Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif Athiyah al-Abrasyi”

Makalah ini di buat dan dipresentasikan untuk memenuhi tugas pada


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam

Dosen pengampu: Zidni Ilman, S.Fils., M.Pd.

Di susun oleh :
 Abdul Mutholib
 Endin Maulana Razak
 Qurrata ayun

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH


BUNTET PESANTREN CIREBON
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam berkat rahmat Nya
penyusun dapat menyelesaikan tugas kuliah pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
dengan tema“Pemikiran Pendidikan Islam Perspektif Athiyah al-Abrasyi”. Tak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam Bpk Zidni
Ilman, S.Fils., M.Pd. yang telah membimbing kami dalam pengajaran mata kuliah ini dan
juga tak lupa pula kepada semua pihak yang telah membantu proses pembuatan makalah ini.
Pendidikan merupakan bekal manusia untuk menjalani kehidupan untuk di dunia,
akan tetapi pendidikan bukan hanya berorientasi pada kehidupan dunia saja melainkan untuk
akhirat nanti oleh karena itu pendidikan berlandaskan agama islam harus di pelajari oleh
manusia itu sendiri jika menginginkan kebahagiaan hidup di dunia maupun punya bekal di
akhirat nanti. Hal ini selaras dengan tujuan pendidikan islam perspektif Athiyah al- Abrasyi
dimana pendidikan islam melahirkan manusia yang utuh yang berjalan seimbang antara
kehidupan agama dan kehidupan dunianya serta berakhlak mulia, makalah ini akan
membahas pendidikan islam perspektif Athiyah al – Abrasyi mengenai konsep dasar
pendidikan islam hingga menjawab mengapa penting nya pendidikan islam di terapkan.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua pihak dan juga menambah wawasan
kita terhadap pengetahuan tentang pendidikan islam terutama perspektif Athiyah al – Abrasyi
tak lain agar kita mengetahui nya khusus nya orang-orang Islam itu sendiri, kritik & saran
juga tak lupa kami tunggu dari para semua pihak atas makalah ini jika terdapat kesalahan
baik dari penyusunan maupun penulisan.

Cirebon, Desember 2019

penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi ........................................................ 3
B. Pengertian Pendidikan Islam............................................................................... 6
C. Konsep Dasar Pendidikan Islam ......................................................................... 8
D. Tujuan Pendidikan Islam .................................................................................... 11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran & Kritik ..................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seperti diketahui pada zaman kejayaan Islam, Negeri Mesir dikenal sebagai
salah satu pusat ilmu pengetahuan di samping Baghdad, Damaskus, Cordova dan lain-
lain. Tetapi kemudian ketika dunia Islam mengalami kemunduran, Mesirpun turut
merasakannya, lebih-lebih setelah negeri ini berturut-turut di jajah Perancis dan
Inggris. Akibatnya Mesir mengalami kemunduran di bidang pemikiran pada
umumnya dan pendidikan pada khususnya. Di dorong kenyataan pahit inilah
Muhammad Athiyah al-Abrasyi mencoba kembali menggali nilai-nilai dan unsur-
unsur pembaharuan yang terpendam dalam khazanah perkembangan pendidikan Islam
di masa jayanya. Ia mencoba mencari titik persamaan dasar pendidikan Islam dan
pendidikan modern.
Latar belakang kehidupan dan pendidikan yang dilalui beliau merupakan
modal dasar bagi beliau untuk berkiprah sebagai salah seorang di antara pembaharu di
Mesir dan dunia Islam, mengingat umat dan masyarakat yang di hadapinya sedang
bangkit dan berkembang ke arah kemajuan. Keberhasilan pendidikan Islam dari
semula sampai dimasa jayanya menurut beliau dapat dibuktikan dengan munculnya
ilmuwan-ilmuwan besar seperti Al-Ghazali, Ibnu Sina, Al-Kindi, Ibnu Khaldun dan
Ibnu Maskawaih. Pendapat Muhammad Athiyah al-Abrasyi tentang pendidikan Islam
banyak dipengaruhi oleh dan dari rangkuman, saduran, pemahaman, dan pemikiran
serta pendidik muslim sebelumnya yang ditelusurinya dengan baik terutama
pemahaman secara filosofis. Beliau cenderung menjadikan Ibnu Sina, al-Ghazali dan
ibnu khaldun sebagai nara sumber nya

B. Rumusan Masalah
1. Biografi Athiyah al-Abrasyi
2. Pendidikan Islam perspektif Athiyah al-Abrasyi?
3. Konsep dasar pendidikan islam perspektif Athiyah al-Abrasyi
4. Tujuan pendidikan islam perspektif Athiyah al-Abrasyi

