Anda di halaman 1dari 17

KLIPING

Tokoh – Tokoh Pembaharuan Dunia Islam


Masa Modern

Disusun oleh :
Nama : Dwi Sutiyani
Kelas : XI TOI
No. Presensi : 12

SMK TUNAS HARAPAN PATI


TAHUN PELAJARAN 2021 / 2021
Tokoh – Tokoh Pembaharuan Dunia Islam
Masa Modern

KLIPING
Kliping ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Akhir
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti

Disusun Oleh :
Nama : Dwi Sutiyani
Kelas : XI TOI
No. Presensi : 12

SMK TUNAS HARAPAN PATI


TAHUN PELAJARAN 2021 / 2021

ii
 Islam Masa Modern ( 1800 – Sekarang )
Islam pada periode ini dikenal dengan era
kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat
Islam disebabkan oleh adanya benturan antara
kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa. Hal ini
dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani
yang langsung menghadapi kekuatan Eropa
yang pertama kali. Kesadaran tersebut membuat
penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah
untuk belajar dari Eropa. Guna pemulihan
kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki
mengadakan suatu gerakan pembaharuan
dengan mengevaluasi yang menjadi penyebab
mundurnya Islam dan mencari ide-ide
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.
Sumber : https://student-activity.binus.ac.id/

Benih pembaharuan dunia Islam sesungguhnya telah muncul sekitar abad XIII M. ketika dunia
Islam mengalami kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu
Taimiyah, seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat
dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan
pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw.
Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang
mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Memberi ruang dan peluang ijtihad di dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan
dengan muamalah duniawiyah.
2. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.
3. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan,
khurafat, bid’ah, taqlid, dan tawasul.
4. Kembali kepada al-Qur’ān dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.
Secara garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul dan bid’ah yang
masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan pahamfatalisme yang terdapat di kalangan umat
Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan mutu
pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara Barat. Selanjutnya, ide
ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan oleh tokoh-tokoh
muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat Islam sudah tertinggal jauh
dibandingkan dunia Barat. Umat Islam masih berkutat pada hal-hal yang tidak rasional seperti
bid’ah, khurāfat, dan tahayyul. Satu-satunya jalan umat Islam harus bangkit dari kebodohan itu.
Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.

iii
 Tokoh – Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern

Tokoh – tokoh yang memelopori gerakan pembaharuan dunia Islam, antara lain :
1. Muhammad bin Abdul Wahab
2. Syah Waliyullah
3. Muhammad Ali Pasya
4. Al – Tahtawi
5. Jamaludin Al – Afghani
6. Muhammad Abduh
7. Rasyid Ridha
8. Sayyid Ahmad Khan
9. Sultan Mahmud II
10. Muhammad Iqbal
Penjelasan tentang tokoh – tokoh pelopor gerakan pembaharuan Islam, yaitu sebagai berikut :

1. Muhammad bin Abdul Wahab

Di Arabia timbul suatu aliran Wahabiyah, yang


mempunyai pengaruh pada pemikiran pembaharuan
di abad ke-19. Pencetusnya ialah Muhammad bin
Abdul Wahab (1703-1787) yang lahir di Uyainah,
Nejd, Arab Saudi. Dia tumbuh dan dibesarkan
dalam kalangan keluarga terpelajar. Ayahnya adalah
seorang tokoh agama di lingkungannya. Sedangkan
kakak laki-lakinya adalah seorang qadhi (mufti
besar), sumber rujukan di mana masyarakat Najd
menanyakan segala sesuatu masalah yang
bersangkutan dengan agama. Setelah menyelesaikan
pelajarannya di Madinah ia pergi merantau ke
Basrah dan tinggal di kota ini selama empat tahun.
Selanjutnya ia pindah ke Bagdad dan di sini ia
menikah dengan seorang wanita kaya. Lima tahun
kemudian, setelah istrinya meninggal dunia, ia
pindah ke Kurdistan, selanjutnya ke Hamdan, dan
ke Isfahan. Di Kota Isfahan, ia sempat mempelajari
filsafat dan tasawuf. Setelah bertahun-tahun
merantau, ia akhirnya kembali ke tempat
kelahirannya di Nejed.
Sumber : https://golongantakfiri.wordpress.com/
Pemikiran yang dicetuskan Muhammad bin Abdul Wahab untuk memperbaiki kedudukan umat
Islam timbul bukan sebagai reaksi terhadap suasana politik seperti yang terdapat di Kerajaan
Utsmani dan Kerajaan Mughal, tetapi sebagai reaksi terhadap paham tauhid yang terdapat di
kalangan umat Islam di waktu itu. Para pendukung gerakan ini menolak dikata Wahabbi, karena
pada dasarnya segala sesuatu yang diajarkan Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb adalah segala
sesuatu yang diajarkan Nabi Muhammad, bukan segala sesuatu yang diajarkan tersendiri.
Karenanya mereka lebih memilihkan pilihan untuk menyebut diri mereka untuk Salafiyun
(mengikuti jejak generasi salaf) atau Muwahhidun yang berarti "Mengesakan Allah".
Istilah Wahhabi sering menimbulkan kontroversi berhubung dengan asal usul dan
kemunculannya dalam dunia Islam. Umat Islam umumnya keliru menilai mereka dan menyangka
bahwa mazhab mereka mengikuti konsep Ahmad ibn Hanbal dan alirannya saja, al-Hanbaliyyah

iv
atau al-Hanabilah yang merupakan salah sebuah mazhab dalam Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah.
Dan adapula yang menghubungkan mereka dengan gerakan teroris, padahal segala sesuatu yang
diajarkan mereka sangat anti teroris. Nama Wahhabi atau al-Wahhabiyyah tampaknya dihubung-
hubungkan kepada nama 'Abd al-Wahhab yaitu ayahanda penggagas gerakan ini, Syaikh
Muhammad bin 'Abd al-Wahhab al-Najdi. Bagaimanapun, istilah Wahhabi ini tidaklah sah
dinisbatkan untuk nama suatu kelompok, karena sejatinya nama Wahhab adalah nama hanya
untuk Allah Ta'ala. Oleh karena itu mereka menisbatkan diri mereka untuk kelompok al-
Muwahhidun(3) (unitarians) karena mereka mau mengembalikan ajaran-ajaran tauhid ke dalam
Islam dan cara beragama menurut sunnah Rasulullah yang telah dihindarkan masyarakat.
Kemurnian paham tauhid mereka telah dirusak oleh ajaran-ajaran tarekat yang semenjak abad
ketiga belas memang tersebar luas di dunia Islam. Muhammad bin Abd Wahhab memusatkan
perhatian terhadap tauhid, yaitu :
a. Kebanyakan orang Islam bukan lagi penganut paham tauhid yang sebenarnya
karena mereka meminta pertolongan bukan lagi dari Allah, tetapi dari syekh
atau wali dari kekuatan gaib. Orang Islam demikian juga telah menjadi musyrik.
b. Menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga
merupakan syirik.
c. Meminta syafa’at selain dari kepada Allah Swt. adalah juga syirik.
d. Bernazar kepada selain dari Allah Swt. juga syirik.
e. Memperoleh pengetahuan selain dari al-Qur’ān, hadis dan qias (analogi)
merupakan kekufuran.
f. Tidak percaya kepada qada dan qadar Allah Swt. juga merupakan kekufuran.
g. Demikian pula menafsirkan al-Qur’ān dengan ta’wil (interpretasi bebas) adalah kufur.
Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd Wahhab yang mempunyai pengaruh pada
perkembangan pemikiran pembaharuan di abad ke-19 antara lain seperti berikut :
a. Hanya al-Qur’ān dan hadislah yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam.
Pendapat ulama tidak merupakan sumber.
b. Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.
c. Pintu ijtihad terbuka dan tidak tertutup.

