Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUBUNGAN DESA KOTA DAN DAMPAK


DALAM KEHIDUPAN EKONOMI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi dan Kependudukan


Dosen Pengampu : Ratna Purwati, M.Pd

Disusun oleh :
Abdul Rohman
Idah Rosidah
Khoerotunnisa
Nadya Septiani

INSTITUT AGAMA ISLAM


BUNGA BANGSA CIREBON
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul
Hubungan Desa Kota dan Dampak Dalam Kehidupan Ekonomi Sosial dalam rangka
memenuhi tugas Kelompok Mata Kuliah Geografi dan Kependudukan. Semoga makalah ini
dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan atau petunjuk maupun pedoman bagi yang
membaca makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan
dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka
agar dapat meningkatkan kualitas makalah ini.
Demikian yang dapan penulis sampaikan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima
kasih.

Cirebon, Desember 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................ i


Daftar Isi ......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi singkat tentang masyarakat ................................................................... 2
B. Masyarakat Perkotaan (Masyarakat Modern) ..................................................... 2
C. Masyarakat Pedesaan (Masyarakat Tradisional) ................................................ 4
D. Pengaruh Desa Dalam Perkotaan ........................................................................ 7
E. Pengaruh Kota Pada Pedesaan ............................................................................ 8

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................................... 10
B. Saran ................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak alasan pentingnya membicarakan masyarakat pedesaan dan masyarakat
perkotaan.Selain belum ada kesempatan umum tentang keberadaan masyarakat desa sebagai
suatu pengertian yang baku,juga kalau dikaitkan dengan pembangunan yang orientasinya
banyak dicurahkan kepedesaan,maka pedesaan memiliki arti tersendiri dalam kajian
struktur,sosial atau kehidupanya.Dalam keadaan desa yang “sebenarnya”,desa masih
dianggap sebagai standard an pemelihara system kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan
asli seperti tolong menolong,keguyuban,persaudaraan,gotong-royong,kesenian,kepribadian
dalam berpakaian,adat-istiadat,kehidupan moral-susila,dan lain-lain.
Orang kota membayangkan bahwa desa ini merupakan tempat orang bergaul dengan
rukun,tenang,selaras,dan akur.Akan tetapi justru dengan berdekatan,mudah terjadi konflik
atau persaingan yang bersumber dari peristiwa kehidupan sehari-hari,hal
tanah,gengsi,perkawinan,perbedaan antara kaum muda dan tua serta antara pria dan
wanita.Bayangan bahwa desa tempat ketentraman pada konstelasi tertentu ada benarnya,akan
tetapi yang nampak justru bekerja keraslah yang merupakan syarat pokok agar dapat hidup di
desa.
Demikian pula dalam konteks pembangunan desa (pertanian),semula orang
beranggapan bahwa masyarakat pertanian mangalami involusi (kemunduran) pertanian yang
berjalan dalam proses pemiskinan dan apapun teknologi dan kelembagaan modern yang
masuk ke pedesaan akan sia-sia.Pernyataan-pernyataan sumbang inilah yang ingin kami bahas
dalam makalah yang ringkas dan singkat ini,yang mana adanya kontroversi kesan atau
pendapat ini mungkin lebih tepat apabila dihubungkan dengan berbagai gejala sosial seperti
konsep-konsep perubahan sosial atau kebudayaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi singkat tentang masyarakat?
2. Bagaimana Kehidupan Masyarakat Perkotaan (Masyarakat Modern)?
3. Bagiamana Kehidupan Masyarakat Pedesaan (Masyarakat Tradisional)?
4. Apa Pengaruh Desa Dalam Perkotaan?
5. Apa Pengaruh Kota Pada Pedesaan?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi singkat tentang masyarakat


Dalam bahasa inggris masyarakat disebut “society”, sedangkan dalam bahasa latin
yaitu “socius” yang berarti teman atau kawan.
Sedangkan kata masyarakat dalam bahasa arab yaitu “syirk” yang berarti bergaul,
selain itu ada pula yang berpendapat bahwa “masyarakat berasal dari kata bahasa arab yang
lain yaitu “syakara” yang berarti turut serta.
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma adat yang sama-sama diataati dalam lingkungannya.
Adapun syarat suatu kelompok disebut sebagai sebuah masyarakat adalah:
1. Beranggotakan minimal 2 orang.
2. Anggotanya sadar sebagai suatu satu kesatuan.
3. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang
saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antara anggota masyarakat.
4. Menjadi system hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu
sama lain sebagai anggota masyarakat.

