WAHAB
Makalah Ini Disusun Untuk Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam
FAKULTAS TARBIYAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT., penulis panjatkan atas limpahan Rahmat, Hidayah serta Inayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah berupa makalah yang singkat dan sederhana.
Shalawatserta salam mudah-mudahan tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi akhir zaman,
penolong umat, yaitu Baginda Muhammad SAW., yang telah menunjukan kita kepada jalan hidup
lurus yang di ridhoi Allah dengan ajaran agama Islam.
Makalah ini dibuat dalam rangka untuk memenuhi tugas dari Dosen Dr. Sri Tuti Rahmawati,
MA. Mata Kuliah Perkembangan Pemikiran Modern di Dunia Islam dengan judul “Pembahruan
Pemikiran Ibnu Taimiyah dan Muhammad Ibnu Abdul Wahab”Fakultas Tarbiyah Program
Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Dalam kesempatan ini
kami ingin menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dosen pengampu Dr. Sri Tuti
Rahmawati, MA, yang selalu kami harapkan keberkahannya dan semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini
Makalah ini masih belum sempurna, untuk itu perlu masukan dari semua pihak terutama Dr. Sri
Tuti Rahmawati, MA dan teman-teman Mahasiswi lainnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua, khususnya bagi penyusun dan umumnya untuk para pembaca makalah ini, apabila
ada kekurangan dalam penulisan makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Terimakasih
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...........................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. KESIMPULAN......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ibnu Katsir berkata, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah salah satu dari ulama besar dan
termasuk orang yang bisa benar juga bisa salah.Namun bila kesalahannya dibandingkan dengan
yang benar, maka barat setetes air yang dimasukkan ke dalam lautan luas, karena kesa lahan
tersebut pasti diampuni.AlHafiz Ibnu Hajar berkata, walaupun begitu, Ibnu Taimiyah adalah
seorang manusia yang bisa salah dan benar. Maka apa yangbenar dan itu yang terbanyak, harus
diambil dan diperhatikan, sedangkan yang salah maka jangan diikuti, namun dia dimaafkan.
Sebab para imam di masa beliau mengakui bahwa semua syarat bolehberijtihâd sudah ada pada
diri mereka.Lebih lanjut beliau berpendapat bahwa pribadi Ibnu Taimiyahlebih bersinar dari
pada matahari.
Pemberian gelar Syaikhul Islamkepada beliau masih tetap abadi sampai sekarang dan
gelar ini akanselalu abadi sampai masa yang akan datang. Sebagaimana gelar itutelah abadi di
masa silam. Tidak ada orang yang akan mengingkarigelar ini kecuali orang yang tidak
mengetahui kapasitas dirinya.Ibnu Taimiyah adalah sosok menumental sepanjang sejarah.Umat
ini sangat membutuhkan pribadi multidimensi seperti beliau,ber wawasan luas, visioner dan tak
kenal menyerah. Beliau adalahpro totipe ulama pembaharu yang memiliki pemahaman
Islamyang orisinil dan mendalam. Ilmu dan amalnya senantiasamembawa mamfaat dan
kemaslahatan bagi umat1.
Muhammad bin Abdul Wahhab berpendapat bahwa pemurnian akidah menjadi dasar
dalam pendikan Islam. Beliaumemberikan penegasanmetode yang paling baik dan efektif dalam
system Pendidikan adalah memberikan contoh atau teladan. Ajakan untuk Kembali kepada Al-
qur’an dan Sunnah Rasulullah merupakan ide pokok dari pembaharuan yang dibawa oleh Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, hal itu Sekitar abad ke 19 gerakan Wahabismemuncul menjadi
Gerakan islam yang identic dengan tokohnya yakni Syaikh Muhamad bin Abdul Wahhab.
Gerakan Wahabi ini familiar dengan sebutan revivalist islam di Kawasan Arab Saudi hingga
1
Yasin “Pemikiran Islam Ibnu Tamiyah”.Jurnal Al-Syir’ah Vol. 8, No. 2, Desember 2010.Hal 437-438
menyebar ke beberapa negara Islam lainnya dan sampai menembus daratan Asia Tenggara dan
Benua Afrika2
BAB II
PEMBAHASAN
Mesir merupakan negara Islam yang cukup besar di Afrika. Jumlah penduduknya
41.990.000 jiwa, sebagian besar penduduknya beragama Islam, sedangkan sisanya 3 juta
jiwa beragama Kristen. Pada masa Khalifah Umar Bin Khattab, Mesir dalam penjajahan
bangsa Romawi Timur, dan yang menjadi Gubernur Mesir pada saat itu ialah Mauqauqis.
Pada saat itu bangsa Mesir sangat menderita karena penjajahan yang tidak kenal belas
kasihan. Oleh Karena itu, Amr Bin Ash selaku panglima perang mengusulkan kepada
Khalifah Umar Bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari penjajahan Romawi. Usul ini
diterima dan pasukan Islam yang membawa 4000 orang siap membebaskan Mesir. Pasukan
yang dipimpin Amr ini memasuki daerah Mesir melalui padang pasir terus mamasuki kota
kecil bernama Al Arisy, dengan mudahpasukan islam menaklukan kota itu. Dari situ
pasukan Islam memasuki kota Al Farma. Di kota ini pasukan Islam mendapat perlawanan.
Amr Bin Ash memerintahkan untuk mengepung kotaini dan setelah 1 bulan kota ini berhasil
direbut.
Di Mesir ada dua orang tokoh yang mempelopori atau merintis perkembangan filsafat
Islam yaitu, Rifa‟ah Thahthawi dan Ali Mubarrak. Keduanya adalah anak bangsa Mesir
yang sarat pendidikan agama, hafal Al-Qur‟an semenjak kecil dan diutus oleh Muhammad
Ali ke Eropa untuk melihat perkembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi pembaruan
2
Kahar1, Indo Santalia, Wahyuddin “Sejarah Revalisme Islam Di Saudi Arabia:Syaikh Muhammad Bin
Abdul Wahab ”Jurnal Kajian Komunikasi dan Penyiaran IslamVolume 4,No. 2, 2022
Mesir. Rifa‟ah Thahthawilah orang Mesir pertama sekali mengenyam pendidikan di Barat.
Setelah itu baru diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa untuk berbagai bidang kepentingan.