2. Syah Waliyullah

Syah Waliyullah dilahirkan di Moza Phalat, Delhi, India


pada tanggal 21 Februari 1703 M. Dan meninggal pada
20 Agustus 1762. Nama lengkapnya adalah Syed Qutb
ad-Din Ahmad Wali Allah ibn ‘Abd ar-Rahim al-‘Umari
ad Dihlawi, atau biasa dikenal dengan nama Syah
Waliyullah Dehlawi. Jika nasabnya diruntut, maka Syah
Waliyullah akan sampai pada Umar ibn al-Khatab,
sementara garis ayahnya saai pada Ali ibn Abi Thalib. Ia
mendapatkan pendidikan dari orang tuanya, Syah Abd
Rahim, seorang sufi dan ulama yang memiliki
madrasah. Setelah dewasa, ia kemudian turut mengajar
di madrasah itu. Selanjutnya, ia pergi naik haji dan
selama satu tahun di Hejaz ia sempat belajar pada
ulama-ulama yang ada di Mekkah dan Madinah. Ia
kembali ke Delhi pada tahun 1732 dan meneruskan
pekerjaannya yang lama sebagai guru. Di samping itu, ia
gemar menulis buku dan banyak meninggalkan karya-
karyanya, di antaranya buku Hujjatullāh Al-Baligah dan
Fuyun Al-Haramain. Syah Waliyullah merupakan salah
satu pembaharu Islam yang hidup pada masa
kemunduran imperium Mughal.
v
Sumber : https://panjimasyarakat.com/
Pada periode kemunduruan imperium Mughal, Syah Waliyullah memberikan perhatian untuk
menyelematkan kelangsungan muslim di anak benua atau India. Berbeda dengan Muhammad
Abdul Wahab dengan Gerakan Wahabinya di Jazirah Arab, sikap pembaharuan yang dilakukan
Syah Waliyullah tidak seradikal Abdul Wahab. Ia tidak menolak keadaan pada masanya secara
total, tetapi ia mencoba memperbaiki ajaran dan keyakinan yang ada itu di bawah ajaran pada
masa permulaan Islam. Dia tidak mempunyai keinginan untuk melawan sufi, tetapi ingin
memberikan bentuk baru dan memurnikannya. Pada awal abad ke-18 imperium Mughal mulai
memasuki zaman kemunduran, fase kemunduran ini dimulai paska meninggalnya Aurangzeb
pada tahun 1707 M. Di lingkungan istana Mughal mulai muncul intrik untuk memperebutkan
kekuasaan, dan puncaknya terjadi setelah meninggalnya Bahadur Syah, putra Aurangzeb. Setelah
meninggalnya Bahadur Syah terjadi konflik luar biasa di lingkungan istana untuk menduduki
tahta. Konflik yang melibatkan anak-anak Bahadur Syah, berdampak besar bagi melemahnya
internal kerajaan. Kekacauan di lingkungan istana dimanfaatkan oleh golongan Hindu untuk
mencoba melepaskan diri dari kekuasaan Mughal dengan melakukan pemberontakan di daerah-
daerah kekuasaan Mughal, di antaranya daerah Gujarat tahun 1732 dan 1737. Sementara itu
Ingggris mulai meningkatkan usaha-usaha untuk memperoleh daerah kekuasaan di India
terutama di Bengal. Paska perempuran Plassey pada tahun 1757, dan Baskar (1764) daerah
kekuasaan Mughal pun semakin mengecil. Pukulan telak terhadap Delhi datang dari Persia, di
mana Nadir Syah berhasil mengalahkan dan menduduki Delhi. Akibat dari serangan itu terjadi
pembantaian besar-besaran dan kerajaan Mughal diwajibkan membayar upeti. Suasana tersebut
menyadarkan pemimpin Islam di India akan kelemahan umat Islam. Salah satu dari pemuka
Islam itu adalah Syah Waliyullah. Salah satu sebab yang membawa kepada kemunduran umat
Islam, menurut pemikiran Syah Waliyullah adalah perubahan sistem pemerintahan dalam Islam
dari sistem kekhalifahan menjadi sistem kerajaan. Kedua sistem ini sangatlah berbeda, di mana
sistem kekhalifahan bersifat demokratis sedangkan sistem kerajaan bersifat otokratis. Di antara
penyebab yang membawa kepada kelemahan dan kemunduran umat Islam menurut
pemikirannya adalah sebagai berikut :
a. Terjadinya perubahan sistem pemerintahan Islam dari sistem kekhalifahan menjadi
sistem kerajaan.

vi
b. Sistem demokrasi yang ada dalam kekhalifahan diganti dengan sistem monarki
absolut.
c. Perpecahan di kalangan umat Islam yang disebabkan oleh berbagai pertentangan
aliran dalam Islam.
d. Adat istiadat dan ajaran bukan Islam masuk ke dalam keyakinan umat Islam.
Di zaman Syah Waliyullah, penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa asing masih dianggap
terlarang. Tetapi, ia melihat bahwa orang di India membaca al-Qur’ān dengan tidak mengerti
isinya. Pembacaan tanpa pengertian tak besar faedahnya untuk kehidupan duniawi mereka. Ia
melihat perlu al-Qur’ān diterjemahkan ke dalam bahasa yang dapat dipahami orang awam.
Bahasa yang dipilihnya ialah bahasa Persia yang banyak dipakai di kalangan terpelajar Islam
India di ketika itu. Penerjemahan al-Qur’ān ke dalam bahasa Persia disempurnakan Syah
Waliyullah di tahun 1758. Terjemahan itu pada mulanya mendapat tantangan, tetapi lambat laun
dapat juga diterima oleh masyarakat

