Disusun oleh :
Nama : Dwi Sutiyani
Kelas : XI TOI
No. Presensi : 12
KLIPING
Kliping ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Disusun Oleh :
Nama : Dwi Sutiyani
Kelas : XI TOI
No. Presensi : 12
ii
Islam Masa Modern ( 1800 – Sekarang )
Islam pada periode ini dikenal dengan era
kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat
Islam disebabkan oleh adanya benturan antara
kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa. Hal ini
dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani
yang langsung menghadapi kekuatan Eropa
yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat
penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah
untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan
kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki
mengadakan suatu gerakan pembaharuan
dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab
mundurnya Islam dan mencari ide-ide
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
Sumber : https://student-activity.binus.ac.id/
Benih pembaharuan dunia Islam sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika dunia
Islam mengalami kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu
Taimiyah, seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat
dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan
pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw.
Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan
dengan muamalah duniawiyah.
2. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
3. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan,
khurafat, bid’ah, taqlid, dan tawasul.
4. Kembali kepada al-Qur’ān dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.
Secara garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul dan bid’ah yang
masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan pahamfatalisme yang terdapat di kalangan umat
Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu
pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara Barat. Selanjutnya, ide
ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh
muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat Islam sudah tertinggal jauh
dibandingkan dunia Barat. Umat Islam masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti
bid’ah, khurāfat, dan tahayyul. Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari kebodohan itu.
Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.
iii
Tokoh – Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern
Tokoh – tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara lain :
1. Muhammad bin Abdul Wahab
2. Syah Waliyullah
3. Muhammad Ali Pasya
4. Al – Tahtawi
5. Jamaludin Al – Afghani
6. Muhammad Abduh
7. Rasyid Ridha
8. Sayyid Ahmad Khan
9. Sultan Mahmud II
10. Muhammad Iqbal
Penjelasan tentang tokoh – tokoh pelopor gerakan pembaharuan Islam, yaitu sebagai berikut :
iv
atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.
Dan adapula yang menghubungkan mereka dengan gerakan teroris, padahal segala sesuatu yang
diajarkan mereka sangat anti teroris. Nama Wahhabi atau al-Wahhabiyyah tampaknya dihubung-
hubungkan kepada nama 'Abd al-Wahhab yaitu ayahanda penggagas gerakan ini, Syaikh
Muhammad bin 'Abd al-Wahhab al-Najdi. Bagaimanapun, istilah Wahhabi ini tidaklah sah
dinisbatkan untuk nama suatu kelompok, karena sejatinya nama Wahhab adalah nama hanya
untuk Allah Ta'ala. Oleh karena itu mereka menisbatkan diri mereka untuk kelompok al-
Muwahhidun(3) (unitarians) karena mereka mau mengembalikan ajaran-ajaran tauhid ke dalam
Islam dan cara beragama menurut sunnah Rasulullah yang telah dihindarkan masyarakat.
Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad
ketiga belas memang tersebar luas di dunia Islam. Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan
perhatian terhadap tauhid, yaitu :
a. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syekh
atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik.
b. Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga
merupakan syirik.
c. Meminta syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
d. Bernazar kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
e. Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān, hadis dan qias (analogi)
merupakan kekufuran.
f. Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
g. Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh pada
perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti berikut :
a. Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.
2. Syah Waliyullah
vi
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran dalam Islam.
d. Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap
terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’ān dengan tidak mengerti
isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka. Ia
melihat perlu al-Qur’ān diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam.
Bahasa yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam
India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah
Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat tantangan, tetapi lambat laun
dapat juga diterima oleh masyarakat
vii
terlepas dari Kesultanan Utsmaniyah dan dipimpin oleh keturunannya. Untuk bisa mencapai
tujuan tersebut, maka ia menata kembali masyarakat Mesir dan membangun militer yang lebih
modern. Berikut ini berbagai kebijakan dan pembaruan dari Muhammad Ali Pasha di Mesir.
a. Menaikkan pajak
Langkah pertama yang dilakukan Muhammad Ali adalah mengamankan aliran
pendapatan dengan menasionalisasi semua tanah Mesir. Dengan begitu, ia akan
memegang semua hasil produksi tanah di sana. Muhammad Ali juga menaikkan pajak
untuk petani, yang sebelumnya memiliki tanah di seluruh Mesir. Hal itu sengaja
dilakukan, karena jika para petani tidak mampu membayarnya, ia bisa menyita sawah
mereka. Sumber pendapatan lain yang dipunya Muhammad Ali juga berasal dari pajak
baru atas wakaf.
b. Menciptakan Undang – Undang
Pada 1829, Muhammad Ali mengesahkan undang-undang pidana pertamanya dengan
tujuan untuk bisa mendapat kekuasaan yang lebih kuat lagi. Secara perlahan, ia memang
mengubah sistem hukum di Mesir agar lebih bisa memegang kendali atas rakyatnya.