Fir’au mempunyai isteri yang bernama Asiah binti Muzahim bin Asad bin Ar-Rayyan Al-
Walid yang merupakan raja Fir„aun pada masa Nabi Yusuf as. Para pelayan dari isteri
Fir„aun inilah yang menemukan Nabi Musa as (Musa kecil) yang dihanyutkan oleh ibunya
dalam peti yang terkunci, lalu diserahkannya kepada Asiah. Ia lalu membuka peti tersebut
dan ketika ia melihat wajah Nabi Musa as (Musa kecil) yang bersih dan bersinar dengan
3
https://repository.uin-suska.ac.id/11889/1/Pemikiran%20Muhammad%20Ibn%20Al-Wahab.pdf diakses
pada tanggal 22 Februari 2023
cahaya kenabian dan keagungan, ia pun jatuh hati dan ingin mengasuhnya. Namun Fir„aun
menolaknya dan segera akan membunuhnya karena ia takut kalau anak inilah yang akan
mengambil alih kekuasaannya, hingga akhirnya Asiah memohon kepada suaminya, Fir„aun,
agar diperkenankan untuk memelihara Nabi Musa as (Musa kecil) sebagai anak mereka
karena mereka saat itu belum memiliki keturunan
Pertemuan antara Nabi Musa as dengan ibunya berawal dari tidak adanya seorangpun
yangbisa menyusui Musa kecil, karena ia tidak mau makan dan minum dari apa yang
mereka berikan,hingga akhirnya ia dibawa ke pasar untuk mencari orang yang bisa
menyusukannya. Ketika itu,kakak Nabi Musa as (Musa kecil) melihat hal tersebut, ia segera
menunjukkan orang yang bisamenyusukannya, yaitu ibunya sendiri, namun mereka tidak
mengetahuinya. Maha suci Allah swt,sesungguhnya Allah swt tidak pernah menyalahi janji-
janji-Nya. Al-Marghubi (2009:389)menjelaskan bahwa ibu Nabi Musa as bersama suami
dan anak-anaknya tinggal di kerajaanFir„aun, mereka diberikan fasilitas dan pelayanan yang
baik
Allah swt berbicara kepada Nabi Musa as dan mengangkat beliau menjadi Rasulutusan
Allah yang memberikan kabar gembira bagi orang yang beriman dan kabar duka cita
bagiorang-orang yang ingkar, maka Allah swt kembali menunjukkan kebesaran dan
keagungan-Nyayaitu dengan memberikan beberapa mukjizat kepada Nabi Musa as.
Mukjizat yang diberikanAllah swt kepada Nabi Musa as ketika itu adalah berupa tongkat
yang bisa berubah menjadi ulardan tangan Nabi Musa as yang bercahaya putih terang.
Mukjizat ini bertujuan untuk
Nama asli Ibnu Taimiyyah adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ibnu Abd al-Halim bin al
Imam Majduddin Abil Barakat Abd al Salam bin Muhammad bin Abdullah bin Abi Qasim
Muhammad bin Khuddlarbin Ali bin Taimiyyah alHarrani al Hambali.4Para ahli lebih singkat
menyebut nama lengkapnya dengan Taqiyuddin Abu Abbas bin Abd al Halim bin Abd al
Salam bin Taimiyyah al harani al Hambali. 5 Namun orang lebih cepat mengenal namanya
dengan sebutan Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah atau lebih populer Ibnu Taimiyyah saja. Beliau
4
Jon Kamil,Tesis Perkawinan Antar Pemeluk Agama Perspektif Fiqh Ibnu Taimiyyah,(UIN Suska Riau :
pasca sarjana,2019),h.18
5
Khalid Ibrahim Jindan,Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyyah tentang Pemerintahan Islam,
Alih bahasa Masrinin,(Jakarta:Risalah Gusti,2015),h.24
dilahirkan pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal tahun 661 H bertepatan dengan tanggal 22
Januari 1263 M di kota Harran6.Yaitu daerah yang terletak ditenggara negeri Syam, tepatnya
dipulau Ibnu Amr antara sungai Tigris dan Eupraht7.
Ibnu Taimiyah dari keluarga ulama Syiria yang setia pada ajaran agama puritan dan
amat terikat dengan madzhab Hanbali. Sang kakek Abdus- Salam, adalah seorang ulama dan
pengkaji (pemuka) agama terkemuka di Baghdad, ibukota kekhgalifahan Abbasiyah, dan
kediaman yang disinggahinya pada tahun-tahun akhir kehidupannya. Tradisi serupa diteruskan
oleh putranya, Abdul Halim (ayah Ibnu Taimiyah), yang menjadi kepala sekolah ilmu hadits
terkemuka di Damaskus, perbatasan dengan Haran yang menjadi basis perpindahan
keluarganya setelah bangsa Mongol menjajah negeri itu. Banga Mongol menerjang kearah
barat dan Iraq, setelah mengakhiri kekhalifahan Abbasiyah, sementara Syi’ah berada di bawah
pemerintahan bangsa Mameluk yang berpusat dikairo8.
Ibnu Taimiyyah lahir dari keluarga cendikiawan dan ilmuan terkenal. Ayahnya
Syaibuddin Abu Ahmad adalah seorang syaikh, khotib hakim dikotanya. Sedangkan kakeknya,
syaikh Islam Majduddin Abu al-Birkan adalah fakih Hambali, Imam, ahli hadits, ahli-ahli
ushul, nahwu seorang hafiz, dan pamannya bernama Fakhruddin yang terkenal sebagai seorang
cendekiawan dan penulis Muslim ternama. Pada tahun 1268 M, Ibnu Taimiyyah dibawa
mengungsi oleh keluarganya ke Damaskus. Karena pada ketika itu bencana besar menimpa
umat Islam, bangsa Mongolia menyerang ssecara besar-besaran kota kelahiran Ibnu Taimiyyah.
Bangsa Mongol memusnahkan kekayaan intelektual Muslim serta Metropolotan yang berpusat
di Bagdad. Dan seluruh warisan Intelektual dibakar dan dibuang ke sungai Tigris9.