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui biografi Athiyah al – Abrasyi
2. Untuk mengetahui pengertian pendidikan Islam
3. Untuk mengetahui konsep dasar pendidikan Islam
4. Untuk mengetahui tujuan pendidikan Islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi


Athiyah Al – Abrasyi adalah pakar pendidikan yang memiliki jabatan terakhir
sebagai guru besar di Dar al-Ulum Mesir. Ia menguasai beberapa bahasa di samping
bahasa Arab, seperti bahasa Inggris, Ibrani dan Suryani. Mengomentari tentang
Muhammah ‘Athiyah Al-Abrasyi, Abu Zahroh mengatakan: Ia telah menghabiskan
seluruh umurnya untuk menuntut ilmu. Semenjak mempelajari tentang ke-islaman
pada tingkat madrasah, sampai Dar al-Ulum di Mesir, dan kemudian dilanjutkan ke
Inggris untuk mendalami ilmu jiwa dan pendidikan. Walau demikian ia kembali ke
Mesir tetap sebagai muslim yang baik, tidak mudah terpengaruh dengan budaya asing,
tidak rusak imannya sebagaimana yang dialami oleh sebagian ilmuwan yang belajar
ke luar negeri (Al-Habsyi, 1969: 390).
Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang tokoh pendidikan yang hidup
pada masa pemerintahan Abd. Nasser yang memerintah Mesir pada tahun 1954-1970.
Beliau adalah satu dari sederetan nama yang tidak boleh dilupakan oleh para
cendekiawan Arab dan muslimin. Beliau adalah penulis tentang pendidikan keislaman
dan pemikiran, umurnya yang mendekati 85 tahun akan selalu terasa pengaruhnya
bagi generasi sesudahnya. Beliau dilahirkan pada awal April tahun 1897 dan wafat
pada tanggal 17 Juli 1981. Beliau memperoleh gelar diploma dari Universitas Darul
Ulum tahun 1921, dan tahun 1924 beliau terbang ke Inggris, disana beliau
mempelajari ilmu pendidikan, psikologi, sejarah pendidikan, kesehatan jiwa, bahasa
Inggris berikut sastranya. Pada tahun 1927 beliau memperoleh gelar sarjana
pendidikan dan psikologi dari universitas Ekstar, dan pada tahun 1930 beliau berhasil
menggondol dua gelar sarjana bahasa, masing-masing adalah bahasa Suryani dari
universitas kerajaan di London, dan bahasa Ibrani dari lembaga bahasa timur di
London.
Menurutnya keberhasilan pendidikan Islam dari awal sampai masa
kejayaannya dapat dibuktikan dengan munculnya ilmuwan-ilmuwan besar (Al-
Habsyi, 1976: 25-71). Menurut ‘Athiyah ketika itu tidak ada dikhotomi di antara ilmu,
sehingga dikatakan kegiatan berfikir dan berdzikir senantiasa berjalan seiring. Para
ilmuwan melakukan observasi, menggali potensi alam kreasi Tuhan untuk
mempertebal keyakinan terhadap Sang Maha Pencipta, sehingga negeri Mesir ketika

3
itu terkenal sebagai pusat ilmu pengetahuan. Namun ketika dunia Islam mengalami
kemunduran, terlebih ketika itu negeri berturut-turut di jajah oleh Prancis dan Inggris
maka segala bidang pemikiran dan khususnya dunia pemikiran di negeri ini juga
mengalami hal yang sama. Kenyataan inilah yang membangkitkan ‘Athiyah untuk
menggali kembali nilai-nilai dan unsur-unsur pembaruan yang terpendam dalam
khasanah pembaruan pendidikan Islam di masa kejayaannya. Ia mulai mencoba
mencari titik persamaan dan perbedaan antara dasar-dasar pendidikan Islam dan
pendidikan modern untuk mendapatkan pola-pola pendidikan baru yang dapat
menjawab tantangan zaman namun tetap berpijak dan berlandaskan kepada ajaran
dasar Islam.
Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi banyak dikenal oleh para ahli dalam bidang
pendidikan, di mana karya-karya beliau atau catatan (peninggalan) beliau banyak
dipakai sebagai rujukan. Beliau juga banyak dikenal oleh masyarakat dunia
pendidikan yang kritis dalam menyikapi realita dari fenomena-fenomena masyarakat
yang aneka ragam. Beliau termasuk tokoh pendidikan yang memang tergolong ahli
dalam bidangnya, karena beliau memiliki daya analisis yang dalam dan teknik
penyajiannya tergolong baru sehingga beberapa karyanya banyak diterbitkan oleh
penerbit-penerbit kenamaan Kairo. Di antara karya-karyanya sebagai berikut:
1. Ruh al-Islam
2. Azamah al-Islam, Juz I
3. Azamah al-Islam, Juz II
4. ‘Azamah ar-Rasul Muhammad
5. Al-Asas fi al-Lughah al-‘Ibriyah bi al-Isytirak
6. Al-Adab as-Saniyah
7. Abtal asy-Syiriq
8. Muskilatuna al-Ijtimaiyah
9. Qisas al-‘Uzama’
10. Qisas fi al-Buthulah wa al-Wathaniyah
11. Aru al-Qisas li Charles Diekens
12. Qisas al-Hayah li Charles Diekens
13. Al-maktabah al-Hadistah li al-Atfal
14. Al-Maktabah al-Khudara 8 kitab
15. Maktabah at-Tifl, 100 kitab
16. Al-Maktabah az-Zhihabiyah min Adab al-Atfal

