Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MUHAMMAD ATHIYAH AL ABRASYI

(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Pemikiran Pendidikan Islam)

Dosen Pengampu

Junaidah, MA

Kelompok 7 Kelas B

Ferry Irawan (1811030244)

Mediya Zery Martana (1811030304)

Uswatunnisa Mujahidah (1811030369)

Yuditia Herlambang (1811030306)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

RADEN INTAN LAMPUNG

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Athiyah Al Abrasyi.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan pada mata kuliah Pemikiran Pendidikan Islam. Selain itu makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang pemikiran pendidikan islam
menurut Muhammad Athiyah Al Abrasyi bagi para pembaca dan juga kami.

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, baik dari segi teknik penyajian maupun dari segi materi. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang bersifat membantu
makalah ini menjadi sempurna. Demikian makalah ini dibuat dan pembaca
diharapkan terbantu dengan adanya makalah ini.

Bandar Lampung, 16 Maret 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan Masalah..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya-karya Muhammad Athiyah Al Abrasyi.........3


B. Latar belakang pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi.........5
C. Pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi..................................7
D. Konsep Muhammad Athiyah Al Abrasyi Tentan
Pendidikan Akhlak Dalam Islam...................................................10
E. Relevansi pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi..................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim, baik dari
jalur formal maupun non formal. Akan tetapi didalam islam peroses
pembelajaran tidak hanya sekedar pentransferan ilmu dari pendidik kepada
peserta didik saja. Melainkan didalam peroses penyampaian materi tersebut
dimasukan bimbingan-bimbingan untuk dapat menciptakan karakter seorang
muslim sesungguhnya, inilah yang disebut dengan pendidikan islam. Para ahli
memiliki pemikirannya masing-masing mengenai pendidikan islam itu sendiri,
slah satunya adalah Muhammad Athiyah al-Abrasyi.

Athiyah Al-Abrasyi menjelaskan bahwa pendidikan agama islam adalah


menanamkan akhlaq yang mulia, membiasakan mereka berpegang pada moral
yang tinggi dan menghindari hal-hal yang tercela, berfikir secara rohaniyah dan
insaniyah, serta menggunakan waktu buat belajar ilmu duniawi dan agama.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana biografi dan karya-karya Muhammad Athiyah Al Abrasyi?
2. Bagaimana latar belakang pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi?
3. Bagaimana pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi?
4. Bagaimana konsep Muhammad Athiyah Al Abrasyi tentang pendidikan
akhlak dalam islam?
5. Apa relevansi pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi dengan kondisi
saat ini?

C. Tujuan Masalah
1. Memahami biografi dan karya-karya Muhammad Athiyah Al Abrasyi.
2. Memahami latar belakang pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi.
3. Memahami pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi.
4. Memahami konsep Muhammad Athiyah Al Abrasyi tentang pendidikan
akhlak dalam islam.
5. Memahami relevansi pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi dengan
kondisi saat ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi dan Karya-karya Muhammad Athiyah Al Abrasyi

Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang


hidup pada masa pemerintahan Abd. Nasser yang memerintah Mesir pada tahun
1954-1970. Beliau adalah satu dari sederetan nama yang tidak boleh dilupakan
oleh para cendekiawan Arab dan muslimin. Beliau adalah penulis tentang
pendidikan keislaman dan pemikiran, umurnya yang mendekati 85 tahun akan
selalu terasa pengaruhnya bagi generasi sesudahnya. Beliau dilahirkan pada
awal April tahun 1897 dan wafat pada tanggal 17 Juli 1981. Beliau memperoleh
gelar diploma dari Universitas Darul Ulum tahun 1921, dan tahun 1924 beliau
terbang ke Inggris, disana beliau mempelajari ilmu pendidikan, psikologi,
sejarah pendidikan, kesehatan jiwa, bahasa Inggris berikut sastranya. Pada
tahun 1927 beliau memperoleh gelar sarjana pendidikan dan psikologi dari
universitas Ekstar, dan pada tahun 1930 beliau berhasil menggondol dua gelar
sarjana bahasa, masing-masing adalah bahasa Suryani dari universitas kerajaan
di London, dan bahasa Ibrani dari lembaga bahasa timur di London.
4

Sarjana pendidikan yang satu ini, memang diakui keberadaannya


dikalangan pendidikan khususnya pendidikan Islam. Beliau banyak dikenal
oleh para ahli dalam bidang pendidikan, dimana karya-karya beliau atau catatan
(peninggalan) beliau banyak dipakai sebagai rujukan.