Muhammad Ali memperbaiki peraturan alat bukti di pengadilan yang sebelumnya tidak
pernah dipakai. Baca juga: Ibnu Rusyd, Cendekiawan Muslim yang Dituduh Sesat Selain
itu, ia juga menetapkan bahwa laporan autopsi dapat digunakan sebagai bukti penting
dalam kasus hukum pidana di Mesir. Kebijakan barunya ini terus digunakan bahkan
setelah Muhammad Ali tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Mesir.
c. Mendirikan sekolah – sekolah
Selama memerintah mesir, Muhammad Ali Pasha banyak mendirikan sekolah. Salah
satunya sekolah kedokteran untuk perempuan. Sekolah yang didirikan oleh Muhammad
Ali Pasha pada 1832, digunakan untuk menghasilkan dokter-dokter perempuan, yang
nantinya dapat merawat perempuan dan anak-anak. Bagi para perempuan yang mengikuti
sekolah ini, mereka akan mendapat pelatihan selama dua tahun pertama. Pelatihan yang
didapat berupa kebidanan, perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, membalut luka,
kauterisasi, vaksinasi, skarifikasi, bekam dan obat-obatan. Selama menjalani proses
pelatihan, para siswa disediakan tempat tinggal, makanan, dan tunjangan bulanan dari
negara. Selain sekolah kedokteran untuk perempuan, Muhammad Ali Pasha juga
mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah ketabiban, dan sekolah
penerjemahan. Ia juga diketahui mengirimkan sekitar 300 pelajar Mesir ke Eropa,
terutama Paris, untuk menempuh pendidikan.
d. Kampanye militer
Sejak menjabat sebagai gubernur, pemikiran Muhammad Ali Pasya adalah untuk
mendirikan militer bergaya Eropa. Ia pun menggunakan beberapa strategi baru untuk
memastikan keberhasilan angkatan militernya. Salah satunya dengan mengisolasi tentara
baru dari lingkungannya ke barak-barak militer. Di tempat itulah, para calon tentara
diawasi dengan ketat dan diberi hukuman untuk mendisiplinkan mereka. Bahkan para
prajurit akan diberi nomor untuk memastikan mereka melakukan tugasnya. Setelah itu,
pasukan Muhammad Ali dikerahkan untuk melakukan kampanye militer ke Arab, Sudan,
Yunani, bertempur melawan pasukan Ottoman, dan menaklukkan Suriah.
Muhammad Ali Pasya dianggap sebagai Bapak Mesir Modern karena telah berhasil
mengubah Mesir menjadi negara yang jauh lebih modern. Selain berupaya menetapkan
keturunannya sebagai penguasa Mesir dan Sudan selama hampir 150 tahun, ia juga
menjadikan Mesir sebagai negara merdeka secara de facto. Salah satu peninggalan
spektakuler Muhammad Ali Pasya yang berpengaruh terhadap perekonomian di Mesir
adalah pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan Alexandria dengan
sungai Nil. Meskipun dalam pembangunan tersebut, ia harus melakukan penggalian yang
mengarahkan kurang lebih 100.000 petani mesir.
4. Al – Tahtawi
5. Jamaludin Al – Afghani
x
kepercayaan takhayul, rukun iman harus menjadi pandangan hidup, memerangi hawa
nafsu jahat dan menegakkan disiplin.
Pan Islamisme
Salah satu ide pembaharuan Jamaluddin yang paling populer adalah Pan Islamisme.
Yang dimaksud Pan Islamisme yang digagas Jamaluddin adalah sebuah gerakan untuk
menyatukan umat muslim dan membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan
untuk melawan kekuatan asing (bangsa Barat). Menurutnya, sumber kelemahan dunia
Islam adalah lemahnya solidaritas. Apabila umat Islam mau bersatu dan menghadapinya,
bangsa Barat tidak lebih kuat dari mereka. Di dalam wadah Pan Islamisme, tidak berarti
bahwa negara-negara Islam harus melebur ke dalam satu pemerintahan tunggal seperti
khalifah. Pan Islamisme lebih berbentuk solidaritas seluruh dunia Islam untuk merasakan
senasib sepenanggungan melawan penjajah.
Dari aktivitas dan gagasannya, Jamaluddin dapat dikatakan sebagai orang pertama dalam era
modern Islam yang menyadari bahaya penetrasi Barat dan perpecahan dunia Islam.
6. Muhammad Abduh
Muhammad Abduh hanya sempat belajar 2 tahun di sekolah tersebut, dan akhirnya pada tahun
1864 M. dia memutuskan untuk pulang ke desanya dan ikut bertani bersama-sama dengan
saudara-saudara dan kerabatnya yang lain. Karena Muhammad Abduh menilai bahwa sistem
pengajaran di sekolah itu sangat menjengkelkan. Selama kurun waktu berada di desa setelah
kembali dari sekolahnya itulah, Muhammad Abduh dalam usia yang relatif masih muda
dinikahkan oleh orang tuanya.
