Anda di halaman 1dari 15

PEMIKIRAN DAN GERAKAN PEMURNIAN ISLAM IBN

TAIMIYAH

Ditujukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sejarah Gerakan Radikal Islam Dunia

Dosen Pengampu :

Imam Ibnu Hajar, M.Ag.

Disusun Oleh :

1. Achmad Umar Zein (A02218005)


2. Najiyullah Alfaini (A72218068)

KELAS B

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

PRODI SEJARAH PERADABAN ISLAM

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii

PENDAHULUAN.............................................................................................................. 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................................. 2

PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

A. Biografi Ibn Taimiyah ................................................................................................... 3


B. Pemikiran Pemurnian Islam Ibn Taimiyah ..................................................................... 5
C. Gerakan Pemurnian Islam Ibn Taimiyah ........................................................................ 7
D. Respon Masyarakat Terhadap Pemikiran dan Gerakan Ibn Taimiyah ............................. 8

PENUTUP ....................................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 12


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas berkat rahmat Allah swt. dan karunianya kami memiliki
kesanggupan dan kemampuan untuk menyelsaikan Makalah dengan judul “PEMIKIRAN
DAN GERAKAN PEMURNIAN ISLAM IBNU TAIMIYAH”, semoga dengan adanya
Makalah ini dapat memberikan konstribusi positif sebagai ilmu pengetahuan khsususnya pada
Biografi Tokoh Islam Indonesia.

Sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi umat Islam, Muhammad
SAW, yang telah diutus oleh Allah swt. untuk mengadakan sebuah Reformasi dengan misi
pencerahan dalam kehidupan manusia sebagai Rahmatul Lil Alamin. Dan tidak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu yakni Bapak Dr. Imam Ibnu Hajar M.Ag.,
yang telah membantu kami dalam mengerjakan Makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
banyak terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan kontsribusi dan saran
dalam pembuatan Makalah ini.

Dengan selesainya Makalah ini semoga memberikan manfaat yang besar bagi kita
semua. Dan kami menyadari bahwa dalam pengerjaan Makalah ini masih banyak kekurangan
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar Makalah ini lebih
sempurna untuk kedepannya.

Surabaya, 16 Februari 2020

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama Islam secara garis besar berisi ajaran tentang akidah (keyakinan) dan tata
kaidah yang mengatur semua prikehidupan dan penghidupan manusia dalam berbagi
hubungan, baik vertical maupun horizontal. Dalam pengertian ini terkandung konsep
keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat, material dan spiritual. 1 Ajaran Islam
yang bersifat integral ini pada mulanya dipahami,dihayati dan diamalkan secara
sederhana, murni dan penuh semnagat. Ketika itu sumber pengetahuan dan pengamalan
agama kaum Muslimin hanyalah wahyu sebagai sumber yang diyakini memiliki
kebenaran mutlak dan sempurna, tanpa ada kritik terhadapnya dibawah bimbingan dan
keteladan Nabi Muhammad SAW.
Akan tetapi, ketika Islam memasuki periode perkembangan peradaban yang
ditandai dengan meluasnya wilayah kekuasaan Islam, terjadi akulturasi budaya antar
bangsa, persentuhan pengetahuan agama Islam dengan pengetahuan agama-agama lain
dan semangat ketimuran, maka ajaran Islam mulai dipahami dan diamalkan dengan
semangat rasionalisme seiring dengan tumbuh berkembangnya Pemikiran Islam.2
Namun dalam perjalanan sejarahnya, ajaran Islam mengalami penyimpangan-
penyimpangan yang disebabkan oleh kesalahan dalam memahami dan
mengamalkannya ataupun adanya penolakan masyarakat untuk menyesuaikan dengan
prinsip-prinsip alQur’an dan al-Sunnah yang benar, sehingga mendorong munculnya
usaha-usaha pemurnian dan pembaruan (pemikiran) Islam oleh para pembaru
(mujadid). Karena masalah pembaruan atau tajdid telah mendapat pembenaran dan

