Anda di halaman 1dari 10

Materi bab 10 pembaru islam

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK : abasa /(1)
ANGGOTA : - EDO TRIDIMASTA
- M. ALFIANSYAH
- M. HARI NOVANTO
- M. RYIANSYAH
- RANI FITRI

KELAS XI mia.2
SMA Negeri 1 Siantan
Tahun ajaran 2018-2019

MATERI AGAMA ISLAM KELAS 11 TENTANG BANGUN DAN BANGKITLAH WAHAI


PEJUANG ISLAM

     islam pada Masa Modern (1800 – sekarang)Islam pada periode Modern ini dikenal dengan
era kebangkitan umat Islam. Kebangkitan umat  Islam disebabkan oleh adanya benturan antara
kekuatan Islam dengan kekuatan Eropa.Benturan itu menyadarkan umat Islam bahwa mereka
sudah cukup jauh tertinggal dengan Eropa. Hal ini dirasakan sekali oleh Kerajaan Turki Usmani
yang langsung menghadapi kekuatan Eropa untuk pertama kalinya. Kesadaran tersebut
membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk belajar dari Eropa. Guna
memulihkan kembali kekuatan Islam, Kerajaan Turki mengadakan suatu gerakan pembaharuan
dengan mengevaluasi apa yang menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide
pembaharuan dan ilmu pengetahuan dari Barat.

Pada  sekitar abad 13 M, benih pembaharuan dunia Islam sesungguhnya telah muncul. ketika
dunia Islam mengalami kemunduran di berbagai bidang. Saat itu pula lahirlah Taqiyudin Ibnu
Taimiyah, seorang muslim yang sangat peduli terhadap nasib umat Islam dengan mendapat
dukungan muridnya Ibnu Qoyyim al Jauziyah (691‒751). Mereka ingin mengembalikan kembali
pemahaman keagamaan umat Islam kepada pemahaman dan pengamalan Rasulullah saw.

Gerakan salaf ini kemudian menjadi ciri gerakan pembaharuan dalam dunia Islam yang
mempunyai ciri sebagai berikut.

1. Memberi ruang dan peluang ijtihad dalam berbagai kajian keagamaan yang berkaitan
dengan muamalah duniawiyah.

2. Tidak terikat secara mutlak dengan pendapat ulama-ulama terdahulu.

3. Memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan,
khurafat, bid’ah, taqlid, dan tawasul.

4. Kembali kepada al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber utama ajaran Islam.

Secara garis besar isi pemikiran Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim antara lain mengadakan
pembaharuan dalam bidang agama, sosial, dan ekonomi, memberantas takhayul serta bid’ah
yang masuk ke dalam ajaran Islam, menghilangkan paham fatalisme yang terdapat di kalangan
umat Islam, menghilangkan paham salah yang dibawa oleh tarekat tasawuf, meningkatkan
mutu pendidikan dan membela umat Islam terhadap permainan politik negara Barat.

Selanjutnya, ide-ide cemerlang Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim dan yang lainnya dilanjutkan
oleh para tokoh muda yang lahir pada abad ke-18. Mereka meyakini bahwa umat Islam sudah
tertinggal jauh dibandingkan dunia Barat. Umat Islam masih berkutat pada hal-hal yang tidak
rasional seperti bid’ah, khurafat, dan tahayyul. Satu-satunya jalan adalah umat Islam harus
bangkit dari kebodohan itu. Maka, lahirlah tokoh-tokoh pembaharu Islam.

A.   Tokoh Tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern

      1 Muhammad bin Abdul Wahab

Muhammad bin Abdul Wahab lahir di Uyainah, daerah Najed pada tahun 1115 H dan wafat

pada tahun 1206 H. Negeri tempat kelahirannya adalah sebuah daerah terpencil di pedalaman
Arab Saudi. Daerah ini tandus dan tidak banyak diperhatikan orang sebelum timbulnya gerakan
pemberharuan yang dipelopori Muhammad bin Abdul Wahab. Meskipun daerah ini secara resmi
merupkan daerah jajahan turki, tetapi pemerintahan turki tidak begitu memerhatikan daerah ini.
Karena tidak begitu mempunyai wakil pemerintahan yang efektif, kabilah-kabilah Arab yang
mendiami daerah ini tersebut tetap sebagai kelompok-kelompok yang bebas. Mereka di bawah
bimbingan berbagai kepala suku (amir-amir) mereka. Pada masa itu, kebesaran dan kekuasaan
kerajaan Turki Usmani mulai merosot dan rapuh.