Ketika pindah ke Damaskus, Ibnu Taimiyyah baru berusia enam tahun. Setelah ayahnya
wafat pada tahun 1284, Ibnun Taimiyyah yang baru berusia 21 tahun,menggantikan kedudukan
sang ayah sebagai guru dan khatib pada masjid-masjid sekaligus mengawali karirnya yang
kontroversial dalam kehidupan masyarakat sebagaiteolog yang aktif. Ibnu Taimiyah dikenal
6
Syaikh Ahmad Farid,60 Biografi Ulama Salaf, Terj Masturi Irham dan Assmu’i Taman,(Jakarta: Pusstaka
Al-Kautsar,2006),Cet.ke-1,h.784
7
Ibnu Taimiyah, Al-Furqan baina Auliya’ al-Syithan, Alih bahasa Abd Azia Mr,(Yogyakarta: Mitra
Pustaka,2005),h.11
8
Khalid Ibrahim Jindan,Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyyah tentang Pemerintahan Islam,
Alih bahasa Masrinin,(Jakarta:Risalah Gusti,2015),h.24
9
Qamaruddin Khan, Pemikiran Politik Ibnu Taimiyah, Ali bahasa Anas M,(Bandung: Pustaka, 2016),h.11
sebagai seorang pemikir, tajam intuisi, berpikir dan bersikap bebas, setia pada kebenaran,
piawai dalam berpidato dan lebih dari itu, penuh keberanian dan ketekunan. Ia memiliki semua
perssyaratan yang menghantarkannya pada pribadi luar biasa10.
10
Khalid Ibrahim Jindan,Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyyah tentang Pemerintahan Islam,
Alih bahasa Masrinin,(Jakarta:Risalah Gusti,2015),h.25
11
Khalid Ibrahim Jindan,Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyyah tentang Pemerintahan Islam,
Alih bahasa Masrinin,(Jakarta:Risalah Gusti,2015),h.25
12
Adiwarman Azwar Karim,Sejarah pemikiran Ekonomi Islam,(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada ,2021) ,h.351.
13
Adiwarman Azwar Karim,Sejarah pemikiran Ekonomi Islam,(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada ,2021) ,h.351.
hadits membuatnya menjadi seorang ahli hadits dan ahli hukum. Ia sangat menguasai Rijal al-
hadits (para tokoh perawi hadits) baik yang shahih, hasanatau dhoif.14
Sebagai ilmuan, Ibnu Taimiyyah mendapat reputasi yang sangat luar biasa dikalangan
ulama ketika itu, ia dikenal sebagai orang yang berwawasan luas, pendukung kebebasan
berpikir, tajam perasaan, teguh pendirian dan pemberani serta menguasai berbagai disiplin
keilmuan yang dibutuhkan ketika itu. Ia bukan hanya menguasai studi Al-Qur’an, Hadits dan
Bahasa Arab, tetapi ia juga mendalami Ekonomi, Matematika, Sejarah Kebudayaan,
Kesustraan Arab, Mantiq, Filsafat dan berbagai analisa persoalan yang muncul pada saat itu.
Kedalaman ilmu Ibnu Taimiyyah memproleh penghargaan dari pemerintah pada saat itu
dengan menawarinya jabatan kepala kantor pengadilan. Namun, karena hati nuraninya tidak
mampu memenuhi berbagai batasan yang ditentukan penguasa, ia pun menolak tawaran
tersebut15. Ibnu Taimiyyah menyelesaikan pendidikannya dalam bidang yurisprudensi (Fiqh),
hadits nabi, tafsir al-Qur’an, matematika dan filsafat pada usia yang sangat muda. Disebabkan
oleh pemikirannya yang revolusioner yakni gerakan tajdid (pembaharu) dan ijtihadnya dalam
bidang muamalah, membuat namanya terkenal diseluruh dunia16.
Ia juga dikenal sebagai seorang pembaharu, dengan pengertian memurnikan ajaran Islam
agar tidak tercampur dengan hal-hal yang berbau bid’ah. Diantara elemen gerakan
reformasinya, adalah : pertama, melakukan reformasi melawan praktek-praktek yang tidak
Islami. Kedua, kembali kearah prioritas fundamental ajaran Islam dan semangat keagamaan
yang murni, sebaliknya mempedebatkan ajaran yang tidak fundamental dan sekunder. Ketiga,
berbuat untuk kebaikan publik melalui intervensi pemerintah dalam kehidupan ekonomi,
mendorong keadilan dan keamanan publik serta menjaga mereka dari sikap eksploitatif dan
mementingkan diri sendiri17.
Cabang ilmu pengetahuan yang ditekuni Ibnu Taimiyyah adalah Teologi. Disamping itu,
ia juga secara khusus mempelajari hukum dari mazhab Imam Hambali, dimana ayahnya
merupakan tokoh yang sangat penting. Sehingga ia menjadi seorang mujtahid mutlak dan ahli
14
Munawir Sjadzali, Islam dan Tata Negara : ajaran, sejarah danpemikiran (Jakarta : UI Press,2016), h. 79
15
Adiwarman Azwar Karim,Sejarah pemikiran Ekonomi Islam,(Jakarta: PT.Raja Grafindo
Persada ,2021) ,h.352.
16
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kotemporer,(Depok: Gramata
Publishing, 2010), h. 206.
17
Euis Amalia, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam dari Masa Klasik hingga Kotemporer,(Depok: Gramata
Publishing, 2010), h. 207.
kalam yang disegani pada masanya. Ibnu Taimiyyah dipandang sebagai salah seorang diantara
para cendekiawan yang paling kritis dan yang paling kopenten dalam menyimpulkan
peraturan-peraturan hukum-hukum dari Al-Qur’an dan hadits. Semangat dan pemikirannya
serta penyelidikannya yang bebas dan tegar, ia dipandang sebagai bapak spiritual dalam
gerakan modernisasi Islam disseluruh dunia. ibnu Taimiyyah meninjau berbagai masalah
tanpa dipengaruhi apapun kecuali Al-Qur’an, As-Sunnah dan praktek para sahabat Rasulullah
serta beberapa tokoh sesudah mereka18.Ibnu Taimiyyah mempunyai banyak karya tulis dan
komentar komentar dalam ilmu ushul dan ilmu furu’. Kitab-kitab karyanya tersebut sudah ada
yang disempurnakan dan ada yang belum dissempurnakan. Banyak ulama yang semasa
dengannya memujinya atas karya-karyanya itu, seperti Al Qadhi Al-Khaubi, ibnu Daqiq Al-
Id, Ibnu An-Nuhas, Al-Qadhi Al-Hanafi, hakim agung Mesir (Ibnu Al-Hariri), Ibnu Az-
Zamlakani dan ulama-ulama yang lain19.
Sewaktu ayahnya wafat pada tahun 682H / 1284M, Ibnu Taimiyyah yang ketika itu
berumur 21 tahun, menggantikan jabatan penting ayahnya sebagai pemegang Madrasah Dar
al-Hadits as-Sukariyyah. Tanggal 2 Muharram 683 H / 1284 M merupakan hari pertama Ibnu
Taimiyyah mengajar di al-mamater yang kemudian dibawah pimpinannya. Setahun kemudian
tepatnya pada tanggal 10 Safar 684 H / 17 April 1285 M, Ibnu Taimiyyah juga mulai
memberikan kuliah umum di masjid Umayyah Damaskus dalam mata kuliah tafsir Al-
Qur’an20.