4
17. Maktabah al-Tilmiz
18. Nizam al-Tarbiyah wa al-Ta’lim bi injilatra
19. Al-Mujizu fi al-Thuruq at-Tarbawiyyah li al-tadris al-Lughah al-Qaumiyah
20. Ahsan al-Qasas, 3 Juz
21. A’lam as-Saqafah al-‘Arabiyyah wa nawabiga al-Fikri al-Islami; al-Fahiz Ibnu
Sina, Wa yaqul al-Hamawi
22. A’lam as-Saqafah al-‘Arabiyyah wa nawabiga al-Fikri al-Islami; al-Fahiz Ibnu
Haisyam, al-Farabi, Ibnu Khaldun
23. A’lam as-Saqafah al-‘Arabiyyah wa nawabiga al-Fikri al-Islami; Jabir bin
Hayyan, al-Qadhi al-Furjani Abi ar-Raihan al-Biruni
24. Al-Butulah al-Misriyahfi Sina wa Bur sa’id
25. Abtaluna al-Fadaiyun fi Sina wa Bur sa’id
26. Qishas ‘Ibniyah Maksatah li Atfal
27. AL-Maktabah az-Zarqa li Atfal
28. Qisas Diniyah li Atfal, Qiss al-Mustaq Saw
29. Qisas Diniyah li Atfal, Qiss ah Umar Ibn Kattab, 3 Juz
30. Silsila al-Uzma, Khalid al-Walid
31. Silsilah al-Uzma, Salahu al-Din al-Ayyubi
32. Muhammad Farid
33. Kutub Madrasah Mutannawiyah
34. Maktabah Atfal ad-Diniyyah, Qisas min Hayyan A’zam al-Rasul, 30 kitab
Karya-karya Al-Ghazali, Ibnu Khaldun dan Ibnu Sina telah banyak mewarnai
pemikiran ’Athiyah tentang pendidikan . Sementara itu seperti diketahui bahwa
ketiganaya merupakan ilmuwan muslim yang juga menguasai ilmu-ilmu filsafat,
kedokteran serta ilmu ketatanegaraan di samping ilmu agama. Dengan demikian
’Atiyah beranggapan bahwa materi pendidikan Islam tidak terbatas pada ilmu-ilmu
keagamaan saja akan tetapi meliputi semua ilmu yang dapat memberikan manfaat
bagi kehidupan umat manusia.
Adapun terhadap ilmu pengetahuan non syari’ah ia telah
mengklasifikasikannya menjadi tiga kelompok yaitu: a. Ilmu yang diperoleh dengan
indera dan akal, seperti: fisika, biologi, kimia, matematika, dan lain sebagainya; b.
Ilmu yang diperoleh dengan keahlian dan ketrampilan, seperti: malukis, menggambar,
memahat, dan lain sebagainya; c. Ilmu yang bersumber dari intuisis (perasaan),
seperti: syair, puisi, seni suara, musik dan lain sebagainya.