3. Muhammad Ali Pasya

Muhammad Ali Pasya lahir di Kawala, Yunani


pada tahun 1765 M atau 4 Maret 1769 adalah
seorang keturunan Turki dan meninggal di Mesir
pada tahun 1849 M atau 2 Agustus 1849. Ia
merupakan putra kedua dari Ibrahim Agha. Ibrahim
Agha adalah seorang pedagang tembakau dari
Albania yang juga menjabat sebagai komandan
dalam unit kecil pasukan Ottoman di Kavala.
Muhammad Ali Pasha dibesarkan oleh ibu dan
paman-pamannya, karena ayahnya meninggal saat
ia masih kecil. Sebagaimana raja-raja Islam
lainnya, Muhammad Ali juga mementingkan soal
yang bersangkutan dengan militer. Ia yakin bahwa
kekuasaannya hanya dapat dipertahankan dan
diperbesar dengan kekuatan militer. Di samping
itu, ia mengerti bahwa di belakang kekuatan militer
mesti ada kekuatan ekonomi yang sanggup
membelanjai pembaharuan dalam bidang militer,
dan bidang-bidang yang bersangkutan dengan
urusan militer. Jadi, ada dua hal yang penting
baginya, kemajuan ekonomi dan kemajuan militer.
Kedua hal tersebut menghendaki ilmu-ilmu modern
yang telah dikenal orang di Eropa.
Sumber : https://wawasansejarah.com/
Pada awalnya, ia bekerja sebagai pemungut pajak di Kavala. Atas kerja kerasnya, ia ditunjuk
menjadi komandan kedua di bawah sepupunya, Sarechesme Halil Agha, di Kontingen Relawan
Kavala yang dikirim untuk menduduki Mesir setelah penarikan Jenderal Napoleon Bonaparte.
Pada 1801, pasukan Muhammad Ali Pasha kembali ke Mesir untuk melawan serangan Prancis.
Ia pun berhasil mengusir pasukan Napoleon dari Mesir di tahun yang sama. Dalam masa
kekosongan kekuasaan itu, terjadi pertikaian antara Ottoman dan Mamluk, yang bertempur untuk
berebut kekuasaan. Selama menjabat sebagai gubernur, Muhammad Ali Pasha ingin Mesir

vii
terlepas dari Kesultanan Utsmaniyah dan dipimpin oleh keturunannya. Untuk bisa mencapai
tujuan tersebut, maka ia menata kembali masyarakat Mesir dan membangun militer yang lebih
modern. Berikut ini berbagai kebijakan dan pembaruan dari Muhammad Ali Pasha di Mesir.
a. Menaikkan pajak
Langkah pertama yang dilakukan Muhammad Ali adalah mengamankan aliran
pendapatan dengan menasionalisasi semua tanah Mesir. Dengan begitu, ia akan
memegang semua hasil produksi tanah di sana. Muhammad Ali juga menaikkan pajak
untuk petani, yang sebelumnya memiliki tanah di seluruh Mesir. Hal itu sengaja
dilakukan, karena jika para petani tidak mampu membayarnya, ia bisa menyita sawah
mereka. Sumber pendapatan lain yang dipunya Muhammad Ali juga berasal dari pajak
baru atas wakaf.
b. Menciptakan Undang – Undang
Pada 1829, Muhammad Ali mengesahkan undang-undang pidana pertamanya dengan
tujuan untuk bisa mendapat kekuasaan yang lebih kuat lagi. Secara perlahan, ia memang
mengubah sistem hukum di Mesir agar lebih bisa memegang kendali atas rakyatnya.
Muhammad Ali memperbaiki peraturan alat bukti di pengadilan yang sebelumnya tidak
pernah dipakai. Baca juga: Ibnu Rusyd, Cendekiawan Muslim yang Dituduh Sesat Selain
itu, ia juga menetapkan bahwa laporan autopsi dapat digunakan sebagai bukti penting
dalam kasus hukum pidana di Mesir. Kebijakan barunya ini terus digunakan bahkan
setelah Muhammad Ali tidak lagi menjabat sebagai Gubernur Mesir.
c. Mendirikan sekolah – sekolah
Selama memerintah mesir, Muhammad Ali Pasha banyak mendirikan sekolah. Salah
satunya sekolah kedokteran untuk perempuan. Sekolah yang didirikan oleh Muhammad
Ali Pasha pada 1832, digunakan untuk menghasilkan dokter-dokter perempuan, yang
nantinya dapat merawat perempuan dan anak-anak. Bagi para perempuan yang mengikuti
sekolah ini, mereka akan mendapat pelatihan selama dua tahun pertama. Pelatihan yang
didapat berupa kebidanan, perawatan sebelum dan sesudah melahirkan, membalut luka,
kauterisasi, vaksinasi, skarifikasi, bekam dan obat-obatan. Selama menjalani proses
pelatihan, para siswa disediakan tempat tinggal, makanan, dan tunjangan bulanan dari
negara. Selain sekolah kedokteran untuk perempuan, Muhammad Ali Pasha juga
mendirikan sekolah militer, sekolah teknik, sekolah ketabiban, dan sekolah
penerjemahan. Ia juga diketahui mengirimkan sekitar 300 pelajar Mesir ke Eropa,
terutama Paris, untuk menempuh pendidikan.
d. Kampanye militer
Sejak menjabat sebagai gubernur, pemikiran Muhammad Ali Pasya adalah untuk
mendirikan militer bergaya Eropa. Ia pun menggunakan beberapa strategi baru untuk
memastikan keberhasilan angkatan militernya. Salah satunya dengan mengisolasi tentara
baru dari lingkungannya ke barak-barak militer. Di tempat itulah, para calon tentara
diawasi dengan ketat dan diberi hukuman untuk mendisiplinkan mereka. Bahkan para
prajurit akan diberi nomor untuk memastikan mereka melakukan tugasnya. Setelah itu,
pasukan Muhammad Ali dikerahkan untuk melakukan kampanye militer ke Arab, Sudan,
Yunani, bertempur melawan pasukan Ottoman, dan menaklukkan Suriah.
Muhammad Ali Pasya dianggap sebagai Bapak Mesir Modern karena telah berhasil
mengubah Mesir menjadi negara yang jauh lebih modern. Selain berupaya menetapkan
keturunannya sebagai penguasa Mesir dan Sudan selama hampir 150 tahun, ia juga
menjadikan Mesir sebagai negara merdeka secara de facto. Salah satu peninggalan
spektakuler Muhammad Ali Pasya yang berpengaruh terhadap perekonomian di Mesir
adalah pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan Alexandria dengan
sungai Nil. Meskipun dalam pembangunan tersebut, ia harus melakukan penggalian yang
mengarahkan kurang lebih 100.000 petani mesir.

