di atas
kuburan lalu dijadikan sebagai masjid untuk bersembahyang dan berdoa di sana
dan mempersekutukan Allah dengan penghuni kubur, meminta bantuan dan
meminta syafaat padanya, semua itu adalah agama dan ibadah. Dan jika ada orang-
orang yang melarang mereka dari perbuatan jahiliyah yang telah menjadi adat
tradisi nenek moyangnya, mereka menganggap bahwa orang itu membenci auliya’
dan orang-orang soleh yang bererti musuh mereka yang harus segera diperangi.
Golongan ulama taashub yang mana mereka tidak banyak tahu tentang hakikat
Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dan hakikat ajarannya. Mereka hanya taqlid
belaka dan percaya saja terhadap berita-berita negatif mengenai Syeikh yang
disampaikan oleh kumpulan pertama di atas sehingga mereka terjebak dalam
perangkap Ashabiyah (kebanggaan dengan golongannya) yang sempit tanpa
mendapat kesempatan untuk melepaskan diri dari belitan ketaashubannya. Lalu
menganggap Syeikh dan para pengikutnya seperti yang diberitakan, yaitu; anti
Auliya’ dan memusuhi orang-orang shaleh serta mengingkari karamah mereka.
Mereka mencaci-maki Syeikh habis-habisan dan beliau dituduh sebagai murtad.
Golongan yang takut kehilangan pangkat dan jawatan, pengaruh dan kedudukan.
Maka golongan ini memusuhi beliau supaya dakwah Islamiyah yang dilancarkan
10
oleh Syeikh yang berpandukan kepada aqidah Salafiyah murni gagal karena ditelan
oleh suasana hingar-bingarnya penentang beliau.
Demikianlah Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab dalam dakwah dan jihadnya
telah memanfaatkan lisan, pena serta pedangnya seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah saw sendiri. Yang demikian itu telah dilakukan terus menerus oleh
Syeikh Muhammad selama lebih kurang 48 tahun tanpa berhenti, yaitu dari tahun
1158 Hinggalah akhir hayatnya pada tahun 1206 H.
Wafatnya
Muhammad bin Abdul Wahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada
tanggal 29 Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun.
Jenazahnya dikebumikan di Dar’iyah (Najd).
Sejak 1205 Hijriah hingga 1217 Hijriah Kaum Wahabi mencoba menguasai
Semenanjung Arabia namun gagal. Akhirnya 1217 Hijriah mereka berhasil
menguasai Thaif dengan menumpahkan darah muslim yang tak berdosa. Mereka
memasuki Mekah tahun 1218 Hijriah dan menghancurkan semua bangunan dan
kubah suci, termasuk kubah yang menaungi sumur Zamzam.
Tahun 1221, Kaum Wahabi masuk kota Madinah dan menajiskan al-Baqi dan
semua mesjid yang mereka lewati. Kaum Wahabi bahkan mencoba menghancurkan
pusara Rasulullah , namun entah dengan alasan apa usaha gila itu dihentikan. Al-
Baqi pun diratakan dengan tanah tanpa menyisakan apapun, termasuk nisan atau
pusara
11
Umat Islam diseluruh dunia mengutuk kekasaran kaum wahabi
Muslim seluruh dunia mengutuk tindakan Saudi dan mendesak khalifah kerajaan
Otoman menyelamatkan situs-situs bersejarah dari kehancuran. Dibawah pimpinan
Muhammad Ali Basha mereka menyerang Hijaz , dengan bantuan suku-suku
setempat, akhirnya mereka menang, lalu ia mengatur hukum dan pemerintahan di
Hijaz, khususnya Mekah dan Madinah. Sekaligus mengusir keluarga al-Saud.
Muslim di seluruh dunia bergembira.
Tahun 1818 Masehi Khalifah Usmaniyyah Abdul Majid dan penggantinya Abdul
Hamid dan Mohammad, merekonstruksi semua tempat suci, memperbaiki semua
warisan Islam yang penting. Dari 1848 hingga 1860, biaya perbaikan telah
mencapai 700 ribu Poundsterling.
Tahun 1924 Wahabi masuk ke Hijaz untuk kedua kalinya Untuk kedua kalinya pula
pembantaian dan perampasan dilakukan. Orang-orang di jalan dibantai. Tak
terkecuali perempuan dan anak-anak jadi korban. Rumah-rumah diratakan dengan
tanah.
Mereka tidak cukup dengan praktek ibadah yang terkandung di Al-Qur’an dan al-
Hadis atau oleh Ibn Taimiyah. Lebih dari itu mereka menginginkan agar adat-
istiadat juga tidak boleh keluar dari Islam, seperti : mengharamkan rokok,
menggunakan beduk, pentongan di masjid, menghias kuburan dll.
Ketika Hijaz berhasil dikuasai mereka menghancurkan kuburan para sahabat dan
meratakannya dengan tanah, sehingga tidak nampak hingga kini kecuali batu-batu
saja. Mereka hanya memperbolehkan ziarah dengan mengucapkan salam,
sebagaimana terdapat dalam hadis.
12
Mereka terikat dengan hal-hal kecil yang tidak mengandung keberhala, tetapi
mereka mengharamkannya, seperti photografi. Seperti kita jumpai dalam fatwa-
fatwa para ulamaknya, meskipun pemerintah tidak mengikutinya
Rabu 8 Syawal 1345 Hijriah bertepatan dengan 21 April 1925 mausoleum (kuburan
besar yang amat indah) di Jannatul al-Baqi di Madinah diratakan dengan tanah atas
perintah Raja Ibnu Saud.. Di tahun yang sama pula Raja Ibnu Saud yang Wahabi
itu menghancurkan makam orang-orang yang disayangi Rasulullah Saw (ibunda,
istri, kakek dan keluarganya) di Jannat al-Mualla (Mekah).
Yaitu suatu manhaj yang secara global berpijak pada prinsip berikut :
13
Daftar Pustaka
Abualrub, Jalal. Biography and Mission of Muhammad Ibn Abdul Wahhab. Madina
Publishers and Distributors, Orlando, FL. 2003.
Al-Hanbali, Usman bin Abdullah bin Basyar, Unwanul Majdi fi tarikh al-Najdi,
tab'ah wazaratu al-Ma'arif, Al-mamlakah al-Arabiyyah al-Suudiyyah.
Al-Jundi Abdul Halim, al-mam Muhammad bin Abdul Wahhab intisharul al-
mazhab al-salafi, Misr, daral-Ma'arif
Abdurrahman bin abdul latif Ala Syeikh, Lam'u alSubhat fi sirati Muhammad bin
Abdul Wahhab.
http://en.wikipedia.org/wiki/Muhammad_ibn_Abd_al-Wahhab
Rentz, George S. The Birth of the Islamic Reform Movement in Saudi Arabia.
London: King Abdulaziz Public Library, 2004.
14