5
B. Pengertian Pendidikan Islam
Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia,
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur
pikirannya, halus perasaannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis
tutur katanya baik dengan lesan maupun dengan tulisan. Islam sebagai agama yang
bersifat universal berisi ajaran-ajaran yang dapat membimbing manusia kepada
kebahagiaan hidup di dunia dan akherat. Islam mengajarkan kepada manusia agar
umatnya agar senantiasa menjalin hubungan yang erat dengan Allah dan sesama
manusia. Hubungan ini kami melihat bahwa ajaran Islam itu pada dasarnya di bagi
pada dua kelompok yakni aqidah dan syari’ah. Barang siapa beriman tanpa syari’ah
atau sebaliknya tanpa beriman, niscaya tidak akan berhasil.
Islam adalah agama Allah yang diturunkan kepada para rasul yang berisi
ajaran tentang tata cara hidup dan kehidupan manusia, Islam bagaimana agama untuk
masa sekarang adalah agama dan ajaran-ajarannya melengkapi atau menyempurnakan
ajaran-ajaran agama yang dibawa oleh para rasul sebelumnya. Agama Islam mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia, manusia dengan
alam sekitar yang menyangkut dengan aqidah, syari’ah dan akhlak. Ajaran agama
Islam memuat tentang hidup dan kehidupan manusia seluruhnya, maka nama Islam
pemakainya untuk agama yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. Barang
siapa mencari agama selain agama Islam maka sekali-kali tidak akan diterima (agama
itu) dari padanya, dan kelak dia di akherat termasu orang-orang yang merugi (QS. Ali
Imron: 85).
Karena agama Islam tersebut memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia berarti agama Islam berisi pedoman-pedoman
pokok yang harus digunakan dan harus menyiapkan kehidupan yang sejahtera
kehidupan di dunia ini dan di akherat nanti dengan demikian berarti bahwa ruang
lingkup ajaran agama Islam itu luas sekali meliputi aspek hehidupan manusia.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan, karena dari
kehidupan itulah yang membedakan antara kehidupan manusia dengan hewan.
Pendidikan secara umum (formal maupun non formal) pada dasarnya merupakan
kebutuhan yang primer dengan manusia, baik secara individu maupun warga negara,
yang menuju kearah terbentuknya kepribadian yang utama (Marimba, 1981: 19).
Dalam hal ini segenap anggota masyarakat pendidikan Islam mengijinkan adanya

6
ilmu pendidikan yang relevan dan mampu menampakkan diri sebagai kekuatan
kultural Islam yang berarti dan proporsional, sesuai dengan naturenya, seperti al-
Qur’an yang diperlukan dengan sikap ilmiah (Al-Habsyi, 1976: 29-30).
Dalam masyarakat Islam, istilah yang digunakan untuk pendidikan adalah
terbiyah, ta’lim, ta’dib (Djuaely, 1998: 4). Sekarang berkembang secara umum di
dunia Arab adalah tarbiyah ternyata masih merupakan masalah khilafiyah (Djuaely,
1998: 34). Pengertian pendidikan Islam menurut ‘Athiyah dalam kitab al-Tarbiyah al-
Islamiyah wa falasifatuha adalah: Sesungguhnya pendidikan Islam itu memiliki
prinsip-prinsip demokrasi yaitu kebebasan, persamaan, dan kesempatan yang sama
dalam pembelajaran, dan untuk memperolehnya tidak ada perbedaan antara si kaya
dan si miskin, sesungguhnya mencari ilmu bagi mereka merupakan suatu kewajiban
dalam bentuk imateri, bukan untuk tujuan materi kehendak, dan menerima ilmu itu
dengan sepenuhnya hati dan akal mereka, dan mencarinya dengan keinginan yang
kuat dari dalam dirinya, dan mereka banyak melaksanakan perjalanan panjang dan
sulit dalam rangka memecahkan masalah-masalah agama (Al-Habsyi, 1976: 20-30).
Pernyataan ‘Athiyah menunjukkan bahwa pendidikan Islami itu merupakan
sesuatu yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, tidak hanya terbatas
pada pendidikan Islam saja, namun menjadikan pendidikan Islam ini berkembang di
dunia pendidikan modern dewasa ini. Menurut ‘Athiyah karena pendidikan Islam
merupakan disiplin ilmu yang jelas, relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
di dunia.
Pendidikan Islam adalah sangat ideal untuk dilaksanakan di dalam dunia
pendidikan. Lapangan pendidikan Islam telah menembus berbagai dimensi
pendidikan baik bentuk, orientasi, sikap, maupun volume kurikulum yang selalu
dipengaruhi oleh pengaruh eksternal dan internal umat Islam, yang dilancarkan untuk
melakukan perubahan pandangan, pikiran dan tindakan umat Islam dalam
menghadapi kemajuan zaman dan tantangannya (Djuaely, 1998: 101-102).
Pengaruh yang ditimbulkan dari pendidikan Islam ini sangat besar sekali
dalam pembangkitan di segala macam pendidikan, yang sebelumnya di petik dari
prinsip-prinsip yang terdapat dalam agama dan budi pekerti dan diutamakan pula pada
segi kemanusiaan, sosial dan kerjasama seperti persaudaraan, kemerdekaan, keadilan,
dan kesempatan yang sama, di samping kesatuan rohaniah seluruh umat Islam (Al-
Habsyi, 2003: 8).