4. Al – Tahtawi

Nama lengkapnya Rifa’ah bin Badwi bin Ali bin


Muhammad bin Ali bin Rofi’. Dan lebih dikenal
dengan panggilan Rifa’ah Tahtawi. Ia lahir di
Desa Thahta, Distrik Suhaz, Mesir bagian selatan,
pada 7 Jumadil Tsani 1612 H atau bertepatan 15
Oktober
viii 1801 M. Dan meninggal di Kairo pada
27 Mei 1873 M. Ketika Muhammad Ali
mengambil alih seluruh kekayaan di Mesir, harta
orang tua Al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan
Sumber : https://raidnhh.wordpress.com/
Karena ketekunan dan ketajaman pikiran Al – Tahtawi, gurunya ( Syeikh Al – Attar ) selalu
memberikan dorongan agar selalu menambah ilmu pengetahuan. Selesai studi di Al – Azhar, Al
– Tahtawi mengajar di Universitas tersebut selama 2 tahun. Dan pada tahun 1824 M dapat juga
gelar “Master” pada Egyptian Army di Mesir. Pada tahun itu pula, diangkat menjadi menjadi
imam bagi mahasiswa – mahasiswa yang dikirim oleh Muhammad Ali ke Jomard di Paris, untuk
bahasa Perancis dan ilmu – ilmu modern. Tetapi di samping itu tugasnya sebagai imam, ia juga
ikut belajar. Selama lima tahun di Paris, ia kursus privat bahasa Perancis, sehingga dalam waktu
lima tahun itu., ia mampu menerjemahkan sejumlah 12 buku dan risalah. Diantaranya risalah
tentang sejarah Alexander Macedonia, buku – buku mengenai pertambangan, ilmu bumi, akhlak,
dan adat istiadat berbagai bangsa, risalah tentang ilmu teknik, hak – hak manusia, kesehatan
jasmani an sebagainya. Selama di Paris, Al – Tahtawi menghabiskan waktunya untuk membaca
berbagai macam buku ilmu pengetahuan. Sekembalinya dari Paris pada tahun 1832 M , ia
diangkat sebagai penerjemah dan sebagai guru Besar pada sekolah kedokteran Perancis di Kairo.
Dua tahun kemudian ( 1835 ), ia pindah ke sekolah Artelery sebagai penterjemah ( direktur )
buku – buku ilmu teknik dan kedokteran. Setahunkemudian ( 1836 ) didirikan sekolah
penerjemah ( School of Foreign Languages ) atau Sekolah Bahasa – bahasa Asing dan Al –
Tahtawi sebagai direktur dan sebagai penanggung jawab harian “Al Waqa’ al Mishriah”.
Beberapa pemikirannya tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Ajaran Islam bukan hanya mementingkan soal akhirat, tetapi juga soal
hidup di dunia. Umat Islam juga harus memperhatikan kehidupan dunia.
b. Kekuasaan raja yang absolut harus dibatasi oleh syariat, raja harus
bermusyawarah dengan ulama dan kaum intelektual.
c. Syariat harus diartikan sesuai dengan perkembangan modern.
d. Kaum ulama harus mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan modern agar
syariat dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat modern.
e. Pendidikan harus bersifat universal, misalnya wanita harus memperoleh
pendidikan yang sama dengan kaum pria. Istri harus menjadi teman dalam
kehidupan intelektual dan sosial.
f. Umat Islam harus dinamis dan meninggalkan sifat statis.

5. Jamaludin Al – Afghani

Nama asli Jamaludin al-Afghani adalah Sayyid


Muhammad bin Safdar al-Husayn. Ia adalah putra
dari Sayyid Syafdar yang lahir pada 1838, di
Asadabad, Afghanistan dan wafat pada 9 Maret
1897. Jamaluddin al-Afghani masih keturunan
Rasulullah SAW, melalui Husein bin Ali bin Abi
Thalib.
ix Ketika baru berusia dua puluh dua tahun, ia
telah menjadi pembantu bagi Pangeran Dost
Muhammad Khan di Afghanistan. Di tahun 1864 ia
menjadi penasihat Sher Ali Khan. Beberapa tahun
Sumber : http://pps.unida.gontor.ac.id/
Sejak kecil, Jamaluddin telah menekuni berbagai cabang ilmu keislaman, seperti tafsir, hadis,
tasawuf, dan filsafat Islam, serta belajar bahasa Arab dan Persia. Ketika remaja, ia mulai belajar
filsafat dan ilmu eksakta menurut sistem pelajaran Eropa modern dari tokoh-tokoh ulama, seperti
Syekh Murtadha Anshari, Mulla Husein al-Hamadi, Sayyid Ahmad Teherani, dan Sayyid
Habbubi. Kemudian ketika beranjak 18 tahun, ia mulai bertolak ke India lalu ke Mekkah dan
kembali ke Afghanistan. Pada masa pemerintahan Muhammad Azham Khan, Jamaluddin
diangkat menjadi perdana menteri. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena campur tangan
Inggris dalam urusan politik di Afghanistan. Jamaluddin memilih bertolak kembali ke India dan
Mekkah pada 1869 demi menghindari pengaruh buruk yang mungkin menimpanya.
Perjalanannya ke Mekkah untuk kedua kalinya ini menjadi awal dari keterlibatannya dalam
kegiatan politik Islam internasional. Ia sering memikirkan dua masalah yang dianggap sangat
vital, yaitu mundurnya umat Islam dan penetrasi Barat ke tubuh umat Islam. Jamaluddin
kemudian mengembara dari satu negeri ke negeri lainnya untuk mengingatkan para muslim
supaya bangkit dan bersatu, melawan imperialisme bangsa-bangsa Barat. Selain itu, Jamaluddin
bahkan pergi ke jantung negeri Barat, seperti Paris dan Amerika untuk melihat langsung sistem
nilai kehidupan mereka. Dari pengembaraannya yang luas, wawasannya pun bertambah,
sehingga ia bisa menyimpulkan penyakit kronis yang menggerogoti umat Islam, di antaranya.
 Absolutisme dan despotisme penguasa muslim
 Sikap keras kepala dan keterbelakangan umat Islam dalam sains dan peradaban
 Menyebarnya pemikiran korupsi dan merusak cara berpikir, seperti takhayul, bid'ah, dan
khurafat
 Kolonialisme dan imperialisme Barat
Untuk mengobati penyakit-penyakit tersebut, Jamaluddin mempunyai beberapa ide
pembaharuan, di antaranya.
Menggerakkan rakyat supaya mengadakan revolusi
Dalam pengalamannya melakukan kunjungan ke berbagai negara Islam, Jamaluddin
melihat kenyataan bahwa dunia Islam didominasi oleh pemerintahan yang otokrasi dan
absolut. Para penguasa dunia Islam menjalankan kekuasaannya sebagaimana kehendak
mereka tanpa terikat pada konstitusi. Untuk membangun pemerintahan yang bersih, maka
rakyat harus mengadakan revolusi guna menentang kesewenang-wenangan penguasa
mereka.
Memperbaiki akidah umat Islam
Jamaluddin berusaha memperbaiki akidah umat yang telah terkontaminasi dengan
mengembalikan mereka ke sistem kepercayaan (akidah) Islam yang benar. Menurutnya,
penyimpangan dari akidah Islam membuat umat tidak mampu menjadi manusia yang
terhormat. Untuk mencapai pembaharuan ini, umat Islam harus dibersihkan dari