Selain itu, Ibnu Taimiyyah juga menggantikan kedudukan ayahnya sebagai guru besar
hadits dan fiqh Hambali dibeberapa Madrasah terkenal yang ada di Damaskus, mulai dari
sinilah karir Ibnu Taimiyyah dikenal sebagai juru pengubah yang tidak rela menyaksikan
kondisi umat Islam terbelenggu dengan paham-paham keagamaan yang junud, penuh dengan
berbagai bid’ah dan khurafat yang ketika itu oleh Ibnu Taimiyyah dinilai sudah keterlaluan.
Sehubungan dengan itu maka, Ibnu Taimiyyah berusaha untuk melakukan pemurnian dan
pembaharuan dalam Islam21.
18
Neni, Pemikiran Ibnu Taimiyyah Tentang Talqi Al-Wafidain,(Pekanbaru: UIN Suska Riau, 2011),h.13
19
Khalid Ibrahim Jindan,Teori Politik Islam : Telaah Kritis Ibnu Taimiyyah tentang Pemerintahan Islam,
Alih bahasa Masrinin,(Jakarta:Risalah Gusti,2015),h.25
20
B. Lewis,et. All,the Encyclopedia of Islam, (Laiden:E.J.Brill,1999),jilid,3, h.951
21
Muhammad Amin, Ijtihad Ibnu Taimiyyah Dalam Bidang Fiqh Islam, (Jakarta: INIS,2017),h. 12.
Ahli-ahli bid’ah dan khufarat merupakan musuh bebuyutan Ibnu Taimiyyah. Dia
memerangi tanpa takut dan gentar, pendiriannya tegas dan kuat memegang prinsip. Ulama-
ulama yang hidup pada zamannya banyak yang berusaha menyainginya, khususny mereka
yang mempunyai kedudukan yang tinggi dan berpengaruh dimasyarakat. Ibnu Taimiyyah
memerangi dengan pena dan kemahiran diplomasinya. Dia yakin bahwa pena lebih mapan
untuk menghancurkan bid’ah dan khufarat yang mereka lakukan dari pada pedang22.
Tulisannya yang menentang bid’ah, antara lain kitab Manasik al-Hajj, yang ia tulis untuk
menentang berbagai bid’ah yang ditemuinya ditanah Mekkah yang dinyatakan suci itu.
Karena ketika ia menunaikan ibadah haji, pada tahun 691 H / 1292 M, Ibnu Taimiyyah
merasa kecewa karena dibumi kelahiran Islam (Makkah al-Mukarramah), ia menyaksikan
beberapa upacara dan kebiasaan yang dinilainya bid’ah. Begitu Ibnu Taimiyyah kembali dari
Makkah, yakni pada thun 692 H / 1293 M, di Damaskus ia menulis kitab Manasik al-
Hajj.Serangan-serangan terhadap bid’ah dan khurafat membutuhkan dendam kusumat dalam
hati sebahagian orang. Berkali-kali ia difitnah orang karena keberaniannya
mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang banyak pada waktu
itu, sehingga berulang-ulang ia ditangkap oleh penguasa dan hidupnya berpindah-pindah dari
satu penjara kepenjara yang lain antara Damaskus dan Kairo pusat pemerintahan pada waktu
itu dan ia tetap mengajar dan menulis meskipun dalam penjara23.
Ibnu Taimiyyah sangat keras dan sangat ketat dalam melaksanakan Al amr bi al-ma’ruf
wa al-nahyi ‘an al-mungkar. Dia memikul sendiri tugas mengawasi manusia, besar ataupun
kecil agar mereka sselalu menjaga adab sopan santun Islam dalam prilaku mereka. Seperti
mengadakan razia keberbagai tempat orang mabuk-mabukan minum khamar dan arak di
Syam.Perjuangan karirnya dalam rangaka melakanakan al-amr bi al makruf wa al-nahyi ‘an
al-mungkar dan memurnikan akidah dan bid’ah dan khurafat penuh onak dan duri, penuh
tuduhan yang berakibat ia sering dipenjara. Peristiwa pertama kali yang berkaitan ia harus
dipenjara yakni ketika memprotes keras terhadap pemerintahan. Hal ini berkaitan dengan
kasus ‘Assaf an-Nasrani berkebangsaan Suwayda yang menghina Nabi Muhammad SAW.
Ummat Islam setempat meminta kepada Gubernur Siria agar menghukum mati ‘Assaf.
Namun Gubernur Siria memberikan pilihan kepada ‘Assaf antara memeluk agama Islam atau
22
B. Lewis,et. All,the Encyclopedia of Islam, (Laiden:E.J.Brill,1999),jilid,3, h.957
23
B. Lewis,et. All,the Encyclopedia of Islam, (Laiden:E.J.Brill,1999),jilid,3, h.957
dijatuhi pidana mati. Dan ‘Assaf memilih memeluk agama Islam, kemudian Gubernur Siria
memaafkan ‘Assaf, peristiwa naas itu terjadi pada tahun 693 H / 1293 M24.
Pada tahun 705 H / 1306 M, ia kembali dijebloskan kepenjara dibenteng Kairo, karena
mempertanggung jawabkan tulisannya tentang sifat sifat Tuhan, yang dinilai penguasa
menimbulkan keresahan dan kerisuhan. Dan Ibnu Taimiyyah dibebaskan pada tahun 702 H /
1306 M. Namun baru saja beberapa bulan ia dibebaskan masih dalam tahun yang sama Ibnu
Taimiyyah harus berurusan lagi dengan pihak berwajib atas pengaduan kaum Sufi. Atas
pengaduan kelompok Sufi ini, oleh penguasa Ibnu Taimiyyah disuruh memilih antara tinggal
bebas di Damaskus atau Iskandariah dengan syarat harus menghentikan fatwa-fatwa dan
kritiknya atau tinggal dilembaga permasyarakatan dalam waktu yang tidak ditentukan, yang
kemudian Ibnu Taimiyyah dikucilkan dirumah tahanan Alexanderia25.
Ibnu Taimiyyah masih tetap melibatkan dirinya dalam kontroversi kancah perdebatan
paham-paham ke Islaman, walaupun usianya telah bertambah lanjut, berbagai macam bentuk
hukuman yang berkali-kali menimpa dirinya ternyata tidak mampu menggeserkan
pendiriannya Ibnu Taimiyyah. Ia tidak pernah sanksi dalam mengemukakan dan
mempertahankan kebenaran yang diyakininya walaupun dihadapan para ulama, para pejabat
pemerintah dan sultan yang keras sekalipun.