1
H. Masyharuddin, Pandangan Ibn Taimiyah tentang Pemikiran Islam, (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: 2005),
hlm. 1.
2
Ibid., hlm. 2.
pengesahan dari Islam sendiri, seperti adanya stimulus dari Allah bagi para pembaru
sebagaimana disebutkan dalam surat al-A'raf (7): 70 dan surat Hud (11): 117.6.3
Dalam konteks makna dan hakikat pembaruan (tajdid) dan kenyataan empirik
terjadinya polarisasi pemahaman Islam, sosok Ibn Taimiyah (w. 1328 M) adalah
seorang pembaru dan pemurni Islam abad pertengahan yang memiliki otoritas tinggi.
Sebab dialah tokoh yang benar-benar berusaha memperbarui dan memurnikan
pemahaman dan pengamalan Islam pada zamannya sedemikian rupa sehingga model
pembaruan yang dia tawarkan kepada masyarakat ketika itu terasa benar-benar baru,
meski sesungguhnya usaha-usaha pembaruannya dimaksudkan untuk membawa umat
kepada pemahaman dan pengamalan ajaran Islam secara integral yang telah
dilaksanakan umat Islam generasi Salaf. 4

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biografi Ibn Taimiyah?
2. Bagaimana Pemikiran Pemurnian Islam Ibn Taimiyah?
3. Bagaimana Gerakan Pemurnian Islam Ibn Taimiyah?
4. Bagaimana Respon Masyarakat Terhadap Pemikiran dan Gerakan Ibn Taimiyah?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui dan Memahami Biografi Ibn Taimiyah.
2. Mengetahui dan Memahami Pemikiran Pemurnian Islam Ibn Taimiyah.
3. Mengetahui dan Memahami Gerakan Pemurnian Islam Ibn Taimiyah.
4. Mengetahui Respon Masyarakat terhadap Pemikiran dan Gerakan Ibn Taimiyah.

3
Achmad Fageh, Analisis dan Mapping Pemikiran Fikih Ibn Taimiyah dan Pengaruhnya Era Modern Gerakan
Wahabi di Saudi Arabia dan Sekitarnya, (AKADEMIKA, VOL: 6, NO: 1, 2012), hlm. 42.
4
Achmad Fageh, Analisis dan Mapping Pemikiran Fikih Ibn Taimiyah dan Pengaruhnya Era Modern Gerakan
Wahabi di Saudi Arabia dan Sekitarnya, (AKADEMIKA, VOL. 6, NO. 1, 2012), hlm. 43.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Ibn Taimiyah (1263-1329 M)


Pada kedua abad ketujuh Hijriah atau abad ketiga belas Masehi, di kala dunia Islam
mengalami kemuduran, baik karena perpecahan intern sesama dinasti Islam sendiri
maupun karena permusuhannya dengan bangsa Barat (Kristen), lahir seorang bayi laki-
laki yang kelak ditakdirkan Tuhan menjadi salah mufakkir (pemikir) Islam
terkemukakan dan paling berpengaruh pada masanya. Bayi dimaksud adalah Ibnu
Taimiyyah, tokoh muslim zaman silam yang oleh banyak orang disebut – sebut sebagai
Mujaddid al-Islam (Pembaru Islam) (Muhammad Amin, 1991 : 7).
Nama lengkap dari Ibn Taimiyah ialah Ahmad Taqiyuddin Abul Abbas Ahmad bin
Syihabudin Abdul Halim bin Majdudin Abul Barakat Abdus Salam bin Muhammad al-
Khudari bin Abdullah bin Abul Qosim al-Harani Ibnu Taimiyah yang merupakan
julukan bagi kakeknya yang paling atas. Ia lahir pada hari Ahad tangal 10 Rabiul
Awwal tahun 661 H. Bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263 M, lahir di tahun
sesudah Baghdad jatuh ke tangan Hulagu Khan.5 Beliau dilahirkan di Harran yang
terletak di sebelah utara Mesopotamia dan sebelah Tenggara Turki Modern, atau yang
terletak di antara sungai Dajlah dan Eufrat.
Pada masa itu, sekitar pertengahan tahun 667 H/1270 M tentara Mongol sedang
menyerang negri Harran dengan gencar-gencarnya, sehingga membuat keluarga besar
Ibnu Taimiyah, termasuk kedua orang tuanya dan tiga orang saudaranya meninggalkan
kota Harran menuju kota Damaskus dan kemudian menetap di kota tersebut. Ketika itu
Ibnu Taimiyah baru berusia kurang lebih tujuh tahun. Mereka menempuh perjalanan
hijrah pada malam hari dengan menyeret sebuah gerobak besar yang dipenuhi dengan
kitab-kitab ilmu, bukan barang-barang perhiasan atau harta benda, tanpa ada seekor
binatang tungganganpun pada mereka. Peristiwa tragis yang menimbulkan kepanikan,
penderitaan dan kesulitan dalam pengungsian ini sangat membekas dalam hatinya,
sehingga tidak dapat dilupakan dalam ingatannya.
Ibnu Taimiyah dikenal sebagai anak yang rajin dan haus akan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu selain mengaji kepada ayah dan pamannya, Ibnu Taimiyah juga belajar