x
kepercayaan takhayul, rukun iman harus menjadi pandangan hidup, memerangi hawa
nafsu jahat dan menegakkan disiplin.
Pan Islamisme
Salah satu ide pembaharuan Jamaluddin yang paling populer adalah Pan Islamisme.
Yang dimaksud Pan Islamisme yang digagas Jamaluddin adalah sebuah gerakan untuk
menyatukan umat muslim dan membangun dunia Islam di bawah satu pemerintahan
untuk melawan kekuatan asing (bangsa Barat). Menurutnya, sumber kelemahan dunia
Islam adalah lemahnya solidaritas. Apabila umat Islam mau bersatu dan menghadapinya,
bangsa Barat tidak lebih kuat dari mereka. Di dalam wadah Pan Islamisme, tidak berarti
bahwa negara-negara Islam harus melebur ke dalam satu pemerintahan tunggal seperti
khalifah. Pan Islamisme lebih berbentuk solidaritas seluruh dunia Islam untuk merasakan
senasib sepenanggungan melawan penjajah.
Dari aktivitas dan gagasannya, Jamaluddin dapat dikatakan sebagai orang pertama dalam era
modern Islam yang menyadari bahaya penetrasi Barat dan perpecahan dunia Islam.

6. Muhammad Abduh

Muhammad Abduh yang lebih dikenal dengan


Syekh Muhammad Abduh, lahir pada tahun
1849 M/1265 H di Desa Mahallat Nasr,
Kabupaten al Buhairah, Mesir. Ayahnya
bernama Abduh Hasan Khairullah, berasal dari
Turki, dan melalui ibunya Muhammad Abduh
mempunyai silsilah keturunan sampai kepada
Umar bin al Khattab. Dan wafat pada 11 Juli
1905. Saat Muhammad Abduh menghabiskan
masa kecil hingga dewasanya dengan belajar.
Beliau berhasil menghafal Al Quran pada usia
12 tahun. Beliau menjalani pendidikan masa
kecilnya di sebuah desa bernama Thanta, 80 KM
dari desa tempatnya tinggal.
Sumber : http://makalahirfan.blogspot.com/

Muhammad Abduh hanya sempat belajar 2 tahun di sekolah tersebut, dan akhirnya pada tahun
1864 M. dia memutuskan untuk pulang ke desanya dan ikut bertani bersama-sama dengan
saudara-saudara dan kerabatnya yang lain. Karena Muhammad Abduh menilai bahwa sistem
pengajaran di sekolah itu sangat menjengkelkan. Selama kurun waktu berada di desa setelah
kembali dari sekolahnya itulah, Muhammad Abduh dalam usia yang relatif masih muda
dinikahkan oleh orang tuanya.
Walaupun Muhammad Abduh sudah menikah, namun ayahnya tetap memaksanya untuk kembali
belajar. Karena tidak sejalan dengan keinginan orang tua itulah, Muhammad Abduh bertekad
tidak kembali Desa Thanta dan memilih melarikan diri ke kota Syibral Khit, dan di sana banyak
paman dari pihak ayahnya bertempat tinggal. Di kota Sybral Khit inilah dia bertemu dengan
salah seorang pamannya yang mempunyai pengetahuan tentang al qur an dan menganut paham
tasawuf asy Syadziliah, beliau kenal dengan nama Syaikh Darwis Khidr. Syaikh Darwis Khidr
berhasil mengubah pandangan Muhammad Abduh dari seorang yang membenci ilmu
pengetahuan menjadi orang yang menggemarinya. Bahkan, ”Tidak berlalu lima hari dari masa
pertemuan itu, kecuali apa yang tadinya paling kusenangi seperti bermain, bercanda, dan
berbangga-bangga, telah berubah menjadi hal-hal yang paling kubenci”. Demikian Muhammad
Abduh menceritakan pengalamannya.
Kemudian pada bulan Februari tahun 1866, Muhammad Abduh meninggalkan Thanta pergi ke
Kairo untuk belajar di al Azhar. Pada saat menjadi mahasiswa di Al Azhar, Muhammad Abduh
bertemu dengan Mujaddid baru dunia Islam bernama Jamaluddin Al Afghani. Kehadiran Al
Afghani disambut oleh Muhammad Abduh bersama rekan-rekannya dengan menghadiri setiap
seminar yang beliau adakan. Mereka berdiskusi tentang ilmu-ilmu agama seperti Tasawuf dan
Tafsir, juga mempelajari ilmu-ilmu modern, seperti seperti logika, politik, ilmu ukur, filsafat,

xi
sejarah, hukum, dan ketatanegaraan. Hal istimewa yang diberikan Al Afghani kepada murid-
muridnya adalah cara pandang baru dalam melihat dunia, terutama berkaitan dengan bakti dan
jihad, untuk memutus mata rantai pemikiran jumud/kolot dan pemikiran tradisional dan
mengubahnya menjadi cara berpikir yang lebih maju. Karena sangat dikagumi oleh mahasiswa
mesir pemikiran Jamaluddin Al Afgani berkembang pesat di mesir.
Setelah pertemuannya dengan Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh mulai banyak
membaca buku-buku filsafat dan mulai mempelajari perkembangan pemikiran
kelompok mutazilah. Kelompok Mutazilah adalah kelompok yang dibentuk oleh Washil bin
Atha 100 H/718 M. Muhammad Abduh yang tadinya adalah seseorang yang memilih untuk
Taqlid, berubah menjadi orang yang berpikir maju, mandiri tanpa bertaklid kepada siapapun.
Pada tahun 1877, studinya selesai di Al-Azhar dengan mendapat gelar Alim. Ia mulai mengajar,
pertama di Al-Azhar, kemudian di Dar Al-Ulum dan juga di rumahnya sendiri. Di antara buku-
buku yang diajarkannya ialah buku akhlak karangan Ibn Miskawaih, Mukaddimah Ibn Khaldun,
dan sejarah Kebudayaan Eropa karangan Guizot, yang diterjemahkan Al-Tahtawi ke dalam
bahasa Arab pada tahun 1857. Sewaktu Jamaludin Al-Afghani diusir dari Mesir pada tahun 1879
karena dituduh mengadakan gerakan menentang Khedewi Tawfik, Muhammad Abduh yang juga
dipandang turut campur dalam soal ini, dibuang keluar kota Kairo. Tetapi di tahun 1880 ia boleh
kembali ke ibu kota dan kemudian diangkat menjadi redaktur surat kabar resmi pemerintah
Mesir. Adapun ide-ide pembaruan Muhammad Abduh yang membawa dampak positif bagi
pengembangan pemikiran Islam adalah sebagai berikut.
a. Pembukaan pintu ijtihad. Menurut Muhammad Abduh, ijtihad merupakan dasar penting
dalam menafsirkan kembali ajaran Islam.
b. Penghargaan terhadap akal. Islam adalah ajaran rasional yang sejalan dengan akal sebab
dengan akal, ilmu pengetahuan akan maju.
c. Kekuasaan negara harus dibatasi oleh konstitusi yang telah dibuat oleh negara
yang bersangkutan.