7
Manusia selain makhluk individu juga makhluk sosial, di mana manusia
memiliki berbagai kelebihan dari pada makhluk lainnya. Sebagai makhluk individu
manusia membutuhkan perkembangan kemandirian secara individu, dan sebagai
makhluk sosial manusia membutuhkan perkembangan kemasyarakatan (Dakir, 1993:
3). Oleh sebab itu, manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan di atas,
manusia memerlukan sesuatu yang sifatnya menyeluruh atau mencakup semua daya
pada jiwa manusia.
Selain itu manusia adalah makhluk-makhluk animal aducable artinya manusia
adalah makhluk yang dapat dididik, dan mausia adalah home educandos artinya
manusia adalah bukan saja harus dididik melainkan mendidik, sehingga pendidikan
bagi manusia merupakan suatu keharusan yang mutlak atau manusia harus
memperoleh pendidikan (Suwarno, 1982: 39).
Ajaran Islam membahas kepribadian yang utama adalah akhlak, di mana
manusia memiliki akhlak yang utama sebagai manusia yang sempurna sesuai dengan
al-Qur’an dan as-Sunnah. Pendidikan adalah merupakan salah satu disiplin ilmu yang
berkembang tidak statis karena berhubungan dengan kebutuhan manusia yang selalu
mengikuti perkembangan zaman, dan ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan
tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, sehingga Pendidikan Islam merupakan individu dan juga pendidikan
masyarakat (Darojat, 2000: 28).

C. Konsep Dasar pendidikan Islam


Konsep Pendidikan Islam menurut 'Athiyah dalam kitab at-Tarbiyah al-
Islamiyah Wafalasifatuha adalah : “Sesungguhnya pendidikan Islam terdiri dari
prinsip-prinsip (demokrasi), yaitu kebebasan, persamaan, dan kesempatan yang sama
dalam pembelajaran, dan untuk memperolehnya tidak ada perbedaan antara yang kaya
dan yang miskin, sesungguhnya mencari ilmu bagi mereka merupakan suatu
kewajiban dalam bentuk immateri, bukan untuk tujuan materi (kehendak), dan
menerima ilmu itu dengan sepenuh hati dan akal mereka, dan mencarinya dengan
keinginan yang kuat dari dalam dirinya, dan mereka banyak melakukan perjalanan
panjang dan sulit dalam rangka memecahkan masalah-masalah agama.”
Berdasarkan pernyataan Muhammad Athiyah Al-Abrasyi di atas, intinya
pendidikan Islam adalah mempersiapkan individu agar ia dapat hidup dengan
kehidupan yang sempurna dengan mengembangkan berfikir bebas dan mandiri serta

8
demokratis dengan cara memperhatikan kecenderungan peserta didik secara individu
yang menyangkut aspek kecerdasan akal, dan bakat dengan dititik beratkan pada
pengembangan ahlak.
Pengertian pendidikan Islam tersebut berupaya mengembangkan anak sesuai
dengan akal dan bakat dengan bimbingan dan dengan dorongan yang dititik beratkan
pada pengembangan ahklak. Pendidikan Islam disini telah banyak memberikan
pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan tidak hanya terbatas pada
pendidikan Islam saja, namun, menjadikan pendidikan Islam ini berkembang di dunia
pendidikan modern dewasa ini. Hal ini dikarenakan pendidikan Islam menurut
'Athiyah memang merupakan disiplin ilmu yang memiliki dasar dan tujuan yang jelas,
relevan dengan kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Pendidikan Islam memang sangat ideal untuk dilaksanakan di dalam dunia
pendidikan. Lapangan dari pendidikan Islam telah menembus berbagai dimensi
kependidikan, baik bentuk, orientasi, sikap, maupun volume kurikulum yang selalu
dipengaruhi oleh pengaruh eksternal dan internal umat Islam, yang dilancarkan untuk
melakukan perubahan pandangan, pikiran dan tindakan umat Islam dalam
menghadapi kemajuan zaman dan tantangannya.
Pengaruh yang ditimbulkan dari pendidikan Islam ini sangat besar sekali
dalam kebangkitan di segala bidang pendidikan, yang sebelumnya dipetik dari
prinsip-prinsip yang terdapat dalam agama dan budi pekerti dan diutamakan pula segi
kemanusiaan, sosial, dan kerjasama, seperti persaudaraan, kemerdekaan, keadilan, dan
kesempatan, yang sama, disamping kesatuan rohaniah seluruh umat Islam. Pendidikan
disini merupakan bimbingan dan pimpinan yang secara sadar oleh si pendidik
terhadap si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Dalam ajaran Islam, kepribadian yang utama adalah akhlak, dimana manusia
memiliki akhlak yang utama sebagai manusia yang sempurna (insan kamil) sesuai
dengan al-Quran dan al-Sunnah. Pendidikan ini merupakan salah satu disiplin ilmu
yang berkembang, tidak statis karena berhubungan dengan kebutuhan manusia yang
selalu mengikuti perkembangan zaman. Ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan
tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan
bersama, sehingga pendidikan Islam merupakan individu dan juga pendidikan
masyarakat.