5
Yasin, Pemikiran Hukum Islam Ibnu Taimiyah, (Jurnal Al-Syir’ah, Vol. 8, No. 2, 2010), hlm. 439.
kepada sejumlah ulama terkemuka ketika itu, terutama yang ada di kota Damaskus dan
sekitarnya. Damaskus pada waktu itu keamanannya cukup terancam karena selalu
dibayang-bayangi serbuan serdadu Mongol, namun Ibnu Taimiyah dapat belajar lebih
tenang dibandingkan dengan situasi ketika ia studi di kota Harran. Kecuali itu Ibnu
Taimiyah juga beruntung, karena selain sebagai pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Islam, disamping Mesir, pada waktu itu Damaskus juga merupakan pusat
para ulama besar dari berbagai mazhab atau aliran Islam yang ada pada masanya.
Beliau mulai mengajar, sedang usianya pada saat itu masih dua puluh satu setelah
kematian ayahnya. Dan mulai mengajar ilmu tafsir pada usia tiga puluh tahun, dan terus
berlanjut sampai waktu yang cukup lama, sungguh terkumpul pada dirinya imamah
dalam masalah ilmu tafsir dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan al-Qur'an. Dimana Ibn
Taimiyah sangatlah menekuni secara total sampai dirinya betul-betul menguasai ilmu-
ilmu yang tadi disebutkan sehingga meninggalkan jauh yang lainnya. Dikisahkan, ia
mempunyai kitab tafsir yang sangat panjang yang berisikan sesuatu yang menakjubkan
dan belum pernah ada sebelumnya yang menyamainya. 6
Ibn Taimiyah adalah seorang pemikir ulung dan penulis yang produktif. Dia
menulis mengenai hampir setiap aspek dari Islam. Muhamad Farid Wajdi
memperkirakan bahwa karya Ibn Taimiyah mencapai 500 buah. Qamaruddin Khan
telah membuat daftar karya tulis Ibn Taimiyah, baik yang sudah diterbitkan maupun
yang belum, yang telah ditemukan bukti fisiknya maupun yang belum, semuanya
berjumlah 295 judul.7
Tulisannya banyak bernada kritik terhadap segala pendapat dan paham yang tidak
sejalan dengan pemikirannya, karena menurutnya bertentangan dengan ajaran al-
Qur’an dan al-Sunnah. Sebagian dari karya-karya Ibn Taimiyah merupakan reaksi
terhadap kekeliruan-kekeliruan yang dialami masyarakat muslim pada masanya.
Pesan utama yang disampaikannya adalah seruan untuk kembali kepada al-Qur’an dan
al-Sunnah. Karya-karya Ibn Taimiyah dinilai sangat besar pengaruhnya terhadap

6
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi, Mengenal Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, (IslamHouse.com:
2014), hlm. 5.
7
Achmad Fageh, Analisis dan Mapping Pemikiran Fikih Ibn Taimiyah dan Pengaruhnya Era Modern Gerakan
Wahabi di Saudi Arabia dan Sekitarnya, (AKADEMIKA, VOL. 6, NO. 1, 2012), hlm. 44-45.
kebangkitan gerakan Wahabi pada abad ke-16, dan hampir seluruh gerakan
pembaharuan di dunia Islam pada zaman modern ini. 8