Selain itu penulis juga menemukan karya ilmiah studi tokoh Muhammad
‘Athiyah al-Abrasyi tentang pendidikan wanita dalam Islam dalam kitab al-
Atarbiyah al-Islamiyah wa Falaasifatuha oleh Ustroh (3100118) jurusan
pendidikan agama Islam. Disana ia menyebutkan beliau termasuk tokoh
pendidikan, yang memiliki daya analisa yang dalam dan

teknik penyajiannya tergolong baru sehingga beberapa karyanya banyak


diterbitkan oleh penerbit-penerbit kenamaan Kairo.

Demikian beliau telah banyak dikenal oleh masyarakat dunia pendidikan


yang kritis dalam menyikapi realita dari fenomena-fenomena masyarakat yang
beraneka ragam. Selain itu beliau juga salah satu guru besar pada Fakultas
Darul Ulum, Cairo University, Kairo.1

Diantara karya-karyanya, yaitu :

1. Ruh al-Islam (Kairo: Isa al-babi al-Halabi Bi Sayyidina Husain, tt)


2. Azamah al-Islam, Juz I, (Kairo : al-Anglo al-Misritah 165 Syairi'
Muhammad Fardi, tt)
3. Azamah al-Islam, Juz II, (Kairo : al-Anglo al-Misritah 165 Syairi'
Muhammad Fardi, tt)
4. Azamah ar-Rasul Muhammad, (Kairo : Dar al-Katib al-'Arabi, tt)
5. Al-asas fi al-Lughah al-'Ibriyah bi al-Isytirak, (tt.p, Wuzarah at-Tarbiyah,
tt).

1
M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar Pendidikan Islam, terj. H. Butami A. Gani dan Djohar Bahry, dari
Judul asli At-Tarbiyah al-Islamiyah, (Bandung : Bulan Bintang, 1970), hlm. 9
5

6. al-adab as-Saniyah, (Nafd)


7. Abtal asy-Syiriq, (Kairo : Lajnah al-Bayan al-'Arabi bi Syari Amin Sami bi
al-Munirah, tt)
8. Musykilatuna al-Ijtimaiyah, (Kairo : Lajnah al-Bayan al-'Arabi bi Syari
Amin Sami bi al-Munirah, tt)
9. Qisas al-'Uz ama' (Kairo : Dar al-Ma'arif, tt)
10. Qisas fi alButulah wa al-Wataniyah, (Kairo : Dar al-Ma'aruf, tt)
11. Aru al-Qisas Li Charles Diekens, (Kairo : Dar al-Ma'aruf, tt)
12. Qisas Min al-hayah li Charles Diekens, (Kairo : Dar al-Ma'aruf, tt)
13. al-Maktabah al-Haditsah li al-Atfal, 60 Kitab, (Kairo : Dar al-Ma'aruf,tt)
14. Al-Maktabah ak-Khudara' 8 Kitab (Kairo : Dar al-Ma'aruf, tt)
15. Maktabah at-Tifl, 100 Kitab, (Kairo : Misr bi Syari Kamil Sadiqi bi al-
Fujalah, tt)
16. al-Maktabah az-Zihabiyah min Adab al-Atfal, 15 kitab, (Kairo : al-Anglo
al-Misriyah, tt)
17. Maktabah al-Tilmiz, 10 Kitab, (Kairo : an-Nahd ah al-Misriyah, tt)
18. Nizam at-Tarbiyah wa at-Ta'lim bi Injilatra, (Nafd)
19. al-Mujizu fi at-Turuq at-Tarbawiyah li Tadris al-Lughah al-Qaumiyah, (tt.p
: Dar Nahd ah Misr, tt)
20. Ahsan al-Qasas, 3 Juz, (Nafd).2