9
Dasar-Dasar Pendidikan Islam Menurut Muhammad 'Athiyah al-Abrasyi
Pendidikan Islam sebagai suatu disiplin ilmu yang cukup berpengaruh besar
dalam dunia pendidikan dikarenakan memiliki dasar-dasar yang jelas dan relevan
dalam kehidupan dan juga dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan pendidikan
secara komprehensif. Dasar ini merupakan kajian dari bagaimana yang menjadi
sumber kekuatan berdirinya bangunan itu yang berfungsi untuk menjadi bangunan
tersebut untuk tetap kokoh berdiri.
Dalam pendidikan Islam, dasar-dasar itu dijadikan sebagai jaminan, sehingga
pendidikan memiliki sumber keyakinannya, yang menuju ke arah tujuan yang jelas,
tidak mudah disimpangkan oleh pengaruh-pengaruh luas. Oleh karena itu, dalam kitab
al-Tarbiyah al-Islamiyah wa Fasilifatuha (terj) ‘Athiyah menyebutkan bahwa dasar-
dasar pendidikan Islam adalah sebagai berikut :
1. Tidak ada batasan umur untuk mulai belajar;
2. Tidak ditentukan lamanya seorang anak di sekolah;
3. Berbedanya cara yang digunakan dalam memberikan pelajaran;
4. Dua ilmu jangan dicampuradukkan;
5. Menggunakan contoh-contoh yang dapat dicapai dengan panca indra untuk
mendekatkan pengertian pada anak-anak;
6. Memperhatikan pembawaan anak-anak dalam beberapa bidang mata pelajaran
sehingga mereka dengan mudah dapat mengerti;
7. Memulai dengan pelajaran Bahasa Arab kemudian pelajaran Al-Quran al-Karim;
8. Perhatian terhadap pembawaan insting anak-anak dalam pemikiran bidang
pekerjaan;
9. Permainan dan hiburan;
10. Mendidik perasaan.
Dengan demikian, dasar-dasar pokok pendidikan Islam yang ditawarkan
'Athiyah, merupakan pemikiran yang cemerlang, yang memperhitungkan pendidikan
dalam masyarakat, termasuk hal-hal kecil yang tidak terlintas dalam kebanyakan para
ahli pendidikan.
Dasar-dasar pendidikan Islam ini menurut 'Athiyah merupakan salah satu
kesatuan yang utuh tidak terpisah-pisah atau tidak berdiri sendiri. Hal ini merupakan
hasil perenungannya yang kritis terhadap fenomena-fenomena yang ada serta tetap
menghormati para sarjana-sarjana pendahulu lainnya yang banyak dikutip untuk
dijadikan rujukan dalam merenungkan pemikirannya. Dasar-dasar ini sejalan dengan

10
dunia pendidikan modern dewasa ini yang intinya diharapkan dapat mengembangkan
pendidikan Islam untuk mengembalikan keagungan agama Islam, di masa-masa
mendatang.