7. Rasyid Ridha

Rasyid Ridha adalah murid Muhammad Abduh


yang terdekat. Ia lahir pada 23 September 1865
di Al-Qalamun, suatu desa di Lebanon yang
letaknya tidak jauh dari Kota Tripoli (Suria).
Dan beliau wafat pada 22 Agustus 1935, Kairo,
Mesir. Menurut keterangan, ia berasal dari
keturunan Al-Husain, cucu Nabi Muhammad
saw. Oleh karena itu, ia memakai gelar Al-
Sayyid di depan namanya. Semasa kecil, ia
dimasukkan ke madrasah tradisional di al-
Qalamun untuk belajar menulis, berhitung dan
membaca alQur’ān. Pada tahun 1882, ia
meneruskan pelajaran di Madrasah Al Wataniah
AlIslamiah (Sekolah Nasional Islam) di Tripoli.
Di Madrasah ini, selain dari bahasa Arab
diajarkan pula bahasa Turki dan Perancis, dan di
samping pengetahuan-pengetahuan agama juga
pengetahuan-pengetahuan modern.
Sumber : https://id.wikipedia.org/
Sekolah ini didirikan oleh Al-Syaikh Husain Al-Jisr, seorang ulama Islam yang telah dipengaruhi
oleh ide-ide modern. Di masa itu sekolah-sekolah misi Kristen telah mulai bermunculan di Suria

xii
dan banyak menarik perhatian orang tua untuk memasukkan anak-anak mereka belajar di sana.
Dalam usaha menandingi daya tarik sekolah-sekolah misi inilah, maka Al-Syaikh Husain Al-Jisr
mendirikan Sekolah Nasional Islam tersebut. Karena mendapat tantangan dari pemerintah
Kerajaan Utsmani, umur sekolah itu tidak panjang. Rasyid Rida meneruskan pelajarannya di
salah satu sekolah agama yang ada di Tripoli. Tetapi dalam pada itu, hubungan dengan Al
Syaikh Husain AlJisr berjalan terus dan guru inilah yang menjadi pembimbing baginya di masa
muda. Selanjutnya, ia banyak dipengaruhi oleh ide-ide Jamaluddin Al-Afghani dan Muhammad
Abduh melalui majallah Al-Urwah Al-Wusṭa. Ia berniat untuk menggabungkan diri dengan Al
Afghani di Istambul, tetapi niat itu tak terwujud. Sewaktu Muhammad Abduh berada dalam
pembuangan di Beirut, ia mendapat kesempatan baik untuk berjumpa dan berdialog dengan
murid Al-Afghani yang terdekat ini. Perjumpaan-pèrjumpaan dan dialognya dengan Muhammad
Abduh meninggalkan kesan yang baik dalam dirinya. Pemikiran-pemikiran pembaharuan yang
diperolehnya dari Al- Syaikh Husain Al-Jisr dan yang kemudian diperluas lagi dengan ide-ide
Al-Afghani dan Muhammad Abduh amat memengaruhi jiwanya. Ia mulai mencoba menjalankan
ide-ide pembaharuan itu ketika masih berada di Suria, tetapi usaha-usahanya mendapat tantangan
dari pihak Kerajaan Utsmani. Ia merasa terikat dan tidak bebas. Oleh karena itu, ia memutuskan
pindah ke Mesir, dekat dengan Muhammad Abduh. Pada bulan Januari 1898, ia sampai di negeri
gurunya ini. Beberapa bulan kemudian, ia mulài menerbitkan majalah yang termasyhur, Al-
Manār. Di dalam nomor pertama, dijelaskan bahwa tujuan Al-Manār sama dengan tujuan Al
Urwah Al-Wusṭa, antara lain mengadakan pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan
ekonomi, memberantas takhyul dan bid’ah-bid’àh yang masuk ke dalam tubuh Islam,
menghilangkan paham fatalisme yang terdapat dalam kalangan umat Islam, serta paham-paham
salah yang dibawa tarekat-tarekat tasawuf, meningkatkan mutu pendidikan dan membela umat
Islam terhadap permainan politik negara-negara Barat. Majalah ini banyak menyiarkan ide-ide
Muhammad Abduh. Guru memberikan ide-ide kepada murid dan kemudian muridlah yang
menjelaskan dan menyiarkannya kepada umum melalui lembaran-lembaran Al-Manār. Tetapi,
selain dari ide-ide, Al-Manār juga mengandung artikel-artikel yang dikarang Muhammad Abduh
sendiri. Demikian juga tulisan pengarang-pengarang lain. Beberapa pemikiran Rasyid Rida
tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut.
a. Sikap aktif dan dinamis di kalangan umat Islam harus ditumbuhkan.
b. Umat Islam harus meninggalkan sikap dan pemikiran kaum Jabariyah.
c. Akal dapat dipergunakan untuk menafsirkan ayat dan hadis tanpa meninggalkan prinsip
umum.
d. Umat Islam menguasai sains dan teknologi jika ingin maju.
e. Kemunduran umat Islam disebabkan banyaknya unsur bid’ah dan khurafat yang masuk
ke dalam ajaran Islam.
f. Kebahagiaan dunia dan akhirat diperoleh melalui hukum yang diciptakan Allah Swt.
g. Perlu menghidupkan kembali sistem pemerintahan khalifah.
h. Khalifah adalah penguasa di seluruh dunia Islam yang mengurusi bidang agama dan
politik.
i. Khalifah haruslah seorang mujtahid besar dengan bantuan para ulama dalam
menerapkan prinsip hukum Islam sesuai dengan tuntutan zaman.