Muhammad bin Abdul Wahab melajutkan belajar ke berbagai negeri, seperti Basrah (tinggal
selama 4 tahun), Bagdad (tinggal selama 5 tahun), Kurdistan (selama setahun), dan Hamadan
(tinggal selama 2 tahun). Kemudian, ia pergi ke Isfahan untuk mempelajari filsafat dan tasauf.
Setelah itu, ia pulang ke negerinya setelah singgah di Kota Qum.

Paham dan gerakan Muhamman bin Abdul Wahab di bidang akidah dan syariah adalah sebagai
berikut:
a.    Tauhid adalah pemahaman tentang ketuhanan yang penting memadai sebagai jalan yang
mampu memurnikan akidah Islam yang dikehendaki Allah dan rasul-Nya.

b.    Tidak ada perkataan seorang pun yang patut dijadikan dalil agama Islam, melaikan firman
Allah dan sunah Rasulullah saw.

c.    Taklid kepada ulama tidak dibenarkan.

d.   Pintu ijtihad terbuka sepanjang masa dan tidak pernah terputus.

e.    Syirik dalam segala bentuk, khurafat dan takhayul harus dikikis habis.

f.     Ia menhendaki system pendidikan diubah dengan system dinamis dan kreatif.

2.      Shah Waliullah

Biografi singkat:

Nama lengkapnya adalah Qutb al-Din Ahmad bin Abd al-Rahim bin Wajih al-Din al-Syahid bin
Mu’azam bin Mansur bin Ahmad bin Mahmud bin Qiwam al-Din al-Dihlawi. Ia dilahirkan pada
hari Rabu, tanggal 21 Februari 1703 M atau 4 Syawal 1114 H di Phulat, sebuah kota kecil di
dekat Delhi dan wafat pada tahun 1762 M atau 1176 H. Dia dijuluki “Shah Waliullah” yang
berarti sahabat Allah karena kesalehan yang ia miliki. Dia memulai studinya di usia lima tahun
dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Quran pada usia tujuh. Dia adalah pengikut
Ahlus Sunnah Wal Jamaah dan penganut mazhab fikih Hanafi.

pemikiran pemikiran:

  Ketika ia dewasa ia menyaksikan kemunduran yang dialami oleh umat Islam India dalam
berbagai hal dan berada pada titik kritis kemundurannya. Hal ini sangat berbeda sekali dengan
ketika ia dilahirkan, dimana kerajaan moghul Islam sedang dalam puncak kebesarannya.

    Dalam keadaan demikian ia terpanggil hatinya untuk mengubah tatanan sosial dan politik di
India zaman itu. Sebagai seorang yang realistik, ia berusaha memberikan diagnose terhadap
perbagai penyakit yang merasuki politik maupun semangat keagamaan masyarakat Islam, dan
menganjurkan cara pengobatan untuk kesembuhannya dari jurang kehancuran.

     Menurutnya, salah satu sebab kemunduran umat Islam salah satunya adalah masuknya
adat-istiadat dan ajaran-ajaran bukan islam ke dalam keyakinan umat islam (bid’ah). Umat
Islam di India menurutnya banyak dipengaruhi oleh adat-istiadat dan ajaran Hindu. Karena itu
keyakinan ajaran umat islam harus dibersihkan dari hal-hal asing tersebut. Mereka mesti
dibawa kembali kepada ajaran-ajaran islam yang sebenarnya bersumber yang asli yaitu Al
Qur’an dan Hadits. Dan untuk mengetahui ajaran-ajaran islam sejati, orang harus kembali
kepada 2 sumber tersebut bukan kepada buku-buku tafsir, fiqih, ilmu kalam dan sebagainya.