B. Latar Belakang Pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi

Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang ulama’, cendekiawan


yang telah mendalami agama Islam dengan baik, menguasai beberapa bahasa
asing, seorang psikolog dan pendidik jebolan London, penulis yang produktif

2
Muhammad 'Athiyah al-Abrasyi, At-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fafasifatuha, (Kairo : Isa al-Babi al-
Halabi, 1975), cet. 3, hlm. 309-311
6

dan seorang guru besar. Sebagai salah seorang dari sekian banyak ilmuwan
muslim yang sangat produktif mencetuskan gagasan dan ide menuju perbaikan
dan peningkatan kualitas umat Islam pada era sekarang ini dengan menawarkan
konsep-konsep dasar bagi pendidikan Islam yang merupakan hasil dari sari pati
dari nilai ajaran al-Qur’an dan al-Hadits yang digalinya.

Sesuai dengan keahliannya, beliau telah menjelaskan tentang posisi Islam


mengenai ilmu, pendidikan dan pengajaran berdasarkan al-Qur’an dan al-
Hadits, serta menjelaskan pula tentang fungsi masjid, institut, lembaga-
lembaga, perpustakaan, seminar, dan gedung-gedung pertemuan dalam dunia
pendidikan Islam dari zaman keemasannya sampai pada kita sekarang ini.3

Seperti diketahui pada zaman kejayaan Islam, Negeri Mesir dikenal


sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di samping Baghdad, Damaskus,
Cordova dan lain-lain. Tetapi kemudian ketika dunia Islam mengalami
kemunduran, Mesirpun turut merasakannya, lebih-lebih setelah negeri ini
berturut-turut di jajah Perancis dan Inggris. Akibatnya Mesir mengalami
kemunduran di bidang pemikiran pada umumnya dan pendidikan pada
khususnya. Di dorong kenyataan pahit inilah Muhammad Athiyah al-Abrasyi
mencoba kembali menggali nilai-nilai dan unsur-unsur pembaharuan yang
terpendam dalam khazanah perkembangan pendidikan Islam di masa jayanya.
Ia mencoba mencari titik persamaan dasar pendidikan Islam dan pendidikan
modern.

Latar belakang kehidupan dan pendidikan yang dilalui beliau merupakan


modal dasar bagi beliau untuk berkiprah sebagai salah seorang di antara
pembaharu di Mesir dan dunia Islam, mengingat umat dan masyarakat yang di
hadapinya sedang bangkit dan berkembang ke arah kemajuan. Keberhasilan

3
M. Athiyah Al-Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami A. Ghani dan
Djohar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang. Cet. VII. 1987. Hal. 20-21
7

pendidikan Islam dari semula sampai dimasa jayanya menurut beliau dapat
dibuktikan dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan besar seperti Al-Ghazali, Ibnu
Sina, Al-Kindi, Ibnu Khaldun dan Ibnu Maskawaih. Pendapat Muhammad
Athiyah al-Abrasyi tentang pendidikan Islam banyak dipengaruhi oleh dan dari
rangkuman, saduran, pemahaman, dan pemikiran serta pendidik muslim
sebelumnya yang ditelusurinya dengan baik terutama pemahaman secara
filosofis. Beliau cenderung menjadikan Ibnu Sina, al-Ghazali dan ibnu Khaldun
sebagai nara sumber.

C. Pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi

Secara etimologi pendidikan dalam pendidikan Islam kadang-kadang


disebut At-Ta’lim. At-Ta’lim biasanya diterjemahkan dengan pendidikan
sopan santun. Sedangkan Al -Ghazali menyebut “pendidikan” dengan sebutan
Ar-Riyadhat. Ar-Riyadhat dalam arti bahasa diterjemahkan dengan olah raga
atau pelatihan. Terma ini dikhususkan untuk pendidikan masa kanak-kanak,
sehingga Al -Ghazali menyebutnya riydha ash-shibyan.