Pada bulan Juli 1326 M / bulan Sya’ban 726 H, Ibnu Taimiyyah ditangkap lagi dan
dimasukkan lagi kepenjara di benteng Damaskus. Keadaan ini ia gunakan dengan sebaik-
baiknya untuk menulis tafsir Al-Qur’an dan karya-karya lainnya, tetapi kemudian jiwanya
tersiksa, karena ketika itu ia tidak diizinkan lagi menulis dan seluruh tinta yang disediakan
untuknya diambil semuanya26.
Tidak lama kemudian Ibnu Taimiyyah jatuh sakit dalam penjara. Sakitnya itu menelan
waktu lebih dari dua puluh hari, menteri Syamsuddin meminta izin untuk menjenguknya, lalu
diizinkanlah dia untuk itu. Setelah duduk disamping Ibnu Taimiyyah, ia meminta maaf atas
kesalahannya. Maka Syaikh Ibnu Taimiyyah mengatakan kepadanya bahwa ia telah
memaafkan nya karena ia melakukan kesalahannya bukan atas inisiatif pribadinya akan tetapi
ikut orang lain27. Syaikh Ibnu Taimiyyah meninggal pada malam senin tanggal 20 Dzulqa’dah
24
B. Lewis,et. All,the Encyclopedia of Islam, (Laiden:E.J.Brill,1999),jilid,3, h.958
25
Muhammad Iqbal,100 Tokoh Terhebat dalam sejarah Islam,(Jakarta: Inti Media,2003),h.149
26
Ibnu Taimiyyah, Pedoman Islam Bernegara, Terj,Firdaus A.N, (Jakarta: Bulan Bintang,1977),h.16
27
Syaikh Ahmad Farid,60 Biografi Ulama Salaf, Terj Masturi Irham dan Assmu’i Taman,(Jakarta: Pusstaka
Al-Kautsar,2006),Cet.ke-1,h.804
tahun 728 Hijriyah. Setelah kitab-kitabnya dikeluarkan dari penjara, ia terus membaca Al-
Qur’an dan menghatamkannya setiap sepuluh hari sekali28.
Ibnu Taimiyah adalah seorang fuqaha yang mempunyai karya pemikiran dalam berbagai
bidang ilmu yang luas, termasuk dalam bidang ekonomi. Dalam bukunya Al-Hisbah Fi’l
Islam dan As-Siyasah Asy-Syar’iyah fi Islah al Ra’I wa Al-Ra’iyah (Legal Poliies to Reform
the Rules and theRuled)ini banyak membahas problem ekonomi yang dihadapi saat itu, baik
dalam tinjauan sosial maupun hukum Islam (fiqh).Meskipun demikian,karyanya banyak
yang mengandung ide yang berpandangankedepan, sebagaimana kemudian banyak dikaji
oleh ekonomi barat.
Ibnu Taimiyah telah membahas pentingnya suatu persaingan dalam pasar bebas (free
market), peranan “market supervisor”dan lingkup dari peranan negara. Negara harus
mengimplementasikan aturan main yang islami sehingga produsen, pedagang, dan para agen
ekonomi lainnya dapat melakukan transaksi secara jujur dan fair.16Negara juga harus
menjamin pasar berjalan secara bebas dan terhindar dari praktik pemaksaan, manipulasi dan
eksploitasi yang memanfaatkan kelemahan pasar sehingga persaiangan dapat berjalan
dengan sehat. Selain itu, negara bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan dasar (basi
need)darirakyatnya
Dalam hal kepemilikan (ownership) atas sumber daya ekonomi, ibn Timiyah tampaknya
berada pada pandangan pertengahan jika dari pemikiran ekstrem kapitalisme dan sosialisme
saat ini.Meskipun ia sangat menekankan pentingnya pasar bebas, tetapi negara harus
membatasi dan menghambat kepemilikan individual yang berlebihan. Kepentinganbersama
harus menjadi tujuan utama dari pembangunan ekonomi.
28
Syaikh Ahmad Farid,60 Biografi Ulama Salaf, Terj Masturi Irham dan Assmu’i Taman,(Jakarta: Pusstaka
Al-Kautsar,2006),Cet.ke-1,h.804
Pemikiran ekonomi islam menurut Ibnu Taimiyah banyak diambil dari berbagai
karyatulisnya, antara lain Majmu’ Fatawa Syaikh al-Islam,as-Syar’iyyah fi Ishlah ar-
Ra’iwa ar-Ra’iyah dan al-Hisbah fi al-Islam.Dalam hal ini,:
Pemikiran Ibnu Taimiyah yang pertama membahas tentang masalah harga yang
adil, yang beliaukelompokkan menjadi dua tema, yakni kompensasi yang setara ( ‘Iwad
al-Mitsl) dan harga yang setara (tsaman al-Mitsl)., ia membedakan antara dua jenis
harga : harga yang tak adil dan terlarang serta harga yang adil dan disukai.
Pada abad pertengahan, konsep upah yang adil dimaksudkan sebagai tingkat upah
yang wajib diberikan kepada para pekerja sehingga mereka dapat hidup secara layak
ditengah-tengah masyarakat. Berkenaan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengacu pada
tingkat harga yang berlaku dipasar tenaga kerja (tas’ir fil a’mal) dan menggunakan
istilah upah yang setara (ujrah al-mitsl).
Pasar dalam islam adalah elemen yang tidak bekerja sendiri sehingga ia menjadi satu
dengan individu, masyarakat, dan Negara. Semua elemen tersebut saling terkait dan bekerja
satu dengan lainnya mewujudkan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Islam mengakui
mekanisme pasar dengan syarat berjalan fair, wjar, suka sama suka dan tidak ada distorsi.