     Dan penyebab kemunduran umat yang lainnya adalah taqlid atau mengikut dan patuh pada
penafsiran dan pendapat-pendapat ulama-ulama masa lampau. Ia mensarankan agar
masyarakat Islam bersifat dinamis. Penafsiran yang sesuai untuk suatu zamannya belum tentu
sesuai dengan zaman sesudahnya. Oleh karena itu ia menentang taqlid dan sangat
menganjurkan untuk berijtihad. Ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Al Qur’an dan hadits,
melalui ijtihad harus disesuaikan dengan perkembangan zaman. Karena itu dalam rangka
pemikiran ajaran islam yang murni dan yang telah kemasukan adat istiadat, ia membedakan
antara Islam yang universal dan Islam yang mempunyai corak lokal. Islam universal
mengandung ajaran-ajaran dasar yang kongkrit, sedang islam lokal mempunyai corak yang
ditentukan oleh kondisi tempat yang bersangkutan, dan yang harus dikembangkan menurutnya
adalah Islam yang universal.

    Syah Waliyullah juga berusaha mendamaikan perpecahan yang terjadi dikalangan umat


islam, yang diakibatkan oleh pertentangan oleh aliran dan mazhab. Menurutnya hal ini
merupakan sebab lain bagi lemahnya umat Islam. Pada zamannya memang terjadi
pertentangan yang sangat tajam antara Sunni dengan Syi’ah, Mu’tazilah dengan Asy’ariyah dan
Maturidiyah, dilain pihak Kaum Sufi dan kaum Syari’ah dan diantara pengikut Mazhab yang 4-
pun demikian. Oleh sebab itu ia berusaha untuk mengadakan suasana damai antara golongan-
golongan tersebut. Syi’ah oleh kalangan sunni yang mayoritas dipandang telah keluar dari
Islam, pendapat ini dilawan oleh Syah Waliyullah dengan menegaskan bahwa kaum Syi’ah
sama halnya dengan kaum Sunni, masih tetap Islam. Ajaran-ajaran yang mereka anut tidak
membuat mereka keluar dari Islam.

    Dalam bidang tasauf ia berupaya menyelaraskan konsepsi Ibn Arabi tentang wihdah al wujud
(kesatuan wujud) dengan konsepsi Syaikh Ahmad Sirhindi (w.1624 M) tentang wahdah al
syuhud (kesatuan penyaksian).    

    Dalam bidang hadist, ia adalah pelopor kebangkitan hadits di wilayah India, dimana waktu itu
studi hadits di Timur Tengah mengalami kemandegan. Dalam bidang hadits ini, ia membuat
syarah kitab Al Muwaththa karya Imam Malik dalam dua bahasa (bahasa Arab dan Persia),
yaitu Al Mushaffa dan Al Maswa. Pembaharuan dalam pemikiran dan juga studi hadits ini ini
dilanjutkan oleh anak dan cucu-cucunya.

3. MUHAMMAD ALI PASYA

Muhammad Ali, adalah seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani, pada tahun
1765, dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. orang tuanya bekerja sebagai seorang penjual
rokok dan dari kecil Muhammad Ali telah harus bekerja. Ia tak memperoleh kesempatan untuk
masuk sekolah dengan demikian dia tidak pandai menulis maupun membaca, meskipun ia tak
pandai

Setelah Muhammad Ali mendapat kepercayaan rakyat dan pemerintah pusat Turki, ia
menumpas musuh-musuhnya, terutama golongan mamluk yang masih berkuasa di daerah-
daerah akhirnya mamluk dapat ditumpas habis. Dengan demikian Muhammad Ali menjadi
penguasa tunggal di Mesir, akan tetapi lama kelamaan ia asyik dengan kekuasaannya, akhirnya
ia bertindak sebagai diktator. Pada waktu Muhammad Ali meminta kepada sultan agar Syiria
diserahkan kepadanya, Sultan tidak mengabulkannya. Muhammad Ali Pasya marah dan
menyerang dan menguasai Syiria bahkan serangan sampai ke Turki. Muhammad ali dan
keturunannya menjadi raja di Mesir lebih dari satu setengah abad lamanya memegang
kekuasaan di Mesir. Terakhir adalah Raja Farouk yang telah digulingkan oleh para jenderalnya
pada tahun 1953. Dengan demikian berakhirlah keturunan Muhammad Ali di Mesir.,[8]

Pembaharuan yang dilaksanakan oleh Muhammad Ali :

1. Politik luar negeri

Muhammad Ali menyadari bahwa bangsa mesir sangat jauh ketinggalan dengan dunia Barat,
karenanya hubungan dengan dunia Barat perlu diperbaiki seperti Perancis, Itali, Inggris dan
Austria . Menurut catatan antara tahun 1813-1849 ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Itali,
Perancis, Inggris dan Austria . Selain itu dipentingkan pula ilmu Administrasi Negara, akan
tetapi system politik Eropa tidak menarik perhatian Muhammad Ali.