8. Sayyid Ahmad Khan

Setelah hancurnya Gerakan Mujahidin dan


Kerajaan Mughal sebagai akibat dari
Pemberontakan 1857, muncullah Sayyid Ahmad
Khan untuk memimpin umat Islam India, yang
telah kena pukul itu untuk dapat berdiri dan
maju kembali sebagai di masa lampau. Ia lahir di
Delhi pada 17 Oktober tahun 1817 dan menurut
keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu
Nabi Muhammad melalui Fatimah dan Ali.
Neneknya, Sayyid Hadi, adalah pembesar istana
di zaman Alamghir II (1754‒1759). Sedangkan
kakek dan ayahnya bekerja di East India
Company, perusahaan dagang dari Inggris. Sir
xiiiSayed kecil dibesarkan di rumah kakek dari
pihak ibu di daerah kaya di Delhi. Ia dibesarkan
dibesarkan oleh ibunya, Aziz-un-Nisa dengan
disiplin dan pendidikan modern.
Sumber : https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/
Sewaktu berusia 18 tahun, ia masuk bekerja pada Serikat India Timur. Kemudian, ia bekerja pula
sebagai hakim. Tetapi, pada tahun 1846, ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi. Di
masa Pemberontakan 1857, ia banyak berusaha untuk mencegah terjadinya kekerasan dan
dengan demikian banyak menolong orang Inggris dari pembunuhan. Pihak Inggris menganggap
ia telah banyak berjasa bagi mereka dan ingin membalas jasanya, tetapi hadiah yang
dianugerahkan Inggris kepadanya ia tolak. Gelar Sir yang kemudian diberikan kepadanya dapat
ia terima. Hubungannya dengan pihak Inggris menjadi baik dan ini ia pergunakan untuk
kepentingan umat Islam India. sejak menapaki karier di EIC pada 1840, dia mulai
memanfaatkan waktu luangnya untuk menulis. Satu hal yang mendorongnya adalah kegelisahan
atas nasib kaum Muslim, khususnya di India. Inggris begitu kuat mendominasi banyak bidang
kehidupan masyarakat, sekalipun kekuasaan de jure Kesultanan Mughal masih ada. Ada
hubungan yang "unik." Sayyid Ahmad Khan memandang Inggris sebagai "musuh yang
terhormat". Sebab, di satu sisi Inggris membawa ke India salah satu peradaban yang unggul
terutama dalam bidang sains dan teknologi. Karena itu, bagi sang sayyid, mengusir Inggris
sepenuhnya tidak terlalu menguntungkan bagi situasi umat Islam di India saat itu. Dia lantas
menyarankan adanya saling memahami antara kaum Muslim dan penguasa Inggris. Sebagai
birokrat, di sisi lain, Sayyid Ahmad Khan justru bersikap kritis terhadap praktik kekuasaan
Inggris. Dalam setiap kesempatan, dia selalu menyampaikan kepada penguasa kolonial tentang
pentingnya pembangunan infrastruktur pendidikan dan kesehatan yang diperuntukkan bagi
masyarakat lokal. Tujuannya agar mereka dapat bebas dari jeratan kebodohan dan kemiskinan.
Pada awal abad ke-20, paham modernisme telah menggerakkan masyarakat jajahan untuk tampil
melawan penindasan melalui jalan pendidikan. Sayyid Ahmad Khan termasuk yang mengalami
sendiri dampak positif dari sikap terbuka dan kritis terhadap pengaruh luar. Dia menilai, tidak
mungkin suatu kaum bangkit dengan hanya mengandalkan pertempuran senjata. Mereka mesti
dibekali dengan pendidikan yang memadai. Dalam arti, nilai-nilai agama Islam tetap tertanam
dalam diri. Namun, di saat yang sama, alam pikirannya terbebas dari sikap jumud menuju sikap
ilmiah yang menerima beragam perbedaan.
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Kemunduran umat Islam disebabkan tidak mengikuti perkembangan zaman dengan cara
menguasai sains dan teknologi.
b. Ia berpendirian bahwa manusia bebas berkehendak dan berbuat sesuai dengan sunatullah
yang tidak berubah. Gabungan kemampuan akal, kebebasan manusia berkehendak dan

xiv
berbuat, serta hukum alam inilah yang menjadi sumber kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern.
c. Sumber ajaran Islam hanyalah al-Qur’ān dan hadis.
d. Ia menentang taklid dan perlu adanya ijtihad sehingga umat Islam dapat berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
e. Ia berpendapat satu-satunya cara untuk mengubah pola pikir umat Islam dari
keterbelakangan adalah pendidikan.

9. Sultan Mahmud II

Mahmud bin Salim lahir di Istanbul pada tanggal


13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan tanggal 20
Juli 1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839.
Dia adalah sultan ke-33 dari sultan Kerajaan
Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan pada
tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakaknya
Mustafa IV sampai ia meninggal. Sultan Mahmud
II mempunyai didikan tradisional, antara lain
pengetahuan agama, pengetahuan pemerintahan,
sejarah dan sastra Arab, Turki dan Persia. Ia
diangkat menjadi Sultan pada tahun 1807 dan
meninggal pada tahun 1839. Pembaharuan di
Kerajaan Utsmani abad ke19, di Mesir
Muhammad Ali Pasyalah raja yang memelopori
pembaharuan, di Kerajaan Utsmani, raja yang
menjadi pelopor pembaharuan adalah Sultan
Mahmud II.
Sumber : https://www.bacaanmadani.com/
Sultan Mahmud II adalah sultan ke-30 yang memimpin Kesultanan Utsmaniyah sejak 1808-
1839. Ia dikenal sebagai sosok pembaru yang melakukan reformasi di pemerintahan Kesultanan
Utsmaniyah dalam bidang administrasi, militer, dan ekonomi. Reformasi yang dilakukan Sultan
Mahmud II berhasil menghilangkan berbagai kebijakan konservatif yang kerap menjadi
hambatan para Sultan Ottoman. Keberhasilannya ditandai dengan adanya perubahan politik dan
sosial kesultanan, yang pada akhirnya mengarah pada lahirnya Republik Turki Modern. Selain
itu, Sultan Mahmud II dikenal sebagai peniru Barat yang membuat Kekaisaran Ottoman akhirnya
membuka diri terhadap modernisasi. Berkat keberhasilannya dalam mereformasi pemerintahan
Ottoman, ia kerap disebut sebagai "Peter Agung dari Turki". Pada 1808, ketika Mahmud II
berusia sekitar 23 tahun, terjadi sebuah konflik di dalam istana, di mana saudara tirinya, yakni
Mustafa IV, membuat rencana eksekusi untuk sepupunya, Sultan Selim III. Pemimpin
pemberontakan adalah Alemdar Mustafa Pasha, yang kemudian menjadi menteri Mahmud II.
Dalam peristiwa ini, Selim III wafat, sementara Mahmud II disembunyikan oleh ibunya agar
tidak menjadi korban selanjutnya. Tidak lama kemudian, Mustafa IV berhasil digulingkan dan
Sultan Mahmud II diangkat menjadi khalifah pada 1808. Di bagian pertama dari masa
kesultanannya, ia disibukkan oleh peperangan dengan Rusia dan usaha menundukkan daerah-
daerah yang mempunyai kekuasaan otonomi besar. Peperangan dengan Rusia selesai pada tahun
1812 dan kekuasaan otonomi daerah akhirnya dapat ia perkecil kecuali kekuasaan Muhammad
Ali Pasya di Mesir dan satu daerah otonomi lain di Eropa. Setelah kekuasaannya sebagai pusat
pemerintahan Kerajaan Utsmani bertambah kuat, Sultan Mahmud II melihat bahwa telah tiba
masanya untuk memulai usaha-usaha pembaharuan yang telah lama ada dalam pemikirannya.
Sultan Mahmud II dikenal juga sebagai sosok pembaru yang melakukan reformasi di berbagai
bidang pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah. Di bidang hukum, ia menutup Pengadilan
Penyitaan dan mengambil sebagian besar kewenangan seorang Pasha (pejabat tinggi), yang
sering kali disalahgunakan. Pada masanya, situasi keuangan kekaisaran begitu meresahkan dan
kelas sosial tertentu telah lama berada di bawah tekanan pajak yang berat akibat adanya praktik
korupsi para pejabat pemerintahan. Bahkan, sistem pemungutan pajak dijadikan sebagai mesin
tirani bagi sebagian pejabat. Pada masa pemerintahannya, Sultan Mahmud II melakukan
reformasi birokrasi secara besar-besaran untuk menegakkan kembali otoritas kerajaan dan