Namun dapat disadari bahwa mekanisme pasar tidak selamanya berjalan sempurna,
seringkali terjadi distorsi. Untuk itu islam memandang penting pembentukan lembaga
pengawas (Institusi Hisbah)29
F. MuhammadIbn Abd Wahab
Filsuf (Muslim) kata Muhammad Ibn Abd al-Wahab terlalu bersusah payah menonjolkan
filsafat untuk mempertemukan agama dan akal karena mereka terlalu kagum dengan
Aristoteles dan beberapa filsuf asal Yunani lainnya sehingga harus menakwilkan nash agar
dapat diterima akal dan pikiran seperti ini jauh sekali dari ruh Islam. Adapun aliran Zahiri
yang berpegang kepada zahir nash dan tidak mengakui akal dikatakan Muhammad Ibn Abd
al-Wahab sebagai aliran yang berlawanan dengan filsafat sama dengan penilaiannya
29
Andri Sutrisno “Ekonomi Islam Perspektif Ibnu Taimiyah” dikutip dari
file:///C:/Users/User/Downloads/4733-Article%20Text-14091-1-10-20210630-4.pdf pada tanggal 2 Maret 2023
terhadap aliran Hasywiyah. Diakui dakwah Muhammad Ibn Abd al-Wahab sangat
berpengaruh terhadap gerakan pembaruan agama di Saudi. Dengan dukungan pemerintah
aturan syariat dapat berdiri dengan baik. Dakwah ini bukan hanya tegak di Saudi saja, tetapi
juga di dunia Islam lain karena usaha pemberantasan kemusyrikan memang menjadi
semarak di mana-mana termasuk di Indonesia. Karena sangat menekankan pada kesucian,
maka ini dinamakan mazhab Wahabi dan diyakini sebagai mazhab ahl al-Sunnah, atau Ahl
al-Hadis, bahkan ahl Al-Qur‟an30
Tokoh spektakuler lainnya yang dipengaruhi oleh pemikiran Ibnu Taimiyah adalah
Muhammad Ibnu Abd alWahab, pendiri Wahabisme. Ada dua macam keberhasilan
Muhammad Ibnu ‗Abd al-Wahab dan pergerakannya. Pertama, membentuk sebuah
simbiosis mutualisma dengan Muhammad Ibnu Saud yang kemudian berhasil mendirikan
sebuah negara Islam periode awal yang diberi nama alMamlakah al-‘Arabiyyah al-
Su‘ûdiyyah dan Muhammad Ibnu Sa‘ud menjadi rajanya yang pertama. Kedua, Wahabisme
menjadi mazhab resmi negara dan Muhammad Ibnu ‗Abd al-Wahab memiliki dukungan
politik yang sangat kuat untuk menyiarkan ajaranajarannya di seantero negeri.31
Adapun konsep gerakan pemurnian atau lebih dikenal dengan pokok- pokok pemikiran
pemurnian Muhammad bin Abdul Wahab sbb:
1. Barangsiapa yang belum merealisasikan tauhid dalam hidupnya, maka dia belum
beribadah (menghamba) kepada Allah.
2. Menetapkan sifat-sifat Allah sebagaimana yang disebutkan dalam al- Qur’an maupun
hadist Termasuk sifat yang ditetapkan adalah kebenaran adanya wajah bagi Allah,
mengikuti cara yang diamalkan kaum salaf shaleh dalam masalah ini yaitu mengimani
kebesaran sifat sifat Allah yang dituturkan al-Qur’an dan hadist tanpa tamtsil.
3. Mengamalkan tauhid dengan sebenar-benarnya dapat menyebabkan masuk surga tanpa
hisab seperti tidak meminta diobati oleh dukun.
4. Syirik adalah perbuatan dosa yang harus ditakuti dan dijauhi seperti riya termasuk
perbuatan syirik namun syirik kecil. Syirik ada dua macam pertama syirik akbar yaitu
memperlakukan sesuatu selain Allah sama dengan Allah. Kedua syirik ashghar yaitu
perbuatan yang disebutkan dalam al-Qur’an dan hadits sebagai suatu syirik, tetapi belum
sampai ke tingkat syirik akbar. Adapun perbedaan diantara keduanya Syirik akbar
menghapuskan seluruh amal, sedang syirik kecil hanya menghapuskan amal yang
disertainya saja. Syirik akbar mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka, sedang
syirik kecil tidak sampai demikian. Syirik akbar menjadikan pelakunya keluar dari Islam,
sedang syirik kecil tidak menyebabkan keluar dari Islam.
5. Menjauhkan orang Islam dari lingkungan orang orang musyrik, agar tidak menjadi seperti
mereka, walaupun dia belum melakukan perbuatan syirik.33
H. Latar Belakang Pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab
32
Binti Maunah “Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Modernisme Islam” (PT Raja Grafindo Persada :2016),
Http://Repo.Iain-Tulungagung.Ac.Id/6182/
33
Khairan Muhammad Arif “Konsep Moderasi Islam Dalam Pemikiran”( Millah: Jurnal Studi Agama, 307-
344, 2020) Https://Journal.Uii.Ac.Id/Millah/Article/View/14909
Faktor penyebab sehingga tercipta pemikiran ialah segala sesuatu yang diresap dari ilmu
pengetahuan maka itu pula hasil dari buah pikir manusia, oleh karena itu pemikiran
Muhamamad bin Abdul Wahab hadir dikarenakan hasil dari resapan ilmu pengetahuan yang
diperolehnya, darimana perolehan itu dimulai sejak masa kecilnya disaat dia dididik oleh
Ayahnya yang bermazhab Hanbali diajarkan ilmu fikih, tafsir al-Qu’an, dan Hadits Nabi.
Setelah itu Muhammad bin Abdul Wahab melanjutkan pembelajaranya kemadinah dengan
mendalami ilmuilmu agama pada Syekh al-Qurdi dan Muhammad al-Hayat al-Sindi seorang
ulama tarekat Naqsyabandiyah yang sangat menentang bid’ah34.
Menarik kesimpulan bahwa pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab sangat di pengaruhi
oleh pemikiran Ibn Taimiyah. Walaupun banyak dipengaruhi oleh pemikiran Ibn Taimiyah
tidak harus di tafsirkan bahwa beliau identik dengan kaun Wahabi karna Ibn taimiyah jauh
lebih awal daripada Muhammad bin Abdul Wahab tetapi sebaliknya Muhammad bin Abdul
Wahab lah yang lebih identik dengan pemikiran Ibn Taimiyah. Kemudian wadah
Muhammad bin Abdul Wahab memperoleh ilmu pengetahuan35:
34
Engku Ibrahim Engku Wok Zin, Abdul Rahman Mahmod, Syed Hadzrullathfi Bin Syed Omar “Syaikh
Muhammad Bin Abd Al-Wahhab Dan Kaitannya Dengan Isu Takfir “(Jurnal Islam Dan Masyarakat Kontemporari 4,
61-72, 2011), Https://Journal.Unisza.Edu.My/Jimk/Index.Php/Jimk/Article/View/24
35
Syeh Abdurrahman Bin Hammad Al-Umr “ Hakikat Dakwah Syeh Muhammad Bin Abdul Wahab” (Darul
Falah, Jakarta,2006),Hal.28
36
Sularno, “Gerakan Dakwah Wahabi di Arab Saudi (Studi Tentang Peran Muhammad bin Abdul Wahab
Dalam Usahanya Memurnikan Ajaran Islam Pada Abad Ke 18)”, Skripsi (Surakarta Fak. Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret, 2011), h. 51
I. Pemikiran Teologi Muhammad Bin Abdul Wahhab
37
Muhammad Shaleh Munjid, “Atsar Syekhul Islam Ibnu Taimiyyah fi dawati syekh muhammad bin
abdul wahhab,islam sual wa jawab”, Diakses dari https://islamqa.info/ar/89671 pada tanggal 6 maret 2018 pukul
11:53WIB
38
Muhammad Ridwan Efendi,”Teologi Islam Potret Sejarah Dan Perkembangan Pemikiran Madzhab
Kalam”,(Literasi Nusantara,Jakarta:2021),hal.15
39
J. Pembaharuan Dan Ijtihad Muhammad Bin Abdul Wahhab
Di antara pembaharuan dan ijtihad yang dilakukan oleh Muhammad bin „Abdul-
Wahhab adalah:
1. Orang yang mengatakan bersyahadat halal darahnya dan harta sampai dia
mengingkari dan tidak percaya terhadap sesuatu yang disembah selain Allah
2. Membagi tauhid menjadi dua:Tauhid rububiyyah dan Tauhid uluhiyyah
3. Membagi tawassul menjadi 2 bagian sesuai dalil syar`i:Tawassul boleh : yaitu tawassul
kepada Allah dengan Asmaul husna, amalan-amalan shaleh, atau doa dari sesama
muslim.Tawassul haram yang tidak ada dalil (istighosah): seperti orang-orang shaleh
itu sendiri ( dengan pangkat Rasulullah, kesucian syekh, dan lain-lain) Jadi Muhammad
bin Abdul Wahhab tidak mengingkari tawassul sedangkan istighosah merupakan
yang mungkar dan diingkari olehnya40.
Muhammad bin Abdul Wahhab Adalah Pemilik Ajaran TauhidHal ini didasarkan kepada
buku-buku serta pemikirannya yang diajarkan kepada keturunan maupun pengikutnya,
Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan:"...Dahulu, aku tidak memahami arti dari
ungkapan Laailaaha Illallah. Kala itu, aku juga tidak memahami apa itu agama Islam.
(Semua itu) sebelum datangnya anugerah kebaikan yang Allah berikan (kepadaku).
Begitu pula para guruku, tidak seorangpun dari mereka yang mengetahuinya. Atasa
dasar itu, setiap ulama "'al-Aridh'" yang mengaku memahami arti Laailaaha Illallah
atau mengerti makna agama Islam sebelum masa ini (anugerah kepada Muhammad
bin Abdul Wahhab) atau ada yang mengaku bahwa guru-gurunya mengetahu hal
tersebut maka ia telah melakukan kebohongan dan penipuan. Ia telah mengecoh
masyarakat dan memuji diri sendiri yang tidak layak bagi dirinya."41
Muhammad bin Abdul Wahhab mengkafirkan Kaum Muslimin pada umumnya yang
dianggap telah melakukan kesyirikan.Di antara yang dikafirkan oleh Muhammad bin Abdul
Wahhab adalah sebagai berikut:
40
Drs. Imam Subchi,”Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Aliyah Kelas XII” (Toha
Putra :Jakarta:2018),Hal.9
41
Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baaz,”Biografi Dan Gerakan Dakwah Imam Muhammad Abdul Wahab”
(Islam House.Com,Jakarta:2018),Hal.12
1. PengkafiraPenduduk Makkah
Penduduk Dhufair merasakan hal yang sama seperti yang dialami oleh
penduduk wilayah 'Anzah, dituduh sebagai "pengingkar hari akhir (kiamat)".
Hal ini sebagaimana yang pernah kita singung pada kajian-kajian terdahulu
bahwa, para ulama wilayah tersebut terkhusus Ibnu Sahim al-Hambali beserta para
pengikutnya telah dicela, dicaci dan dikafirkan. Dikarenakan penduduk dua
wilayah itu (Uyainah dan Dar'iyah) bukan hanya tidak mau menerima doktrin ajaran
sekte Muhammad bin Abdul Wahhab, bahkan ada usaha mengkritisinya dengan
keras. Atasa dasar ini maka Muhammad bin Abdul Wahhab tidak segan-segan
mengkafirkan semua pensusuknya, baik ulama'nya hingga kaum awamnya.
Syekh Muhammad Rasyid Ridho mengatakan: “tidaklah suatu abad yang banyak
terjadi kebidahan kosong dari para ulama yang mentajdid agama dengan dakwah,
pendidikan dan teladan yang baik. Akan selalu ada orang adil yang menghilangkan
para ekstrim kanan dan ekstrim kiri... Syekh Muhammad bin Abdul Wahhab an Najdi
termasuk seorang pentajdid adil yang menyeru kepada pemurnian akidah, memurnikan
ibadah hanya kepada Allah sesuai dengan syariat yang terdapat di dalam al quran dan
sunnah.
42
Abdul Basit “Muhammad Bin Abdul Wahhab: Pemikiran Teologi Dan Tanggapan Ulama Mengenai
Pemikirannya” http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/1271
3. Sejarawan al-Jabarti
Al-Jabarti adalah salah satu intelektual terkenal ahli sejarah dari Al Azhar,
termasuk orang yang mentelaah, meneliti dan memperingatkan bahaya “gerakan
wahabi”. Pada saat itu pemikiran muhammad bin abdul wahhab terkenal dengan nama
“gerakan wahabi”.Ketika jabarti membaca artikel-artikel, selebaran dan tulisan-tulisan
yang dibawa orang para haji dari negeri hijaz barulah jabarti mengetahui hakikat
“gerakan wahabi”. Selebaran yang tebal itu berisi tentang dakwah kepada tauhid dan
sunnah, menghilangkan kesyirikan sertabidah dengan dalil-dalil dari al quran dan
hadits, mengenai ini jabarti mengomentari:“43
Apabila hakikat sesungguhnya adalah seperti itu maka ini adalah ajaran dan agama
yang kita anut, itu merupakan iktisar inti tauhid, suatu posisi di mana kita berpijak
antara para manusia yang fanatif dan berlebihan. Hal ini telah dibentangkan luas oleh
Ibnu Qoyyim dalam kitabnya “ighotsatul lahfan”, Al Hafidz Al Muqridzi di dalam kitab
“tajrid at tauhid”, Imam Al Yusi di dalam kitab “syarh al kubro”, Ibnu Ibad dalam “syarh al
hikam”,dan kitab-kitab lainnya seperti “jamul fadhail”, “qomu ar radzail”dan kitab
“mashoyidusy syaiton”44
Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahhab Saudara kandung Muhammad bin Abdul
Wahhab melalui dua karya tulis berjudul "al-Shawa'iq al-Ilahiyah fi al-Raddi ala al-
Wahhabiyah" dan "Fashl al-Khithab fi al-Raddi ala Muhammad bin Abdil Wahhab". Di
dalam buku "al-Shawa'iq al-Ilahiyah fi al-Raddi ala al-Wahhabiyah" Syeikh Sulaiman
bin Abdul Wahhab menulis mengenai saudaranya sebagai berikut:“Hari ini manusia diuji
dengan seseorang yang mengaku bersandarkan kepada al quran dan hadits, beristimbath dari
43
Finsa Adi Pratama dkk “Pemikiran Tajdid Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Dalam Kitab Al-Ushul
Ats-Tsalatsah” https://scholar.google.com/citations?user=EHGZKuAAAAAJ&hl=id&oi=sra
44
Abdul basit, Muhammad Bin Abdul Wahhab “Pemikiran Teologi Dan Tanggapan Ulama Mengenai
Pemikirannya”, tazkiya jurnal keislaman, kemasyaraktan & kebudayaan" Vol. 19 no (juli-desember) 2018
https://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/tazkiya/article/view/1271/990
kedua ilmunya dan tidak memperdulikan orang yang menentangnya. Orang
yangmenentangnya adalah orang kafir di matanya. Dalam keadaan seperti ini sedangkan
dia tidak memiliki satupun dari kualifikasi seorang ahli ijtihad. Demi Allah bahkan tidak
ada satu persepuluhnya kualifikasi ijtihad. Dengan fakta ini ucapannya masih banyak diterima
oleh banyak orang-orang bodoh, inna lillahi wa inna ilaihi rajiun
Syeikh Muhammad al-Kurdi, guru terbesar Muhammad bin Abdul Wahhab yang
secara tegas mengatakan: "Wahai Muhammad bin Abdul Wahhab, demi Allah aku
menasehatimu, hentikanlah ulahmu terhadap umat Islam. Apabila kau menemukan
seseorang meyakini suatu pengaruh dari selain Allah, maka luruskanlah keyakinannya
secara baik-baik dan sebutkan dalil-dalilnya bahwa Allah lah yang mempengaruhi.
Muhammad bin Abdul Wahab sebagaimana yang beliau ungkapkan dalam surat
beliau kepada penduduk Qashim bahwa dakwah yang disampaikannya bukanlah
sebagaimana yang dilontarkan oleh pihak yang menolak. Ia menulis sebagai berikut:
“kemudian tidak tersembunyi lagi atas kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman
bin Suhaim (seorang penentang da kwah beliau) telah sampai kepada kalian. Lalu
sebagian diantara kalian ada yang percaya terhadap tuduhan -tuduhan bohong yang ia
tulis45.
Yang mana saya sendiri tidak pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah
terlintas dalam ingatanku. Seperti tuduhannya:
Tidak sampai di situ Muhammad bin abdul Wahhab melakukan klarifikasi akan
ucapannya, bahkan di dalam kitab “ar rasail asy syakhsiyyah”,Muhammad bin
abdul Wahhab melanjutkan klarifikasinya yaitu ucapannya:
45
Sri Wahyuni ,“ Muhammad Bin Abdul Wahab Dan Muhammad Ali Pasha: Studi Pemikiran Pembaharuan Dan
Pengaruhnya Terhadap Peradaban Modern” (UIN Sunan Ampel, 2014), https://digilib.uinsa.ac.id/1790/
1. “Bahwa saya berkata tidak sempurna islam seseorang sampai mengetahui arti “la
ilaaha illallah”
2. “Bahwa saya tahu orang-orang yang sudah mendatangkan arti “laa ilaaha
illallah”
3. “Bahwa saya mengatakan bahwa ilah adalah sesuatu yang memiliki rahasia
4. “Kafirnya orang yang bernadzar dengan sesuatu diniatkan untuk taqorrub kepada
selain Allah, begitupula orang yang memulai nadzar hal tersebut.
5. “Sembelihan untuk jin adalah tindakan kafir dan sembelihannya hukumnya
haram walaupun menyebut nama Allah karena dia menyembelihnya untuk jinini
adalah lima perkara yang hak dan aku mengatakannya”
N. Karya-Karya Muhammad Bin Abdul Wahhab
Di antara karya-karya Muhammad bin abdul Wahhab yang sudah dicetak maupun
yang tulisantangan adalah:
2.AhkamusSholah
5.Ushulul Iman
6.Mansakul Hajj
7.Al-Jawahirl Mudhiyyah
8.AlKhuthobul Minbariyah
9.Ar-Rosa-iluAsy-Syakhshiyyah
10.Ar-Risalatul Mufidah
Diantara kitab-kitab yang ditulis mengenai Muhammad bin Abdul Wahhab dan ajarannya
ialah :
1. Ithâf al-Kirâm Fî Jawâz at-Tawassul Wa al-Istighâtsah Bi al-Anbiyâ‟ al-Kirâm
karya asy-Syaikh Muhammad asy-Syadi. Tulisan manuskripnya berada di al-
Khizanah al-Kittaniyyah di Rabath pada nomor 1143.
2. Ithâf Ahl az-Zamân Bi Akhbâr Mulûk Tûnus Wa „Ahd al-Amân karya asy-Syaikh
Ahmad ibn Abi adl-Dliyaf, telah diterbitkan.
3. Itsbât al-Wâsithah al-Latî Nafathâ al-Wahhâbiyyah karya asy-Syaikh Abd al-Qadir
ibn Muhammad Salim al-Kailani al-Iskandarani (w 1362 H).
4. Ajwibah Fî Zayârah al-Qubûr karya asy-Syaikh al-Idrus. Tulisan manuskripnya
berada di al-Khizanah al-„Ammah di Rabath pada nomor 4/2577.
5. Al-Ajwibah an-Najdiyyah, An al-As-ilah an-Najdiyyahkarya Abu al-Aun Syamsuddin
Muhammad ibn Ahmad ibn Salim an-Nabulsi al-Hanbali yang dikenal dengan
sebutan Ibn as-Sifarayini (w 1188 H)