Pada masa sekarang istilah yang popular dipakai orang adalah tarbiyah,
karena menurut Muhammad ‘Athiyah Al -Abrasyi, At-Tarbiyah adalah terma
yang mencakup keseluruhan kegiatan pendidikan. Ia adalah upaya yang
mempersiapkan individu untuk kehidupan yang lebih sempurna dalam etika,
sistimatis dalam berpikir, memiliki ketajaman intuisi, giat dalam berkreasi,
memiliki toleransi pada yang lain, berkompetensi dalam mengungkap bahasa
lisan dan tulisan, serta memiliki beberapa keterampilan.

Sedangkan secara terminology, menurut Athiyah al-Abrasyi pendidikan


islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan
bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya
8

(akhlaknya), teratur pikirannya, halus perasaannya, manis tutur katanya baik


dengan lisan maupun tulisan. Dengan memperhatikan dua definisi diatas maka
berarti pendidikan Islam adalah suatu proses edukatif yang mengarah kepada
pembentukan akhlak atau kepribadian. Menurut Athiyah al-Abrasyi, pendidikan
itu ada tiga macam:

1. Pendidikan Kuttab. Pendidikan ini ialah yang mengajarkan al-Qur’an


kepada anak-anak di kuttab. sebagian diantara mereka hanya
berpengatahuan sekedar pandai membaca, menulis, dan menghafal al-
Qur’an semata.
2. Pendidikan Umum. Ialah pendidikan pada umumnya, yang mengajarkan
di lembaga-lembaga pendidikan dan mengelola atau melaksanakan
pendidikan islam secara formal seperti madrasah, pondok
pesantrenataupun informal seperti di dalam keluarga.
3. Pendahuluan Khusus. Adalah pendidikan secara privat yang diberikan
secara khusus kepada satu orang atau lebih dari seorang anak pembesar
kerajaan (pejabat) dan lainnya.

Adapun tujuan pendidikan diharapkan sesuai dengan kaidah -kaidah yang


ada dalam Al -Qur’an dan Hadits. Peranan tujuan sangat penting sebab
menentukan arah proses belajar mengajar. Tujuan pendidikan islam dirumuskan
dari nilai -nilai filosofis yang kerangka dasarnya termuat dalam filsafat
pendidikan islam.

Metode pendidikan dan pengajaran dalam rangka pendidikan Islam sangat


banyak terpengaruh oleh prinsip kebebasan dan demokrasi. Islam telah
menyerukan adanya prinsip persamaan dan kesempatan yang sama dalam
belajar, sehingga terbukalah jalan yang mudah untuk belajar bagi semua orang.
Pintu masjid dan institut terbuka bagi anak didik yang ada dalam masyarakat
tanpa adanya perbedaan antara yang kaya dan yang miskin serta tinggi
9

rendahnya kedudukan sosial anak didik dalam masyarakat. Oleh karena itu,
didalam Islam tidak ada kelebihan antara orang Arab dengan yang bukan Arab,
kecuali ketakwaannya. Sebagaimana firman allah SWT. yang berbunyi;

‫ ان اكرمكم عنداهلل‬,‫يأيها الناس انا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلنكم شعوبا وقبائل لتعارفوا‬
‫ ان هللا عليم خبير (الحجرات‬,‫اتقاكم‬
Artinya: “Hai manusia! Kami menciptakanmu dari seorang laki-laki dan
perempuan. Lalu Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar
kamu saling mengenal. Yang teramat mulia di antaramu di sisi Allah, ialah
orang yang lebih bertaqwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan
Mengenal.” (QS. Al-Hujurat: 13).