xv
meningkatkan efisiensi administrasi pemerintahannya. Hal ini dicapai dengan beberapa langkah
besar, menghapus cara penarikan pajak yang lama dan membubarkan beberapa institusi yang
rawan penyelewengan, dan menaikkan gaji sebagai upaya untuk mengakhiri penyuapan. Dan
sebagaimana sultan-sultan lain, hal pertama yang menarik perhatiannya ialah pembaharuan di
bidang militer. Sultan Mahmud II banyak melakukan gerakan pembaruan dalam dunia Islam,
yaitu sebagai berikut :
a. Menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahannya.
b. Menghapus pengultusan sultan yang dianggap suci oleh rakyatnya.
c. Memasukkan kurikulum umum ke dalam lembaga-lembaga pendidikan madrasah.
d. Mendirikan sekolah Maktebi Ma’arif yang mempersiapkan tenaga-tenaga administrasi,
dan Maktebi Ulum’i edebiyet yang mempersiapkan tenaga - tenaga ahli penerjemah.
e. Mendirikan sekolah kedokteran, militer dan teknik.

10. Muhammad Iqbal

Muhammad Iqbal berasal dari keluarga


golongan menengah di Punjab dan lahir di
Sialkot, Pakistan, 9 november 1877. Untuk
meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore
dan belajar di sana sampai ia memperoleh gelar
kesarjanaan M.A. Di kota itulah ia berkenalan
dengan Thomas Arnold, seorang Orientalis,
yang menurut keterangan, mendorong pemuda
Iqbal untuk melanjutkan studi di Inggris. Pada
tahun 1905, ia pergi ke negara ini dan masuk ke
Universitas Cambridge untuk mempelajari
falsafat. Dua tahun kemudian, ia pindah ke
Munich di Jerman, dan di sinilah ia memperoleh
gelar Ph.D. dalam tasawuf. Tesis doktoral yang
diajukannya berjudul: The Development of
Metaphysics in Persia
(Perkembangan Metafisika di Persia).
Sumber: https://maktabahmahasiswa.blogspot.com/
Biasa disebut sebagai Allama (Sarjana), ia belajar di Inggris dan Jerman, mendirikan praktik
hukum. Namun, ia berkonsentrasi terutama pada penulisan karya ilmiah tentang politik,
ekonomi, sejarah, filsafat, dan agama. Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di
samping pekerjaannya sebagai pengacara, ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The
Reconstruction of Retigious Thought in Islam adalah hasil ceramah-ceramah yang diberikannya
di beberapa universitas di India. Kemudian, ia memasuki bidang politik dan pada tahun 1930, ia
dipilih menjadi Presiden Liga Muslimin. Di dalam perundingan Meja Bundar di London, ia turut
dua kali mengambil bagian. Ia juga menghadiri Konferensi Islam yang diadakan di Yerusalem.
Pada tahun 1933, ia diundang ke Afghanistan untuk membicarakan pembentukan Universitas
Kabul. Dalam usia 62 tahun, ia meninggal pada 21 April 1938. "Gagasan Iqbal tentang setiap
aspek kehidupan memperoleh dimensi universal, karena sesuai dengan struktur tradisional
negara Islam lain yang mengalami proses sejarah serupa. Filsafat yang ia tawarkan adalah
kelahiran kembali filsafat dunia Islam, yaitu mengalami pembubaran, korupsi, dan alienasi di
segala bidang," kata Soydan dilansir di Anadolu Agency. Kepentingan Muhammad Iqbal penting
bagi orang Pakistan, karena dia membayangkan negara merdeka bagi umat Islam India, yang
kemudian didirikan oleh Muhammad Ali Jinnah. Ciri lain yang membuat Iqbal penting di
Pakistan dan India adalah bahwa dia tidak hanya mengungkapkan pendapat tentang masalah
masa di mana dia hidup tetapi juga menghasilkan pendapat tentang masa depan politik bangsa
Muslim. Mengingat perkembangan politik India anak benua itu, dia melakukan upaya intens
untuk tujuan ini sebagai seorang intelektual yang menyadari perlunya negara terpisah bagi
Muslim India. Iqbal memiliki tempat di hati rakyat Pakistan dan Muslim sebagai arsitek spiritual
Pakistan. Filosofi Iqbal didasarkan pada tiga pilar yaitu pembentukan negara merdeka di Asia
Barat Daya, penciptaan budaya Islam baru di Asia, dan persatuan dunia Islam. Iqbal adalah
tokoh yang berusaha memenuhi tugasnya untuk menjelaskan kehidupan politik dan sosial umat

xvi
Islam di masa depan dengan ide-ide yang ia bentuk dan menambahkan bahwa ada alasan yang
dibenarkan mengapa Iqbal dicintai dan dihormati, terutama di dunia Islam.
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pembaruan Islam adalah sebagai berikut :
a. Ijtihad mempunyai kedudukan penting dalam pembaruan Islam dan pintu ijtihad tetap
terbuka.
b. Umat Islam perlu mengembangkan sikap dinamisme. Dalam syiarnya, ia mendorong
umat Islam untuk bergerak dan jangan tinggal diam.
c. Kemunduran umat Islam disebabkan oleh kebekuan dan kejumudan dalam berpikir.
d. Hukum Islam tidak bersifat statis, tetapi dapat berkembang sesuai perkembangan zaman.
e. Umat Islam harus menguasai sains dan teknologi yang dimiliki Barat.
f. Perhatian umat Islam terhadap zuhud menyebabkan kurangnya perhatian terhadap
masalah-masalah keduniaan dan sosial kemasyarakatan.

xvii

Anda mungkin juga menyukai