2. Politik dalam negeri

a. Membangun kekuatan militer.

b. Bidang pemerintahan.

c. Ekonomi.

d. Pendidikan.

4. Al-Tahtawi

Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi adalah pembawa pemikiran pembaharuan yang besar
pengaruhnya di pertengahan pertama dari abad ke-19 di Mesir. Dalam gerakan pembaharuan
Muhammad Ali Pasya, al-Tahtawi turut memainkan peranan.
Ia lahir pada tahun 1801 di Tahta, suatu kota yang terletak di Mesir bagian Selatan, dan
meninggal di Kairo pada tahun 1873. Ketika Muhammad Ali mengambil alih seluruh kekayaan di
Mesir, harta orang tua al-Tahtawi termasuk dalam kekayaan yang di kuasai saat itu. Ia terpaksa
belajar di masa kecilnya dengan bantuan dari keluarga ibunya. Ketika berumur 16 tahun, ia
pergi ke Kairo untuk belajar di Al-Azhar. Setelah lima tahun menuntut ilmu ia selesai dari
studinya di Al-Azhar pada tahun 1822.

pemikirannya:

Bidang Ekonomi

Dalam bukunya manahijul-albab al-Misriyyah, fi mana hijil adab al-‘Asriyyah: beliau


menerangkan bahwa betapa pentingnya kemajuan ekonomi bagi kemajuan suatu negara.
Menurut pendapatnya masyarakat kesejahteraan yang dimaksud adalah kesejahteraan seperti
yang beliau lihat di Eropa. Dan menurut beliau kesejahteraan akan dicapai dengan tiga cara:
berpegang teguh pada agama, berbudi pekerti baik, dan kemajuan ekonomi. Sedangkan
ekonomi mesir sendiri bergantung pada pertanian, ia memuji usaha yang di jalankan
Muhammad Ali dalam lapangan ini.

Ø Bidang Pemerintahan

Menurut pendapat Al-Tahtawi masyarakat suatu negara tersusun dari empat golongan: Raja,
kaum Ulama dan Ahli-ahli, Tentara dan Kaum Produsen. Dua golongan pertama adalah
golongan yang memerintah dan menjalankan kesejahteraan suatu negara sedangkan dua
golongan yang lain adalah golongan rakyat yang harus patuh dan setia kepada pemerintahan.

Ø Bidang Pendidikan

Al-Tahtawi semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengejar, dan
mengatur pendidikan, dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang
ditulisnya. Dia menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitanya dengan masalah-masalah
masyarakat dan lingkungan.[7]

Dan dalam bukunya Al-Mursyidul-Amin lil Banati wal Banin, beliau menjelaskan bahwa,
pendidikan dasar mesti bersifat universal dan sama bentuknya untuk segala golongan.
Pendidikan menengah mesti mempunyai kualitas tinggi. Anak-anak perempuan mesti
memperoleh pendidikan yang sama dengan anak laki-laki. Kaum ibu harus mempunyai
pendidikan, gar dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi teman suami dalam kehidupan
intlektual dan sosial dan bukan hany a menjadi istri yang dapat memenuhi kebutuhan jasmani
keluarganya juga agar dapat bekerja seperti laki-laki dalam batas-batas kesanggupan dan
pembawa mereka, selanjutnya agar mereka dapat melepas kekosongan waktu di rumah dan
dari kebiasaan mengobrol dengn tetangga.

Ø Patriotisme

Menurut Al-Tahtawi pendidikan bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi


juga membentuk rasa kepribadian dan menanamkan hubb al-watan (rasa patriotisme).
Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu masyarakat yang
mempunyai peradaban. Al-Tahtawi adalah orang mesir yang pertama kali menganjurkan
patriotisme. Kata-kata watan dan hubb al-watan kelihatan selalu di pakai oleh Al-Tahtawi dalam
buku kedua dan ketiga.

Ø Ijtihad Dan Pengetahuan Modern

At-Tahtawi berpendapat bahwa kaum ulama harus mengetahui Ilmu-ilmu moderen agar
mereka dapat menyesuaikan syariat dengan kebutuhan-kebutuhan modern. Ini mengandung
arti bahwa ijtihad yang tertutup pintunya semenjak abad ke-11 M, bagi Al-Tahtawi dalah tebuka,
tetapi beliau belum berani mengungkapkan secara terang-terangan. Karena masyarakat islam
belum bisa menerima pendapat pada masa itu karena di anggap telalu radikal.