D. Tujuan Pendidikan Islam


Pendidikan Islam memiliki tujuan-tujuan seperti disiplin ilmu lainnya, dan
menurut 'Athiyah tujuan pendidikan Islam ini merupkan satu kesatuan yang utuh
dalam pendidikan Islam. Oleh karena itu, tujuan-tujuan pendidikan Islam menurut
'Athiyah adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan yang Berakhlak
Pendidikan yang berakhlak merupkan jiwa (ruh) dari pendidikan Islam,
dan dalam Islam pendidikan yang berakhlak adalah jiwa pendidikan, dan untuk
mencapai pada akhlak yang sempurna adalah tujuan yang sebenarnya dari
pendidikan. Akhlak yang sempurna dimiliki anak didik menjadi manusia
sempurna (insan kamil) setelah ia menghabisi sisa umurnya. Dan ini merupakan
tujuan akhir dari pendidikan. Artinya pendidikan ini merupakan pendidikan yang
sempurna (at-Tarbiyah Kamilah). Yaitu pendidikan yang bertujuan untuk
menjadikan manusia yang saleh pada setiap apa yang akan dilakukan baik secara
umum/khusus, teliti dan dapat dipercaya serta cerdas.
Dari sini tampak bahwa, pendidikan Islam tidak meninggalkan
kepentingan jasmani dan akal atau lainnya. Sehingga pendidikan akhlak disini
dianggap sebagai kebutuhan dari kekuatan jasmani, akal, ilmu, budi pekerti,
perasaan, kemauan, cita rasa, dan kepribadian, yang saling terikat untuk menjadi
satu kesatuan dari sebagian manusia, yang utuh.
2. Memperhatikan Kepentingan Ilmu Agama dan Ilmu Umum
Pendidikan dalam pandangan Islam tidaklah sempit, sebagaimana yang
diperkirakan oleh kebanyakan orang yang juga tidak terbatas pada pendidikan
agama dan juga tidak terbatas pada pendidikan dunia (pendidikan umum) semata.
Oleh karena itu materi pendidikan Islam harus didesain untuk mengakomodasikan
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan kebutuhan manusia, yaitu
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, teknologi, seni, sastra, budaya,
sehingga mampu melahirkan manusia yang berkualitas, handal, moral yang
didasarkan pada nilai-nilai illahiyah sebagai produk dari pendidikan Islam.

11
Persoalan dikotomi (dualisme) antara ilmu agama dan ilmu umum dalam
pendidikan hendaknya dapat dituntaskan mengintegrasikan kedua ilmu tersebut,
sehingga pendidikan Islam mampu mengembangkan potensi manusia yang
memahami eksistensinya yang dapat mengelola dan memanfaatkan apa yang ada
sesuai kemampuannya. Keserasian antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan
(umum atau dunia) bagi konsumen pendidikan melahirkan manusia yang utuh
yang berjalan seimbang antara kehidupan agama dan kehidupan dunianya.
3. Memperhatikan Segi-segi Manfaat
Pendidikan Islam menurut 'Athiyah memperhatikan segi-segi agama,
moral, kejiwaan dalam pendidikan dan pengajarannya, juga tidak meremehkan
segi-segi kemanfaatan nya dalam menentukan kurikulum sekolahnya. Manfaat
disini nantinya diharapkan pendidikan itu bisa melahirkan manusia (sebagai
khalifah) yang memiliki kepribadian utama dan seimbang, tidak hidup dalam
keterasingan. Artinya pendidikan Islam ini memiliki tujuan sosial, yang
menitikberatkan pada perkembangan karakter manusia yang unik, agar manusia
dapat beradaptasi dengan standar masyarakat bersama dengan cita-cita yang ada
padanya, yang diharapkan bisa membawa perubahan dan memperkaya
pengalaman dan kemajuan.
4. Mempelajari Ilmu untuk perkembangan itu sendiri
Para pelajar Islam belajar untuk mengembangkan ilmu itu sendiri, karena
dalam pandangan mereka mempelajari ilmu secara mendalam memiliki
kenikmatan tersendiri dalam kehidupannya. Menurut Hasan Langgulung, belajar
seperti itu disebut belajar untuk belajar, artinya sanggup mempelajari tugas-tugas
baru, setelah melatih diri mengerjakan tugas yang sama sehingga, ketika menemui
suasana yang baru, dapat dihadapi dan dianggap sebagai respon positif, karena
pengertian yang telah dialami dan ditekuni dan akhirnya menghasilkan pengertian
mendalam (insight).
Hal ini didasarkan pada rasa ingin tahu yang dimiliki manusia, secara
psikologis siswa mempelajari dan menangkap sesuatu cenderung dilakukan secara
menyeluruh, disini siswa belajar dengan insight, dimana dalam psikologis belajar
modern telah diakui bahwa insight ini merupakan salah satu faktor penting dalam
proses pendidikan. Jadi pelajar itu lebih cenderung menggali suatu ilmu untuk
mengetahui ilmu pengetahuan secara bebas, sehingga mereka "menuntut ilmu

12
untuk ilmu", artinya belajar sastra untuk sastra, belajar seni untuk seni, dan lain-
lain, sehingga aksi penggalian ilmu bisa berkembang lebih luas dan sebelumnya.
5. Pendidikan kejuruan, kesenian pertukangan
Pendidikan Islam tidak mengabaikan untuk mempersiapkan setiap individu
dalam mencari rizqi dalam hidupnya, dengan mempelajari sebagian bidang
pekerjaan kesenian, ketrampilan dan pelatihan-pelatihan. Pada tujuan ini mereka
juga memperhatikan aspek psikomotorik dalam pendidikan, sehingga selain siswa
dibekali dengan pengetahuan (kognitif), moral (Afektif), juga dibekali dengan
ketrampilan (psikomotorik) yang memadai, sebagai ciri utama kurikulum modern,
ialah adanya orientasi kepada kehidupan masyarakat (community oriented
curriculum). Sehingga pendidikan Islam ini benar-benar bisa diperoleh
manfaatnya oleh siswa dengan maksimal dan siap untuk terjun kelingkungan
masyarakat yang bervariasi dan dapat mengedepankan nilai-nilai Islam dalam
setiap jalan (langkah) yang ditempuh dalam hidupnya.
Berdasarkan pernyataan di atas, menurut 'Athiyah tujuan utama dari
pendidikan Islam ialah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup
menghasilkan orang-orang yang bermoral, laki-laki maupun perempuan, memiliki
jiwa yang bersih, kemauan keras, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi,
mengetahui arti kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia,
mengetahui perbedaan buruk dengan baik, memilih salah satu fadhilah,
menghindari suatu perbuatan yang tercela, dan mengingat Tuhan dalam setiap
pekerjaan yang mereka lakukan.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negeri Mesir dikenal sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan di samping
Baghdad, Damaskus, Cordova dan lain-lain. Tetapi kemudian ketika dunia Islam
mengalami kemunduran, Mesirpun turut merasakannya, lebih-lebih setelah negeri ini
berturut-turut di jajah Perancis dan Inggris. Akibatnya Mesir mengalami kemunduran
di bidang pemikiran pada umumnya dan pendidikan pada khususnya, Athiyah Al –
Abrasyi adalah pakar pendidikan yang memiliki jabatan terakhir sebagai guru besar di
Dar al-Ulum Mesir. Ia menguasai beberapa bahasa di samping bahasa Arab, seperti
bahasa Inggris, Ibrani dan Suryani. Muhammad Athiyah al-Abrasyi adalah seorang
tokoh pendidikan yang hidup pada masa pemerintahan Abd. Nasser yang memerintah
Mesir pada tahun 1954-1970.
Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi memberikan pengertian bahwa pendidikan
Islam mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan berbahagia,
mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya (akhlaknya), teratur
pikirannya, halus perasaannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis
tutur katanya baik dengan lesan maupun dengan tulisan adapun Konsep Pendidikan
Islam menurut 'Athiyah dalam kitab at-Tarbiyah al-Islamiyah Wafalasifatuha adalah :
“Sesungguhnya pendidikan Islam terdiri dari prinsip-prinsip (demokrasi), yaitu
kebebasan, persamaan, dan kesempatan yang sama dalam pembelajaran.
Dasar-dasar pokok pendidikan Islam yang ditawarkan 'Athiyah, merupakan
pemikiran yang cemerlang, yang memperhitungkan pendidikan dalam masyarakat,
termasuk hal-hal kecil yang tidak terlintas dalam kebanyakan para ahli pendidikan, ini
sejalan dengan dunia pendidikan modern dewasa ini yang intinya diharapkan dapat
mengembangkan pendidikan Islam untuk mengembalikan keagungan agama Islam, di
masa-masa mendatang.

B. Saran & Kritik


Sekian kami sajikan makalah ini kepada para pembaca selain untuk
menyelesaikan tugas semoga menambah wawasan kepada para pembaca khususnya
penyusuun, kami mohon maaf bila ada kesalahan dari makalah ini, oleh karena nya
kami menunggu saran & kritik nya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Imam inas hadi. 2018. Analisis kritis pemikiran pendidikan progresif muhammad athiyah al
abrasyi perspektif filsafat pendidikan islam. Jurnal inspirasi . 1 (3) : 258-264
Anwar musadad. Pemikiran athiyah abrasyi tentang pendidikan islam. Makalah
Juwariyah. 2015. Perbandingan pendidikan islam perspektif mahmud yunus dan muhammada
athiyah abrasyi. Jurnal pendidikan islam IV (1) : 202

15

Anda mungkin juga menyukai