B. Pemikiran Pemurnian Islam Ibn Taimiyah


Secara bahasa, kata tajdid berarti ia merupakan proses menjadikan sesuatu terlihat
using untuk dijadikan baru kembali. Dalam hal ini, tajdid aktivitas koreksi ulang pada
hakikatnya akan selalu berorientasi pada pemurnian sifatnya kembali pada ajaran asal
dan bukan adopsi pemikiran asing dalam pelaksanaannya diperlakukan pemahaman
yang dalam akan paradigm dan pandangan hidup Islam yang bersumber dari al-Qur’an
dan al-Sunnah, serta pendapat para ulama yang terdahulu yang secara ijma’ dianggap
shahih.
Pemurnian dalam istilah Islam berarti menghidupkan kembali rambu-rambu Islam
dan menegakkan kembali pilar-pilar Islamiyah agama ini dengan menjaga nash-nash
yang shahih secara bersih, dan membersihkan agama ini dari bid’ah dan penyimpangan
yang mengotorinya, baik dalam bidang Nazhariyah (pemikiran), Amaliyah (ibadah)
maupun bidang Sulukiyah (perilaku akhlak). Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa pembaharuan Islam bukanlah sesuatu yang evolusioner melainkan lebih
cenderung devolusioner, dengan arti bahwa pembaharuan bukan merupakan proses
bertahap dimana yang datang kemudian lebih baik dari sebelumnya. 9
Sebagaimana telah disebutkan bahwa, Ibn Taimiyah hidup ditengah-tengah
pergolakan seru yang berkepanjangan, dengan dampak kemerosotan politik dan agama.
Ia menemukan kondisi umat Islam, dimana kesucian dan kemurnian aqidah Islam telah
ternodai oleh percikan-percikan bebagai amalan bid’ah dan khurafat dalam agama.
Oleh sebab itu dalam kiprah pemurnia aqidah, Ibn Taimiyah menyusun sasaran-sasaran
yang cukup beragam, dari perjuangan membalas serangan yang dilancarkan oleh
musuh-musuh Islam dengan kekuatan fisik, sampai perjuangan untuk mengembalikan
kaum muslimin pada aqidah salafiyah, aqidah firqah najjah (golongan selamat), yakni
aqidah tauhid.

8
Achmad Fageh, Analisis dan Mapping Pemikiran Fikih Ibn Taimiyah dan Pengaruhnya Era Modern Gerakan
Wahabi di Saudi Arabia dan Sekitarnya, (AKADEMIKA, VOL. 6, NO. 1, 2012), hlm. 45.

9
Frengki Swito, “Peran Ibnu Taimiyah dalam Pemurnian Aqidah Islamiyah”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta), hlm. 30-31.
Pokok dari pemikiran Ibnu Taimiyah adalah gerakan al-ruju‘ila al-Qur’an wa As-
Sunnah (kembali pada sumber ajaran Islam, yakni Alqur’an dan Sunnah). Dengan
tekanan pada pemurnian akidah, gerakan ini sering disebut dengan muhyi atsar al-salaf
(menghidupkan kembali ajaran ulama salaf yang shalih), yakni praktik ajaran Islam
sebagaimana yang dilakukan Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa sallam dan tiga generasi
sesudahnya, yakni generasi para sahabat, tabiin, tabi’it tabiin. Ibnu Taimiyah
memandang bahwa Islam telah dikotori oleh tasawuf dan tarekat yang sama sekali tidak
berorientasi kepada Sunnah Nabi. Tarekat yang dimaksud mengetengahkan konsep-
konsep wali, wasilah, dan karamah yang mengandung unsur khurofat dan syirik seperti
kelompok sufi al-Ahmadiyah pada masa Ibnu Taimiyah. Ibnu taimiyah berusaha
menghilangkan itu semua dengan menyerukan “kembali kepada tauhid”.10
Aspek tauhid adalah merupakan perhatian khusus sebagai prioritas utama dalam
sejarah perjuangan Ibn Taimiyah, disamping aspek-aspek lain. Ia memberantas panji-
panji jihad dalam rangka memberantas aktifitas, pemikiran dan tradisi syirik yang
berkembang pesat. Dalam menegakkan panji-panji tersebut ia tidak memperdulikan
reaksi kemarahan dari berbagai kalangan. Ia membasmi akar-akar aqidah dan berbagai
mitos yang menjadi asas dalam segala aktifitas kesyirikan. 11
Ibnu Taimiyah banyak mengomentari dalam beberapa kitabnya, tentang hikmah
diharamkannya berdoa kepada selain Allah. Ia mengatakan Nabi Muhammad telah
melarang segala modus tersebut, karena usaha demikian merupakan kesyirikan yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia juga menerangkan tidak boleh meminta-
minta kepada para Nabi atau Syaikh yang telah meninggal, kepada ahli kubur dan lain
sebagainya. Siapa-siapa yang melakukan perbuatan tersebut di atas, berarti orang
tersebut telah menyekutukan Tuhannya (syirik). Itulah bentuk pemikiran dan upaya
Ibnu Taimiyah dalam upaya memurnikan aqidah umat Islam di masanya. Oleh sebab itu
dapat dibayangkan betapa kontroversial dan spektakulernya ide tersebut, sebenarnya
muncul karena pemahaman yang berkembang pada saat itu adalah adanya isu dari
kalangan umat Islam, bahwa ziarah kubur (terutama kubur Nabi) itu sesuatu yang
dianggap wajib, sebagai ibadah Haji. Oleh sebab itu Ibnu Taimiyah hanya
memperingatkan umat Islam, bahwa ziarah kubur bukan “penunaiam ibadah haji”
sesuatu yang wajib serta tempat meminta-minta pertolongan dari orang yang telah
10
Nurcholish Madjid. Kaki Langit Peradaban Islam. (Jakarta: Paramadina, 1997) , hlm. 157.
11
Ibnu Taimiyah, Qa’idah Jalilah fi at-Tawasul wa al-Wasilah, terj. Misbahul Munir, Lc, dkk. Ibadah Tanpa
Perantara Kaidah-Kaidah dalam Tawassul, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), Cet I hlm. 70.
meninggal. Menganggap ziarah kubur sebagai salah satu ragam ibadah haji dan tempat
meminta, jelas tidak dibenarkan dalam Islam.