Dari ayat di atas, sangatlah jelas bahwa Islam ternyata menyamaratakan


antara anak orang kaya dengan orang miskin dalam segala hal terutama dalam
bidang pendidikan dan memberikan kesempatan sama pada anak didik untuk
belajar tanpa diskriminasi. Tidak seorangpun kaum muslimin yang mengatakan
bahwa orang-orang miskin diciptakan untuk bekerja di kebun, ladang dan
pabrik, sedangkan yang kaya menguasai mereka dengan kekayaan. Akan tetapi,
kepintaran tidak hanya bisa diperoleh orang kaya saja, melainkan juga oleh
orang miskin. Kepintaran dan kecerdasan diberikan Allah SWT. kepada
hambanya dengan sama rata yang membedakan hanya ketakwaannya.4 Maka
dari itu, untuk belajar pendidikan Islam, anak didik tidak terikat pada batas
umur tertentu, ijazah-ijazah atau nilai-nilai angka dalam ujian atau peraturan
khusus untuk penerimaan siswa baru.

Prof. Muhammad ‘Athiyah Al -Abrasyi, menyebutkan dalam kitabnya,


Tarbiyah Islamiyah wa Falsafatuha, pendidikan Islam, yang dalam hal ini

4
Bachtiar Surin, Terjemah Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an, Bandung: Fa. Sumatra, 1978. Hal. 118
10

diwakili madrasah dan pesantren, sekurang-kurangnya memiliki 5 tujuan yang


musti dicapai, yaitu:

1. Membantu pembentukan akhlaq yang mulia.


2. Mempersiapkan kehidupan dunia akhirat.
3. Mempersiapkan mencari rizki dan menjaga kemaslahatan.
4. Menumbuhkan roh ilmiah pada anak didik dan memenuhi rasa
keingintahuannya serta memungkinkan untuk mengkaji berbagai ilmu.
5. Menyiapkan anak didik untuk menguasai profesi tertentu.

Kelima azas tersebut sebagai tujuan pendidikan Islam, mengandung aspek


pembinaan mental, aspek spiritual, aspek keseimbangan antara hidup di dunia
dan akhirat, aspek manfaat, aspek ilmiah, serta aspek ketrampilan. Dengan kata
lain tidak terbatas pada aspek akhirat saja. Dengan demikian maka jelas bahwa
tujuan pendidikan menurut Muhammad ‘Athiyah Al -Abrasyi adalah
mempersiapkan manusia yang berkepribadian paripurna secara utuh, jasmaniah
ruhaniah, serta memiliki persiapan yang lengkap menghadapi hidup dan
kehidupan.

Dalam pemikirannya, Muhammad ‘Athiyah Al -Abrasyi tidak


mengatakan tentang pendidikan moral tetapi lebih cenderung kepada
pendidikan akhlak. Menurutnya pendidikan akhlak adalah ruh dari pendidikan
Islam dimana konsep tentang akhlak berdasarkan kepada Al -Qur’an dan
Hadits. Maksudnya dalam menentukan baik dan buruknya suatu perbuatan itu
berdasarkan Al -Qur’an dan Hadits dan akhlak sendiri merupakan hasil dari
pendidikan, latihan, pembinaan dan perjuangan keras dan sungguh- sungguh
(hasil usaha).5

5
http://haniy-th.blogspot.com/2011/04/konsep-pendidikan-islam-menurut-athiyah.html?m=1
11

Muhammad Athiyah Al Abrasyi mengemukakan bahwa tujuan akhir


pendidikan Islam adalah tewujudnya "manusia berakhlak sempurna".6

D. Konsep Muhammad Athiyah Al Abrasyi Tentang Pendidikan Akhlak


Dalam Islam

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi
pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari Bahasa Arab (yang
biasa diartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti
itu tidak ditemukan dalam al-Quran.7 Menurut Muhammad 'Athiyah tujuan
utama dari pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang
sanggup menghasilkan orangorang yang bermoral, laki-laki maupun
perempuan, memiliki jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan
akhlak yang tinggi, mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya,
menghormati hak-hak manusia, mengetahui perbedaan buruk dengan baik,
memilih salah satu fadhilah, menghindari suatu perbuatan yang tercela, dan
mengingat Tuhan dalam setiap pekerjaan yang mereka lakukan.8

‫وانك لعلى خلق عظيم‬

Artinya: "Sesungguhnya engkau memiliki moral dan akhlak yang tinggi." (al-
Qalam : 4).