5. Jamaluddin al-Afgani

Jamaluddin al-Afgani nama aslinya adalah Muhammad Ibnu Safdar al-Husainy. Ia lahir pada
tahun 1838 M di Kota Asadabad. Kawasan distri Kabul, bagian timur Afghanistan. Ia wafat pada
tahun 1897 M di Iran dalam status tahanan politk.

Sejak kecil, ia sudah belajar membaca al-Qur’an, bahasa Arab, Persia, Ilmu tafsir, imu hadis,
tasawuf, dan filsafat. Ia juga pernah menuntut ilmu ke Iran dan Irak, pusat perguruan Syiah.
Selama beberapa tahun, ia menjadi murid seorang sarjana syiah bernama Murtada an-Nasary.

Pada usia 20 tahun, Jamaluddin al-Afgani menjadi pembantu pangeran Muhammad Khan di
Afghanistan pada tahun 1864 M, ia menjadi penasihat Sher Ali Khan, kemudian ia diangkat
menjadi perdana menteri pada masa pemerintahan Muhammad ‘Azham Khan berkat
kecerdasan dan kepribadiannya yang menarik. Jamaluddin al-Afgani banyak memperoleh
pengalaman selam mengembara ke berbagai Negara, seperti ke India dan Mesir. Ia juga
menjadi dosen kaum intelektual di Universitas al-Azhar Mesir. Di antara muridnya yang cukup
terkenal adalah Muhammad Abduh dan Saad Zaglul.

Pokok pemikiran Jamaluddin al-Afgani:

1. Bangkitkan kesadaran berpolitik melawan absolutism.

2. Lengkapi diri dengan sains dan tekonologi modern.

3. Kembali pada Islam yang sebenarnya.

4. Hidupkan aqidah Islam sebagai aqidah yang komprehensif dan independen.

5. Lawan kolonialisme asing.

6. Tegakkan persatuan Islam.

7. Infuskan ruh jihad ke jasad masyarakat Islam yang setengah mati.

8. Hilangkan rasa rendah diri dan rasa takut terhadap barat.

6. MUHAMMAD ABDUH

Biografi

Ia lahir di suatu desa (tidak jelas nama desanya) pada tahun 1849 M. BapakMuhammad Abduh
bernama Abduh Hasan Khaerullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya
menurut riwayat berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai kepada Umar bin
Khattab.

. Pemikiran-pemikirannya

Faktor penyebab terjadinya kemunduran di kalangan umat Islam adalah :

Paham jumud, yaitu paham yang beku, tidak berkembang, statis di kalangan umat Islam.
Paham ini berpendapat, bahwa dalam ajaran Islam tidak perlu lagi didakan perubahan-
perubahan sebab sudah menjadi tradisi yang dilakukan secara turun-temurun.

Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah ditentukan oleh
Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini sudah mewabah
di kalangan umat Islam sebagai akibat faham tasawuf yang keliru yang berkembang sejak abad
11- 13 M. Umat Islam melakukan tasawuf karena sikap frustasi dan putus asa sebagai akibat
kekalahan politik umat Islam, terutama sejak hancurnya Baghdad pada abad XIII. Akibat dari
perilaku tasawuf ini, umat Islam tidak lagi mencintai ilmu pengetahuan sebagaimana pernah
terjadi pada abad II hijriyah ( abad VII M).
Paham taqlid yang sudah mewabah di kalangan umat Islam. Paham taqlid ini diakibatkan
karena fanatik yang membabi buta terhadap mazhab, akibat dari paham taqlid ini
mengakibatkan umat Islam tidak memiliki semangat untuk berijtihad, dan umat Islam menjadi
terpecah-pecah dan sulit untuk disatukan kembali menjadiummatan wahidah.

Umat Islam sudah tidak lagi memfungsikan peran akal secara maksimal, sehingga umat Islam
lebih banyak tunduk pada keadaan dan pasrah kepada nasib. Menurut Muhammad Abduh,
banyak sekali dalam ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada umat Islam untuk
menggunakan akalnya. Dari lemahnya akal ini mengakibatkan umat Islam mundur
peradabannya dan tidak berdaya menghadapi kemajuan ilmu pengetahuan yang berkembang
di dunia Barat (Perancis dan Inggris).