C. Gerakan Pemurnian Islam Ibnu Taimiyah


Dalam membela aqidah Islam Ibn Taimiyah sebenarnya juga terlibatdalam
perjuangan fisik. Pada tahun 699 H, ketika Tartar masuk wilayah Damsyik, yang
membawa pengaruhy yang mengakibatkan kerusakan masyarakat Islam di sekitarnya,
karena mereka menganut paham Masehi, aliran Bhatiniyah dan aliran Syi’ah
Ismailiyah, disamping sifat sadis mereka dalam memberlakukan masyarakat muslim.
Ibn Taimiyah ikut terjun, dalam kapasitas sebagai seorang da’i yang mencoba
meluruskan kekeliruan-kekeliruan yang terjadi diantara masyarakat. 12
Sekitar tahun 700-702 H, Ibnu Taimiyah ikut berpartisipasi dalam rangka berjuang
mengantisipasi serangan Tartar ke wilayah Syam (Syiria). Dalam perang ini ia menjadi
seorang diplomator yang berupaya untuk meredam serangan Mongol (Tartar), tetapi
pada saat itu tentara Mongol (Tartar) tidak memberikan respon positif terhadap upaya
yang dilakukan beliau. Sehingga Ibnu Taimiyah dengan tegas menyatakan sikap
membakar semangat umat Islam untuk berjihad demi memperjuangkan agama Islam.
Pada tahun 704 H di Quluth, Ibnu Taimiyah menghancurkan batu-batu dan benda-
benda yang dianggap keramat, yang menjadikan masyarakat muslim menjadi syirik. Ini
merupakan tindakan yang pertama Ibnu Taimiyah yang begitu tegas dalam sikap
praktis.
Dalam penyebaran dan usaha pemurnian Islam, Ibn Taimiyah tidak bersifat agresif
tetapi menerapkan prinsip defensif. Ia mengatakan bahwa perang baru diizinkan jika
kaum yang diajak memerangi umat Islam, hal ini berdasarkan firman Allah (QS
11:190). Ia juga merujuk pada hadits Nabi, yang melarang pembunuhan terhadap kaum
jompo, anak-anak, wanita dan para pendeta yang memencilkan diri selama perang
berlangsung. Prinsip ini membuktikan bahwa perang dalam Islam menurut Ibn
Taimiyah hanya dimaksudkan untuk mempertahankan diri. Islamisasi secara paksa
kepada orang lain sangat tidak sukai Ibn Taimiyah ia mengatakan, andai seorang kafir
harus dibunuh lantaran tidak bersedia masuk Islam, maka perilaku tersebut