B. Masyarakat perkotaan (masyarakat modern)


Pengertian masyarakat perkotaan menurut para ahli sbb :
a. Wirth
“kota adalah suatu pemilihan yang cukup besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-
orang yang heterogen kedudukan sosialnya.”
b. Max Weber,
“kota menurutnya, apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar
kebutuhan ekonominya dipasar lokal.”
c. Dwigth Sanderson
“kota ialah tempat yang berpenduduk sepuluh ribu orang atau lebih. Dari beberapa
pendapat secara umum dapat dikatakan mempunyani ciri-ciri mendasar yang sama.
Pengertian kota dapat dikenakan pada daerah atau lingkungan komunitas tertentu dengan
tingkatan dalam struktur pemerintahan.”

2
 Ciri-ciri masyarakat kota (karakteristik)
a. Heterogenitas sosial
Kota merupakan metting pot bagi aneka suku maupun ras, sehingga masing-masing
kelompok berusaha di atas kelompok lain. Maka dari itu sering terjadi usaha untuk
memperkuat kelompoknya untuk melebihi kelompok yang lain.
b. Hubungan sekunder
Dalam masyarakat kota pergaulan dengan sesama anggota (orang lain)
c. Toleransi sosial
Masyarakat kota tidak memperdulikan tingkah laku sesamanya dan pribadi sebab masing-
masing anggota mempunyai kesibukan sendiri. Sehingga kontrol sosial pada masyarakat
kota dapat di katakana lemah sekali dan non pribadi.
d. Kontrol sekunder
Anggota masyarakat kota secara fisik tinggal berdekatan, tetapi secara pribadi atau sosial
berjauhan. Dimana bila ada anggota masyarakat yang susah, senang, jahad, dan lain
sebagainya, anggota masyarakat yang lain tidak mau mengerti.
e. Mobilitas sosial
Di kota sangat mudah sekali terjadi perubahan maupun perpindahan status, tugas maupun
tempat tinggal.
f. Individual
Akhibat hubungan sekunder, maupun kontrol sekunder, maka kehidupan masyarakat di
kota menjadi individual. Apakah yang mereka inginkan dan rasakan, harus mereka
rencana dan laksanakan sendiri. Bantuan dan kerja sama dari anggota masyarakat yang
lainsulit untuk di harapkan.
g. Ikatan suka rela
Walaupun hubungan sosial bersifat sekunder, tetapi dalam organisasi tertentu yang
mereka sukar. (kesenian, olahraga, politik) secara sukarela ia menggabungkan diri
menggabungkan dan berkorban.
h. Segregasi kekurangan
Akibat dari integritas sosial dan kompetisi ruang terjadi pola sosial, ras, dan kompetisi
ruang, terjadi pola sosial yang berdasarkan pada sosial ekonomi, ras, agama, suku bangsa
dan sebagainya. Maka dari itu akhirnya terjadi pemisahan temat tinggal dalam kelompok-
kelompok tertentu.
Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
 Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan
keagamaan di desa. Masyarakat kota hanya melakukan kegiatan keagamaan hanya
bertempat di rumah peribadatan seperti di masjid, gereja, dan lainnya.

3
 Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa bergantung pada
orang lain.
 Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, karena perbedaan
politik dan agama dan sebagainya.
 Jalan pikiran rasional yang dianut oleh masyarkat perkotaan.
 Interaksi-interaksi yang terjadi lebih didasarkan pada faktor kepentingan pribadi
dari pada kepentingan umum.
Hal tersebutlah yang membedakan antara karakteristik masyarakat perkotaan dan
pedesaan , oleh karena itu banyak orang dari perkotaan yang pindah kepedesaan untuk
mencari ketenangan,sedangkan sebaliknya masyarakt pedesaan pergi dari desa untuk ke kota
mencari kehidupan dan pekerjaan yang layak untuk kesejahteraan mereka.

C. Masyarakat pedesaan (masyarakat tradisional)


Pengertian masyarakat pedesaan menurut para ahli sbb:
a. Sutardjo kartodikusuma
“desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat
pemerintahan tersendiri.”
b. Bintaro
“desa merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, politik dan kultur yang
terdapt di tempat itu (suatu daerah), dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal
balik dengan daerah lain.”
c. Paul H. Landis
Desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa. Dengan ciri-ciri sbb:
1). Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2). Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan terhadap kebiasaan.
3). Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi
alam seperti: iklim, keadaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah
bersifat sambilan.
Dalam kamus sosiologi kata tradisional berasal dari bahasa inggris yaitu “tradition”
yang artinya adat istiadat atau kepercayaan yang turun temurun dipelihara. Pengertian desa itu
sendiri mengandung kompleksitas yang saling berkaitan satu sama lain diantara unsur-
unsurnya, yang sebenarnya desa masih dianggap sebagai standar dan pemelihara sistem
kehidupan bermasyarakat dan kebudayaan asli seperti tolong menolong, keguyuban,
persaudaraan, gotong royong, kepribadian dalam berpakaian, adat istiadat, kesenian
kehidupan moral susila dan lain-lain yang mempunyai ciri khas jelas.

4
 Ciri-ciri masyarakat desa (karakteristik)
Ciri-ciri masyarakat desa menurut beberapa ahli:
 Menurut Talcott Person
a. Afektivitas
ada hubungannya dengan perasaan kasih sayang, cinta , kesetiaan dan kemesraan.
Perwujudannya dalam sikap dan perbuatan tolong menolong, menyatakan
simpati terhadap musibah yang diderita orang lain dan menolongnya tanpa
pamrih.
b. Orientasi kolektif
sifat ini merupakan konsekuensi dari Afektifitas, yaitu mereka mementingkan
kebersamaan , tidak suka menonjolkan diri, tidak suka akan orang yang berbeda
pendapat, intinya semua harus memperlihatkan keseragaman persamaan.
c. Partikularisme
pada dasarnya adalah semua hal yang ada hubungannya dengan keberlakuan
khusus untuk suatu tempat atau daerah tertentu. Perasaan subyektif, perasaan
kebersamaan sesungguhnya yang hanya berlaku untuk kelompok tertentu
saja.(lawannya Universalisme).
d. Askripsi
yaitu berhubungan dengan mutu atau sifat khusus yang tidak diperoleh
berdasarkan suatu usaha yang tidak disengaja, tetapi merupakan suatu keadaan
yang sudah merupakan kebiasaan atau keturunan.(lawannya prestasi).
e. Kekaburan (diffuseness)
Sesuatu yang tidak jelas terutama dalam hubungan antara pribadi tanpa ketegasan
yang dinyatakan eksplisit (tidak to the point). Masyarakat desa menggunakan
bahasa tidak langsung, untuk menunjukkan sesuatu. Dari uraian tersebut
(pendapat Talcott Parson) dapat terlihat pada desa-desa yang masih murni
masyarakatnya tanpa pengaruh dari luar.
 Menurut Paul H Landis
 Umumnya mereka curiga terhadap orang luar yang masuk
 Para orang tua umumnya otoriter terhadap anaknya
 Cara berfikir dan sikapnya konservatif dan statis
 Mereka amat toleran terhadap nilai budaya sendiri sehingga kurang toleran
budaya lain
 Adanya sikap pasrah menerima nasib dan kurang kompetitif

5
 Memiliki sikap udik dan isolatifi serta kurang komunikatif dengan kelompok
social diatasnya
 Menurut Soerjono Soekanto
 Kehidupan masyarakat sangat erat dengan alam
 Kehidupan petani sangat bergantung pada musim
 Desa merupakan kesatuan sosial dan kesatuan kerja
 Stuktur perekonomian bersifat agraris
 Hubungan antar anggota masyarakat desa berdasarkan ikatan keluarga
 Perkembangan sosial relatif lambat
 Kontrol sosial ditentukan oleh moral dan hukum informal
 Norma agama dan adat istiadat masih kuat
Kesimpulan dari ciri-ciri masyarakat desa:
1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antara ribuan jiwa.
2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukuan terhadap kebiasaan.
3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris yang paling umum yang sangat dipengaruhi alam
sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan pekerjaan yang bukan
agraris adalah bersifat sambilan.
4. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih
mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas
wilayahnya.
5. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan.
6. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
7. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal mata pencaharian, agama, adat istiadat,
dan sebagainya.
 Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan
Pada mulanya masyarakat kota sebelumnya adalah masyarakat pedesaan dan pada
akhirnya masyarakat pedesaan tersebut terbawa sifat-sifat masyarakat perkotaan dan
melupakan kebiasaan sebagai masyarakat pedesaan.
Perbedaan masyarakat pedesaan dan masyarakat kota adalah bagaimana cara
mereka mengambil sikap dan kebiasaan dalam memecahkan suatu permasalahan.
Karakteristik umum masyarakat pedesaan yaitu masyarakat masyarakat desa selalu
memiliki ciri-ciri dalam hidup bermasyarkat, yang biasa nampak dalam perilaku
keseharian mereka. Namun dengan adanya perubahan sosial dan kebudayaan serta
teknologi dan informasi, sebagian karakteristik tersebut sudah tidak berlaku.

6
Berikut ini ciri-ciri karakteristik masyarakat desa, yang terkait dengan etika dan
budaya mereka yang bersifat umum.
 Sederhana
 Mudah curiga
 Menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku didaerahnya
 Mempunyai sifat kekeluargaan
 Lugas atau berbicara apa adanya
 Tertutup dalam hal keuangan mereka
 Perasaan tidak ada percaya diri terhadap masyarakat kota
 Menghargai orang lain
 Demokratis dan religious
 Jika berjanji, akan selalu diingat
Sedangkan cara beradaptasi mereka sangat sederhana, dengan menjunjung tinggi
sikap kekeluargaan dan gotong royong antara sesama, serta yang paling menarik
adalah sikap sopan santun yang kerap digunakan masyarakat pedesaan. Berbeda
dengan karakteristik masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan lebih
mengutamakan kenyamanan bersama dibanding kenyamanan pribadi atau individu.
Masyarakat perkotaan sering disebut sebagai urban community.

D. Pengaruh desa dalam perkotaan


Dampak Interaksi bagi Kota
Urbanisasi merupakan salah satu bentuk dari interaksi desa-kota. Menurut Hope
Tisdale Eldrige (1956), pengertian urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk ke kota
atau daerah permukiman padat. Istilah urbanisasi juga digunakan untuk mendeskripsikan
perubahan kelompok sosial yang terjadi sebagai akibat konsentrasi manusia. Urbanisasi dapat
juga berarti proses perubahan daerah desa menjadi daerah kota. Pengertian urbanisasi tersebut
menunjukkan bahwa penduduk desa lebih mengenal kota. Banyak penduduk desa
meninggalkan daerahnya dan pindah ke kota terdekat. Sebagian dari mereka bekerja di kota,
tetapi bertempat tinggal di desa.
Dampak positif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1) Tercukupinya kebutuhan bahan pangan bagi penduduk perkotaan yang sebagian besar
berasal dari daerah perdesaan , seperti sayuran, buah-buahan, beras, dan lain sebagainya.
2) Jumlah tenaga kerja di perkotaan melimpah karena banyaknya penduduk dari desa yang
pergi ke kota.

7
3) Produk-produk yang dihasilkan di daerah perkotaan dapat dipasarkan sampai ke pelosok
desa sehingga keuntungan yang diperoleh lebih besar.
Sedangkan dampak negatif bagi kota akibat adanya interaksi desa dan kota
sebagai berikut.
1. Jumlah penduduk desa yang pergi ke kota tanpa keahlian menimbulkan permasalahan
bagi daerah perkotaan, yaitu semakin meningkatnya jumlah pengangguran dan penduduk
miskin.
2. Penduduk dengan pendapatan rendah kesulitan mencukupi kebutuhan hidupnya seperti
sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, hiburan, dan lain sebagainya.
3. Nilai lahan di perkotaan yang mahal, memaksa warga menggunakan lahan atau tempat
yang tidak layak untuk permukiman, misalnya di bantaran sungai, pinggiran rel kereta
api, kuburan, dan kolong jembatan. Umumnya permukiman yang terbentuk adalah
permukiman kumuh. Menurut para geograf, wilayah perkampungan kumuh memiliki
empat ciri khas, yaitu tidak tersedia air bersih untuk minum, tidak ada saluran
pembuangan air, penumpukan sampah dan kotoran, serta akses ke luar perkampungan
yang sulit.
4. Terjadi degradasi kualitas lingkungan. Peningkatan jumlah penduduk kota yang pesat
mendorong pembangunan rumah-rumah di wilayah kota. Pertumbuhan permukiman yang
cepat di perkotaan berpengaruh terhadap penurunan atau degradasi kualitas lingkungan.

E. Pengaruh kota pada pedesaan


Dampak Interaksi bagi Desa
Interaksi antara dua atau lebih daerah yang berbeda akan berpengaruh pada masing-
masing wilayah sehingga akan memicu terjadinya perubahan. Seberapa besar perubahan yang
terjadi tergantung dari jarak, jumlah penduduk, dan berbagai factor pendukung lainnya seperti
sarana transportasi, komunikasi, listrik, dan lain sebagainya.
Dampak positif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota sebagai berikut.
1. Pengetahuan penduduk desa menjadi meningkat karena banyak sekolah dibangun di desa.
Demikian pula informasi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan yang diterima
penduduk kota dengan mudah menyebar ke desa. Misalnya, pengetahuan tentang bibit
unggul, pengawetan kesuburan tanah, dan pengolahan hasil panen.
2. Jumlah guru dan sekolah yang banyak terdapat di desa memungkinkan menjadi
penggerak kemajuan penduduk desa melalui pendidikan. Angka buta huruf penduduk
desa semakin berkurang.

8
3. Perluasan jalur jalan desa-kota dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor telah
menjangkau daerah perdesaan sehingga hubungan desa-kota semakin terbuka. Hasil
panen dari desa menjadi mudah diangkut ke kota. Kelangkaan bahan pangan di kota dapat
dihindari karena suplai bahan pangan mudah dilakukan.
4. Produktivitas desa makin meningkat dengan hadirnya teknologi tepat guna. Kehadiran
teknologi tepat guna akan meningkatkan kesejahteraan penduduk desa.
5. Pelestarian lingkungan hidup perdesaan , seperti pencegahan erosi dan banjir, penyediaan
air bersih, serta pengaturan pengairan dapat dilakukan dengan hadirnya para ahli dari
berbagai disiplin ilmu.
6. Peningkatan kegiatan wiraswasta yang menghasilkan produk berkualitas, seperti
kerajinan tangan, industri rumah tangga, teknik perhubungan dan perbengkelan, serta
peternakan dapat dilakukan karena pemerintah turun tangan.
7. Pengetahuan tentang kependudukan bisa sampai ke masyarakat desa yang umumnya
memiliki banyak anggota keluarga. Kesadaran memiliki keluarga kecil telah diterima oleh
masyarakat desa.
8. Koperasi dan organisasi sosial yang berkembang di perdesaan telah memberi manfaat
dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dan pembangunan desa.
Sedangkan dampak negatif bagi desa akibat adanya interaksi desa dan kota
sebagai berikut.
1. Modernisasi kota telah melunturkan orientasi pertanian yang menjadi pokok kehidupan
mereka. Misalnya, budaya kontes kecantikan, peragaan busana, dan foto model.
2. Siaran televisi yang dapat ditangkap di pelosok desa dapat meningkatkan konsumerisme
dan kriminalitas. Penduduk desa dengan mudah meniru iklan dan tindak kejahatan dalam
film atau sinetron yang ditayangkan televisi.
3. Pengurangan tenaga produktif bidang pertanian di desa, karena banyak tenaga muda yang
lebih tertarik bekerja di kota. Mereka beranggapan di kota banyak kesempatan kerja
dengan upah yang tinggi. Akibatnya, di desa hanya tinggal orang tua dan anak-anak yang
tidak produktif.
4. Perubahan tata guna lahan di perdesaan akibat perluasan wilayah kota dan banyak orang
kota membeli lahan di wilayah perbatasan desa-kota. Tindakan orang kota ini
menyebabkan lahan di perbatasan desa-kota berubah menjadi permukiman atau bangunan
lain.
5. Tata cara dan kebiasaan yang menjadi budaya kota masuk ke pelosok desa dan cenderung
mengubah budaya desa. Banyak kebudayaan kota yang tidak sesuai dengan kebudayaan
atau tradisi desa, sehingga sering menimbulkan masalah dalam kehidupan masyarakat
desa.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia menajalani kehidupan didunia ini tidaklah bisa hanya mengandalkan diri sendiri
dalam arti butuh bantuan dan pertolongan orang lain, maka dari itu manusia disebut makhluk
sosial,sesuai dengan Firman Allah SWT yang artinya: “wahai manusia! Sunggu Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan kemudian Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (bersosialisasi)..” (Al-
hujarat:13). Oleh karena itu kehidupan bermasyarakat hendaklah menjadi sebuah pendorong atau
sumber kekuatan untuk mencapai cita-cita kehidupan yang harmonis, baik itu kehidupan didesa
maupun di perkotaan. Tentunya itulah harapan kita bersama, tetapi fenomena apa yang kita
saksikan sekarang ini, jauh sekali dari harapan dan tujuan pembangunan Nasional negara ini,
kesenjangan Sosial, yang kaya makin Kaya dan yang Miskin tambah melarat dan masih banyak
lagi fenomena kehidupan tersebut diatas yang kita rasakan bersama, mungkin juga fenomena itu
ada pada lingkungan dimana kita tinggal.

B. Saran
Pembangunan wilayah perkotaan seharusnya berbanding lurus dengan pengembangan
wilayah desa yang berpengaruh besar terhadap pembangunan kota. Masalah yang terjadi di kota
tidak terlepas karena adanya problem masalah yang terjadi di desa, kurangnya sumber daya
manusia yang produktif akibat urbanisasi menjadi masalah yang pokok untuk diselesaikan dan
paradigma yang sempit bahwa dengan mengadu nasib dikota maka kehidupan menjadi bahagia
dan sejahtera menjadi masalah serius. Problem itu tidak akan menjadi masalah serius apabila
pemerintah lebih fokus terhadap perkembangan dan pembangunan desa tertinggal dengan
membuka lapangan pekerjaan dipedesaan sekaligus mengalirnya investasi dari kota dan juga
menerapkan desentralisasi otonomi daerah yang memberikan keleluasaan kepada seluruh daerah
untuk mengembangkan potensinya menjadi lebih baik, sehingga kota dan desa saling mendukung
dalam segala aspek kehidupan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Drs. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineke Cipta.
Kosim, H, E. 1996. Bandung: Sekolah Tinggi Bahasa Asing Yapari
Marwanto, 12 November 2006. Jangan bunuh desa kami. Jakarta:Kompas
1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira

11

Anda mungkin juga menyukai