6
Muhammad 'Athiyah Al Abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, diterjemahkan oleh Bustami
A. Gani dan Djohar Bahry, (Jakarta: Bulan Bintang, 1993), Hal. 10

7
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Quran (Tafsir Maudlui atas Pelbagai Persoalan Umat), (Bandung :
Mizan, 2003), hlm.253

8
M. 'Athiyah al-Abrasyi, Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. At-Tarbiyah al-Islamiyah wa
Falasifatuha, oleh Abdullah Zaky al-Kaaf, (Bandung : Pustaka Setia, 2003), hlm. 113.
12

Dalam kitab at-Tarbiyah al-Islamiyah wa Falasifatuha, 'Athiyah


menceritakan, bahwa pernah Abu Bakar Sidik berkata kepada Rasulullah "saya
telah mengunjungi berbagai kabilah Arab dan mendengar orangorang yang
fasih dan pandai bicara diantara mereka, tetapi saya tidak melihat atau
mendengar orang yang seperti engkau . . . siapakah gerangan yang
mendidikmu? Di jawab Rasulullah;

“Aku diajari oleh Tuhan-ku dan Ia telah mendidik ku dengan sebaik-


baiknya.”

Tujuan dari pendidikan moral dan akhlak dalam Islam ialah membentuk
orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan mulai
dalam tingkah laku dan perangai bersifat bijaksana, sempurna sopan beradab,
ikhlas, jujur, dan suci.9

E. Relevansi Pemikiran Muhammad Athiyah Al Abrasyi

Athiyah Al-Abrasyi mempunyai beberapa prinsip yang dapat dijadikan


pedoman dalam lembaga pendidikan islam. Yaitu:

Pertama, Berpikir bebas dan mandiri dalam belajar (Demokrasi),


maksudnya adalah peserta didik diajarkan berpikir bebas bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik, karena setiap manusia pasti mempunyai
keinginan dan kemauan untuk berkreasi dengan bebas, tampa ada suatu
paksaan,seperti: seorang peserta didik yang disuruh oleh orang tuanya untuk
mengambil jurusan A, padahal jurusan yang diinginkan adalah jurusan B, maka
keinginan peserta didik tersebut akan pupus ditengan jalan, sedangkan yang
dicita-citakan orang tuanya belum tentu terwujud karena tidak ada semangat

9
Ibid., hlm. 114.
13

dalam diri anak tersebut, selain itu peserta didik juga bebas berpikir dalam
segala sesuatu yang akan dilakukan, karena Allah memberikan manusia akal
agar belajar berpikir lebih baik.

Kedua, Sistem belajar individual, athiyah menganggap sistem ini adalah


salah satu dari belajar bersikap demokratis dan mandiri, yaitu tidak bergantung
dengan orang lain dalam pengenbangan dirinya terhadap potensi yang dimiliki.

Ketiga, Memperhatikan perbedaan bakat dan kemampuan anak didik


dalam proses belajar mengajar, hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003,
Bab V, Pasal 12, Tentang Peserta Didik yaitu setiap peserta didik mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik, hal ini menunjukkan bahwa masih relevannya pemikiran Athiyah Al-
Abrasyi tentang pendidikan islam. Terutama tentang pelayanan untuk peserta
didik yang mana membangun potensinya untuk lebih maju dan lebih baik daam
memperjuangkan dirinya.10

Keempat, Memperhatikan potensi dasar dari setiap anak didik, yaitu


setiap peserta didik mempunyai potensi dalam mengembangkan potensi dan
kemampuannya, yaitu dengan latihan terus- menerus atau mengasah potensinya
sesuai dengan bakat yang dimiliki.