C. Problem solving :

Untuk memecahkan permasalahan umat Islam yang harus dilakukan adalah :

Membangkitkan kembali semangat ijtihad yang telah teetutup. Dengan ijtihad ummat Islam
bekembang ilmu pengetahuan dan peradabannya.

Menghilangkan sikap fatalis (pasrah) pada keadaan di kalangan umat Islam, sebab Allah telah
mencipakan akal yang memilki kemauan bebas (free will) dan free act(bebas berbuat)
berdasarkan hukum sunnatullah (hukum sebab akibat).

Ummat Islam harus menguasai ilmu dunia sebagaimana Barat sehingga ummat Islam akan
mengalami kemajuan dan kemenangan.

7. RASYID RIDHA

Biografi

Rasyid Ridla adalah murid Muhammad Abduh yang terdekat. Ia lahir pada tahun 1865 M. di
desa Al-Qalamun Libanon. Menurut riwayat ia berasal dari keturunan AL-Husein, cucu Nabi
Muhammad SAW. Oleh karena itu ia selalu memakai gelar Al- Sayyid di depan namanya

Pemikiran-pemikirannya

Pemikiran Rasyid Ridla tidak jauh berbeda dengan sang guru (Muhammad Abduh). Menurut
pendapat Rasyid Ridla, bahwa yang menyebabkan kemunduran umat Islam adalah sebagai
berikut :

1. Tidak adanya semangat pemikiran dan penelitian (ijtihad) di kalangan umat Islam
secara dinamis. Umat Islam beranggapan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Hilangnya
semangat ijtihad ini bertentangan dengan hukum sunnatullah yang selalu berkembang dan
tidak pernah berhenti Ajaran Islam yang tidak boleh dirubah adalah mengenai masalah ibadah,
yang secara tegas sudah diatur secara jelas, (ibadah mahdlah). Akan tetapi mengenai
persoalanmuamalah (hubungan manusia dengan yang lain) seperti : ekonomi, sosial, ilmu
pengetahuan dan teknologi, politik, dll, akan selalu berkembang sesuai dengan kemajuan
zaman. Oleh karena itu, fiqh yang menyangkut persoalan kehidupan manusia dalam
masyarakat tadi selalu membutuhkan ketetapan hukum baru yang bersumber pada ijtihad.

2. Faham fatalis (jabbariyah), yaitu bahwa nasib manusia itu secara mutlak sudah
ditentukan oleh Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu untuk merubahnya. Sikap fatalis ini
sebagai akibat tidak difungsikannya peran akal secara maksimal. Menurut Rasyid Ridla, akal
adalahhidayah Allah ( disamping wahyu) yang berfungsi untuk mencari kebenaran terhadap
ayat-ayat Allah, baik ayat yang tertulis (Al-Qur’an) maupun ayat-ayat kauniyyah (alam semesta).

3. Untuk mewujudkan kejayaan ummat Islam perlu digalang persatuan umat Islam, dan
agar persatuan umat Islam terwujud perlu dibentuk khilafah islamiyah. Rasyid Ridla tidak
sependapat dengan gurunya (Muhammad Abduh) yang terlalu liberal (bebas) dan kebarat-
baratan. Rasyid Ridla juga tidak sependapat dengan paham nasionalime yang berkembang di
Negara Islam (terutama di Turki). Sebab nasionalisme tidak dikenal dalam Islam
8. Sayyid ahmad Khan

Biografi Singkat

Ia lahir di Delhi pada tahun 1817 dan menurut keterangan berasal dari keturunan Husein, cucu
Nabi Muhammad saw melalui Fatimah dan Ali. Ia mendapat pendidikan tradisional dalam
pengetahuan agama dan di samping bahasa Arab, ia juga belajar bahasa Persia. Ia orang yang
rajin membaca buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Sewaktu berusia depalan belas
tahun ia masuk bekerja pada Serikat India Timur, kemudian ia bekerja pula sebagai hakim.
Tetapi di tahun 1846 ia pulang kembali ke Delhi untuk meneruskan studi.