Walaupun Muhammad Abduh sudah menikah, namun ayahnya tetap memaksanya untuk kembali
belajar. Karena tidak sejalan dengan keinginan orang tua itulah, Muhammad Abduh bertekad
tidak kembali Desa Thanta dan memilih melarikan diri ke kota Syibral Khit, dan di sana banyak
paman dari pihak ayahnya bertempat tinggal. Di kota Sybral Khit inilah dia bertemu dengan
salah seorang pamannya yang mempunyai pengetahuan tentang al qur an dan menganut paham
tasawuf asy Syadziliah, beliau kenal dengan nama Syaikh Darwis Khidr. Syaikh Darwis Khidr
berhasil mengubah pandangan Muhammad Abduh dari seorang yang membenci ilmu
pengetahuan menjadi orang yang menggemarinya. Bahkan, ”Tidak berlalu lima hari dari masa
pertemuan itu, kecuali apa yang tadinya paling kusenangi seperti bermain, bercanda, dan
berbangga-bangga, telah berubah menjadi hal-hal yang paling kubenci”. Demikian Muhammad
Abduh menceritakan pengalamannya.
Kemudian pada bulan Februari tahun 1866, Muhammad Abduh meninggalkan Thanta pergi ke
Kairo untuk belajar di al Azhar. Pada saat menjadi mahasiswa di Al Azhar, Muhammad Abduh
bertemu dengan Mujaddid baru dunia Islam bernama Jamaluddin Al Afghani. Kehadiran Al
Afghani disambut oleh Muhammad Abduh bersama rekan-rekannya dengan menghadiri setiap
seminar yang beliau adakan. Mereka berdiskusi tentang ilmu-ilmu agama seperti Tasawuf dan
Tafsir, juga mempelajari ilmu-ilmu modern, seperti seperti logika, politik, ilmu ukur, filsafat,
xi
sejarah, hukum, dan ketatanegaraan. Hal istimewa yang diberikan Al Afghani kepada murid-
muridnya adalah cara pandang baru dalam melihat dunia, terutama berkaitan dengan bakti dan
jihad, untuk memutus mata rantai pemikiran jumud/kolot dan pemikiran tradisional dan
mengubahnya menjadi cara berpikir yang lebih maju. Karena sangat dikagumi oleh mahasiswa
mesir pemikiran Jamaluddin Al Afgani berkembang pesat di mesir.
Setelah pertemuannya dengan Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh mulai banyak
membaca buku-buku filsafat dan mulai mempelajari perkembangan pemikiran
kelompok mutazilah. Kelompok Mutazilah adalah kelompok yang dibentuk oleh Washil bin
Atha 100 H/718 M. Muhammad Abduh yang tadinya adalah seseorang yang memilih untuk
Taqlid, berubah menjadi orang yang berpikir maju, mandiri tanpa bertaklid kepada siapapun.
Pada tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar,
pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-
buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun,
dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam
bahasa Arab pada tahun 1857. Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879
karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh yang juga
dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Kairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh
kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah
Mesir. Adapun ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi
pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan dasar penting
dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan terhadap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab
dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju.
c. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara
yang bersangkutan.
7. Rasyid Ridha
xii
dan banyak menarik perhatian orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di sana.
Dalam usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr
mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah
Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang. Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di
salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al
Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa
muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad
Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusṭa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al
Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam
pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan
murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad
Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang
diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide
Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya. Ia mulai mencoba menjalankan
ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan
dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan
pindah ke Mesir, dekat dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di negeri
gurunya ini. Beberapa bulan kemudian, ia mulài menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-
Manār. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manār sama dengan tujuan Al
Urwah Al-Wusṭa, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan
ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh yang masuk ke dalam tubuh Islam,
menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta paham-paham
salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat
Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat. Majalah ini banyak menyiarkan ide-ide
Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang
menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manār. Tetapi,
selain dari ide-ide, Al-Manār juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh
sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain. Beberapa pemikiran Rasyid Rida
tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip
umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk
ke dalam ajaran Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan
politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam
menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.
xiv
berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.
9. Sultan Mahmud II
xv
meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahannya. Hal ini dicapai dengan beberapa langkah
besar, menghapus cara penarikan pajak yang lama dan membubarkan beberapa institusi yang
rawan penyelewengan, dan menaikkan gaji sebagai upaya untuk mengakhiri penyuapan. Dan
sebagaimana sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di
bidang militer. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam,
yaitu sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi,
dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenaga - tenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.
xvi
Islam di masa depan dengan ide-ide yang ia bentuk dan menambahkan bahwa ada alasan yang
dibenarkan mengapa Iqbal dicintai dan dihormati, terutama di dunia Islam.
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong
umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f. Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
masalah-masalah keduniaan dan sosial kemasyarakatan.
xvii