12
Frengki Swito, “Peran Ibnu Taimiyah dalam Pemurnian Aqidah Islamiyah”. (Skripsi UIN Syarif Hidayatullah
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta), hlm. 45.
bertentangan dengan Al-Qur’an (QS 11:256) yang menegaskan bahwa “tidak ada
paksaan dalam memeluk Islam”. Dengan demikian, orang-orang yang tidak bersenjata
yang tidak terlibat peperangan atau menyerang umat Islam, apapun kepercayaannya,
tidak boleh untuk diserang karena mereka tidak mempunyai daya untuk
mempertahankan diri.
Ibn Taimiyah menghalangi orang-orang yang berziarah kubur, menentang tradisi
mereka dalam bentuk kesyirikan, di mana kaum muslimin memohon kepada ahli kubur
untuk merealisasikan tujuan, pertolongan dan perlindungan. Ia dengan vulgarnya
menjelaskan secara kritis dalam berbagai forum dan tulisan, bahwa memohon kepada
selain Allah itu tidak dibenarkan dalam Islam sebab itu merupakan syirik yang nyata
dan perbuatan ahli bid’ah. 13
Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa betapa besarpun bid’ah ia tetap merupakan
perbuatan dosa, dan setiap perbuatan dosa bisa diampuni oleh Allah Ta’alla. kalangan
ahli bid’ah bukanlah orang kafir, hanya saja mereka terlalu melampaui batas dalam
memahami agama dan terlalu jauh dalam mentakwilkan kalam Allah sehingga tidak
sesuai dengan makna seharusnya. Mereka tetap mendapatkan ampunan dari Allah
apabila mereka benar-benar bertaubat dan kembali kepada jalan yang benar yang sesuai
dengan Al-Qur’an dan as-Sunnah.

D. Respon Masyarakat terhadap Pemikiran dan Gerakan Pemurnian Islam Ibn


Taimiyah
Salah seorang sejarawan besar, al-Dzahabi pernah memberi komentar tentang Ibn
Taimiyah. Sesungguhnya Ibn Taimiyah adalah seorang figur pembaca yang berhasil. Ia
mahir di bidang Ilmu Hadist dan Fiqih dalam usia yang relatif muda, selain itu ia juga
menguasai ilmu tafsir, ushul fiqih dan hampir semua ilmu keislaman, baik ushul
maupun furu’ nya secara global. Kecuali ilmu qiro’at.
Kehebatan Ibn Taimiyah, tidak hanya diakui dari kalangan yang mengaguminya
,sebutlah kelompok yang setuju dengann pemikirannya, tetapi lebih dari itu, ternyata
lawan polemiknya pun member komentar yang sama. Kamal al-Din Ibn Al-Zamlakani,
seorang penganut mazhab Syafi’I, sengaja menulis beberapa jilid buku untuk
menentang pendapat-pendapat Ibn Taimiyah. Dalam sebuah tulisannya tetpa mengakui

13
Ibnu Taimiyah, Qa’idah Jalilah fi at-Tawasul wa al-Wasilah, terj. Misbahul Munir, Lc, dkk. Ibadah Tanpa
Perantara Kaidah-Kaidah dalam Tawassul, (Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2006), Cet I hlm, 70.
kehebatan Ibn Taimiyah, ia berkomentar; jika dia(Ibn Taimiyah) berbicara tentang
suatu Ilmu, dia selalu lebih daripada yang dibutuhkan, dalam hal tulis-menulis dia dia
begitu indah dalam memilih kata-kata, paparannya tepat pada sasaran, pandai
menyusun kerangka dan kata-kata. Agaknya menjadi pertanyaan, apa motiv tokoh ini
secara sadar memberi komentar yang demikian. Barangkali komentar tersebut, tidak
lebih dari kesadaran yang muncul dari kondisi, dimana seseorang secara jujur
mengakui, bahwa setiap manusia dalam beberapa aspek pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Asumsi yang saya lakukan ini , paling tidak memberikan sikap husnudhon
dari komentar tokoh tersebut diatas terhadap Ibn Taimiyah.
Ibnu Taimiyah adalah pedang Allah yang terhunus bagi para ahli filsafat, para
atheis dan para ahli bid’ah yang berlebih-lebihan. Dan pada akhirnya, pada masa
pemerintahan Malik al-Malik al-Nasir, Ibn Taimiyah di masukkan penjara, memang
pada mulanya Ibn Taimiyah sering masuk keluar penjara karena kritikannya yang tajam
terhadap kebiasaan ziarah kubur atau makam para nabi dan wali. Mula-mula meskipun
dalam penjarah Ibnu Taimiyah masih dapat meneruskan kegiatan ilmiahnya dengan
menulis buku, tetapi kemudian jiwanya sangat terpukul ketika dipenjara di Damaskus,
dia tidak diberi kertas dan tinta lagi. Dan tidak tahan menerima penghinaan itu, dan
akhirnya tutup usia pada tahun 728 H atau 1329 M, pada usia kurang lebih 66 tahun. 14
Kepergian Syaikhul al-Islam menghadap Allah merupakan peristiwa terbesar yang
menjadikan manusia bersedih dan meneteskan air mata. Mereka berkata, “Manusia
berdesak-desakan untuk melayat jenazahnya, suara tangis mereka terdengar sangat
keras, demikian pula pujian dan do’a untuknya. Sehingga jenazahnya sampai ke
pemakaman sebelum ashar, sementara mereka menunggu sejak pagi, mereka dating
dari penjuru desa, lading serta sawah-sawah sekitar tempat tersebut.
Berikut ini ungkapan Ibnu Katsir ketika menceritakan jenazah Syaikhul al-Islam
Ibn Taimiyah dan meledaknya para pelayat, “Pada saat itu tidak ada seorangpun yang
tidak hadir melayat kecuali yang ada halangan, para wanita yang berjumlah kira-kira
15.000 orang juga datang melayat, ini belum termasuk suara isakan tangis dan do’a
yang terdengar diatas rumah-rumah disepanjang jalan menuju makam, sementara laki-
laki yang hadir diperkirakan mencapai 60.000 sampai 100.000 orang pelayat bahkan