B. Pemikiran-pemikiran Pembaharuan

1. Bidang Politik :

a. Peningkatan kemajuan umat Islam di India dapat diwujudkan bukan melawan


penjajah Inggris, tetapi harus bekerja sama dengan Inggris sebagaimana yang dilakukan umat
Hindu.

b. Umat Hindu lebih maju peradabanya dari pada umat Islam sebab umat Hindu lebih
senang bekerja sama dengan Inggris.

c. Inggris maju dalam hal peradabannya karena lebih menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, oleh karena itu umat Islam harus belajar Iptek dari penjajah Inggris.

d. Memberontak atau melawan Inggris tidak ada artinya apabila umat Islam belum mampu
melawan.

e. Berusaha meyakinkan pihak Inggris bahwa umat Islam bukan musuh tetapi umat yang
cinta damai.

f. Umat Islam adalah satu umat yang tidak dapat membentuk suatu Negara dengan umat Hindu,
oleh karena itu umat Islam harus memiliki Negara sendiri.

2. Bidang agama :

a. Umat Islam mundur dikarenakan faham fatalist (jabbariyah), yaitu paham bahwa nasib
manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sehingga manusia tidak sanggup merubahnya. Akibat
dari paham ini menyebabkan umat Islam tidak memiliki kemauan keras untuk maju, pasrah
tanpa usaha serta lebih senang menyerahkan persoalannya kepada Tuhan. Padahal Tuhan
telah memberikan akal dan potensi lain yang dianugerahkan kepada manusia untuk mencapai
kemjuan-kemajuan.

b. Sebenarnya manusia diberikan kebebasan untuk memaksimalkan peran akalnya (free will)
dan berbuat sesuatu secara bebas (free act) namun tetap dalam koridor tauhid kepada Allah
dan tidak bertentangan dengan hukum Allah.

c. Kebebasan dalam berfikir umat Islam terhenti karena pendapat, bahwa pintu ijtihad telah
tertutup. Akibat dari pendapat ini umat Islam tidak memiliki gairah untuk menemukan teori-teori
baru melalui jalan ijtihad sebagaimana telah terjadi pada abab II H, di mana umat Islam pernah
mencapai kejayaan di semua bidang pengetahuan.

d. Dalam kehidupan ini, Allah telah menentukan hukum alam (nature law) yang telah
ditetapkan sesuai kehendaknya. Hukum itu berupa hukum sebab akibat yang berlaku bagi
setiap orang /manusia. Dalam menentukan hukum alam ini , manusia diberikan kebebasan
untuk memilih (ikhtiyar) antara baik atau jelek, dan antara maju atau mundur.

9. Sultan Mahmud II

biografi singkat:
Mahmud lahir di Istambul pada tanggal 13 Ramadhan 1199 bertepatan dengan tanggal 20 Juli
1785 dan meninggal pada tanggal 1 Juli 1839. Dia adalah sultan ke-33 dari sultan Kerajaan
Ottoman di Turki. Diangkat menjadi sultan pada tanggal 28 Juli 1808 menggantikan kakaknya
Mustafa IV sampai ia meninggal. Ayahnya bernama Salim III (sultan ke-31). Sultan Mahmud II
dipandang sebagai pelopor pembaruan di Kerajaan Ottoman, sebanding dengan Muhammad
Ali (1805-1849) yang memelopori pembaruan di Mesir. Sementara itu dalam Kerajaan Ottoman,
pembaruan sudah dimualai sejak Sultan Mustafa IV sampai pada sultan-sultan sesudahnya,
sehingga masa ini disebut periode modern. Mahmud II semasa kecilnya selain memperoleh
pendidikan tradisional dalam bidang agama, juga memperoleh pendidikan pemerintahan dan
sastra (sastra Arab, Turki, dan Parsi). Dalam suatu pemberontakan tentara Janissary (Turki:
yeni cheri), pada masa pemerintahan Mustafa IV, semua anggota keluarga Ottoman terbunuh
kecuali Mahmud II yang sempat lolos.

pemikiran pemikiranya:

sultan Mahmud II adalah pelopor pembaharuan Islam di Turki. Dia banyak melakukan
pembaharuan (modernisasi) diantaranya:

1. Pembaharuan di bidang militer. Ia membentuk korps tentara baru yang pelatihnya dikirim
dari Mesir oleh Muhammaad Ali Pasya.