Kelima, Ujian atau tes kecakapan peserta didik merupakan salah satu tes
untuk memperoleh data tentang penguasaan terhadap materi yang diajarkan,
baik tes tulis maupun tes lisan, sehingga diadakan ujian atau tes kecakapan itu.
Hal tersebut sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan dan
kemampuan peserta didik yaitu sebagai tolak ukur kemampuan peserta didik.

10
Depatemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahanya, (Bandung: PT Syaamil CiptaMulia, 2005),
hlm. 75.
14

Keenam, Berbicara (menyampaikan dan menjelaskan pelajaran) sesuai


dengan kadar kemampuan daya tangkap akal pikiran anak didik yaitu akal
seseorang itu sama akan tetapi kemampuan seseorang berbeda sesuai dengan
kemauan untuk menjunjung tinggi martabat peserta didik tersebut. Allah tidak
menyukai sesuatu yang berlebih-lebihan seperti maksud diatas yaitu berbicara
sesuai kemampuannya tanpa ada gengsi. Selain itu juga harus diperhatikan
lawan bicaranya apakah dia bisa memahami perkataan tersebut atau atau tidak,
apabila kita berbicara dengan orang lain tidak sesuai dengan kemampuan daya
tangkapnya maka dia seperti berbicara dengan patung (tidak ada respon).

Ketujuh, Memperhatikan anak didik dengan baik dan penuh kasih sayang.
Setiap orang senang sekali apabila ada orang yang menyayanginya, apalagi
orang yang disayangi oleh peserta didik sendiri. Apabila peserta didik
diperlakukan dengan baik, maka dia dengan senang hati melakukan
perintahnya, karena peserta didik tersebut mengerti atau paham kalau orang
yang menyuruhnya tidak akan menjerumuskannya kepada kejelekan, oleh
karena itu bisa dikatakan wajib apabila menghadapi peserta didik dengan halus
dan penuh dengan kasih sayang karena mereka akan merasa terlindungi.

Kedelapan, Memperhatikan pendidikan akhlakdidik karena akhlak


merupakan gambaran bagi peserta didik, akhlah harusbenar- benar diperhatikan,
karena itu merupakan pondasi bagi kehidupanmanusia. Jika mulai sejak kecil
manusia tidak ditanami dengan pendidikan akhlak, maka anak tersebut akan
sering melawan terhadap apa- apa yang diperintahkan oleh orang tua, dan
apabila sebaliknya maka dia akan patuh terhadap perintah orang tua.

Bebeberapa karangan Athiyah Al-Abrasyi merupakan perbandingan pada


abad 20-an di dunia barat, oleh karena itu pemikiran beliau yang telah tertuang
dalam bukunya masih sangat relevan sekali dengan keadaan masa sekarang.
Pada masa dahulu ketika beliau masih hidup beliau ingin mencoba
15

mengembalikan keagungan islam yaitu dengan cara pendidikan sistem modern


yang mana orang barat belum bisa memperaktikannya. Hal itudilakukan karena
seperti yang terjadi pada masa modern ini yaitu masuknya budaya barat yang
mana banyak menimbulkan krisis di dalamkehidupan manusia, sehingga
Athiyah Al-Abrasyi memunculkan ide kreatifnya yaitu ingin mengembalikan
nilai- nilai islam dengan baik danbenar dengan mengaktualisasikan lagi budaya
zaman dahulu yang masih relevan dan mengambil dengan menyaring budaya
zaman modern. Hal itulah yang merupakan salah satu dampak masih
relevannya pemikiran Athiyah Al-Abrasyi.

Tujuan Athiyah Al- Abrasyi dalam mengembangkan pendidikan Islam


yaitu sangat mementingkan akhlak dan memelihara peserta didik dengan
mengembangkan potensinya, karena akhlak merupakan hakikat seseorang
dalam bertindak dan bersikap.