14
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran, (Jakarta: UI-Press, 2003), hal. 81-
82.
lebih. 15 Semoga Allah selalu mencurahkan rahmat dan keridhaan-Nya kepada beliau,
Aminn.

15
Syikh M. Hasan al-Jamal, Hayatu al-A, Immatun, terj. M. Khaled Muslih, Imam Awaluddin, Biografi 10
Imam Besar, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005), hlm . 225-226.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pemurnian dalam istilah Islam berarti menghidupkan kembali rambu-rambu Islam
dan menegakkan pilar-pilar Islamiyah agama ini dengan menjaga nash-nash yang
shahih secara bersih, dan membersihkan agama ini dari bid’ah dan penyimpangan yang
mengotorinya, baik dalam bidang pemikiran, ibadah maupun perilaku akhlak.
Gerakan pemurnian dilakukan karena terjadinya krisis aqidah, kemerosotan moral,
kelemahan politik dan ekonomi, serta jumud dalam pemikiran. Dapat diartikan juga
bahwa kondisi tersebut terjadi karena adanya sikap yang melampaui batas dalam hal
urusan agama yang tidak sesuai dengan syari’at Islam.
Salah satu tokoh ulama yang mengusung gerakan pemurnian ini adalah Syekh Ibn
Taimiyah. Pokok pemikiran Ibn Taimiyah adalah gerakan kembali kepada sumber
ajaran Islam, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah. Dengan tekanan pada pemurnian akidah,
gerakan ini sering disebut dengan muhyi atsar al-Salaf (menghidupkan kembali ajaran-
ajaran ulama salaf yang saleh), yakni praktek ajaran Islam sebagaimana yang telah
diajarkan Rasulullah SAW dan tiga generasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Madjid, Nurcholish. Kaki Langit Peradaban Islam. Jakarta: Paramadina. 1997.

Sjadzali, Munawir. Islam dan Tata Negara; Ajaran Sejarah dan Pemikiran. Jakarta: UI-
Press. 2003

Sunanto, Musyarifah. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005.

Fageh, Achmad. “Analisis dan Mapping Pemikiran Fikih Ibn Taimiyah dan Pengaruhnya Era
Modern Gerakan Wahabi di Saudi Arabia dan Sekitarnya”. AKADEMIKA, VOL: 6, NO:
1, 2012.
Yasin. “Pemikiran Hukum Islam Ibnu Taimiyah”. Jurnal Al-Syir’ah, Vol. 8, No. 2, 2010.
Syaikh Amin bin Abdullah asy-Syaqawi. Mengenal Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah.
IslamHouse.com: 2014
Syikh M. Hasan al-Jamal. Hayatu al-A, Immatun, terj. M. Khaled Muslih, Imam Awaluddin,
Biografi 10 Imam Besar. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. 2005.
Swito, Frengki. ”Peran Ibnu Taimiyah dalam Pemurnian Aqidah Islamiyah”. Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Jakarta. 2011.

Masyharuddin, H. “Pandangan Ibn Taimiyah tentang Pemikiran Islam”. UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2005.

Anda mungkin juga menyukai