2. Sultan Mahmud II menerapkan sistem demokrasi dalam pemerintahan.

3. Kedudukan sadrazam dihapus dan diganti dengan Perdana Menteri. Kekuasaan yudikatif
yang pada mulanya di tangan sadrazam dipindahkan ke Syekh Islam.

4. Menghapus hukuman mati yang biasa dilakukan para penguasa terhadap tersangka tanpa
melalui prosedur hukum.

5. Menghapus tradisi rakyat Turki, apabila mereka menghadap sultan maka mereka harus
berlutut.

6. Pembaharuan di bidang pendidikan. Dia memasukkan kurikulum pendidikan umum ke


dalam lembaga pendidikan madrasah.

7. Mengirim siswa-siswa untuk belajar di Eropa.

8. Mendirikan sekolah Kedokteran, Kemiliteran, Teknik dan Pembedahan.

9. Mengadakan pembaharuan di bidang Ekonomi.

10.Muhamad Iqbal

Biografi Singkat

Muhammad Iqbal adalah The founding father of Pakistan (Bapak pendiri Pakistan), seorang
filosof serta penyair. Ia berasal dari keluarga golongan menengah di Punjab dan lahir di Sialkot
pada tahun 1876. Untuk meneruskan studi ia kemudian pergi ke Lahore dan belajar di sana
sampai ia memperoleh gelar kesarjanaan MA. Di kota itulah ia berkenalan dengan Thomas
Arnold, seorang Orientalis, yang menurut keterangan, mendorong pemuda Iqbal untuk
melanjutkan studi di Inggris. Di tahun 1905 ia pergi ke Negara ini dan masuk ke Universitas
Cambridge untuk mempelajari filsafat, Dua tahun kemudian dia pindah ke Munich di Jerman,
dan di sinilah ia memperoleh gelar Ph.D (Philosophy of Doctor) dalam tasawuf. Tesis doctoral
yang dimajukannya berjudul : The Development of Metaphyscs in Persia.

Pada tahun 1908 ia berada kembali di Lahore dan di samping pekerjaannya sebagai pengacara
ia menjadi dosen falsafat. Bukunya The Reconstruction of Religius Thought in Islam adalah
hasil ceramah-ceramah yang diberikannya di beberapa universitas di India.

B. Pemikiran-pemikirannya

1. Bidang agama
a. Ajaran Islam itu bersifat dinamis tidak statis. Dalam Islam ada ungkapan :

“ Al- Islam shalih li kulli zaman wa makan” (Islam itu fleksibel dalam sitiuasi dan kondisi
apapun).

b. Barat maju karena pemikiran Barat selalu dinamis, tidak pernah berhenti. Barat sangat
cinta ilmu pengetahuan dan senantiasa berijtihad (mengadakan research/penelitian).

c. Umat Islam agar senantiasa menciptakan ide-ide baru dalam dunia baru, tidak boleh
pasrah terhadap keadaaan dan tidak boleh lama-lama tidur. Umat Islam harus bangkit dari
tidurnya. Dalam pandangan Iqbal, bahwa orang kafir yang aktif lebih baik dari pada muslim
yang suka tidur. (pemikirannya serta malas usaha).

2. Bidang Politik :

a. Umat Islam bisa maju harus hidup dalam satu ikatan umatan wahidah, yaitu adanya
Pemimpin Islam dunia untuk menyatukan umat Islam.

b. Iqbal menolak nasionalisme Barat yang membuat umat Islam terpecah-pecah menjadi
negara –negara kecil. Negara boleh beda, tetapi bangsa tetap satu yaitu umat Islam.

c. Iqbal menolak kapitalisme dan imperialisme Barat yang menyengsarakan bangsa-


bangsa, sebaliknya Iqbal lebih tertarik sosialisme yang berkembang di Barat, sebab sosialisme
identik bahkan sebagian dari ajaran Islam.

d. Nasionalisme yang berkembang di India yang terdiri dari dua kekuatan yaitu Islam dan
Hindu ia setuju, tetapi sulit untuk diwujudkan. Oleh karena itu ia berpendapat bahwa umat Islam
di India harus memilih antara tetap hidup di India dengan tetap menjadi kaum minoritas, atau
memisahkan diri dari India dengan memiliki Negara dan kekuasaan sendiri. (ini merupakan
embrio kelahiran Negara Pakistan).

Anda mungkin juga menyukai