Dalam pemikirannya, Athiyah Al- Abrasyi dipengaruhi dan didukungoleh


Al- Ghazali dan Ibnu Sina dimana memiliki pemikiran yang samatentang tujuan
pendidikan islam, akan tetapi tujuan Pendidikan yang disepakati oleh tiga tokoh
tersebut berbeda dengan pendapat Az- Zarnuji yang lebih mengutamakan niat,
dan Ibnu Maskawih mengutamakan batin. Tujuan Pendidikan yang di lontarkan
oleh Athiyah Al- Abrasi, Ibnu Sina,dan Al-Ghazali berlawanan dengan
pendapat Al- Qabisi yang mengatakan bahwa tujuan pendidikan hanyalah untuk
duniawi saja, dimana bekerja merupakan alat untuk memenuhi kebutuhan hidup
(ekonomi).
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Pemikiran Athiyah Al-Abrasyi tentang Tujuan Pendidikan Islam dalam


kitab Al-Tarbiyah Al-Islamiyyah Wa Falaasifatuha masih relevan dengan
tujuan pendidikan masa sekarang, karena tujuan yang dijunjung oleh Athiyah
itu sesuai dan masih dipakai oleh masyarakat umum pada masa ini. Seperti,
penanaman akhlak terhadap peserta didik, agar peserta didik tersebut
mempunyai sikap yang sesuai dengan yang diinginkan oleh orang yang
mendidiknya. Kehidupan dunia dan akhirat yang mana manusia sekarang
sedang menghadapi kehidupan di dunia dan akan menjalani kehidupan di
akhirat yaitu kehidupan dia akhirat merupakan hasil dari pekerjaan atau
kelakuan di dunia, selain itu segi- segi manfaat juga yang diperhatikan karena
setiap sesuatu pasti ada manfaatnya, ilmu beserta dzatnya, yang mana ilmu-ilmu
itu banyak memberi manfaat bagi kehidupan manusia dan itu tidak boleh
diabaikan. Bekerja sesuai dengan bidangnya, agar orang tersebut dapat
menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diinginkannya tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar Surin.1978. Terjemah dan Tafsir Al-Qur’an. Bandung: Fa. Sumatra.


Depatemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an Dan Terjemahanya. Bandung: PT Syaamil
CiptaMulia.
M. Athiyah al-Abrasyi. 1970. Dasar Pendidikan Islam, terj. H. Butami A. Gani dan
Djohar Bahry, dari Judul asli At-Tarbiyah al-Islamiyah, Bandung: Bulan
Bintang.
Muhammad Athiyah al-Abrasyi. 1975. At-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fafasifatuha.
Kairo : Isa al-Babi al-Halabi.
M. Athiyah Al-Abrasyi. 1987. Dasar-dasar Pokok Pokok Pendidikan Islam, terj.
Bustami A. Ghani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan Bintang.
Muhammad 'Athiyah Al Abrasyi.1993. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,
diterjemahkan oleh Bustami A. Gani dan Djohar Bahry. Jakarta: Bulan
Bintang.
M. Quraish Shihab. 2003. Wawasan al-Quran (Tafsir Maudlui atas Pelbagai
Persoalan Umat), Bandung : Mizan.
M. 'Athiyah al-Abrasyi. 2003. Prinsip-prinsip Pendidikan Islam, terj. At-Tarbiyah al-
Islamiyah wa Falasifatuha, oleh Abdullah Zaky al-Kaaf. Bandung: Pustaka
Setia.
Hadi Iman. A. 2018. Analisis Kritis Pemikiran Pendidikan Program Muhammad
Athiya Al-Abrasi. Jurnal inspirasi –vol.1. Semarang.
Musayyidi. 2018. Pemikiran Pendidikan Prof.Dr.M. Athiyah Al-Abrasyi. Jurnal
Kariman 6 (2). Stit-Alkarimiyyah.ac.id.
http://haniy-th.blogspot.com/2011/04/konsep-pendidikan-islam-menurut-
athiyah.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai