Anda di halaman 1dari 26

SEJARAH PERKEMBAGAN LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Disusun Oleh:
Kelompok 1

Nama : Anisah ( B. 201602/0118 )


Khudriani ( B. 201602/0114 )

INSTITUT AGAMA ISLAM


AL MUSLIM
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya

sehingga Makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga

mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi Makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin

masih banyak kekurangan dalam Makalah ini, Oleh karena itu kami sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan Makalah ini.

Matangglumpangdua, Juli 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan .................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3
A. Masa pembaharuan Pendidikan Islam ................................................ 3

B. Sejarah Institusi pendidikan Islam di Indonesia .................................. 13

BAB III PENUTUP ....................................................................................... 31


A. Kesimpulan ......................................................................................... 31
B. Saran .................................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam sejarah pendidikan Islam, seperti juga dibagian dunia Islam lainnya
berjalan menurut rentak gerakan Islam pada umumnya, dalam politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan lain-lain. Pada permulaan abad ke-20
terjadi beberapa perubahan dalam Islam yang dalam garis besarnya dapat
digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan bahkan pencerahan.
Lembaga-lembaga pendidikan sanggup menghasilkan elite yang tahu akan
momentum-momentum ini dan sekaligus dapat menempatkan diri dalam
pemimpin histori ini, maka ia sebenarnya telah melaksanakan fungsinya
membawa Indonesia menyongsong terbitnya fajar Islam sebagai pertanda akan
terbitnya sang surya yang akan menyinari alam.
Merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan proses
pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalam mengatur
jalannya pendidikan. Dan pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah
disebut pendidikan jika tidak ada lembaganya.Lembaga pendidikan dewasa ini
juga sangat mutlak keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi
lembaga pendidikan itu dikaitkan dengankonsep islam.
Lembaga pendidikan islam merupakan suatu wadah dimana pendidikan
dalam ruang lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-
cita umat islam.Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan
lembaga-lembaga pendidikan islam yang mutlak diperlukan di suatu negara
secara umum atau disebuah kota secara khususnya, karena lembaga-lembaga
itu ibarat mesin pencetak uang yang akan menghasilkan sesuatu yang sangat
berharga, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiri akan mencetak
sumber daya manusiayang berkualitas dan mantap dalam aqidah keislaman.

1
B. Rumusan Masalah
1. Masa pembaharuan Pendidikan Islam ?
2. Sejarah Institusi pendidikan Islam di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Masa pembaharuan Pendidikan Islam
2. Untuk mengetahui Sejarah Institusi pendidikan Islam di Indonesia

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Masa Pembaharuan Pendidikan Islam


Kebangkitan intelektual di Eropa telah memberikan kontribusi yang besar
sekali bagi kemajuan Eropa. Semangat rasionalisme membuat negara-negara
Eropa menjadi kuat baik militer, ekonomi maupun ilmu pengetahuan dan
teknologi. Kini keadaan menjadi berbalik, jika sebelumnya Islam memiliki
kekuatan yang besar baik politik, ekonomi maupun ilmu pengetahuan sehingga
dapat mengalahkan dan menguasai beberapa wilayah Barat, seperti Spanyol,
Sialia, Asia kecil dan Balkan, maka sekarang Barat yang maju sedangkan Islam
tidak lagi memiliki kekuatan yang dapat dibanggakan.[1]
Menurut sebagian tokoh-tokoh pembaharu Islam, salah satu penyebab
kemunduran umat Islam adalah melemah dan merosotnya kualitas pendidikan
Islam. Untuk mengembalikan kekuatan pendidikan Islam yang sempat hilang
maka bermuncullah gagasan-gagasan tentang pembaharu pendidikan Islam.
Pembaharu pendidikan Islam pertama kali dimulai di kerajaan Utsmani.
Faktor yang melatarbelakangi gerakan pembaharu pendidikan bermula dari
kekalahan-kekalahan kerajaan Utsmani dalam peperangan dengan Eropa.
Kekalahan tentara Turki pada pertempuran di dekat Wina memaksa Turki
menandatangani perjanjian Carlowite pada 1699 M yang berisi penyerahan daerah
Hiongaria kepada Australia, daerah Podolia kepada Polandia dan daerah Azov
kepada Rusia.
Kekalahan demi kekalahan yang dialami kerajaan Utsmani menyebabkan
Sultan Ahmad III (1703-1713 M) amat prihatin,[3] kemudian ia menyelidiki
sebab-sebab kekalahan mereka dan rahasia keunggulan yang dimiliki Barat,
Sultan Ahmad III lalu mengambil tindakan dengan mengirimkan duta-duta besar
untuk mempelajari kemajuan Eropa, terutama di bidang militer dan kemajuan
ilmu pengetahuan.

1
Ibid, hlm. 128-129

3
Selain di bidang militer, Turki juga membangun di bidang lain seperti
ekonomi dan pemerintahan dan Turki juga mengembangkan kemajuan ilmu
pengetahuan yang selama ini telah dilupakannya. Untuk pertama kalinya di dalam
dunia Islam dibukalah suatu percetakan di Istanbul pada 1727 M guna mencetak
berbagai macam buku ilmu pengetahuan yang diterjemahkan dari buku-buku ilmu
pengetahuan Barat.[2]
Selain itu pada 1717 M didirikannya lembaga terjemah yang bertugas
menerjemahkan buku-buku dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan ke dalam
bahasa Turki.[3] Hal ini merupakan fenomena baru dan sangat bermanfaat bagi
kemajuan pendidikan dan intelektual Islam di Turki. Hal-hal tersebut merupakan
langkah awal bagi perubahan sistem pendidikan Islam di Turki.
Upaya pembaharuan pendidikan dimana Sultan Ahmad III yang baru
berjalan dilanjutkan oleh Sultan Mahmud II (1807-1839 M). Pada zaman tersebut
madrasah merupakan satu-satunya lembaga pendidikan umum yang ada di
kerajaan Utsmani. Sultan Mahmud II sadar bahwa pendidikan di madrasah tidak
sesuai lagi dengan tuntutan zaman, dikarenakan di madrasah hanya mengajarkan
peserta didiknya mengetahui pengetahuan agama sedangkan pengetahuan umum
tidak diajarkan.
Beliau juga menyadari bahwa pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi
modern mempunyai peran yang dominan dalam mencapai kemajuan. Oleh sebab
itu beliau berusaha untuk membenahi kurikulum di madrasah-madrasah dengan
memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Pada perkembangan selanjutnya, Sultan Mahmud II membangun sekolah-
sekolah model Barat. Pada tahun 1827 M ia mendirikan sekolah kedokteran
(Tilahane-i Amire) dan sekolah teknik (Muhendisane) dan pada tahun 1834 M
dibuka sekolah Akademi Militer. Pada tahun 1838 M sekolah kedokteran dan
sekolah pembedahan digabungkan menjadi satu dengan nama Dar-al Ulum
Hikemiye ve Mekteb-i Tibbiye-i Sahane.[4]

2
Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm. 116
3
Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 130
4
Ibid, hlm. 131-132

4
Seperti di Turki, pembaharuan pendidikan Islam di Mesir juga di awali oleh
penguasa pembaharuan Islam setelah adanya kontak dengan peradaban modern
Barat. Invasi Napoleon yang membawa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan
Barat telah membuka mata rakyat Mesir bahwa umat Islam telah tertinggal oleh
kemajuan Barat. Yang menjadi perhatian penting dari kedatangan Napoleon dan
lahirnya gerakan kesadaran umat Islam dari keterbelakangan mereka selama ini
adalah untuk melihat pengaruh dari kedatangan tentara Napoleon dan berbagai
rangsangan yang ditimbulkannya sebagai akibat dari berbagai kegiatan yang
dilakukan Napoleon dan rombongannya di Mesir.[5]
Di antara pengaruh ekspedisi Napolen yang berkaitan erat dengan misi
keilmuan dan kebudayaan yang dijalankan Napolen beserta rombongannya di
Mesir adalah:
1. Timbulnya benih-benih rasa kebangsaan dari orang Mesir.
2. Napolen berusaha menggeser sistem pemerintahan yang dipraktekkan di
Mesir yang sebelumnya berpola feodal menjadi lebih demokratis.
3. Sebagai hasil dari pendekatan Napoleon yang berpijak pada semangat
revolusi Perancis maka muncullah pemikiran dari orang-orang Mesir yang
mengusulkan agar bentuk pemerintahan yang diktator diubah menjadi
pemerintahan demokratis, karena hal inilah yang membawa Perancis kepada
suasana kehidupan kenegaraan yang baru.
4. Mulai terbukanya cakrawala berfikir dikalangan umat Islam sebagai akibat
dari persentuhan dengan pemikiran para ilmuwan yang ikut dalam
rombongan Napoleon.
Selain itu juga yang mendorong umat Islam untuk mengadakan modernisasi
yang dipelopori oleh Muhammad Ali. Muhammad Ali adalah seorang yang
berasal dari luar Mesir, karena kecakapannya dalam bidang militer ia berhasil
menjadi kepala pemerintahan di Mesir. Pada awalnya ia hanyalah seorang prajurit
tentara biasa di Turki Utsmani.[6]

5
Ahmad Syalabi, Mausuah Al-Tarikh Al-Islami wa Al-Hadarat Al-Islamiyah, Juz V,
(Kairo: Maktabah Al-Nahdat), hlm. 28
6
Ridwan Lubis, Op. Cit., hlm, 32

5
Setelah Muhammad Ali naik tahta menjadi penguasa Mesir, ia
memberikan perhatian yang lebih pada bidang militer dan ekonomi. Menurutnya
militer akan memberikan dukungan untuk mempertahankan dalam memperbesar
kekuasaannya. Sedangkan ekonomi sangat diperlukan untuk membiayai militer.
Untuk memajukan keduanya dibutuhkan ilmu-ilmu modern. Dengan demikian
Muhammad Ali mencurahkan perhatiannya bagi pendidikan. Pada tahun 1815 M
ia mendirikan sekolah militer, sekolah kedokteran pada tahun 1827 M, seolah
Apoteker pada tahun 1829 M, sekolah pertambangan pada tahun 1839 M, sekolah
pertanian pada tahun 1836 dan sekolah penerjemah pada tahun 1836 M.
Tidak hanya corak dan model pendidikan Barat yang diterapkan oleh
Muhammad Ali di Mesir, ia juga mempercayakan pengawasan sekolah kepada
orang Barat, bahkan guru-gurunya juga didatangkan dari Barat (Eropa). Selain
mendatangkan tenaga ahli dari Eropa, Muhammad Ali juga mengirim siswa untuk
belajar ke Italia, Perancis, Inggris dan Austria.
Upaya pemahaman dan modernisasi yang dipelopori Muhammad Ali di
Mesir ini, besar sekali kontribusinya bagi Mesir menjadi negara modern. Gerakan
pembaharuannya telah memperkenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi Barat
kepada umat Islam hingga lahirlah intelegensia Muslim yang berpengetahuan
agama yang luas, berwibawa modern dan tidak berpandangan sempit. Mereka itu
seperti Rifa’ah Badawi Rafi’ al-Tahtawi, Muhammad Abduh, Rasyid Ridho, dan
Hasan al-Banna.[7]
1. Tokoh dan Sasaran Pembaharuan Pendidikan Islam.
Tokoh pembaharuan pendidikan Islam bercorak modernis. Sejalan dengan
pembahruan pendidikan Islam penuh dilakukan pada 3 wilayah kerajaan besar
yaitu kerajaan Usmani, Mesir, India.
1. Wilayah Turki
Pembaharuan pendidikan didunia Islam dimulai dikerajaan Turki Usmani.
Faktor yang melatar belakangi gerakan pembaharuan bermula dari kekalahan-
kekalahan kerajaan Usmani dalam peperangan dengan Eropa. Adapun tokoh yang
mencoba melakukan upaya tersebut ialah :

7
Hanun Asrohah, Op, cit, hlm. 133

6
1) Sultan Ahmad III. Adanya kekalahan yang dialami kerajaan Turki Usmani
menyebabkan Sultan Ahmad III prihatin dan melakukan intropeksi, dengan
melakukan pengiriman duta ke Eropa untuk mengamati perkembangan
barat. Dengan mendirikan sekolah teknik militer, mendirikan percetakan
untuk mempermudah Access buku pengetahuan. Upaya ini dilakukan
sampai beliau wafat dan kemudian digantikan oleh Sultan Mahmud II.
2) Sultan Mahmud II. Sultan Mahmud II merupakan kelanjutan dari Sultan
Ahmad III. Pembaharuan yang dilakukan dengan memperbaiki system
pendidikan madrasah dengan memasukkan ilmu pengetahuan umum.
Kemudian mendirikan model disekolah barat.
1. Wilayah Mesir
Tokoh yang melakukan upaya pembaharuan khususnya pendidikan adalah
Muhammad Ali Pasya dan Muhammad Abduh
1) M. Ali Pasya. Ia mendirikan kementrian pendidikan dan lembaga
pendidikan, membuka sekolah teknik , kedokteran, pertambangan, mengirin
siswa untuk belajar kenegri barat. Gerakan pembaharuan memperkenalkan
ilmu pengetahuan dan teknologi barat kepada umat Islam.
2) M. Abduh. Melakukan pembaharuan pendidikan di Al-Azhar dengan
memasukkan ilmu modern. Mendirikan komite perbaikan administrasi Al-
Azhar tahun 1895, melaksanakan pembaharuan administratif yang
bermanfaat.
1. WilayahIndia.
Pembaharuan pendidikan Islam di India bertujuan menghilangkan
diskriminasi pendidikan Islam tradisionalis dengan pendidikan sekuler. Adapun
yang menjadi tokoh pembaharuan di India.
Sayyid Akhmad Khan (1817 – 1898 M). Ia berpendapat bahwa peninggkatan
kedudukan umat Islam di India dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan
Inggris. Kemudian mendirikan lembaga pendidikan, sekolah Inggris mudarabbah
1864. kemudian mendirkan pula Scientific Society, mendirikan lembaga
pendidikan yang didalamnya ilmu pengetahuan umum. Itulah beberapa orang

7
tokoh pembaharuan yang banyak mengadopsi tata cara dan pengetahuan yang
datang dari barat.[8]

B. Sejarah Institusi Pendidikan Islam di Indonesia


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kosakata lembaga mempunyai
empat arti, yaitu : Asal mula (yang akan terjadi sesuatu), Bentuk (rupa, wujud)
yang asli, acuan, Ikatan,Badan (organisasi) yang bermaksud melakukan suatu
penyelidikan keilmuan atau melakukan sesuatu usaha.Secara etimologi lembaga
adalah asal sesuatu, acuan, sesuatu yang memberibentuk pada yang lain, badan
atau organisasi yang bertujuan mengadakan suatu penelitian keilmuan atau
melakukan sesuatu usaha.[9]
Secara terminologi, Amir Daiem mendefinisikan lembaga pendidikan
dengan orang atau badan yang secara wajar mempunyai tanggung jawab terhadap
pendidikan. Rumusan definisi yang dikemukakan Amir Daiem ini memberikan
penekanan pada sikap tanggung jawab seseorang terhadap peserta didik, sehingga
dalam realisasinya merupakan suatu keharusan yang wajar bukan merupakan
keterpaksaan.
Lembaga pendidikan Islam ialah suatu bentuk organisasi yang diadakan untuk
mengembangkan lembaga-lembaga Islam yang baik, yang permanen, maupun
yang berubah-ubah dan mempunyai struktur tersendiri yang dapat mengikat
individu yang berada dalam naungannya, sehingga lembaga ini mempunyai
kekuatan hukum tersendiri. (Muhaimin, 1993: 286)[10]
Adapun lembaga pendidikan islam secara terminologi dapat diartikan
suatuwadah atau tempat berlangsungnya proses pendidikan islam. Dari definisi
diatasdapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung pengertian
kongkrit berupa sarana dan prasarana dan juga pengertian yang abstrak, dengan

8
Asraha Hanun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: logos Cet. 1. 1999.
9
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 277
10
Bukhori Umar, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 149.

8
adanya norma-norma dan peraturan-peraturan tertentu, serta penananggung jawab
pendidikan itu sendiri.[11]
a. Sejarah Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan
dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Dalam sejarah Islam dikenal
banyak sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya
yang khas. Dalam buku at-Tarbiyah al-Islamiyah, Nazumuha, Falsafatuha, Ahmad
Shalabi menyebutkan tempat-tempat pendidikan tersebut adalah Kuttab, al-
Qushur, Hawamit al-Waroqiin, Mandzil al-Ulama’, al-Badiyah, dan al-Madrasah.
Ia membagi institusi-institusi pendidikan Islam tersebut menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok sebelum madrasah dan sesuda madrasah, dengan
demikian madrasah dianggap tonggak baru dalam pendidikan Islam. Sementara
Abuddin Nata mengungkapkan lembaga pendidikan sebelum madrasah adalah
Suffah, Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis
al-Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah
Ulama’, Toko-toko Buku dan Perpustakaan, Rumah Sakit, Badiah
1. Rumah
Hasan Langgulung dalam bukunya Asas-asas Pendidikan Islam (1988)
dalam Syamsul Nizar mengemukakan bahwa lahirnya pendidikan Islam di tandai
dengan munculnya lembaga-lembaga pendidikan Islam. Ketika wahyu Allah
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW., maka untuk menjelaskan dan
mengajarkan kepada para sahabat, Nabi mengambil rumah Al Arqam bin Ibn
Arqam sebagai tempatnya, disamping menyampaikan ceramah pada berbagai
tempat. Tumbuh kembang lembaga ini berjalan selama 13 tahun.
Berdasarkan keterangan inilah bahwa rumah dikategorikan sebagai
lembaga pendidikan Islam yang pertama. Sistem pendidikan di lembaga ini
berbentuk halaqoh dan belum memiliki kurikulum dan silabus seperti dikenal
sekarang ini, sistem dan materi yang akan disampaikan diserahkan sepenuhnya
kepada Nabi Muhammad SAW.

11
Ibid hlm 277

9
2. Kuttab dan Maktab
Menurut catatan sejarah, sebelum kedatangan Islam, masyarakat
Arab, khususnya Makkah telah mengenal adanya pendidikan rendah,
yaitu kuttab. Kuttab/maktab berasal dari kata dasar yang sama, yaitu kataba yang
artinya menulis. Sedangkan kuttab/maktab berarti tempat menulis, atau tempat
dimana dilangsungkan kegiatan untuk tulis menulis. Kebanyakan para ahli sejarah
pendidikan Islam sepakat bahwa pendidikan Islam tingkat dasar yang
mengajarkan membaca dan menulis kemudian meningkat pada pengajaran al-
Qur’an dan pengetahuan agama dasar. Namun Abdullah Fajar membedakannya,
dia mengatakan bahwa maktab adalah istilah untuk zaman klasik, sedangkan
kuttab adalah untuk zaman modern.
Lembaga pendidikan Islam pada fase Makkah ini sebenarnya mengenal
dua macam /tempat pendidikan, yaitu; Rumah Arqam bin Ibn Arqam dan Kuttab.
Dimasa Nabi Muhammad SAW., oleh karena peminat untuk belajar agama Islam
semakin banyak, termasuklah golongan anak-anak yang gemar mendatangi
masjid, maka dikhawatirkan anak-anak itu akan mengotori masjid, maka
timbullah lembaga pendidikan di samping masjid yang bernama kuttab. Lembaga
ini berfungsi sebagai media utama dalam pelaksasnaan pembelajaran membaca
dan menulis al-Qur’an sampai kepada era Khulafaurrasyidin. Sedangkan materi-
materi dan metode pembelajarannya diserahkan kepada para guru yang
mengajar. Sebenarnya kuttab ini sudah ada dan dikenal oleh bangsa Arab pra
Islam, namun tidak begitu populer.

3. Lembaga Kesufian
Asma Hasan Fahmi menambahkan lembaga-lembaga kesufian sebagai
lembaga pendidikan Islam pra Madrasah, yaitu:
a. Ribath.
Al-Ribath secara harfiah berarti ikatan yang mudah dibuka. Sedangkan
dalam arti yang umum, al-Ribath adalah tempat untuk melakukan latihan,
bimbingan dan pengajaran bagi calon sufi. Ribath adalah tempat kegiatan kaum

10
sufi yang ingin menjauhkan diri dari kehidupan duniawi dan mengonsentrasikan
diri untuk semata-mata beribadah.
b. Az- Zawiyah.
Az-Zawiyah secara harfiyah berarti sayap atau samping. sedangkan dalam
arti yang umum, az-zawiyah adalah tempat yang berada dibagian pinggir masjid
yang digunakan untuk melakukan bimbingan wirid, dan dzikir untuk mendapatkan
kupasan spiritual. Dengan demikian, az-zawiyah dan al-ribath fungsinya sama,
namun dari segi organisasinya al-ribath lebih khusus dari pada az-zawiyah.
c. Khananqah.
Khanaqah merupakan suatu lembaga pengajaran berasrama bagi kaum sufi
yang muncul pertama kali di Iran (Persia) pada akhir abad ke-10 bersamaan
dengan adanya formalisasi aktivitas sufistik.

4. Masjid dan Jami’


Kata masjid berasal dari bahasa arab “ sajada” artinya tempat sujud. Dalam
pengertian lebih luas masjid berarti tempat shalat dan bermunajat kepada Allah
dan tempat berenung dan menatap masa depan. Dari perenungan terhadap
penciptaan Allah tersebut masjid berkembang menjadi pusat ilmu pengetahuan.
Proses yang mengantar masjid sebagai pusat pengetahuan adalah karena di
masjid tempat awal pertama mempelajari ilmu agama yang baru lahir dan
mengenal dasar-dasar ,hukum-hukun dan tujuan-tujuannya.
Masjid dan Jami’ adalah dua tipe lembaga pendidikan Islam yang sangat
dekat dengan aktivitas pengajaran agama Islam. Kedua term ini pada dasarnya
memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai tempat ibadah dan pengajaran agama
Islam. Kemunculan masjid sebagai lembaga pendidikan dalam Islam telah dimulai
sejak masa Rasulullah SAW., dan masa Khulafaurrasyidin. Sedangkan Jami’
muncul kemudian dan banyak didirikan oleh para penguasa dinasti khususnya
dinasti Abbasiyah.
Ketika Rasulullah dan para sahabat hijrah ke Madinah, salah satu program
pertama yang beliau lakukan adalah pembangunan sebuah masjid. Masjid yang
pertama kali dibangun Nabi adalah Masjid At- Taqwa di Quba. Pembanguna

11
Masjid tersebut bertujuan untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupan umat
Islam. Di samping itu, masjid juga memiliki multifungsi, diantaranya:(a) sebagai
tempat beribadah, (b) tempat kaum muslimin beri’tikaf, menempah bathin
sehingga selalu terpelihara. (c) sebagai pusat kegiatan dan informasi berbagai
masalah kehidupan kaum muslimin, (d) sebagai tempat kegiatan sosial politik, (e)
sebagai tempat bermusyawarah, (f) tempat mengadili perkara, (g) tempat
pembinaan dan pengembangan kader-kader pimpinan umat (h) tempat
menghimpun dana, menyimpan dan membagikannya (i) tempat menyampaikan
penerangan agama dan informasi-informasi lainnya dan (j) masjid dijadikan
sebagai pusat dan lembaga pendidikan islam.

5. Masjid Khan
Perkembangan lebih lanjut dari mesjid sebagai lembaga pendidikan Islam
adalah munculnya mesjid-mesjid yang dilengkapi dengan sarana akomodasi bagi
pelajar, dan mesjid ini lazimnya disebut dengan Mesjid Khan. Masjid khan ini
secara finansial didukung oleh badan wakaf dan penghasilannya dimanfaatkan
untuk kepentingan sosial.Perkembangan khan ini sangat berkaitan erat dengan
kepedulian umat Islam masa itu terhadap para penuntut ilmu, khususnya mereka
yang berasal dan luar daerah.
Dengan demikian, pendidikan Islam dan masjid merupakan suatu
kesatuan yang integral, dimana masjid menjadi pusat dan urat
nadi kegiatan keislaman yang meliputi kegiatan keagamaan, politik,
kebudayaan, ekonomi, dan yudikatif. Mulai sejakmasa Rasulullah SAW., den
gan masjid
Quba dan Nabawi hingga masjid Baghdad pada masa dinasti
Abbasiyah, masjid selalu menjadi alternatif utama dalam penyelenggaraan
pendidikan Islam.Dari Masjid, kemudian berkembang menjadi Masjid
Khan sebagai Transformasi Tradisi. Mesjid Khan adalah sebagai tempat
pemondokan bagi pencari ilmu di lingkungan halaqah masjid dari berbagai
wilayah Islam.

12
6. Shuffah
Pada masa Rasulullah SAW shuffah adalah suatu tempat yang telah
dipakai untuk aktifitas pendidikan. Biasanya tempat ini menyediakan pemondokan
bagi pendatang baru dan mereka yang tergolong miskin. Rasulullah membangun
ruangan di sebelah utara masjid Madinah dan masjid Al-Haram yang disebut “Al-
Suffah” untuk tempat tinggal orang fakir miskin yang telah mempelajari ilmu.
Disini para siswa diajarkan membaca dan menghafal Al-qur’an secara benar dan
hukum Islam di bawah bimbingan dari Nabi SAW.

7. Rumah Kediaman Ulama’


Tipe lembaga pendidikan ini termasuk kategori yang paling tua, bahkan
yang lebih dahulu keberadaannya sebelum halaqah di masjid Rasulullah
SAW.,dan para sahabat menjadikan rumahnya sebagai markas gerakan pendidikan
yang terfokus pada aktivitas pengajaran aqidah dan pesan-pesan Allah SWT.,
dalam al-Quran untuk disampaikan kepada masyarakat. Rumah para ulama’
terkenal yang menjadi tempat kegiatan belajar dan mengajar adalah rumah Ibnu
Sinah, Al-Ghazali, rumah Ali Ibnu Muhammad, rumah Al-Fashihih, rumah
Ya’kub Ibnu Killis, rumah Wazir Khalifah Al-Aziz billah Al-Fatimi, Rumah Abu
Muhammad Ibnu Hattim Al Razi Al Hafiz dan rumah Abi Sulaiman Al Sajastani.
Rumah-rumah para ulama’ di atas dijadikan sebagai tempat pusat
pembelajaran pada waktu itu dengan pertimbangan bahwa (a) rumah sebenarnya
dapat digunakan untuk membicarakan hal-hal yang bersifat khusus (b) Situasi
guru yang mengajar agak terbatas, misalnya terlalu sibuk, lelah, umur suda tua
dan lain-lain (c) Anggapan bahwa mendatangi guru untuk belajar lebih baik dari
pada guru mendatang muridnya untuk mengajar.

8. Toko-toko Buku
Pada awal pemerintahan dinasti Abbasiyah di Baghdad, lembaga
pendidikan Islam dalam bentuk toko-toko buku telah bermunculan di pusat-pusat
kota, selainsebagai agen komersialisasi berbagai bukuilmiah, juga menjadi p
usat pembelajaran umat Islam melalui metode diskusi mengenai isi buku

13
yang dicari atau ditawarkan. Kemudian lembaga-lembaga
pendidikan ini menyebar dengan cepat ke seluruh wilayah kekuasaan Islam saat
itu.
Mengutip pendapat al-Yaqubi, Hitty menjelaskan bahwa pada masa itu,
sekitar tahun 891 M terdapat pusat pertokoan yang berjejer lebih dari seratus toko
buku dalam satu jalan. Beberapa toko buku itu merupakan stan (kamar) yang lebih
kecil ukurannya dari surau, tetapi terdapat juga kamar yang lebih besar yang
berfungsi sebagai pusatpenelitian hasil karya seni dan menjadi taman
wacana bagi pengembara ilmu yang dating dari berbagai wilayah Islam. Toko
buku selain sebagai tempat menjual buku juga digunakan sebagai pusat
diskusi tentang berbagai karya sastra oleh para cendekiawan dan pujangga.

9. Perpustakaan
Salah satu ciri penting pada masa Dinasti Abbasiyah adalah tumbuh dan
berkembangnya dengan pesat perpustakaan-perpustakaan baik perpustakaan yang
sifatnya umum didirikan oleh pemerintah, maupun perpustakaan yang sifatnya
khusus didirikan oleh para ulama atau para sarjana. Bait Al Hikmah adalah
perpustakaan yang didirikan oleh Harun Ar-Rasyid dan berkembang pesat pada
masa Al-Ma’mun, merupakan salah satu contoh dari perpustakaan dunia Islam
yang lengkap, yang berisi ilmu agama dan bahasa arab.
Di dalamnya terdapat bermacam-macam buku ilmu pengetahuan yang
berkembang pada masa itu serta berbagai buku terjemahan dari bahasa yunani,
Persia, India, Qibti dan Aramy. Perpustakaan dikatakan sebagai lembaga
pendidikan karena sebagaimana diketahui, bahwa pada masa itu, buku-buku
sangat mahal harganya, ditulis dengan tangan, sehingga hanya orang-orang kaya
saja yang bisa memiliki secara pribadi. Oleh karena itu, bagi masyarakat umum
pencinta ilmu, tentu memanfaatkan perpustakaan ini sebagai sarana memperoleh
ilmu pengetahuan, dan untuk selanjunya di kembangkan.

14
10. Majlis
Lembaga pendidikan Islam dalam bentuk majlis sastra mulai
populer berkembang secara formal sejak masa dinasti Umayyah dan
Abbasiyah, tetapi keberadaannya telah dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin.
Di lembaga ini, umat Islam belajar tentang berbagai syair,
baik dalam bahasa Arab maupun bahasa Persia yang berhubungan dengan
agama Islam dan kondisi kehidupan sosial-budaya masyarakat secara menyeluruh.
Pada masa Abbasiyah, selalu diadakan perdebatan dan diskusi tentang
keahlian bersyair diantara sastrawan dari berbagai disiplin ilmu, termasuk juga
perlombaan di antara para seniman dan pujangga, khususnya dalam bidang
kaligrafi Alquran dan arsitektur.
Lembaga pendidikan ini menjadi salah satu corong pemerintah dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dalam bidang seni dan budaya
umat Islam sehingga mampu menghasilkan karya seni dan budaya yang
menakjubkan saat itu
Pada masa perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan Islam mengalami
zaman keemasan majelis berarti sesi dimana aktifitas pengajaran atau diskusi
berlangsung seiring dengan perkembangan pengetahuan dalam Islam. Majelis
digunakan untuk kegiatan transfer keilmuan dari berbagai ilmu, sehingga majelis
banyak ragamnya. Setidaknya ada 7 macam majelis yang dapat diketahui yaitu :
1. Majelis al-Hadits
Majelis ini biasanya diselenggarakan oleh ulama/guru yang ahli
dalam bidang hadits. Ulama tersebut membentuk majlis untuk mengajarkan
ilmunya kepada murid-murid.
2. Majelis At-Tadris
Majelis ini biasanya menunjukkan kepada majelis selain dari pada hadits,
seperti majelis fiqih. Majelis nahwu, atau majelis kalam.
3. Majelis al-Munazharoh
Majelis ini dipergunakan sebagai sarana untuk membahas perbedaan
mengenai suatu masalah oleh para ulama’. Menurut Ahmad Syalabi khalifah
Muawiyah sering mengundang para ulama’ untuk berdiskusi di istananya,

15
demikian juga dengan khalifah al-Ma’mun dan dinasti Abbasiah. Di luar istana
majlis ini ada yang dilaksanakan secara kontinu dan spontanitas, bahkan ada yang
berupa kontes terbuka dikalangan ulama’. Untuk model ini biasanya hanya
dipakai untuk mencari populeritas ulama’ saja.
4. Majelis al Muzakaroh
Majelis ini merupakan inovasi dari murid-
murid yang belajar hadis. Majelis ini diselenggarakan sebagai sarana untuk
berkumpul dan saling mengingat dan mengulangi pelajaran yang sudah diberikan
sambil menunggu kehadiran guru.
5. Majelis al-Adab
Majelis ini adalah tempat untuk membahas masalah adab yang meliputi
puisi, silsilah dan laporan sejarah bagi orang orang terkenal.
6. Majelis al-Fatwa dan Majlis al-Nazar
Majelis ini merupakan sarana pertemuan untuk mencari keputusan suatu
masalah di bidang hukum kemudian difatwakan. Disebut pula majelis al-Nazar
karena karakteristik Majelis ini adalah majlis tempat perdebatan diantara ulama
fiqih/hukum islam.
a. Macam-Macam Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia
Dilihat dari jenisnya pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok
yaitu:
1. Lembaga pendidikan informal (keluarga)
Keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat adalah persekutuan antar
kelompok orang yang mempunyai pola–pola kepentingan masing-masing dalam
mendidik anak yang belum ada di lingkungannya. Didalam Islam, keluarga
dikenal dengan istilah Usrah dan Nasb. Orang tua meupakan pendidikan pertama
dan utama bagi anak-anaknya, dikatakan pendidik pertama, karena ditempat inilah
anak mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya sebelum ia menerima
pendidikan yang lain.[12]
Kemudian pada usia sekolah anak mempunyai lingkungan yang baru, yaitu
lingkungan sekolah. Fase ini disebut fase sosialisasi, ia mulai kenal dengan

12
Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag Pengantar Pendidikan Islam hlm 141

16
teman-teman, guru-guru dan lain-lain. Daya intelektual mulai berkembang dan
sifat ingin tahu semakin menonjol, ingin meniru sesuatu yang dianggap baik
sampai akhirnya memasuki masa remaja yang ditandai dengan anak ingin berdiri
sendiri dan lepas dari orang dewasa. Pada saat ini timbul perhatian pada lawan
jenis ia mulai bimbang terhadap nilai-nilai lama dan berusaha mencari nilai-nilai
baru.
Hal-hal yang seharusnya dilakukan orang tua kepada anaknya:
1. Memberikan kebebasan yang terbatas dalam arti, memberikan tuntunan,
bimbingan, nasehat, dan pengenndalian.
2. Mengadakan komunikasi secara timbal balik.
3. Memberikan kesempaatan mereka untuk berpendapat.
4. Memberikan kepercayaan dan tanggung jawab dala penyelesaian dalam
suatu pekerjaan.
5. Jangan terlalu memanjakan atau mengekang mereka
6. Memberikan perhatian, pendidikan, kedisiplinan dan akhlatul karimah
serta pendidikan untuk hidup mandiri
2. Lembaga Pendidikan Formal
Menurut Abu Ahmadi Nur Uhbiyati, lembaga pendidikan formal adalah
pendidikan yang diadakan ditempat tertentu, teratur, sistematis, mempunyai
perpanjangan dan dalam kurun waktu tertentu berlangsung mulai dari
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dan dilaksanakan berdasarkan
aturan resmi yang telah ditetapkan.lemaga pendidikan islam diindonesia
adalah :13
a. Raudathul Atfal.
Raudathul Atfal ini terdiri dari 3 tingkatan yakni: Tingkat A (anak umur 3-
4 tahun), tingkat B (anak umur 4-5 tahun), dan tingkat C (anak umur 5-6
tahun)
b. Madrasah Ibtidaiyah (MI)
Merupakan lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan
pengajaran rendah serta menjadikan mata pelajaran agama islam sebagai

13
Ibid hlm 142-143

17
mata pelajaran dasar yang sekurang-kurangnya 30 % disamping mata
pelajaran lain
c. Madrasah Tsanhawiyah (MTS)
d. Sekolah Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat
e. Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau
yanhg sederajat
f. Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama
Islam (STAI), Institut Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri
(UIN), dan lembaga sejenis milik yayasan atau organisasi keislaman.
Sejarah Perguruan Tinggi Agama Islam di Indonesia bermula pada awal
tahun 1945 ketika Masyumi memutuskan untuk mendirikan Sekolah Tinggi Islam
(STI) di Jakarta. Pada april 1945 Masyumi menyelenggarakan pertemuan di
Jakarta yang dihadiri oleh organisasi-organisasi Islam, kalangan intelektual dan
ulama serta unsur pemerintah (shumubu). Tokoh-tokoh yang hadir yaitu KH.
Abdul Wahab, KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahid Hasyim, KH. Mas Mansur,
K.H.A. halim, KH. Imam Zarkasyi, Mr. Moh. Roem. Rapat tersebut berhasil
mewujudkan rencana mendirikan Sekolah Tinggi Islam dibawah pimpinan Moh.
Hatta. STI dibuka secara resmi pada tanggal 8 juli1945 di Jakarta.
Adapun tujuan didirikannya STI adalah untuk memberikan pelajaran dan
pendidikan tinggi tentang ilmu-ilmu agama Islam dan ilmu-ilmu kamasyarakatan,
agar menjadi penyiar dan memberikan pengaruh Islam di Indonesia.Lama masa
studi di lembaga ini direncanakan berlangsung selama 2 tahun sampai mencapai
gelar sarjana mudan, ditambah 2 tahun lagi untuk memperoleh sarjana.
Kurikulumnya mencontoh dari Fakultas Ushuluddin Universitas Al-Azhar di
kairo.
3. Lembaga Pendidikan Nonformal
Lembaga Pendidikan Nonformaladalah lembaga penndidikan yang teratur
namun tidak mengikuti peraturan yang ketat dan tetap. Abu ahmadi
mendefinisikan lembaga nonformal kepada semua bentuk pendidikan yang

18
diselenggarakan dengan sengaja,tertib,dan terencana diluar kegiatan lembaga
sekolah.[14]
Lembaga pendidikan islam yang tergolong dalam segala jenis ini adalah:
1). mesjid, mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang
tidak mengikuti ketetapan resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al
qur’an, 5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan
pembinaan rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ)
Dalam pendidikan masa kini ada istilah home schooling. Masalahnya
aakah pendidikan seperti ini termasuk kedalam kategori pendidikan informal,atau
formal bahkan bias juga nonformal. Jika dikatakan formal, tetapi pendidikan ini
berlangsung dirumah bukan berlangsung ditemat-tempat resmi seperti sekolah,
dan yang lainnya. Jika diikatakanh nonformal, tapi pendidikan ini mempunyai
surat izin dari dinas pendidikan. Sangat membiingungkan pengertian home
schooling ini karena tidak termasuk kedalam kategori lembaga-lembaga yang
ada.[15]

1. Pengertian Pembaharuan Pendidikan Islam.


Lahirnya modernisasi atau pembaharuan di sebuah tempat akan selalu
beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang
saat itu. Modernisasi atau pembaharuan bisa diartikan apa saja yang belum di
pahami, di terima, atau dilaksanakan oleh penerima pembaharuan sesungguhnya
lebih merupakan upaya atau usaha perbaikan keadaan baik dari segi cara, konsep,
dan serangkaian metode yang bias diterapkan dalam rangka menghantarkan
keadaan yang lebih baik
Dengan demikian, kalau kita kaitkan dengan pembaharuan pendidikan Islam
akan memberi pengertian bagi kita, sebagai suatu upaya melakukan proses
perunahan kurikulum, cara, metodologi, situasi dan pendidikan Islam dari yang

14
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2011), Cet ke.9, hlm. 283
15
Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag, Op cit hal 143

19
tradisional (ortodox) kearah yang lebih rasional, dan professional sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat itu.[16]

2. Hal–hal Yang Melatar Belakangi Pembaharuan Pendidikan Islam.


Terpuruknya nilai–nilai pendidikan dilatar belakangi oleh kondisi internal
Islam yang tidak lagi menganggap ilmu pengetahuan umum sebagai satu kesatuan
ilmu yang hareus diperhatikan. Selanjutnya, ilmu pengetahuan lebih banyak
diadopsi bahkan dimanfaatkan secara komprehensif oleh barat yang pada waktu
itu tidak pernah mengenal ilmu pengetahuan.
Secara garis besar ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses
pembaharuan pendidikan Islam.
1. Pertama faktor internal yaitu, faktor kebutuhan pragmatis umat Islam yang
sangat memerlukan satu system pendidikan Islam yang betul – betul bisa
dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia – manusia muslim
yang berkualitas, bertaqwa, dan beriman kepada Allah.
2. Kedua faktor eksternal adanya kontak Islam dengan barat juga merupakan
faktor terpenting yang bisa kita lihat. Adanya kontak ini paling tidak telah
menggugah dan membawa perubahan phragmatik umat islam untuk
belajar secara terus menerus kepada barat, sehingga ketertinggalan yang
selama ini dirasakan akan bisa terminimalisir.

16
Harun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999),
hlm. 127-128

20
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sejarah Islam dikenal banyak sekali tempat dan pusat pendidikan
dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang khas. Diantaranya yaitu Suffah,
Kuttab/Maktab, Halaqah, Majlis, Majlis al-Hadits, Majlis al-Tadris, Majlis al-
Munazharah, Majlis al-Muzakarah, Masjid, Khan, Ribath, Rumah-rumah Ulama’,
Toko-toko Buku dan Perpustakaan.
Pendidikan islam diindonesia dibagi kedalam 3 kelompok yaitu:Lembaga
pendidikan informal (keluarga),Lembaga pendidikan formal (Raudathul
Atfal),Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanhawiyah (MTS), Sekolah
Menengah pertama Islam (SMPI) atau yang sederajat, Madrasah Aliyah (MA) dan
Sekolah Menengah Atas Islam (SMAI) atau yanhg sederajat,Perguruan Tinggi
Agama Islam (PTAI) antara lain Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI), Institut
Agama Islam Negri (IAIN), Universitas Islam Negri (UIN), dan lembaga sejenis
milik yayasan atau organisasi keislaman, Lembaga pendidikan nonformal 1).
mesjid, mushallah, langgar,surau dan rangkang. 2). Madrasah Diniyah yang tidak
mengikuti ketetapan resmi, 3). Majelis Ta’lim, 4). Taman Pendidikan Al qur’an,
5). Wirid Remaja atau Dewasa, 6).Kursus-kursus keislaman, 7). Badan pembinaan
rohani, 8). Badan konsultasi keagamaan,
9). Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ).

B. Saran
Lembaga pendidikan merupakan salah satu sistem yang memungkinkan
berlangsungnya pendidikan secara berkesinambungan dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan. Lembaga pendidikan islam itu adalah suatu wadah atau tempat
berlangsungnya proses pendidikan islam. Dalam sejarah Islam dikenal banyak
sekali tempat dan pusat pendidikan dengan jenis, tingkatan dan tafsirnya yang
khas.

21
Lahirnya modernisasi atau pembaharuan di sebuah tempat akan selalu
beriringan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang

saat itu. Pembaharuan atau modernisasi bisa di artikan sebagai proses pergeseran

sikap dan mentalitas warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan
masa kini

22
DAFTAR PUSTAKA

Asrohah, Harun, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu,
1999.

Drs.Hasan Basri ,M.Ag ,dan Drs.Beni Ahmad Saebani ,M.Si. Ilmu Pendidikan
Islam (jilid ii), Bandung, CV Pustaka Setia,2010.

Dr.H. Muhammad Syarifudin, M.Ag ,Pengantar Pendidikan Islam,Yogyakarta:


Bahari Press, 2012

Lubis, Ridhwan, Perspektif Pembaharuan Pemikiran Islam, Medan: Pustaka


Widyasarana, 1994.

Nasution, Harun, Pembaharuan dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1982.

Syalabi, Ahmad, MausuahAl-Tarikh Al-IslamiwaAl–HadaratAl–Islamiyah,Juz


Individu, Kairo: Maktabah Al-Nahdat.

Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1995.

23

Anda mungkin juga menyukai